You are on page 1of 0

BAB II

KONSEP DASAR

A. Penertian
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar
R,1998)
Sectio caesaria adalah cara persalinan janin dengan menggunakan insisi
pada perut dan uterus, baik direncanakan (elektrik) atau tidak direncanakan
(darurat). (Bobak,2000)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka perut dan dindin uterus. (Prawiroharjo, 2000)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan
berlangsung. (Prawiroharjo,1994)
Dari data diatas dapat disimpulakan bahwa sectio caesaria merupakan
suatu cara pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus dan menggunakan insisi pada perut baik direncanakan (elektrik)
atau tidak direncanakan (darurat).

B. Jenis-jenis Sectio Caesaria
Menurut Prawiroharjo S. 2000, sectio caesaria terbagi menjadi empat,
antara lain:
1. Sectio caesaria klasik (corporal)
1
Indikasi dilakukannya cara ini apabila:
a. Sectio caesaria dilanjutkan dengan tindakan sterilisasi histerectomia supra
vaginalis.
b. Mengalami kesulitan mencapai segmen bawah berhubung adanya
perlengketan atau myoma dan pembuluh-pembuluh darah yang sangat
lebar. Insisi corporal ini sulit dan tidak jarang menimbulkan komplikasi.
2. Sectio Caesaria Transpentoneal Profunda
Cara ini adalah yang baik dengan resiko komplikasi yang rendah
(perlengketan dan bahaya silent rupture kecil). Insisi ini memanjang untuk
menghindarkan pemotongan pembuluh darahnya yang besar.
3. Sectio Saesaria
Indikasi dilakukannya cara ini adalah:
a. Infeksi intraportum yang berat
b. Atonia uteri
c. Mioma uteri
d. Tumor uteri
4. Sectio Caesaria Ekstraperitoneal ( cavum peritoneal tidak dibuka)
Sectio caesaria ekstraperitoneal dilakukan pada infeksi intrapartum yang
berat untuk mencegah terjadinya peritonitis.

C. Indikasi
Menurut Muchtar R, tim medis harus mengetahui indikasi yang terjadi
sebelum dilakukannya sectio caesaria, antara lain:
2
1. Indikasi ibu, meliputi :
a. Plasanta previa
b. Panggul sempit
c. Disproporsi sefalo pelvik, yaitu ketidakseimbangan kepala panggul
d. Ruptura uteri mengancam
e. Partus lama
f. Dirtosia serviks
g. Pre-aklamsi dan aklamsi
h. Tumor
i. Ketuban pecah dini
2. Indikasi janin, meliputi:
a. Mal presentasi janin:
a.1. Letak lintang
a.2. Letak bokong
b. Gawat janin
Segera dilakukan operasi agar tidak terjadi keracunan atau kematian janin
sesuai dengan indikasi sectio caesaria.

D. Kontraindikasi
Kontra indikasi yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan operasi sectio
caesaria antara lain :
1. J anin mati atau berada dalam keadaan kritis kemungkinan janin hidup relatif
kecil, dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi.
3
4
2. J anin lahir ibu mengalami infeksi yang luas yang hanya dilakukan sectio
caesaria ekstraperitoneal
3. Kurangnya pengalaman dokter bedah dan tenaga medis / asisten yang kurang
memadai.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah
Hemoglobin untuk mengetahui anemi atau tidak dan untuk mengetahui
persediaan jumlah darah apabila dibutuhkan.
Golongan darah untuk mengetahui jenis golongan darahnya, bila
memungkinkan pemeriksaan gula darah untuk mengetahui apakah klien
terkena diabetes militus (DM) atau tidak.
2. Pemeriksaan urine
- Protein
- Glukosa
- Keton
3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)






Prolaktin
menurun
5
Penurunan
reflek, batuk
Independent
Imobilisasi
Atonia
uteri
Perdarahan
Resiko
terjadi
inveksi
Uteri luka
Perdarahan
HB































Produksi ASI di
alveoli
Taking in Takning hold Letting go Tidak sadar Mual
muntah
Kelumpuhan
otot
Nyeri J aringan
terputus
Involusi uteri Payudara
Dependent Belajar hal baru Perubahan
eliminasi
Keb. nutrisi
menurun gg. rasa
nyaman
J aringan
terbuka
Intoleransi
aktivitas
Kelemahan
fisik
Perawatan luka
Kurang
pengatahuan
Pola nafas
efektif
Penumpukan
scret
Gangguan
pemenuhan
nutrisi
Resiko
terjadi
konstipasi
Proteksi kurang
Hipofise
anferior
Post Operasi
Nifas Pengaruh Anastesis Perubahan Psikologis Luka Post Operasi
Nyeri
Operasi Sectio Caesaria
Kontraksi
tak
Defisit perawatan
personal hygiene
ASI tidak
keluar
Ketidakefektifan
laktasi



(Prof. Dr. Rustam Mochtar,1998)
Resiko
difisit
vol.
cairan
Anemi
Daya tahan tubuh
menurun
- Ketuban pecah dini
Faktor Indikasi
F. Fisiologi Ways

G. Adaptasi Fisiologis Ibu Post Partum
Adaptasi atau perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum sectio
caesaria antara lain:
1. Perubaan Pada Corpus Uteri
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran bayi
tersebut disebut involusi. Dalam 12 jam setelah persalinan fandus uteri berada
kira-kira 1 cm di atas umbilicus, 6 hari setelah persalinan fundus uteri berada kira
- kira 2 jari dibawah pusat dan uterus tidak berada pada abdomen setelah 10-12
hari post partum. Peningkatan kontraksi uteri segera setelah persalinan yang
merupakan respon untuk mengurangi volume intra uteri
Pada uteri terdapat pelepasan plasenta sekeras telapak tangan. Regenerasi
tempat pelepasan plasenta belum sempurna sampai 6 minggu post portum. Uterus
mengeluarkan cairan melalui vagina yang disebut lochea. Pada hari pertama dan
kedua cairan berwarna merah disebut lochea rubra. Setelah satu minggu loche
disebut loche serosa, dua minggu setelah persalinan cairan berwarna putih disebut
lochea alba.
2. Perubahan Pada Serviks
Post sectio caesaria bagian atas serviks sampai segmen bawah uteri
menjadi sedikit oedema, indoserviks menjadi lembut dan terlihat memar yang
memungkinkan terjadinya infeksi.



6
3. Vagina dan Perineum
Post sectio caesaria dinding vagina yang licin secara berangsur-angsur
ukurannya akan kembali normal dalam waktu 6 sampai 8 minggu post portum.
4. Payudara
Post sectio caesaria sekresi dan ekskresi kolostrum berlangsung beberapa
hari setelah persalinan. Pada hari ketiga dan keempat post partum payudara
menjadi penuh, tegang, keras, tetapi setelah proses laktasi dimulai payudara terasa
lebih nyaman. J adi untuk itu perlu adanya sistem rooming in.
5. Sistem Kardiovaskuler
Post sectio caesaria volume darah cenderung menurun akibat perdarahan
post operasi. Suhu badan meningkat dalam 24 jam pertama. Pada 6 sampai 8 jam
pertama setelah persalinan umumnya ditemukan bradikardi, keadaan pernafasan
berubah akibat dari anastesi.
6. Sistem Urinary
Post sectio caesaria fungsi ginjal akan normal dalam beberapa bulan
setelah persalinan karena adanya peregangan dinding abdomen pada vesika
urinaria yang merupakan hasil filtrasi dari ginjal, sehingga pasien yang terpasang
kateter kemungkinan dapat terjadi infeksi saluran kemih.
7. Sistem Gastrantestinal
Post sectio caesaria gangguan nutrisi terjadi setelah terjadi 24 jam post
portum sebagai akibat dari pembedahan dengan anestesi general yang
diakibatkan tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga mobilitas
7
makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan akibat pembesaran
rahim.

H. Fokus Kajian
Fokus pengkajian diambil dari Doengoes, 2001 dan Hmilton, 1995:
1. Tekanan Darah
Tekanan darah sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, keadaan
ini akan kembali normal pada waktu satu jam.
2. Nadi
Nadi kambali ke frekuensi normal dalam waktu satu jam dan mungkin terjadi
sedikit bradikardi (50 sampai 70 kali per menit).
3. Suhu tubuh
Suhu tubuh mungkin meningkat bila terjadi dehidrasi.
4. Payudara
Produksi kolestrum 48 jam pertama, berlanjut pada usus matur biasanya pada
hari ketiga, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui dimulai.
5. Fundus Uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 1 cm dibawah atau pada umbilicus,
bila uterus lambat, lakukan masase sampai keras dan pijatan sampai kontraksi ke
tingkat pertengahan. Bila fundus bergeser ke arah kanan midline, periksa adanya
distensi kandung kemih.


8
6. Kandung Kemih
Diuresis diantara hari ke 3 dan ke 5, kandung kebih ibu cepat berisi karena
diurasis post partum dan cairan intra vena.
7. Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2 dan ke 3 berlanjut menjadi lochea saresa
dengan aliran yang sedang. Bila darah megalir denan cepat, dicurigai terjadinya
robekan sarviks.
8. Parineum
Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna dan tidak edema dan
jahitan harus utuh, nilai REEDA (-).
9. Nyeri/Ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi di antara hari ke 3 sampai hari ke
5 post partum. Periksa adanya nyeri yang berlebihan pada perineum dan adanya
kematian dibawah episiotomi.
10. Makanan / Cairan
Kehilagan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke 3.
11. Intensitas Ego
Dapat menunnjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri.

I. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum
Menurut Tubin,adaptasi pasikologis ibu post partum ada tiga:
1. Fase Taking In (Dependent)
9
Terjadi pada satu sampai dua hari post partum ibu sangat tergantung pada
orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk merawat anaknya. Pada
klien post operasi sectio caesaria beberapa hari pertama klien lebih berfokus pada
dirinya, timbul rasa nyeri pada daerah insisi dan gas intestinal, klien memerlukan
bantuan untuk mengatasi nyeri, timbul rasa kecemasan dan ketakutan adanya
luka, berhati hati dalam melakukan gerakan.(Bobak, 2000)
2. Fase Taking Hold (Dependent-Independent)
Terjadi pada tiga hari post partum ibu mulai bisa makan, minum, merawat
diri serta bayinya. Pada fase ini waktu yang tepat untuk penyuluhan.
Pada post sectio klien masih adanya nyeri, klien masih memerlukan bantuan
orang lain, bertindak hati-hati dalam melakukan gerakan dan klien sudah bisa
turun dari tempat tidur. (Bobak, 2000)
3. Fase Leting Go (Independent)
Fase ini ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri terhadap
interaksi antara anggota keluarga, fase ini berlangsung pada hari terakhir minggu
pertama masa post partum.

J. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan sectio caesaria menurut Mochtar
R, 1998, antara lain:
1. Infeksi Puerperal (Nifas)
Infeksi post partum terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala
terhadap kelainan itu. Infeksi ini dapat bersifat ringan dengan kenaikan suhu
10
beberapa hari saja. Sedangkan dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung, sepsis dan uleus paralistik. Penanganannya
adalah dengan pemberian cairan dan antibiotik yang adekuat dan tepat.
2. Perdarahan
Rata-rata darah yang hilang akiat sectio caesaria dua kali lebih banyak
dari pada kelahiran melalui vagina. Kira-kira 80-100 ml yang disebabkan oleh
banyaknya pebuluh darah yang terputus atau terbuka, atoria uteri dan pelepasan
pada plasenta.
3. Emboli Pulmonal
Emboli pulmonal terjadi karena penderita dengan insisi abdomen kurang
dapat mobilisasi dibandingkan dengan melahirkan melalui vagina (normal).
4. Luka pada dinding kemih
5. Kemungkinan ruptura uteri siontanea pada kehamilan mendatang.

K. Fase fase Penyembuhan Luka
Fase-fase penyembuhan luka menurut Long C, 1986 antara lain :
1. Fase I
Fase penyembuhan luka, leukolit mencerna bakteri dan jaringan rusak. Abrin
bertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh darah tumbuh pada
luka dari benang fibrin sebagai kerangka. Fase ini berlangsung selama 3 hari.
2. Fase II
11
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah pembedahan, leukosit mulai menghilang
dan luka mulai berisi kologen serabut protein putih, sehingga kologen akan
menunjang luka dengan baik sampai 7 hari dan fase ini jahitan mulai diangkat.
3. Fase III
Berlangsung minggu kedua sampai minggu ke enam setelah bedah, kologen luka,
kologen terus bertumpuk dan menekan pembuluh darah baru dan arus darah
menurun.
4. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah bedah. Pasien akan mengeluh gatal sekitar
luka dan kologen terus menimbun, sehingga luka menciut dan menjadi tegang.

L. Fokus Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembedahan (Dongoes, 2000)
Tujuan : nyeri diminimalkan atau nyeri hilang setelah dilakukan
perawatan.
Kiteria hasil : nyeri daerah perut hilang atau tidak terjadi, ekspresi wajah
tenang.
Intervensi : kaji tingkat nyeri, lokasi, kualitas dan durasinya. Pertahankan
tirah baring selama fase akut, monitor tanda-tanda vital, ajarkan
dan bantu teknik relaksasi dan distraksi, beri posisi yang nyaman
atau anjurkan alih posisi untuk mengurangi resiko nyeri, ciptakan
lingkungan yang nyaman dan tenang, kolaborasi pemberian
analgotika.
12
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan dan tindakan invasif (Dongoes,
2000)
Tujuan : tidak terjadi ifeks akibat pembedahan dan tidak ada tanda-tanda
infeksi.
Kriteria hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vital normal.
Intervensi : monitor tanda-tanda infeksi, monitor tanda-tanda vital setiap 4
jam sekali, pantau peningkatan suhu tubuh, rawat luka secara
aseptik dan antiseptik, anjurkan klien menjaga personal hygiene,
anjurkan klien untuk tidak menggaruk dan memegang luka,
kolaborasi pemberian antibiotika.
3. Tidak efektifnya proses laktasi berhubungan dengan pemisahan bayi setelah
operasi dan pembengkakan payudara (carpenito, 2000)
Tujuan : laktasi efekktif
Kriteria hasil : tidak terjadi pembengkakan pada payudara, klien dapat
mendemonstrassikan perawatan payudara menyusui yang benar..
Intervensi : anjurkan teknik perawatan payudara dan menyusui yang benar,
motivasi ibu untuk menyusui anaknya sesering mungkin,
anjurkan untuk merawat payudara, kaji hisapan bayi, jika terjadi
lecet pada puting, berikan pendidikan ibu mengenai coming in.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perubahan psikologis, periode
pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan bayi (Dongoes, 2000)
Tujuan : klien dapat mendemonstrasikan cara perawatan post partum
13
Kriteria hasil : klien mampu untuk belajar serta menyerap informasi dan klien
mampu melakukan perawatan post operasi
Intervensi : anjurkan klien melakukan perawatan payudara, beri penjelasan
pentingnya istirahat, anjurkan klien menghindari mengangkat
berat, anjurkan cara perawatan luka operasi dengan teknik
aseptik, demonstrasikan perawatan payudara, ajarkan teknik
relaksasi.
5. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam
pembedahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawqatan selama 1x 24 jam
defisit volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, kulit tidak kering,
tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
i. kaji monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam
ii. kaji keadaan luka dan perhatikan adanya rembesan
iii. berikan cairan oral maupun parenteral
iv. kaji adanya perdarahan
v. observasi keadaan kulit, turgor kulit, membran mukosa dan adanya
tanda-tanda dehidrasi
6. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan cemas, nyeri saat defekasi
(Tucker,1998)
14
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
konstipasi tidak terjadi.
Kriteria hasil : pasien dapat defekasi dengan ketidaknyamanan minimal
Intervensi :
- Auskultasi bising usus
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi bahan makanan yang berserat tinggi
seperti buah-buahan dan sayuran
- Anjurkan klien untuk rendam duduk denganair hangat sebelum defekasi
- Berikan pelunak feses atauu laktasik jika diindikasikan
7. Pembersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
akibat dari efek sekunder anastesi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
pembersihan jalan napas efektif
Kriteria hasil : klien tidak mengalami penumpukan sekret, klien dapat
melakukan batuk efektif.
Intervensi :
- Kaji faktor-faktor penyebab (sekret, penurunan kesadaran, reflek batuk)
- Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke
bawah
- Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan menghalangi jalan
napas.

15

You might also like