You are on page 1of 1

Oral Submucous Fibrous Merupakan penyakit kronik yang berhubungan dengan kebiasaan menyirih pinang.

Patogenesis Pinang mengandung alkaloid. Alkaloid tersebut mengandung arecoline. Arecoline memiliki kemampuan untuk memodulasi matrix metalloproteinase, oksidase lysyl, dan kolagenase. Sehingga akan memacu peningkatan fibrosis yang disertai dengan penurunan air penahan proteoglikan yang berfungsi untuk mendukung peningkatan produksi kolagen tipe 1. Selain itu, Oral Submucous Fibrosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Terjadinya polimorfisme gen yang mengkode TNF-a (Tumor Necrosis Factor a) sehingga dapat merangsang pertumbuhan fibroblast. Adanya perubahan pada growth factor b dan interferon-c akan meningkatkan produksi kolagen, namun terjadi degradasi untuk menurunkan kolagen tersebut, sehingga kolagen akan terus bertambah banyak. Selain itu, faktor genetik lain yang berpengaruh adalah Human Leucocyte Antigen (HLA), seperti HLA-A10, HLA-B7, dan HLADR3. Peningkatan fibrosis tersebut akan mengakibatkan hilangnya kekenyalan mukosa rongga mulut sehingga dapat mengakibatkan immobilitas lidah, gangguan dalam berbicara, dan sulit untuk membuka mulut. Gambaran klinis Pada oral submucous fibrosis ditemukan adanya kemerahan yang dapat berupa pigmentasi atau pun vesikel. Pada lesi tahap awal, mukosa berwarna pucat. Hilangnya kekenyalan mukosa yang mengakibatkan immobilitas lidah, gangguan berbicara, dan sulit membuka mulut. Penderita tidak mampu memakan makanan yang panas dan terlalu pedas karena pada penyakit ini terjadi atropi pada lapisan epitelnya. HPA

Adanya hipertropi fibroblast dan regulasinya rendah Terdapat banyak kolagen Pembesaran pembuluh darah Infiltrasi neutrofil dan eosinofil Atropi pada epitel Hilangnya retepeg Displasia epitel pada jaringan submucous fibrosis

Martin S. GreenberG, dkk. 2008. Burkets Oral Medicine Eleventh Edition. Hamilton: BC Decker Inc.

You might also like