You are on page 1of 9

Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban

IMPLEMENTASI IBADAH PASCA HAJI


DAN QURBAN DALAM KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT 1

Oleh : Afifi Fauzi Abbas

Lebih kurang sepuluh hari yang lalu bertepatan dengan tanggal 9 Zulhij jah
tahun 1425 H, lebih kurang dua setengah juta kaum muslimin yang berdatang an dari
seluruh penjuru dunia, termasuk lebih kurang 205.000 kaum muslimin dari Indonesia,
berbaur bersama melakukan wuquf di Arafah, dengan seragam putih yang tidak
berjahit, sama untuk semua, sehingga tidak dapat dibedakan mana yang pejabat dan
mana pula rakyat kebanyakan, mana majikan dan mana pula para pekerja, mana raja
dan mana pula rakyat jelata, semuanya merasa setingkat, merasa sederajat, merasa
sama-sama sebagai hamba Allah yang sedang berhadap an dengan Sang Khalik Yang
Maha Kuasa, Penguasa jagad raya ini.
Tentu saja efek dan kesan yang ditimbulkan oleh suasana itu mudah-mu
dahan juga akan membekas di hati sanubari para Hujjaj dan kita semua, sehingga ia
akan memantul dalam kehidupan sehari-hari , dan itu akan terlihat dalam kehi dupan
bermasyarakat , bernegara dan berbangsa kita. Ia akan menembus sekat-se kat karena
perbedaan status sosial dan tingkat ekonomi, ia akan mencairkan gejo lak-gejolak
karena perbedaan visi dan sikap politik, dan itu semua secara esensial akan membantu
untuk menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa ini yang telah mu lai terkoyak-koyak
oleh sikap-sikap ta’asub primor dialisme sempit akhir-akhir ini.
Sedangkan mulai pada tanggal 10 Zulhijjah (dan hari-hari tasyri’) para Huj jaj
dan kaum muslimin di seluruh dunia menyembelih hewan kurban dan memba
gikannya kepada para mustahiq. Ini memang tidak pernah disyariatkan kepada na bi
Adam AS., tetapi merupakan sunnah nabiyullah Ibrahim AS. dan Muhammad SAW.

1
Bahan Kajian Sosial dan Keberagamaan, Pusat Pembinaan Rohani Pegawai (BAPINROH)
Badan Kepegawaian Daerah Pemda DKI Jakarta, Balai Agung Propinsi DKI Jakarta Senin 31
Januari 2005

1
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban

Hukum menyembelih hewan kurban tersebut adalah sunnah muakkad, ter utama bagi
mereka yang diberi kelebihan rezki oleh Allah SWT., artinya mereka memiliki
kemampuan secara finansial, dan amat tercelalah mereka yang mampu tapi tidak
tergerak hatinya untuk berkurban.
II

Haji dan Qurban adalah adalah syari’at yang dibawa oleh Nabiyullah Ibrahim
AS, dan dilestarikan oleh nabi Muhammad SAW. Secara teologis kedua nya
mengandung makna dan nilai-nilai Tauhid, dimana ia menyiratkan kepatuhan, keimanan
dan kepasrahan nabi Ibrahim AS atas segala yang diperintahkan oleh Allah SWT. Hal
ini mengisyaratkan kepada kita, bahwa satu-satunya tempat ber gantung dan
berpasrah diri bagi umat manusia yang paling absolut adalah Allah SWT (Allahu al-
Shomad).
Rekaman peristiwa tersebut terutama tentang Qurban kita temukan rekaman
nya di dalam al-Quran surat al-Shofat ayat 99 – 111 :
– ‫ﺮﻧﺎﻩ ﺑﻐﻼﻡ ﺣﻠﻴﻢ‬‫ﺏ ﻫﺒﻠﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺎﳊﲔ – ﻓﺒﺸ‬  ‫ﻰ ﺫﺍﻫﺐ ﺍﱃ ﺭﰉ ﺳﻴﻬﺪﻳﻦ – ﺭ‬‫ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻧ‬
‫ﻰ ﺍﺫﲝﻚ ﻓﺎﻧﻈﺮ ﻣﺎﺫﺍ ﺗﺮﻯ ﻗﺎﻝ ﻳﺂﺑﺖ ﺍﻓﻌﻞ ﻣﺎ‬‫ىﺎﺭﻯ ﰱ ﺍﳌﻨﺎﻡ ﺃﻧ‬‫ﺎ ﺑﻠﻎ ﻣﻌﻪ ﺍﻟﺴﻌﻰ ﻗﺎﻝ ﻳﺎﺑﲎ ﺍﻧ‬‫ﻓﻠﻤ‬
‫ﺎ ﺃﺳﻠﻤﺎ ﻭﺗﻠﹼﻪ ﻟﻠﺠﺒﲔ – ﻭﻧﺎﺩﻳﻨﺎﻩ ﺍﻥ ﻳﺎ ﺍﺑﺮﻫﻴﻢ – ﻗﺪ‬‫ﺗﺆﻣﺮ ﺳﺘﺠﺪﱏ ﺍﻥ ﺷﺂﺀﺍﷲ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺎﺑﺮﻳﻦ – ﻓﻠﻤ‬
– ‫ﺀﻳﺂ ﺍﻧﺎ ﻛﺬﺍﻟﻚ ﳒﺰﻯ ﺍﶈﺴﻨﲔ – ﺍ ﹼﻥ ﻫﺬﺍ ﳍﻮ ﺍﻟﺒﻶﺅﺍ ﺍﳌﺒﲔ – ﻭﻓﺪﻳﻨﺎﻩ ﺑﺬﺑﺢ ﻋﻈﻴﻢ‬‫ﻗﺖ ﺍﻟﺮ‬‫ﺻﺪ‬
‫ﻭﺗﺮﻛﻨﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﰱ ﺍﻵﺧﺮﻳﻦ – ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﺑﺮﺍﻫﻴﻢ – ﻛﺬﺍﻟﻚ ﳒﺰﻯ ﺍﶈﺴﻨﲔ – ﺍﻧﻪ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﻧﺎ ﺍﳌﺆﻣﻨﲔ‬
.
Peristiwa yang dialami oleh Ibrahim AS dan keluarganya tersebut, sesung
guhnya merupakan simbol pengorbanan sebuah keluarga. Ia penuh dengan simbol
ritual dan teologis yang mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa tertentu yang
dialami oleh Nabi Ibrahim AS, istrinya Siti Hajar, serta anaknya Ismail AS.
Bila peristiwa tersebut kita refleksikan ke dalam berbagai peristiwa yang
dilakukan oleh para Hujjaj saat melaksanakan manasik haji, maka kita akan dapat
melihat bahwa :

KEGIATAN RITUAL MAKNA SOSIAL


Ihram/memak Niat untuk memulai bentuk pensucian diri dari tanda-
ai pakaian melak sanakan ibadah tanda lahiriah yang menunjukkan
ihram Haji/Um rah dengan diferensiasi sosial
cara memakai pakaian menanggalkan egoisme serta status
putih-putih yang tidak sosial – berbagai nafsu egoistik

110
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban

berjahit ditekan sampai ke titik nol


menghindari dan menghilangkan
sekat-sekat kehidupan hanya karena
perbedaan status sosial, ekono mi
dsb
melahirkan sikap tawadlu’
melahirkan kesatuan kemanusiaan
antar sesama
Thawaf Mengelilingi Ka’bah adalah simbol perjuangan mengajak
seba nyak tujuh kali manu sia secara bersama-sama
sambil membaca mencapai tujuan yang satu, yaitu
talbiyah berada dan lebur dalam lingkungan
Allah SWT
dimata Allah Allah status sosial
tidak pu nya implikasi apa-apa,
kecuali hanya nilai taqwa
memupuk sikap kepatuhan pada
tatanan/ aturan/ sistem yang
berlaku – yang tidak mau mengikuti
sistem akan celaka dan juga dapaty
mencelakakab orang lain
Sa`i Berlari-lari kecil lambang kasih sayang ibu yang
dimulai dari bukit dengan segala pengorbanan
Shafa ke Mar wah berusaha untuk mem bahagiakan
sebanyak 7 kali anak二
untuk mengenang perjuangan tanpa
lelah Siti Hajar yang berlari dari
Shafa ke Mar wah sekedar menda
patkan air bagi Ismail yang masih


‫ﻭﻭﺻﻴﻨﺎ ﺍﻻﻧﺴﺎﻥ ﺑﻮﺍﻟﺪﻳﻪ ﲪﻠﺘﻪ ﺍﻣﻪ ﻭﻫﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﻭﻫﻦ‬
Perhatikan surat Lukman ayat 14 – 15

‫ﻭﻓﺼﺎﻟﻪ ﰱ ﻋﺎﻣﲔ ﺍﻥ ﺍﺷﻜﺮﱃ ﻭﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻚ ﺍﱃ ﺍﳌﺼﲑ ﻭﺍﻥ ﺟﺎﻫﺪﺍﻙ ﻋﻠﻰ ﺍﻥ ﺗﺸﺮﻙ ﰉ ﻣﺎﻟﻴﺲ ﻟﻚ ﺑﻪ‬
‫ﻋﻠﻢ ﻓﻼ ﺗﻄﻌﻬﻤﺎ ﻭﺻﺤﺒﻬﻤﺎ ﰱ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻣﻌﺮﻭﻓﺎ‬

111
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban

kecil dan menangis karena kehausan


sikap optimis dalam hidup, tidak
kenal pu tus asa, meskipun dalam
kesendirian
bahwa di balik kerja keras itu akan
ada bu ah atau hasil yang akan
diperoleh
memupuk Need of achievment –
sema ngat berprestasi tinggi

Wukuf di Berada di Arafah pada untuk mengingatkan kita pada


Arafah tanggal 9 Zulhijjah pertemuan Adam dan Hawa di Jabal
Rahmah (bukit kasih sayang), di
Padang Arafah
melepas kebahagiaan dan
kebanggaan ke duniaan – meditasi,
merenungkan eksis tensi dan posisi
kemanusiaan kita di hadapan Sang
Pencipta
pengakuan dosa kepada Allah dan
pasti diampuni-Nya三 - sehingga kita
kembali menjadi manusia baru yang
penuh kearif an hidup
dalam hidup ini perlu ada
kontemplasi, pe renungan : dari
mana kita, mau kemana kita, untuk
apa kita hidup dan apa tujuan
hidup四


Dalam hadis yang bersumber dari Aisyah yang diriwayatkan Muslim NABI mengatakan
: ‫ﻣﺎ ﻣﻦ ﻳﻮﻡ ﺍﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺍﻥ ﻳﻌﺘﻖ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ ﻋﺒﺪﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻣﻦ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ‬ “tiada hari yang lebih
banyak Allah
四 membebaskan seorang hamba dar neraka dar pada har Arafah”
Kita dapat mencermati bagaimana arahan yang diberikan oleh Rasulullah pada hadis
berikut
‫ ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻩ‬: ‫ﻰ ﻳﺴﺄﻝ ﻋﻦ ﺍﺭﺑﻊ‬‫ ﻻ ﻳﺰﻭﻝ ﻗﺪﻣﺎ ﻋﺒﺪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺣﺘ‬: ‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺹ ﻡ‬
.‫ﻓﻴﻤﺎ ﺍﻓﻨﺎﻩ ﻭﻋﻦ ﻋﻠﻤﻪ ﻣﺎ ﻋﻤﻞ ﺑﻪ ﻭﻋﻦ ﻣﺎﻟﻪ ﺍﻳﻦ ﺍﻛﺘﺴﺒﻪ ﻭﻓﻴﻤﺎ ﺍﻧﻔﻘﻪ ﻭﻋﻦ ﺟﺴﻤﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﺍﺑﻼﻩ‬

112
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban

Melempar Melontar dengan batu adalah simbol perjuangan melawan


jumrah keri kil yang mengenai goda an syetan yang menyesatkan,
marma dan batu tsb kapanpun dan dimanapun dalam
masuk ke dalam lobang hidup ini selalu ada godaan,
marma, yang dilkukan karenanya godaan itu harus
pada hari Nahr dan dilawan五
hari tasyri’ selalu berjuang dengan gigih
melawan kemungkaran
kurban Menyembelih hewan memperingati sekaligus mengikuti
kurban kesa baran dan keikhlasan Nabi
Ibrahim mengi kuti perintah Allah
SWT
harus ada upaya maksimal pada diri
setiap muslim untuk menyembelih
hawa nafsu, menyembelih gengsi,
menyembelih kese rakahan dan
hubbud dunya lainnya六

Semuanya itu memberikan pelajaran kepada kita betapa cinta kepada Allah
itu haruslah melebihi cinta kita kepada yang lainnya, apakah itu cinta kepa da anak,
cinta kepada istri dan cinta kepada harta benda. Ini pulalah yang sangat sulit kita
dapatkan akhir-akhir ini, apalagi disaat gelombang kehidupan menampak an gejala
sekularisme, materialisme, hedonisme dan yang semacamnya. Kita sangat cendrung kepada
hal-hal yang mendewakan materi, memberhalakan uang, mencintai kenikmatan
sesaat, memburu fasilitas, membanggakan pangkat, bahkan mungkin telah
memberhalakan diri sendiri.


Iblis akan menggoda manusia dimanapun dan kapanpun juga, dan Tuhan telah
memberikan kesempatan itu kepada Iblis seperti terekan dalam surat al-Hijr ayat 39-40. ‫ﻗﺎﻝ ﺭﺏ‬
‫ﲟﺎ ﺍﻏﻮﻳﺘﲎ ﻷﺯﻳﻨﻦ ﳍﻢ ﰱ ﺍﻻﺭﺽ ﻭﻻﻏﻮﻳﻨﻬﻢ ﺍﲨﻌﲔ ﺍﻻ ﻋﺒﺎﺩﻙ ﻣﻨﻬﻢ ﺍﳌﺨﻠﺼﲔ‬ “ Iblis
mengatakan : Tuhanku, karena Engkau telah menilaiku sesat, niscaya akan kuhiasi kehidupan
manusia di bumi, dan akan akau sesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas
dan mentaati petunjuk-petunjuk-Mu

Nilai dari berkurban itu bukanlah pada penyembelihan atau membagi-bagikan daging
kurban tersebut, akan tetapi lebih pada upaya untuk membangun sikap solidaritas sosial,
kesetiakawanan sosial dan menegakan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini tercermin dari firman Allah
sbb : ( 37 : ‫ﻟﻦ ﻳﻨﺎﻝ ﺍﷲ ﳊﻮﻣﻬﺎ ﻭﻻ ﺩﻣﺎﺅﻫﺎ ﻭﻟﻜﻦ ﻳﻨﺎﻟﻪ ﺍﻟﺘﻘﻮﻯ ﻣﻨﻜﻢ )ﺍﳊﺞ‬ “bukan
dagingnya dan bukan pula darah yang ditumpahkan itu yang sampai kepada Allah, akan tetapi
yang sampai kepada Allah adalah sikap ketulusanmu untuk berkurban”

113
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban

Inilah gejala umum yang tampak di tengah gelombang kehidupan kita saat ini.
Ini terlihat dari betapa banyaknya orang-orang yang mengaku sebagai orang beriman
dan beragama Islam, bahkan kadangkala memposisikan dirinya sebagai tokoh Islam,
tetapi secara substansial sesungguhnya nilai-nilai Islam sangat tipis tampak dalam diri
mereka, sehingga tuhannya tidak lagi sama dengan Tuhan Allah yang kita sembah.
Jalan hidupnya tidak lagi sama dengan jalan hidup yang telah dilalui dan dicontohkan
nabiyullah Muhammad saw.
Secara formal mungkin saja mereka telah melaksanakan shalat, tetapi haki kat
dan makna shalat yaitu amar makruf dan nahi mungkar tidak hadir dalam kese
hariannya, tidak mampu mengontrol dirinya, meskipun mereka sering dengan lan
tang meneriakan amar makruf nahi mungkar itu. Akan tetapi menghujat, meneli
kung dan membuka aib saudaranya sendiri bahkan menjadi retorika dan kendara an
politiknya.
Secara formal mungkin saja ia telah berpuasa bahkan mungkin rajin melak
sanakan puasa sunnah Senin Kamis, tetapi hakikat dan makna puasa yaitu mengen
dalikan diri dan hawa nafsu tidak nampak menghiasi dirinya.
Secara formal mungkin ia telah menunaikan zakat, tetapi hakikat dan mak na
zakat masih jauh dari kehidupannya, yaitu hidup hemat, sederhana dan memili ki
keperdulian sosial yang tinggi.
Secara formal mungkin saja mereka telah melaksanakan umrah dan haji, tetapi
dalam kehidupannya tidak tercermin bahwa ia telah menjadi manusia yang paripurna,
manusia seutuhnya, manusia yang memiliki sikap hidup tauhid yang total, tetapi
mereka masih terlihat mencintai dirinya, atau kelompoknya melebihi cintanya kepada
Allah SWT.

III

Maka berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan di atas maka akan da pat
dilihat bagaimana nilai/hikmah Haji dan Qurban itu pada waktu pelaksanaan nya
(nilai substantif-normatif) dan bagaimana pula pasca pelaksanaannya (nilai sosiologi-
implementatif) :

Nilai Subtantif-Normatif Nilai Sosiologis-Implementatif


Dimensi spiritua-transsendental sebagai Dimensi sosial-humanis dalam rangka
konsekwensi kepatuhan kepada Allah refleksi ketaqwaan sebagai perwujud an

114
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban

kepedu lian dengan sesama


Tauhidullah
Rihlah muqaddasah Tauhid Sosial
Ukhwah Islamiyah Solidaritas Sosial
Ta’dhim Syi’ar Allah Melawan berbagai rintangan dalam
Taqarrub/Penyerahan diri secara amar makruf nahi mungkar yang
total pada Allah berdi mensi sosial, sehingga terdis
tribusikannya nilai-nilai kemanusia
an secara universal
Menegakan nilai-nilai kemanusia an
Menghilangkan differensiasi sosial
Menegakan sikap toleran dg
sformasi budaya dan adat istiadat
(ukhwah wathoniyah)
Secara psikologis simbolis adalah
membantai sifat hewani yang mele
kat pada diri manusia ( egois-sera
kah-kejam dll)
Desakralisasi dunia dan alam
Jika formalitas ritual haji dan kurban Jika yang ditangkap adalah nilai-nilai
nya yang menonjol maka yang kita da pat sosial-implementatifnya maka yang kita
baru kembang/asapnya dari syariat Islam tangkap adalah apinya Islam, ia ibarat
dan maksimal hal tersebut hanya akan pohon yang perlu dipelihara, dipupuk
mampu melahirkan Kesalehan individual dan dijauhkan dari hama, ma ka ia akan
dapat melahirkan Kesaleh an sosial

DIALOG ALI ZAINAL ABIDIN DENGAN AS-SYIBLI


TENTANG HAKIKAT HAJI

MIQAT Berhenti dan menanggalkan Meneguhkan niat untuk juga


semua pakaian yang berjahit dan berhenti dan menanggalkan
mandi untuk memulai semua pakaian maksiat dan
pelaksanaan haji menggantinya dengan pakaian
ketaatan dan kepatuhan

115
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban

Menanggalkan semua sifat riya,


nifaq, dan segala bentuk
syubhat
Membersihkan diri dari segala
pelanggaran dan dosa
Membersihkan diri dengan ca
haya taubat yang tulus kepada
Allah
IHRAM Memakai pakaian tidak berjahit mengharamkan pada diri sen
dan berniat melaksanakan Haji diri segala yang diharamkan
atau Umrah oleh Allah
melepaskan seluruh ikatan ke
cuali ikatan Allah
memulai perjalanan menuju
keridlaan Allah
THAWAF Mengelilingi Ka’bah dan berjalan dan berlari menuju
melaksanakan segala rukun- keridlaan Allah
rukunnya menghindaripembangkangan
terhadap berbagai ketentuan
Allah
menetapkan niat untuk senan
tiasa berdiri di atas jalan keta
atan kepada Allah
berniat mengikuti teladan nabi
Irahim
SA’IY Berlari-lari kecil antara bukit meneguhkan jiwa antara hara
Safa dan Marwah pan akan rahmat Allah dan
kecemasan akan siksa-Nya
WUQUF Bertafakkur dan memperbanyak menghayati makrifah tentang
DI doa dan zikir kebesaran Allah
ARAFAH selalu mendambakan rahmat
Allah
meneguhkan dalam diri sendi ri
bahwa amr ma’ruf dan nahi
munkar itu harus dimulai dari

116
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban

diri sendiri
MELONT Mabit dan mengambil kerikil di berniat melempar jauh-jauh se
AR Muzdalifah, bermalam di Mina gala macam maksiat
JAMARAT dan melontar Jamarat mengisyaratkan pada diri sen
diri akan mensyiarkan agama
Allah
mencukur habis segala kenista
an dan selalu memperbaharui
iman
MEMOTO Menyembelih dan membagikan memotong segala urat
NG daging kurban ketamakan dan kerakusan
HEWAN
KURBAN
THAWAF Thawaf perpisahan berifadlah (bertolak) dari pusat
IFADLAH rahmat Allah menuju ketaatan
kepada-Nya
berpegang teguh pada kecinta
an pada-Nya
menunaikan segala sesuatu
yang diperintahkannya
selalu mendekatkan diri pada-
Nya

Wallahu A’lam bi al-shawab


Ciputat, 30 Januari 2005

117

You might also like