You are on page 1of 20

KOMUNIKASI KELOMPOK DAN ORGANISASI (KKO)

MAKALAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembangunan Pertanian

Disusun Oleh

Kelompok Annisaa Ramadhini 150510110011 Faza Fauzan S. Muhamad Iqbal 150510110036 150510110043

Nurul Tresnamulia 150510110045

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2013

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang dapat membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam menuliskan makalah ini kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami paparkan masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bisa berguna bagi pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Bandung, 2013

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................i DAFTAR ISI.......ii BAB 1. Pendahuluan....1 1.1 Latar Belakang.1 1.2 Tujuan..1 BAB 2. Tinjauan Pustaka2 BAB 3. Pembahasan....5 3.1 Komunikasi Kelompok.............................................................5 3.2 Perkembangan Kelompok..6 3.3 Budidaya Kelompok..7 3.4 Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok..7 3.5 Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya ...8 3.6 Komunikasi Organisasi.9 3.7 Analisis Contoh Kasus.10 BAB 4. Penutup....16 4.1 Kesimpulan.............16 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam makalah ini mencakup komunikasi kelompok dan organisasi. Komunikasi kelompok merupakan interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Sedangkan komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Dan masih banyak yang lain yang berhubungan dengan komunikasi kelompok dan organisasi. Maka dari itu di dalam makalah ini membahas lebih mendalam tentang komunikasi kelompok dan organisasi.

1.2 Tujuan 1. Mengidentifikasi dan menganalisis definisi Komunikasi Kelompok dan Organisasi 2. Mengetahui Kekuatan dan kelemahan aplikasi Komunikasi Kelompok dan Organisasi 3. Menganalisis fenomena dan kasus Komunikasi Kelompok dan Organisasi dalam agribisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communicatios, secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis, dalam kata communis ini memiliki makna berbagi atau menjadi milik bersama yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain, jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia, karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals in relationships, group, organizations and societiesrespond to and create messages to adapt to the environment and one another. Artinya bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Kreitner dan Kinicki (2005), menyatakan bahwa .Komunikasi merupakan pertukaran informasi antar pengirim dan penerima, dan kesimpulan (persepsi) makna antara individuindividu yang terlibat.. Menurut Daft (2006) bahwa .Komunikasi adalah proses dimana informasi ditukar dan dipahami oleh dua orang atau lebih, biasanya dengan maksud untuk memotivasi atau mempengaruhi perilaku.. Sedangkan menurut Robbbins (2007), komunikasi adalah penyampaian dan pemahaman makna. Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007), pengertian komunikasi dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu: 1. Pengertian komunikasi yang berorientasi pada sumber menyatakan bahwa .Komunikasi adalah kegiatan dengan mana seseorang (sumber) secara sungguh-sungguh memindahkan stimuli guna mendapatkan tanggapan.. Dengan melihat unsur kesungguhan dalam komunikasi, maka pengertian itu cenderung berpandangan bahwa semua komunikasi pada dasarnya adalah persuasif. Lebih jauh lagi, komunikasi yang berorientasi pada sumber menekankan pentingnya variabel-variabel tertentu dalam proses komunikasi, seperti isi pesan, dan sifat persuasifnya. Dengan kata lain, komunikasi menurut pandangan ini memfokuskan perhatian pada produksi pesan-pesan yang efektif. 2. Pengertian komunikasi yang berorientasi pada penerima memandang bahwa .Komunikasi sebagai semua kegiatan di mana seseorang (penerima) menanggapi stimulus atau rangsangan.. Tegasnya, proses komunikasi menurut pandangan ini berkenaan dengan pemahaman dan arti, karena tekanan diletakkan pada bagaimana penerima melihat dan menafsirkan suatu pesan.

Barnlund mendefinisikan bahwa komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego2. Weaver mendefinisikan komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Hovland, Janis & Kelley menjelaskan, komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). 3 Berelson dan Stainer, komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lainlain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Dan Ruesch menjelaskan bahwa komunikasi sebagai suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya. The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? 4 Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu: 1. Komunikator (siapa yang mengatakan?) 2. Pesan (mengatakan apa?) 3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?) 4. Komunikan (kepada siapa?) 5. Efek (dengan dampak /efek apa?). Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan, dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.Pandangan ini tidak membatasi diri pada perilaku yang bersifat intentional saja, dan karenanya memperluas lingkup dari situasi komunikasi. Dalam keseluruhan bidang organisasi dan manajemen, komunikasi merupakan salah satu konsep yang paling sering dibahas, meskipun di dalam kenyataannya jarang sekali dipahami secara tuntas. William I. Gorden dalam Deddy Mulyana, (2005:5-30) 5mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu : 1. Sebagai komunikasi social 2. Sebagai komunikasi ekspresif 3. Sebagai komunikasi ritual 4. Sebagai komunikasi instrumental Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka

sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah kelompok kecil, kelompok pemecahan masalah, kelompok nominal, Kelompok Pengembangan Ide, Kelompok Pengembangan Pribadi dan Kelompok Pendidikan. Kelompok Kecil Sekumpulan perorangan relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dengan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka. KelompokPemecah Masalah Sekumpulan individu yang bertemu untuk memecahkan masalah tertentu untuk mencapai suatu keputusan mengenai beberapa masalah tertentu. Kelompok Nominal Mengurutkan beberapa peringkat masalah penting dengan cara mengumpulkan kontribusi para anggotanya dan memprioritaskannya tanpa diskusi. Kelompok Pengembangan Ide Kelompok yang melakukan sumbang saran yang merupakan teknik untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara memunculkan gagasan sebanyak mungkin. Kelompok Pengembangan Pribadi Berusaha membantu para anggotanya untuk menyelesaikan masalah tertentu, seperti kecanduan alkohol. Kelompok Pendidikan Tujuannya untuk memperoleh informasi baru atau keterampilan baru melalui pertukaran pengetahuan

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil, seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Dua definisi tersebut memiliki kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan komunikasi kelompok terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. 3.1.1 Kelebihan Komunikasi Kelompok Ukuran kelompok Hubungan antara ukuran kelompok dengan keefektifan komunikasi kelompok adalah makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misalnya 1 orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, 10 orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam 1 jam. Jadi jumlah anggota yang banyak merupakan salah satu kekuatan dalam komunikasi kelompok. Jaringan komunikasi Dalam komunikasi kelompok terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, yaitu: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir. Kohesi Kelompok Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankan bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit (1960).

3.1.2 Kekurangan Komunikasi Kelompok Ketidakpastian Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Untuk mengurangi ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan di antara anggota, penelitian, pengembangan organisasi dan menghadapi tugastugas yang kompleks dengan integritas yang tinggi. Ketergantungan Keadaan saling tergantung antara satu bagian dengan bagian lainnya telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada bagaian lainnya dan mungkin juga pada seluruh sistem organisasi. Perbedaan (Keragaman) Dalam kelompok dan organisasi terdapat banyak anggota tentu saja banyak terdapat budaya didalamnya. Banyaknya perbedaan budaya ini merupakan salah satu kelemahan dalam komunikasi kelompok dan organisasi. 3.2 Perkembangan Kelompok Komunikasi kelompok berkembang melalui beberapa tahap yang saling berkesinambungan. Teori ini menjelaskan bagaimana proses yang harus dilewati seseorang dalam suatu kelompok untuk menghasilkan sesuatu yang disepakati bersama antar anggota kelompok. Asumsi dasar dari teori adalah adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain (anggota dalam kelompoknya). Tahap-tahap proses perkembangan kelompok terdiri atas: 1. Orientasi Pada tahap ini seorang individu akan berusaha untuk saling mengenal, saling menangkap perasaan anggota kelompoknya, dan mencoba menemukan peranan dan status. Dalam tahap ini akan ada kecenderungan perbedaan pendapat. 2. Konflik Tahap ini merupakan tindak lanjut dari adanya perbedaan pendapat pada tahap pertama. Dalam situasi ini terdapat peningkatan perbedaan antara satu individu dengan anggota kelompok lainnya, setiap individu berusaha mempertahankan apa yang ia inginkan. 3. Pemunculan Pada tahap ini setiap individu berusaha untuk mengurangi tingkat perbedaan pendapat. Tujuannya untuk mengurangi konflik, namun yang terjadi adalah individu sudah tidak lagi memiliki kejelasan dalam menentukkan sikap. 4. Peneguhan Tahap akhir yang dilakukan seseorang dalam kelompoknya yaitu bagaimana para anggota memperteguh konsensus kelompok. Dalam hal ini akan ada saran bagaimana penyelesaian yang baik dan akan ada keputusan dari perbedaan yang ada pada para anggota.

3.3 Budaya Kelompok Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Budaya kelompok adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam kelompok berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan nilai adalah apa yang diyakini bagi orang-orang dalam berperilaku dalam kelompok, sedangkan norma adalah aturan yang tidak tertulis dalam mengatur perilaku seseorang. Fungsi dari adanya budaya kelompok adalah untuk membentuk identitas kelompok dan memberikan rasa kebersamaan dalam kelompok. Pada pembahasan ini, disajikan dua kasus mengenai budaya kelompok. 3.4 Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial. Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut, yaitu : Elemen pertama adalah interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain. Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara. Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap

anggota kelompk untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya. 3.5 Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya dua klasifikasi kelompok. a. Kelompok primer dan sekunder Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut: 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsurunsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. 2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. 3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya. 4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. 5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. 6. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan. b. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut: 1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka; 2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;

3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin; 4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama; 5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain. 3.6 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan. Kita dapat melakukan pendekatan pada organisasi sekurang-kurangnya melalui empat persepektif: pendekatan manajemen ilmiah atau klasik, pendekatan hubungan antar manusia, pendekatan sistem, dan pendekatan kultural (Goldhaber,1990). a. Pendekatan ilmiah Pendekatan ilmiah menganggap bahwa organisasi harus menggunakan metoda-metoda ilmiah untuk meningkatkan produktivitas. Berbagai studi pengendalian secara ilmiah akan memungkinkan manajemen mengidentifikasi cara-cara atau alat untuk meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya akan meningkatkan laba. Dalam pandangannya ini produktivitas pada umumnya menyangkut masalah fisik dan psikologis. Produktivitas dipandang dalam bentuk permintaan phisik akan pekerjaan dan kemampuan psikologis para pekerjanya. b. Pendekatan hubungan antarmanusia Pendekatan hubungan antarmanusia berkembang sebagai reaksi terhadap perhatian eksklusif faktor-faktor phisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Salah satu asumsi prinsip dari pendekatan hubungan antarmanusia adalah bahwa kenaikan kepuasan kerja akan mengakibatkan kenaikan produktivitas. Seorang karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Oleh karena itu, fungsi manajemen adalah menjaga agar para karyawan terus merasa puas. c. Pendekatan sistem Pendekatan sistem mengkombinasikan unsur-unsur terbaik dari pendekatan ilmiah dengan pendekatan hubungan antarmanusia. Pendekaan ini memandang organisasi sebagai suatu sistem dimana semua bagian berinteraksi dan setiap bagian mempengaruhi bagian lainnya. Organisasi

dipandang sebagai suatu sistem terbuka-terbuka terhadap informasi baru, responsif terhadap lingkungan, bersifat dinamis dan selalu berubah. d. Pendekatan kultural Sebuah pendekatan kontemporer mengenai organisasi menganggap bahwa perusahaan harus dipandang sebagai suatu kesatuan sosial atau kultur (pilotta, Widman, & Jasko, 1988;Putnam & Pacanowsky, 1983). Seperti pada umumnya suatu kelompok atau kultur sosial yang selalu memiliki aturan mengenai misalnya, perilaku peran, kepahlawanan, dan nilai-nilai, maka demikian juga suatu organisasi. Oleh karena itu, pada pendekatan ini organisasi harus meneliti untuk mengidentifikasikan jenis kultur dan norma-norma atau nilai-nilai spesifik yang dianutnya. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memungkinkan kita bisa memahami bagaimana organisasi berfungsi dan bagaiama hal itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh para anggotanya (karyawannya) dalam kultur organisasi itu. 3. Jaringan Komunikasi Organisasi Yang dimaksud dengan jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.

3.7 Menganalisis fenomena dan kasus KKO dalam agribisnis 3.7.1 Kasus 1 Organisasi Sosial dan Kebudayaan Kelompok Minoritas Indonesia Studi Kasus Masyarakat Orang Rimba di Sumatra (Orang Kubu Nomaden)

Di provinsi Jambi terdapat suku-suku yang belum berakulturasi dengan masyarakat pasca tradisional. Mereka dikenal dengan nama umum suku Kubu, dewasa ini namanya memiliki konotasi yang kurang baik. Di propinsi Jambi terdapat beberapa suku Kubu yang masing-masing memiliki mitos sejarah dan budaya yang berbeda. Walaupun mereka diklasifikasikan sebagai hunters and gatherers, lokasi dan lingkungannya berbeda. Mereka tinggal berpindah-pindah dari rawa dekat laut, dataran sampai kaki pegunungan dan pegunungan di propinsi Jambi. Mereka memakai pola hidup dan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhannya. Kebudayaan mereka selalu dipengaruhi oleh perubahan pola pikir individu dan input perubahan dari luar, artinya budaya orang asing. Ada beberapa mitos serta sejarah tertulis mengenai asal usul orang Rimba termasuk orang Kubu. Sejarah tertulis pertama ditulis oleh orang Tiongkok, mereka berkunjung ke Sumatera bagian tengah dengan alasan belajar bahasa Sansekerta atau berniaga. Mereka membeli atau

tukar barang di hilir sungai. Orang Tiongkok dan orang Barat mengangkut kapalnya dengan barang seperti, menyan, beberapa jenis getah, obat alami dan lain yang diperoleh dari hutan dan pegunungan. Di hulu sungai banyak pecahan porselin ditemukan yang berasal dari Tiongkok. Dari aktivitas tersebut diatas bisa disimpulkan bahwa sejak lama orang Rimba disamping sebagai hunters and gatherers juga terlibat perniagaan untuk memenuhi kebutuhannya, seperti alat dapur serta pisau dan tombak. Kelihatannya bahwa membayar upeti (tribute), ke kerajaan atau tukar barang kepada pengantar atau pedagang, supaya orang Terang dari hilir sungai tidak perlu masuk dan mengganggu orang Rimba di kawasan tradisional. Menurut pengamatan seorang eksplorir pertama dari Eropa, orang Rimba digambarkan sebagai orang yang tanpa dosa dan kebudayaannya yang unik. Memang kebudayaan dan kosmologi sangat berbeda. Walaupun kelihatannya struktur masyarakat sederhana, kebutuhan mereka dipenuhi setidaknya selama 6 sampai 10 generasi, atau sekitar 300 sampai 500 tahun, menurut sejarah lisan orang Rimba. Masyarakat Rimba menganut sistem kekerabatan matrilineal dan pologini. Matrilineal, artinya saudara perempuan tinggal bersama di kelompok orang tua dan saudara laki-laki harus ikut kelompok isterinya. Pologini artinya suaminya boleh mempunyai hubungan dengan beberapa istri Alasannya perempuan subur, mandul, dan janda harus dilindungi sebagai sumber hidup. Kelihatannya tanggung jawab laki-laki berat dan pada tingkat harapan hidup laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan perempuan. Dampak perubahan zaman sekarang terhadap kebudayaan mereka sangat besar, dewasa ini lingkungan tradisionalnya semakin lama semakin sempit oleh penebangan dan perkebunan. Akan tetapi mereka tetap bertekad mengikuti aturan dan budaya yang diwariskan dari nenek moyangnya. Kelihatannya program transmigrasi, menebang hutan serta memburu fauna dan mengambil flora oleh orang Terang, berdampak negatif pada kebudayaan orang Rimba. Akan tetapi orang Rimba sudah beradaptasi supaya bertahan pada masa depan. Orang Rimba sudah mengambil getah pohon karet dan berencana kultivasi kelapa sawit, untuk menaikkan penghasilan. Kelihatannya mereka beradopsi kembar kultur. Menurut Motto Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika, artinya berbeda beda tetapi tetap satu juga, membolehkan diversitas tetapi kelihatannya tidak selalu terjadi dan nilai-nilai mereka tidak selalu dihormati.

3.7.2 Kasus 2 Kehidupan Sosial Budaya Etnis Cina Di Pulau Bangka Studi Kasus di Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka

Pulau Bangka terletak di sebelah pesisir Timur Sumatera Selatan berbatasan dengan Laut China Selatan sebelah utara, Pulau Belitung sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah Selatan. Pulau ini juga terletak pada 120-37 Lintang Selatan dan 105 - 107 Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang 180 km. Luas pulau ini 11.910 km2.

Dahulu Pulau Bangka merupakan wilayah Kesultanan Palembang. Sultan Palembang menyerahkan wilayah Bangka ke tangan Inggris pada tahun 1812. Pada tahun 1814 pulau ini dibarter dengan cochin di India yang tadinya milik Belanda. Jepang menguasai pulau ini dari tahun 1942 hingga 1945, kemudian menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1949. Pulau Bangka dan pulau Belitung merupakan bagian dari provinsi Sumatra Selatan hingga tahun 2000 ketika kedua pulau disahkan menjadi Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pulau Bangka juga pernah dihuni oleh orang-orang Hindu dalam abad ke-7. Pada masa Kerajaan Sriwijaya pulau Bangka termasuk daerah yang takluk terhadap kerajaan itu. Kerajaan Majapahit dan Mataram tercatat pula sebagai kerajaan-kerajaan yang pernah menguasai Pulau Bangka. Namun, Pulau Bangka baru mendapat perhatian orang-orang dari daratan Asia maupun Eropa yang berlomba-lomba ke Indonesia untuk mencari rempahrempah. Pulau Bangka merupakan daerah penghasil lada yang merupakan rempah yang sangat disukai oleh bangsa Eropa dan bangsa-bangsa lain di dunia. Sekitar tahun 1709 ditemukan timah di Sungai Olin di Kecamatan Toboali di Pulau Bangka. Dengan ditemukannya timah ini, mulailah Pulau Bangka disinggahi oleh segala perahu dari Asia maupun Eropa. Perusahaan-perusahaan penggalian timah pun semakin maju sehingga Sultan Palembang mengirimkan orang-orangnya ke Negeri Cina untuk mencari tenaga-tenaga ahli yang sangat diperlukan. Sejak tahun 1710 Bangka merupakan salah satu wilayah penghasil timah di dunia. Tahun 2003 jumlah penduduk di Kabupaten Bangka berjumlah 217.545 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 107.213 (49,28%) dan perempuan 110.337 jiwa (50,72%) dengan kepadatan rata-rata 74 jiwa/km2. Konsentrasi penduduk terpadat berada di wilayah kecamatan Sungailiat (379,13 jiwa/km2) yang juga merupakan ibukota Kabupaten Bangka dan merupakan salah satu tujuan wisata pantai di Pulau Bangka. Pulau Bangka didiami berbagai suku bangsa, seperti suku Melayu, Cina, Jawa, Batak, Sunda, Bugis, Banten, Banjar, Madura, Palembang, Minang, Aceh, Flores, Maluku, Manado, dan Cina. Agama penduduk berdasarkan urutan jumlah pengikutnya terdiri dari agama Islam, Buddha, Kong Hu Cu, Kristen, Katolik, dan Hindu. Etnis Cina merupakan suku urutan kedua dalam jumlahnya di Pulau Bangka (sekitar 30%). Urutan pertama ditempati oleh etnis Melayu Bangka. Skinner (1981) mengatakan bahwa kehadiran etnis Cina secara besar-besaran di Pulau Bangka berawal dari penambangan timah. Etnis Cina di Pulau Bangka sebagian besar berasal dari pedalaman propinsi Kwangtung, Tiongkok. Mereka diperkirakan sudah berada di Bangka pada abad ke-17 lalu mulai berbondong-bondong datang ke pulau Bangka sejak pertambangan timah di Pulau Bangka dikembangkan secara teratur dengan mempekerjakan buruh-buruh tambang yang didatangkan dari daratan Tiongkok. Adapun Mary F. Sommers Heidhues (dalam Kompas, 14 April 2005) memaparkan bahwa ribuan pekerja asal China datang secara massal sebagai kuli kontrak di penambangan timah di Bangka pada tahun 1710. Mereka didatangkan secara bergelombang oleh perusahaan Belanda yang mau menambang timah di daerah tersebut. Warga asal China tertarik untuk datang ke Pulau Bangka karena Belanda menjanjikan keuntungan besar sebagai penambang timah. Apalagi situasi di negeri China sedang rawan

karena terjadi konflik perebutan kekuasaan sekitar tahun 1920. Gelombang kedatangan terbesar, antara lain, terjadi dari tahun 1907-1940 yang disponsori perusahaan Holland-China Handles Companie. Setelah itu, kuli kontrak yang datang ke Bangka terus menyurut. WP Goeneveldt (dalam Kompas, 14 April 2005) mengungkapkan bahwa pembahasan tentang Pulau Bangka pernah ditulis dalam kitab klasik China, Hsingcha Sheng-lan, yang ditulis tahun 1436. Kitab itu menceritakan wilayah Bangka Belitung yang memiliki tradisi unik dan pemandangan indah dengan sungai-sungai dan tanah datar. Dalam penuturan beberapa literatur kuno, Bangka telah dikenal pelaut-pelaut China dan mereka pernah singgah di pulau Bangka serta memberinya nama Pu-lei sejak abad ke-3 Masehi. Imigran dari negeri China yang datang ke Pulau Bangka, sebagian di antaranya menetap di Sungailiat. Orang-orang ini (selanjutnya disebut etnis Cina) sejak dulu berperan hampir di semua sektor kehidupan, baik di desa maupun di kota. Sampai saat ini, hubungan etnis Cina dengan etnis Melayu dan etnis lainnya yang ada di Sungailiat berlangsung cukup harmonis. Pada Hari Raya Imlek etnis Cina maupun Hari Raya Idul Fitri umat Melayu muslim, mereka saling mengunjungi. Banyak juga yang berhubungan sebagai teman atau sahabat. Di Sungailiat tidak pernah terjadi masalah antaretnis yang berbentuk kerusuhan atau pertikaian antar kelompok. Melihat keberadaan etnis Cina ini, penulis tertarik untuk meneliti kehidupan sosial budaya mereka. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kajian yang berguna dalam mengenal etnis Cina di Pulau Bangka. Kehidupan sosial budaya etnis Cina di Sungailiat selalu stabil. Aktivitas seharihari seperti bekerja dan melakukan aktivitas budaya ataupun ritual agama berjalan dengan serasi. Sistem sosial budaya masyarakat etnis Cina ini dapat diumpamakan sebagai organisme, seperti yang dikatakan teori fungsional Malinowski dan Radcliffe Brown bahwa sistem sosial budaya sebagai semacam organisme, yang bagianbagiannya tidak hanya saling berhubungan melainkan juga memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian hidup organisme itu (Kaplan dan Manners, 1999). Pelestarian aktivitas budaya seperti sembahyang kubur (ceng beng) misalnya dapat dijelaskan dengan teori Malinowski tentang fungsi aktivitas budaya untuk mengurangi kecemasan menghadapi hal-hal yang tak dipahami. Teori Radcliffe Brown mengatakan unsur kebudayaan merupakan suatu kebutuhan sosial yang sangat diperlukan untuk dapat bertahan hidup atau survive. Mengacu pada teori Brown, beberapa ritual kepercayaan yang tetap dijalankan seperti sembahyang di Kelenteng, Hari Raya Kong Ngian atau Xin Nian, dan lain-lain merupakan eksistensi (dan juga persistensi) upacara keagamaan bagi kerekatan sosial. Etnis Cina yang tinggal di Sungailiat sejak dulu berperan hampir di semua sektor kehidupan, baik di desa maupun di kota. Kehidupan sosial budaya mereka dilandasi nilai-nilai budaya Cina bercampur dengan nilai-nilai budaya masyarakat asli (Melayu). Dalam pergaulan antaretnis, tampaknya tidak ada keinginan mereka untuk menekankan harga diri suatu kelompok, dan loyalitas setiap orang Cina dengan etnisnya sama sekali tidak mengganggu hubungan mereka dengan etnis lain. Mayoritas etnis Cina di Sungailiat, bahasanya termasuk golongan bahasa Khe (Hakka). Selain bahasa Khe yang merupakan mayoritas, di Sungailiat ada juga bahasa Hokkian, Kongfu,

Kanton, dan Teociu. Dalam pergaulan sesama etnis mereka menggunakan bahasa keakraban, yaitu bahasa Cina dengan banyak kata pinjaman dari bahasa Melayu Bangka. Dalam berkomunikasi dengan etnis Melayu, etnis Cina menggunakan bahasa solidaritas yaitu bahasa Melayu Bangka (walaupun kadang-kadang bercampur dengan kata-kata dan istilah dari bahasa Khe). Penggunaan bahasa seperti ini merupakan salah satu standar ideal hubungan antaretnis di Sungailiat. Adapun bahasa subetnis Hokkian, Kong Fu dan lain-lain hanya digunakan dalam lingkungan keluarga masing-masing. Etnis Cina di Sungailiat mata pencahariannya sangat beragam, mulai dari petani, pengrajin, nelayan, pedagang, tukang batu, sopir bis, guru sekolah swasta, dan pengusaha. Walaupun pada masa kini etnis Cina di Sungailiat memeluk agama yang bermacam-macam, mereka tetap patuh pada ajaran Kong Hu Cu berbakti kepada orangtua dan leluhur yang diajarkan secara turun-temurun. Upacara atau ritual ceng beng, rebut, kong ngian, dan pehcun selalu diperingati setiap tahun dan dirayakan dengan meriah. Etnis Cina di Sungailiat mempunyai kebiasaan merantau. Kota tujuan utama mereka adalah Jakarta dan sekitarnya. Namun demikian, ada juga yang merantau ke Palembang, Batam, dan lain-lain. Etnis Cina Sungailiat jika berada di luar negeri, selalu mengidentifikasikan diri dengan negeri tempat mereka lahir dan tetap sadar sebagai orang Cina Indonesia. Mereka memiliki identitas nasional sebagai orang Cina Indonesia, identitas komunal sebagai orang Cina Sungailiat, dan identitas budaya sebagai orang Hakka (Khe), Kongfu, Kanton, Hokkian, dan Teociu. 3.7.3 Kasus 3 BATAM, KOMPAS.com - Drydocks World Pertama yang beroperasi di Tanjung Uncang, Batam, melakukan Pemutusan Hubungan Kerja massal terhadap 534 buruhnya. Keputusan ini efektif berlaku per Selasa (8/2/2011). Buruh yang tak-tahu menahu terkejut atas keputusan itu. Mereka pagi tadi bermaksud masuk kerja seperti biasa mengenakan seragam kerja. Namun mereka yang namanya tercantum dalam daftar buruh ter-PHK, pengumumannya ditempel di papan pengumuman, dilarang masuk ke lokasi kerja. "Pengumuman PHK baru kami tahu hari ini. Tak ada pembicaraan sebelumnya," kata Anto (27), salah seorang buruh. HR Manager Drydocks World Pertama Ricky Syahrul, menyatakan, PHK dilakukan atas alasan efisiensi. Pesanan dari konsumen dalam beberapa bulan terakhir jumlahnya makin sedikit. Dari 534 buruh yang di-PHK, 530 berstatus buruh permanen dengan masa kerja rata-rata tiga tahun dan 4 orang outsourcing. Drydocks World Pertama adalah anak perusahaan Drydocks World, bergerak di bidang galangan kapal. Analisis dan Solusi Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh PT. Drydock World Pertama tanpa diketahui oleh para karyawan dan dinilai sepihak, sangat merugikan para karyawan. Tanpa adanya diskusi sebelumnya mengenai hal ini, para karyawan yang tidak tahu-menahu akan keputusan manajemen ini, jelas sangat keberatan untuk menerima hal ini. Tanpa adanya komunikasi antara pihak manajemen dengan serikat pekerja yang mewakili para pekerja tersebut, keputusan PHK massal ini menjadi tidak etis karena walaupun diberikan kompensasi atau pesangon, namun keberlanjutan hidup para pekerja tidak bisa dijamin lagi

apabila kompensasi dari keputusan PHK tersebut telah habis dan para pekerja tidak memiliki kemampuan lain selain menjadi pekerja di perusahaan galangan kapal ini. Padahal, jika komunikasi antara pihak manajemen dan serikat pekerja dapat dilakukan sebelum final decision ini diumumkan pada pekerja secara tiba-tiba, mungkin saja para pekerja yang telah ter-PHK tersebut lebih dapat menerima keputusan tersebut meskipun dengan berat hati dalam penerimaan keputusan tersebut. Berdasarkan teori mengenai komunikasi organisasi yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa komunikasi memiliki beberapa fungsi, yang salah satunya adalah fungsi informatif, dimana seharusnya sebelum keputusan tersebut diumumkan kepada pekerja, wacana mengenai hal tersebut dapat diinformasikan kepada para pekerja sebagai asset perusahaan dan roda operasional perusahaan yang juga memiliki peran penting dalam perkembangan perusahaan. Selanjutnya, komunikasi dapat dijadikan alat dalam penyelesaian konflik apabila terdapat gejolak atas keputusan tersebut. Hakekat komunikasi organisasi antara bawahan dengan atasannya adalah membangun saluran komunikasi dua arah yang dapat menjadi alat penyampaian gagasan dalam pencapaian individu maupun organisasi. Sehingga, seharusnya pihak manajemen dapat membangun saluran komunikasi yang cukup baik antara pihak manajemen dengan serikat pekerja agar segala keputusan yang nantinya akan diambil oleh perusahaan dapat menemukan penyelesaian yang sama-sama baik untuk perusahaan dan juga untuk pihak pekerja.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat secara individual. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Dalam contoh kasus pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh PT. Drydock World Pertama tanpa diketahui oleh para karyawan dan dinilai sepihak, sangat merugikan para karyawan. Tanpa adanya diskusi sebelumnya mengenai hal ini, para karyawan yang tidak tahumenahu akan keputusan manajemen ini, jelas sangat keberatan untuk menerima hal ini. Berdasarkan teori mengenai komunikasi organisasi yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa komunikasi memiliki beberapa fungsi, yang salah satunya adalah fungsi informatif, dimana seharusnya sebelum keputusan tersebut diumumkan kepada pekerja, wacana mengenai hal tersebut dapat diinformasikan kepada para pekerja sebagai asset perusahaan dan roda operasional perusahaan yang juga memiliki peran penting dalam perkembangan perusahaan. Selanjutnya, komunikasi dapat dijadikan alat dalam penyelesaian konflik apabila terdapat gejolak atas keputusan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Arni Muhammad. 2000. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGrraw-Hill Littlejohn, Stephen W, Teori komunikasi; Theories of Human Communication, Salemba Humanika, Jakarta, 2009 Mulyana Dedy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosda Karya Palapah et.al. 1983. Studi Ilmu Komunikasi. Bandung. Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD. Sendjaja, 1994, Teori-Teori Komunikasi, Universitas Terbuka Teori Komunikasi Organisasi (Pemahaman Perilaku Kelompok) #4 Suryanto. 2009. http://suryanto.blog.unair.ac.id/2009/02/11/perilaku-kelompok-dan-individu/

You might also like