You are on page 1of 6

ng

an

Be an

nih

Pen a

Te k

ni

nganan Benih a n e Re k kP

a
n tra l si

11

Teknik Penanganan Benih Ortodok

penanganan benih adalah proses penting yang harus dilakukan dengan baik agar menghasilkan benih bermutu. Benih bermutu merupakan syarat awal untuk menghasilkan tanaman semai yang kuat hingga ke penanaman di lapangan dan akhirnya tegakan pohon yang berkualitas. Dalam terminologi penanganan benih ada 2 kelompok utama berdasarkan potensi fisiologisnya yaitu benih rekalsitran dan ortodok. Penanganan kedua jenis benih tersebut berbeda. Oleh sebab itu informasi mengenai teknik penanganan benih sangat diperlukan bagi para praktisi/pengguna benih tanaman hutan.
Deskri psi

Eboni (Diospyros celebica Bakh.)

Benih Acacia crassicarpa Foto: Koleksi BPTPTH Bogor

Foto: Sentot Benih Eucalyptus pellita Foto: Koleksi BPTPTH Bogor

Benih ortodok adalah benih yang dapat dikeringkan sampai kadar air rendah (2,5%) dan disimpan pada suhu dan kelembaban penyimpanan yang rendah tanpa menurunkan viabilitas (kemampuan berkecambah) benih secara nyata. Secara umum benih ortodok memiliki ciri kulit biji keras, ukuran biji biasanya kecil hingga sedang, kadar air biji segar sebelum masak fisiologis 15-30%, kadar air saat masak fisiologis menurun hingga 6-10%. Benih jenis ini banyak ditemukan di daerah arid dan semi arid, serta merupakan jenis pioner di daerah iklim tropik basah dan sedang. Benih ortodok biasanya memiliki sifat dormansi, yakni keadaan dimana benih tidak dapat berkecambah walau sudah berada dalam kondisi lingkungan (kelembaban, suhu dan cahaya) yang optimal. Kondisi ini memungkinkan benih dapat disimpan beberapa tahun.

25

Deskri psi (lanjutan)

Jenis pohon yang benihnya termasuk benih ortodok antara lain merbau (Intsia bijuga), kayu kuku (Pericopsis mooniana), tisuk (Hibiscus macrophyllus), pelita (Eucalyptus pellita), krasikarpa (Acacia crassicarpa), ampupu (Eucalyptus urophylla S.T.Blake), asam jawa (Tamarindus indica L.), bungur (Langersstroemia speciosa (l.) Pers.), dan masih banyak lagi.
Aplikasi

Penanganan benih ortodok mencakup 3 aspek, yaitu 1) aspek produksi: tegakan benih, musim buah, potensi produksi benih, pengumpulan, ekstraksi dan sortasi; 2) aspek pengujian: kemurnian, kadar air, perlakuan pendahuluan, uji fisiologis dan biokimia, penyakit benih dan berat 1000 butir benih; 3) aspek penyimpanan: kadar air kritis, kondisi ruang simpan dan periode simpan. Pembiakan vegetatif dan pembibitan juga merupakan bagian dari penanganan benih. Untuk tujuan penyimpanan jangka menengah dan panjang, kadar air benih yang disarankan adalah 4-8%. Secara alami penurunan kadar air dapat dilakukan dengan cara menempatkan benih pada ruang terbuka yang memiliki kelembaban udara sekitar 15-20% dalam waktu yang lama, sehingga tercapai keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembaban udara. Namun, pengeringan di udara terbuka sangat tergantung pada kondisi iklim setempat. Informasi detil terdapat pada buku Teknik Penanganan Benih Ortodok (2003) yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan, yang memuat teknik penanganan benih 5 jenis pohon yakni merbau, kayu kuku, tisuk, pelita dan krasikarpa.
Tantangan
Penelitian mengenai penanganan benih ortodok sudah banyak dilakukan, namun belum seluruh informasi disajikan secara komprehensif. Oleh karena itu perlu segera diterbitkan pedoman penanganan benih ortodok yang memuat lebih banyak jenis benih.

Benih Tisuk Foto: Koleksi BPTPTH Bogor

Benih Intsia bijuga Foto: Koleksi BPTPTH Bogor

Keterangan
Penyusun Unit Kerja E-mail Gambar Info detil : Dida Syamsuwida, Rina Kurniaty, Naning Yuniarti, Zaenal Abidin, Hasan Royani : Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BPTPTH) Bogor : dida_syam@yahoo.co.id dan bpt.pth@forda-mof.org : Koleksi BPTPTH Bogor : www.forda-mof.org/publikasi

26

12
Teknik Penanganan Benih Rekalsitran

utan alam tropis Indonesia memiliki kekayaan jenis pohon yang tinggi. Namun banyak jenis diantaranya mengalami penurunan populasi di alam. Upaya penyelamatan jenis tersebut dalam bentuk perbaikan hutan alam dan penanaman di hutan tanaman seringkali terkendala oleh sifat benih yang rekalsitran. Benih rekalsitran ini diketahui memiliki keterbatasan yaitu cepat menurunnya viabilitas benih sejalan dengan menurunnya kadar air dan kecepatan kerusakan sel akibat pengeringan dan temperatur rendah. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dalam menangani benih rekalsitran baik penyimpanan dan transportasi sampai ke tempat penanaman.

Pohon dan buah Agathis lorantifolia sp. Foto: Kiki Kiswanto

Semai Agathis sp siap sapih Foto: Koleksi BPTPTH Bogor

Deskri psi
Benih rekalsitran adalah benih yang cepat rusak (viabilitas menurun) apabila diturunkan kadar airnya, dan tidak tahan disimpan pada suhu dan kelembaban rendah. Penurunan kadar air pada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji hingga kematian. Beberapa jenis pohon yang memiliki sifat benih rekalsitran, diantaranya adalah meranti (Shorea selanica), gaharu (Aquilaria malaccensis), damar (Agathis sp.), Kemenyan (Styrax benzoin), Mimba (Azadirachta indica), Bakau (Rhizophora apiculata), dan Nyamplung (Calophyllum inophyllum).

27

Aplikasi

Penyimpanan benih Benih rekalsitran dapat disimpan dalam bentuk semai. Benih segar yang dikumpulkan, segera disemaikan dalam polybag, kemudian dibiarkan tumbuh sehingga mencapai tinggi tertentu dan disimpan dengan memberi bahan pengatur pertumbuhan atau memanipulasi kondisi ruang simpan untuk menghambat pertumbuhan selama penyimpanan. Setelah penyimpanan, dilakukan pengujian di lapangan terhadap kualitas semai yang meliputi daya tumbuh dan daya hidupnya. Manipulasi faktor lingkungan dengan mengurangi intensitas cahaya (650 lux) dan suhu (25 C) terhadap kondisi tempat simpan dikombinasikan dengan pemberian paklobutrazol 250 ppm dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan semai damar hingga 29% selama penyimpanan 6 bulan dengan persentase tumbuh 97 - 99%. Transportasi benih Benih rekalsitran sebaiknya dikemas dalam wadah yang terbuat dari bahan kedap air namun tidak kedap udara. Pengemasan harus mampu melindungi benih dari kerusakan baik faktor mekanis maupun lingkungan. Faktor lingkungan seperti kelembaban dan suhu kemasan selama pengiriman perlu diatur sesuai kebutuhan benih rekalsitran. Kelembaban dan suhu yang tidak terlalu tinggi baik untuk benih rekalsitran. Penambahan media yang lembab seperti serbuk sabut kelapa atau serbuk gergaji olahan dapat membantu menjaga kelembaban dan melindungi benih dari benturan selama pengiriman. Teknik pengemasan benih rekalsitran jenis damar yang terbaik dengan memasukkan benih ke dalam besek dengan media serbuk sabut kelapa yang dimasukkan ke dalam kantong kain blacu. Sedangkan alat transportasi yang terbaik untuk transportasi benih damar adalah mobil bak terbuka. Dengan perlakuan perlakuan ini dapat menghasilkan nilai daya berkecambah sebesar 77,67%, kecepatan berkecambah 7,8%/hari, dan kadar air benih 43,40%.
Tantangan
Penelitian mengenai penanganan benih rekalsitran sudah banyak dilakukan, namun belum seluruh informasi disajikan secara komprehensif. Oleh karena itu perlu segera diterbitkan pedoman penanganan benih rekalsitran.

Keterangan
Penyusun : Naning Yuniarti, Dida Syamsuwida, Aam Aminah, Evayusvita Rustam, Ateng R. Hidayat Unit Kerja : Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BPTPTH) Bogor E-mail : naningbtp@yahoo.co.id dan bpt.pth@forda-mof.org Gambar : Koleksi BPTPTH Bogor Info detil : www.forda-mof.org/publikasi

28

You might also like