You are on page 1of 27

Morbili

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Campak merupakan salah satu dari lima penyakit penyebab utama kematian anak di dunia yang meningkat sepanjang tahun. Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan pada saat ini campak masih dalam taraf reduksi berdasarkan kesepakatan global sidang WHO. Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di dunia akibat penyakit campak dan sekitar 311.000 kematian terjadi pada anakanak usia < 5 tahun. Pada tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena campak atau 27kematian terjadi setiap jamnya (WHO, 2007). Kematian campak yang meliputi seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana 177.000 kematian terjadi pada anak-anak usia < 5 tahun. Lebih dari 95% kematian campak terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah (WHO, 2008). Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO tahun 2008, insiden campak di wilayah South-East Asia (SEARO) adalah 75.770 (WHO, 2008). Masalah kematian campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000 di antaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak tersebut berasal dari Indonesia (Depkes RI, 2006). Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang kasus campak terbesar di dunia (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2008, angka absolut campak di Indonesia adalah 15.369 kasus (WHO, 2008). 1 Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili satu-satunya cara yang paling efektif adalah dengan cara vaksinasi.3 Di Indonesia program imunisasi campak sudah dimulai sejak tahun 1984 dengan pemberian satu kali secara rutin kepada bayi umur 9 bulan. Upaya imunisasi campak yang telah dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan & Kesos RI sudah mencakup lebih dari 80%, tetapi di daerah-daerah terpencil cakupan tersebut secara keseluruhan belum tercapai. Oleh karena itu kejadian luar biasa campak masih dijumpai di daerah-daerah tertentu, bahkan pada akhir-akhir ini dengan adanya situsi krisis dan perpindahan penduduk yang cepat dari tempat yang kurang aman ke tempat yang aman menyebabkan penularan campak yang tidak terhindarkan.4

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 1

Morbili
1.2 Tujuan Penulisan Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis banding, diagnosis, komplikasi, prognosis, terapi dan pencegahan campak.

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 2

Morbili
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ialah penyakit infeksi virus akut dan menular yang umumnya menyerang anak, ditandai dengan 3 stadium, yaitu : stadium kataral sekitar 10-12 hari, stadium erupsi dan stadium konvalesen5. Kepustakaan lain membagi dalam stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi3. 2.2 Epidemiologi Insiden kasus campak di Indonesia tahun 2007 untuk golongan umur < 1 tahun sebesar 48,9 per 100.000 orang pertahun, umur 1-4 tahun sebesar 36,6 per 100.000 orang tahun, dan umur 5-14 tahun sebesar 18,2 per 100.000 orang tahun. Bahkan sampai dengan tahun 2009 masih dijumpai kejadian luar biasa campak di beberapa propinsi di Indonesia. kasus campak banyak terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dengan insiden > 16 per 100.000 orang tahun, pada kelompok umur < 5 tahun dengan status tidak diimunisasi. provinsi yang padat penduduknya yaitu DKI Jakarta pada tahun 2004 dan 2005, dan pada provinsi yang tidak padat penduduknya yaitu Sulawesi Selatan pada tahun 2006 dan Kalimantan Timur pada tahun 2007. Insiden kasus campak terendah terjadi pada provinsi Bengkulu, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku dimana kelengkapan data surveilans campak yang tidak lengkap, dan di provinsi DI Yogyakarta oleh karena tingginya cakupan imunisasi campak (100,19%) pada tahun 2007. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2005 sebesar 7,40 per 10.000 penduduk dari tahun 2004. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2006 sebesar 8,35 per 10.000 penduduk dari tahun 2005. Terjadi penurunan insiden campak pada tahun 2007 sebesar 6,12 per 10.000 penduduk dari tahun 2006. Kecenderungan peningkatan insiden campak di Indonesia terjadi pada bulan September dari tahun 2004-2008.6

2.3 Etiologi
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 3

Morbili
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam genus morbili virus dan famili Paramyxoviridae yang merupakan virus single stranded RNA. Di dalam virus terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA). Selubung luar merupakan suatu protein yang bersifat hemaglutinin.3 Virus campak berada di sekret nasofaring, dalam darah dan urin, minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperature 350C, dan beberapa hari pada suhu 0 0C. virus tidak aktif pada pH rendah.7

Gambar 1. Paramyxovirus 2.4 Patogenesis7 Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara terutama selama stadium kataralis, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari Whartin, sedangkan Limfosit-T (termasuk Tsupressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah.
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 4

Morbili
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus. Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk-pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis. Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histologi di kulit diduga suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 5

Morbili

Gambar 2. Patogenesis Measles

Gambar 3. Karakteristik dari campak

2.5 Gejala Klinis


FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 6

Morbili
Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu:5 1. Stadium kataral (prodromal). Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul exantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan limfositosis. 2. Stadium erupsi Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai dengan perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalesensi Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi. Panas
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 7

Morbili
Panas dapat meningkat pada hari ke-5 atau ke-6, yaitu pada saat puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasik dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 390-40,60 C saat erupsi rash mencapai puncaknya.3 Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun secara lisis antara hari ke-2 dan ke-3, hingga timbulnya eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, 2 hari setelah timbulnya rash yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, kemungkinan penderita mengalami komplikasi.3 Coryza Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan hilangnya panas.3 Konjungtivitis Pada periode awal stadium prodromal dapat ditemukan transverse marginal line injection pada palpebral inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan adanya peningkatan lakrimasi dan fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun. Batuk Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluan pernapasan. Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun, batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.3 Koplik spot Merupakan bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu. Gambaran ini merupakan
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 8

Morbili
salah satu tanda patognomonik morbili. Beberapa jam sebelum timbulnya rash sudah dapat ditemukan adanya Koplik spot dan menghilang dalam 24 jam hari kedua timbulnya rash.3

Gambar 3. Bercak Koplik Rash Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema makulopapular, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar ke daerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat rash sudah sampai kaki, rash yang timbul duluan mulai berangsur-angsur menghilang.3

Gambar 4. Eritema Makulopapular

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 9

Morbili
2.6 Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas, pemeriksaan serologi, isoloasi virus dari urine atau swab nasofaringeal.3 Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas. Pemeriksaan serologi dengan ELISA IgM lebih sensitive bila diperiksa antara hari ke-3 sampai hari ke-28 timbulnya rash.3

Gambar 5. Multinucleated Giant Cells Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemaglutinin inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 mingggu kemudian. Tes ini cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.3 2.7 Diagnosis Banding3 1. German Measles Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran napas bagian atas, demam ringan, pembesaran kelenjar regional di daerah oksipital dan post aurikuler. Rash lebih halus, yang mula-mula pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari, tidak ada bercak koplik.

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 10

Morbili

Gambar . German measles 2. Eksantema Subitum Penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36 bulan. Perjalanan penyakit ini mirip morbili, bedanya rash timbul pada saat suhu badan turun. Demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya terjadi sebelum timbulnya kemerahan pada kulit dan diikuti dengan penurunan demam secara drastis menjadi normal. 3. Ruam karena obat-obatan Lebih bersifat urtikaria, sehingga rash lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas. Rash kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya timbul setelah ada riwayat penyuntikan atau menelan obat. 4. Ricketsia Gejala prodromal lebih ringan, batuk, rash tidak dijumpai di wajah dan bercak koplik tidak ada yang secara khas dapat ditemui pada penyakit campak. 5. Mononukleosis infeksiosa Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit. 6. Demam skarlatina

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 11

Morbili
Kelainan kulit biasa timbul dalam 12 jam pertama sesudah demam. Batuk dan muntah. Gejala prodromal berlangsung 2 hari. Lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudatif atau membranosa.

Gambar 6. Lidah stroberi 7. Penyakit Kawasaki Demam tidak spesifik disertai nyeri tenggorok mendahului penyakit ini selama 2-5 hari. Biasa ditemukan adanya eksantema yang bersifat generalisata dan makulopapuler. Telapak tangan dan kaki membengkak merah dan menghilang dalam beberapa hari sampai minggu. Gejala klinik lain yang dapat ditemukan adanya bibir, mulut dan lidah yang mengering dan merah serta adanya konjungtivitis non purulen.

Gambar 7. Klinis penyakit Kawasaki

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 12

Morbili

2.8 Komplikasi Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:5,7 1. Bronkopneumonia Komplikasi campak yang sering dijumpai (75,2%), Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri sekunder, terutama pneumokokus, stafilokokus dan hemophilus influenza. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran napas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto thorak dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.7 2. Laringitis akut Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran napas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress pernapasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.7
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 13

Morbili
3. Encephalitis morbili akut Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari ke-4 dan ke-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis dapat berpa kejang, letargi, koma, dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi napas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleisitosis ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.7 4. Kejang demam Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.7 5. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis) SSPE (dawsons disease) yaitu suatu penyakit degeneratif susunan saraf pusat. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang peranan dalam patogenesisnya.5 Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antibody terhadap capak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.7 6. Immunosuppresive measles encephalopathy
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 14

Morbili
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.5 7.Otitis media Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.3

Gambar 8. Membran Timpani pada Otitis Media 8. Enteritis Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. Dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan kehilangan protein (protein losing enteropathy).7 9. Konjungtivitis Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea.7 10. Sistem kardiovaskuler
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 15

Morbili
Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi premature aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.7 2.9 Pemeriksaan penunjang8 Laboratorium Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri Pemeriksaan untuk komplikasi bila terindikasi : Ensefalopati/ensefalitis : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah Enteritis : feses lengkap Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.

2.10 Pengobatan7,8 Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspetoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi system pernapasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari. Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul, yaitu : Bronkopneumonia

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 16

Morbili
Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda. Berikan oksigen 2 liter/menit. Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya negative (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya. Enteritis Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan dehidrasi. Otitis media Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis) Ensefalopati/ensefalitis Kloramfenikol dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100mg/kgBB/hari selama 710 hari. Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5 g/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tapering off).

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 17

Morbili
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi edema otak. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah. Indikasi masuk rumah sakit yang dianjurkan:3 Bercak/eksantema merah kehitaman yang menimbulkan deskuamasi dengan skuama yang lebar dan tebal. Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti laryngitis dan pneumonia. Dehidrasi berat Kejang dengan kesadaran menurun.

2.11 Pencegahan 2.11.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) 10 Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu : a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi. b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru dikembangkan pelaksanaannya pada tahun 1982. sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun. Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B) dan (2) vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yangberada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium). Sejak tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Sebaliknya, vaksin campak yang berasal dari virus hidup yang dilemahkan, dikembangkan dari Edmonstone strain Shwarz (1965) dan kemudian menjadi strain Moraten (1968) dengan mengembangbiakkan virusnya pada embrio ayam. Vaksin Edmonstone Zagreb merupakan
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 18

Morbili
hasil biakan dalam human diploid cell yang dapat digunakan secara inhalasi atau aerosol dengan hasil yang memuaskan.7 Imunisasi campak awal, biasanya diberikan sebagai campak-gondong-rubella (MMR), dianjurkan pada usia 12-15 bulan tetapi dapat diberikan sebagai postexposure dan profilaksis wabah secara dini pada usia 6 bulan. Imunisasi kedua, juga sebagai MMR, dianjurkan diberikan secara rutin pada usia 4-6 tahun tetapi dapat diberikan di setiap waktu selama masa kanak-kanak setidaknya 4 minggu setelah dosis pertama. Anak-anak yang sebelumnya tidak menerima dosis kedua harus diimunisasi pada usia 11-12 thn. Remaja yang memasuki perguruan tinggi atau dunia kerja seharusnya menerima imunisasi campak kedua.9 Imunisasi aktif Vaksin yang diberikan adalah live attenuated measles vaccine. Mula-mula diberikan strain Edmonstone B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksantema sampai hari ke 10 paska vaksinasi sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan gamma globulin di lengan lain.3 Respon terhadap vaksin campak hidup dapat ditekan dengan pemberian gammaglobulin.9 Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan bersama gamma globulin. Vaksin ini diberikan secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama. Di Indonesia, digunakan vaksin buatan perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili hidup yang sudah dilemahkan yaitu Srain Schwarz. Tiap dosis yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1000 TCID50 dan Neomisin Sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.3 Vaksin diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 mL pada umur 9 bulan. Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibody yang dibawa sejak lahir.3

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 19

Morbili

Gambar 6. Vaksin MMR Pemberian vaksin ini akan menyebabkan alergi terhadap tuberculin selama 2 bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat immunoglobulin atau transfusi darah sebelumnya, vaksin ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan.3 Program pemerintah Indonesia menganjurkan pemberian vaksin campak sebanyak 1 dosis pada usia 9 bulan. Tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa pemberian vaksin campak dosis ke 2 pada usia 15 bulan (bisa diberikan MMR) akan memberikan cakupan imunitas lebih dari 90%.3 Beberapa Negara Eropa menganjurkan pemberian vaksin campak 2 dosis dengan dasar pemikiran dosis ke-2 untuk memberikan proteksi bagi mereka yang tidak mengalami serokonversi pada imunisasi pertama.3 Vaksin campak tidak dianjurkan untuk wanita hamil, anak-anak dengan immunodefisiensi primer, TBC yang tidak diobati, kanker, atau transplantasi organ, mereka yang menerima terapi imunosupresif jangka panjang, atau anak-anak yang terinfeksi HIV dengan immunocompromised berat. Anak-anak yang terinfeksi HIV tanpa imunosupresi parah dan tanpa bukti kekebalan campak dapat menerima vaksin campak.9 Anak dengan infeksi TBC aktif harus menerima pengobatan antituberkulosis ketika vaksin campak diberikan. Tes tuberkulin sebelum atau bersamaan dengan imunisasi aktif terhadap campak dipertimbangkan jika tuberkulosis terkendali.9 Reaksi KIPI :4

Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakannya vaksin campak yang dilemahkan.

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 20

Morbili

Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,50C yng terjadi pada 5-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.

Berbeda dengan infeksi alami, demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.

Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami.

Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi, diperkirakan risiko terjadinya kedua efek samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin.

Imunisasi pasif Imunisasi pasif dengan immune globulin efektif untuk pencegahan dan meredam campak dalam waktu 6 hari setelah paparan. Pada rumah tangga yang rentan dan kontak dengan rumah sakit untuk anak dengan usia kurang dari 12 bulan atau wanita yang sedang hamil harus menerima immune globulin (0,25 mL / kg; maksimum: 15 mL) intramuskular secepat mungkin setelah terkena, dalam waktu 5 hari. Orang dengan immunocompromised harus menerima globulin imun (0,5 mL / kg; maksimum: 15 mL) intramuskular tanpa melihat status imunisasi. Bayi dengan usia 6 bulan atau lebih muda yang lahir dari ibu nonimmune harus menerima globulin imun; bayi usia 6 bulan atau lebih muda lahir dari ibu yang memiliki kekebalan dianggap dilindungi oleh antibodi ibu. Anak-anak usia rentan 6-12 bulan juga harus divaksinasi, vaksinasi ini tidak dihitung sebagai salah satu dari dua vaksinasi campak yang diperlukan. anak-anak Anak-anak usia 12 bulan atau atau lebih yang rentan harus menerima vaksin dalam waktu 72 jam. Wanita hamil dan orang immunocompromised seharusnya menerima immune globulin tetapi bukan vaksin.9 Kegagalan vaksinasi7
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 21

Morbili
Kegagalan vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder. Dikatakan primer apabila tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder apabila tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi. Berbagai kemungkinan yang menyebabkan tidak terjadinya serokonversi ialah : a) Adanya antibodi yang dibentuk sejak lahir yang dapat menetralisir virus vaksin campak yang masuk b) Vaksinnya yang rusak c) Akibat pemberian immunoglobulin yang diberikan bersama-sama. Kegagalan sekunder dapat terjadi karena potensi vaksin yang kurang kuat sehingga respon imun yang terjadi tidak adekuat dan tidak cukup untuk memberikan perlindungan pada tubuh terhadap serangan campak secara alami.

2.11.2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)10 Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu : a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah. b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya. c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 22

Morbili
d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel. 2.11.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) 10 Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu : a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak. b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka. 2.12 Prognosis3 Morbili merupakan penyakit self-limiting dan berlangsung antara 7-10 hari sehingga bila tidak disertai komplikasi, prognosis baik. Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita Masih percaya tahayul Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 23

Morbili

BAB III KESIMPULAN Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : stadium kataral (prodromal), stadium erupsi dan stadium konvalesen. Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam genus morbili virus dan famili Paramyxoviridae yang merupakan virus single stranded RNA. Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas, pemeriksaan serologi, isoloasi virus dari urine atau swab nasofaringeal. Diagnosa banding campak antara lain : 1. Eksantema Subitum 2. German Measles 3. Rash karena obat-obatan 4. Ricketsia 5. Mononukleosis infeksiosa 6. Demam skarlatina 7. Penyakit Kawasaki Komplikasi dari campak adalah : 1. Bronkopnemonia 2. Laringitis akut 3. Encephalitis morbili akut 4. Kejang demam
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 24

Morbili
5. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis) 6. Immunosuppresive measles encephalopathy 7. Otitis media 8. Enteritis 9. Konjungtivitis 10. Sistem kardiovaskuler Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspetoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Pencegahan campak ada 3 tahap : 1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak. Dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih.

Vaksin diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 mL pada umur 9 bulan. Vaksin campak tidak dianjurkan untuk wanita hamil, anak-anak dengan immunodefisiensi primer, TBC yang tidak diobati, kanker, atau transplantasi organ, mereka yang menerima terapi imunosupresif jangka panjang, atau anak-anak yang terinfeksi HIV dengan immunocompromised berat. Kegagalan vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder. Dikatakan primer apabila tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder apabila tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi.
2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. 3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 25

Morbili
Morbili merupakan penyakit self-limiting dan berlangsung antara 7-10 hari sehingga bila tidak disertai komplikasi, prognosis baik.

DAFTAR PUSTAKA
FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 26

Morbili
1. Tutik Inayah S, 2009. Gambaran Epidemiologi Kasus Campak dan Indikator Kinerja Surveilans Campak Rutin Di Indonesia Tahun 2005-2008. Diunduh dari http:// www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3667. Diakses tanggal 1 Oktober 2010.
2. Burnett M., 2007. Measles, Rubeola. Diunduh dari http://www.e-emedicine.com.

Diakses tanggal 1 Oktober 2010 3. Rampengan,TH; Laurentz,IR: Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Ed. Kedua, Jakarta : EGC ;2005 4. I.G.N Ranuh; S, Hariyono, S.H, Sri Rezeki, K, Cissy. Ed. Buku Imunisasi Di Indonesia, Ed.1, Satgas Imunisasi IDAI, Jakarta, 2001. 5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta, 1985.
6. Regina, 2009. Korelasi cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden penyakit

campak

di

Indonesia

tahun

2004-2008.

Diunduh

dari

http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8707/q/pengarang:%20Regina %20/offset/0/limit/15. Diakses tanggal 28 September 2010. 7. S, Sumarmo; Soedarmo, P; Gama H; S.H,Sri Rezeki , Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi Dan Penyakit Tropis, Ed. Pertama, Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. 8. S, Sudigdo. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : RSUP Nasional DR. Cipto Mangunkusumo; 2007. 9. Maldonado Y. Measles. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders; 2004 h.1027-30. 10. Anonymous. www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh pada tanggal 1 Oktober 2010

FK UPN Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 27

You might also like

  • Teknik Sampling
    Teknik Sampling
    Document10 pages
    Teknik Sampling
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Fraktur Humerus
    Fraktur Humerus
    Document3 pages
    Fraktur Humerus
    munzir
    No ratings yet
  • TB Paru
    TB Paru
    Document4 pages
    TB Paru
    normanahmad92
    No ratings yet
  • Morbili Cover
    Morbili Cover
    Document1 page
    Morbili Cover
    munzir
    No ratings yet
  • Vertigo Cover
    Vertigo Cover
    Document1 page
    Vertigo Cover
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Fraktur Humerus Cover
    Fraktur Humerus Cover
    Document1 page
    Fraktur Humerus Cover
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Mor Bili
    Mor Bili
    Document3 pages
    Mor Bili
    munzir
    No ratings yet
  • PJR1
    PJR1
    Document19 pages
    PJR1
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Jadwal Bss
    Jadwal Bss
    Document5 pages
    Jadwal Bss
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Vertigo
    Vertigo
    Document7 pages
    Vertigo
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Limfoma
    Limfoma
    Document21 pages
    Limfoma
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Dosis Obat Anak
    Dosis Obat Anak
    Document6 pages
    Dosis Obat Anak
    Arga Aditya
    100% (1)
  • Limfoma
    Limfoma
    Document21 pages
    Limfoma
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Refrat Morbili
    Refrat Morbili
    Document12 pages
    Refrat Morbili
    David KLanis
    No ratings yet
  • Insomnia
    Insomnia
    Document8 pages
    Insomnia
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Limfoma
    Limfoma
    Document21 pages
    Limfoma
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Demensia (Psikiatri)
    Demensia (Psikiatri)
    Document13 pages
    Demensia (Psikiatri)
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Jadwal Bss
    Jadwal Bss
    Document5 pages
    Jadwal Bss
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Skor Daldiyono
    Skor Daldiyono
    Document1 page
    Skor Daldiyono
    Norman Ahmad Riyandi
    100% (3)
  • Cholelitiasis
    Cholelitiasis
    Document3 pages
    Cholelitiasis
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Asma Eksaserbasi Akut
    Asma Eksaserbasi Akut
    Document15 pages
    Asma Eksaserbasi Akut
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • 4 Respon Imun Nonspesifik
    4 Respon Imun Nonspesifik
    Document19 pages
    4 Respon Imun Nonspesifik
    Lince Maryanti
    No ratings yet
  • Refrat Morbili
    Refrat Morbili
    Document12 pages
    Refrat Morbili
    David KLanis
    No ratings yet
  • Referat CHF
    Referat CHF
    Document20 pages
    Referat CHF
    Ganesha Ledchumanan
    86% (7)
  • Poliuria
    Poliuria
    Document8 pages
    Poliuria
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Demensia
    Demensia
    Document9 pages
    Demensia
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Poliuria
    Poliuria
    Document8 pages
    Poliuria
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Skor Daldiyono Dehidrasi
    Skor Daldiyono Dehidrasi
    Document1 page
    Skor Daldiyono Dehidrasi
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Buerger Disease
    Buerger Disease
    Document11 pages
    Buerger Disease
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka Adb Koass
    Daftar Pustaka Adb Koass
    Document1 page
    Daftar Pustaka Adb Koass
    Norman Ahmad Riyandi
    No ratings yet