You are on page 1of 35

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.

MSc
BAB II RESISTOR

2.1

Pendahuluan Sebelum kita memulai diskusi lebih lanjut mengenai resistor ada baiknya kita

melihat kembali mengenai konduktor dan isolator. Secara elektronika, konduktor merupakan jenis material yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan isolator merupakan jenis material yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Kedua jenis material tersebut (konduktor dan isolator) sangat diperlukan dalam sebuah perancangan sirkuit elektronika. Secara umum sebuah konduktor dapat kita peroleh dari beberapa material logam seperti besi, nikel, dan tembaga, sedangkan isolator dapat kita peroleh dari beberapa material non-logam seperti serabut kayu, karet, dan kertas. Di dalam sebuah perancangan sirkuit elektronika sebuah konduktor digunakan sebagai medium untuk menghantarkan arus listrik dari suatu point ke point lainnya. Sedangkan sebuah isolator digunakan untuk menahan arus listrik agar tidak mengalir dari satu point ke point lainnya di dalam sirkuit elektronika. Sebagai bentuk yang real kita dapat melihat sebuah kabel yang umumnya terdiri dari sebuah konduktor dan isolator. Material konduktor pada sebuah kabel berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dan material isolator digunakan sebagai protector agar aliran arus listrik tidak mengalir ke luar konduktor. Dari sekian diskusi kita mungkin anda masih sedikit belum jelas mengenai resistor yang akan kita bahas. Baiklah mari kita sekali lagi melihat ketika sedang merancang sebuah sirkuit elektronika adakalanya kita hanya ingin mengalirkan beberapa mili ampere arus listrik ke dalam sirkuit kita, namun realitanya sumber energi listrik yang digunakan memiliki tingkat arus listrik hingga beberapa ratus mili ampere. Seperti yang telah kita ketahui bahwa isolator dapat difungsikan untuk menahan arus listrik, namun di dalam perancangan kita hanya ingin menahan arus listrik beberapa puluh mili ampere bukan seluruh arus listrik. Oleh karena itu digunakan sebuah resistor yang dapat menahan arus listrik sesuai dengan kebutuhan perancangan sirkuit elektronika.

Perhatikanlah gambar 2.1 di samping yang memuat sebuah resistor. Secara umum resistor merupakan jenis komponen elektronika yang berfungsi menahan arus listrik sesuai dengan perancangan sirkuit elektronika. Resistor dibuat Gambar 2.1. Resistor dalam beragam ukuran, baik ukuran fisik maupun

14

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


ukuran kemampuannya menahan arus listrik. Seperti yang telah kita diskusikan pada bagian sebelumnya bahwa arus listrik merupakan aliran muatan listrik dari suatu point ke point lainnya di dalam sirkuit elektronika yang tertutup (closed circuit). Aliran muatan listrik tersebut akan menerima gaya yang berlawanan dari arah aliran arus listrik apabila mengalir melalui suatu material baik konduktor maupun isolator. Gaya yang berlawanan tersebut berbeda antara suatu material dengan material lainnya. Pada sebuah konduktor gaya tersebut bernilai sangat kecil sehingga arus listrik dapat mengalir dengan mudah, namun pada sebuah isolator gaya tersebut bernilai sangat besar sehingga menyulitkan arus listrik untuk mengalir. Secara elektronika gaya yang berlawanan tersebut dinyatakan sebagai tahanan jenis.

2.1.1

Simbol dan Satuan Secara historis seperti yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya bahwa seorang fisikawan yang

bernama Ohm telah menyusun secara matematis dan sistematis hubungan antara variabel tegangan dan arus Gambar 2.2. (a). Simbol fixed resistor (b). Simbol variable resistor listrik. Georg Ohm mengungkapkan bahwa pada suhu yang konstan

ternyata nilai arus listrik adalah linear dengan nilai tegangan. Selanjutnya variabel konstan tersebut dinyatakan sebagai nilai resistansi dengan satuan Ohm dan simbol seperti terlihat pada gambar 2.2, sedangkan pernyataan yang diungkapkan olehnya kini dikenal sebagai hukum Ohm dan dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut (persamaan 2.1).

(2.1)

Ohm (). Secara lengkap persamaan di atas dapat ditulis kembali menjadi persamaan berikut (persamaan 2.2). 15

Nilai konstan tersebut dilambangkan , yaitu resistansi dan satuannya adalah

(2.2)

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


2.1.2 Tahanan Jenis

Seperti yang telah kita diskusikan bahwa pada prinsipnya setiap material (logam dan non-logam) dapat menghambat arus listrik, tetapi material logam memberikan ruang yang lebih luas dari pada material non-logam karena memiliki nilai tahanan yang sangat kecil. Nilai tahanan yang terdapat pada material-material tersebut dinyatakan sebagai tahanan jenis dan nilainya berbeda antara satu logam dengan logam lainnya bahkan untuk semua material (logam dan non-logam). Di dalam sebuah perancangan sirkuit elektronika kita membutuhkan nilai tahanan jenis yang sesuai dengan kebutuhan perancangan kita. Umumnya sebuah resistor terbuat dari material yang memiliki nilai tahanan jenis sesuai dengan nilai daya (power) pada sebuah perancangan sirkuit elektronika. Secara elektronika perbedaan nilai resistansi pada setiap material disebut sebagai tahanan jenis material yang dilambangkan dengan dengan (). Nilai resistansi sebuah material dapat diperoleh melalui 3 (tiga) parameter (diagram 2.1), yaitu: a. b. c. Panjang material ( ) Hambatan jenis material ()

Luas penampang material () Secara matematis ketiga

parameter tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut (persamaan 2.3).

(2.3)

Diagram 2.1. Parameter resistansi sebuah material

2.1.3

Kode Resistor

Untuk mempermudah kita dalam menggunakan sebuah resistor maka digunakan sistem pengkodean warna gelang seperti terlihat pada tabel 2.1 di bawah ini yang menginformasikan nilai resistansi sebuah resistor. Pengkodean nilai resistansi tersebut dilakukan dengan memberi gelang-gelang warna pada sebuah resistor. Gelang-gelang warna tersebut terdiri dari 4 (empat) bagian (a, b, c, tol). Bagian a adalah digit pertama, bagian b adalah digit kedua, bagian c adalah perkalian pangkat 10 (sepuluh), dan bagian tol adalah toleransi (gambar 2.3). Secara matematis bagian-bagian tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut. 10 % 16

(2.4)

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


Secara fisika nilai resistansi juga dipengaruhi oleh temperatur material, yaitu nilai resistansi pada konduktor akan meningkat selama nilai temperaturnya naik, sedangkan nilai resistansi pada isolator akan menurun selama nilai temperaturnya naik. Secara elektronika hubungan antara nilai resistansi dan nilai temperatur suatu material dinyatakan sebagai koefisien daya tahan temperatur. Lebih lanjut koefisien daya tahan temperatur suatu material adalah kenaikan nilai resistansi per 1 saat terjadi kenaikan temperatur sebesar 1. Secara umum koefisien daya tahan temperatur dilambangkan dengan (alpha). Sebagai sebuah contoh kita dapat mengukur sebuah kawat tembaga yang memiliki nilai resistansi sebesar 1

nilai resistansi kawat tembaga meningkat menjadi 1,0043 maka nilai kawat daya tahan temperatur dan nilai resistansi dapat dinyatakan sebagai berikut. 1 Di mana: = Tahanan pada 0 = Tahanan pada

dipanaskan hingga kenaikan temperatur mencapai 1 dan setelah diukur ternyata

tembaga tersebut adalah 0.0043. Secara matematis hubungan antara koefisien

(2.5)

= Koefisien daya tahan temperatur pada 0 Tabel 2.1. Pengkodean resistansi pada resistor

17

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc

Gambar 2.3. Struktur pengkodean resistansi pada sebuah resistor

2.2

Sirkuit Resistor Pada bagian selanjutnya kita akan mendiskusikan sirkuit-sirkuit resistor.

Seperti yang telah kita diskusikan bahwa secara sederhana semua sirkuit elektronika dapat dikelompokan menjadi sirkuit seri dan sirkuit paralel begitu juga dengan resistor kita dapat mengelompokannya ke dalam: a. b. Sirkuit seri Sirkuit paralel

2.2.1

Sirkuit Seri Secara elektronika sebuah sirkuit seri resistor dapat kita lihat pada gambar 2.4. Pada gambar tersebut kita dapat memperhatikan bahwa secara

Gambar 2.4. Sirkuit seri resistor

struktural resistor

sebuah

rangkaian

seri

merupakan sebuah rangkaian resistor yang disusun secara berturut-turut, yaitu point resistor pertama dihubungkan ke point resistor kedua dan begitu seterusnya hingga resistor terakhir, secara fisik terkadang menyerupai sebuah tali yang direntangkan.

2.2.2

Sirkuit Paralel Secara elektronika sebuah sirkuit paralel resistor dapat kita lihat pada gambar 2.5. Secara struktrural sirkuit paralel resistor merupakan sebuah

rangkaian resistor yang disusun secara sejajar Gambar 2.5. Sirkuit paralel resistor 18 hingga menyerupai sebuah

anak tangga.

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


2.3

Power Dissipation
Secara elektronika arus listrik yang mengalir dan tegangan yang melintasi

point-point resistor akan menghasilkan daya listrik (power). Secara matematis daya listrik merupakan perkalian antara arus listrik ( ) dengan tegangan ( ) dan dapat dinyatakan sebagai berikut (persamaan 2.6). 2.4 Analisis Sirkuit Resistor Pada bagian selanjutnya kita akan mendiskusikan beberapa teorema yang umum digunakan dalam melakukan perancangan dan analisis sebuah sirkuit resistor.

(2.6)

Teorema-teorema tersebut umumnya digunakan untuk menyederhanakan

sebuah sirkuit resistor yang kompleks. Dengan menggunakan formula yang sederhana namun powerfull membuat teorema-teorema tersebut sering

digunakan para desainer elektronika dalam merancang maupun

menganalisis sebuah sirkuit resistor yang kompleks pada sistem sederhana sering

elektronika.

Secara yang

teorema-teorema

digunakan oleh para desainer dapat dikelompokan menjadi empat (diagram 2.2), yaitu: Diagram 2.2. Teorema-teorema dasar untuk sirkuit resistor a. b. c. d. Teorema superposisi Teorema Thevenin Teorema Northon Teorema perpindahan daya

Selain empat teorema yang telah disebutkan terdapat juga 3 (tiga) hukum dasar yang digunakan pada perancangan sirkuit resistor (diagram 2.3), yaitu: a. b. c. Hukum Ohm Hukum rangkaian seri dan paralel Hukum Kirchoff

19

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc

Diagram 2.3. Hukum-hukum dasar untuk sirkuit resistor

2.5

Hukum Kirchoff Secara umum hukum Kirchoff dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian,

yaitu: a. b. Hukum arus Kirchoff Hukum tegangan Kirchoff

2.5.1

Hukum Arus Kirchoff

Secara sederhana hukum arus Kirchoff dapat dinyatakan sebagai berikut: Pada suatu point di dalam sebuah sirkuit elektronika terdapat arus listrik yang mengalir ke luar point dan ke dalam point, nilai arus yang mengalir ke luar point dan arus yang mengalir ke dalam point adalah sama besar. Secara matematis hukum arus Kirchoff dapat dinyatakan sebagai berikut (persamaan 2.7). 0

2.5.2 Hukum Tegangan Kirchoff

(2.7)

Secara sederhana hukum tegangan Kirchoff dapat dinyatakan sebagai berikut: Pada sebuah sirkuit elektronika (closed loop) yang terdiri dari berbagai komponen elektronika terdapat tegangan yang besarnya merupakan penjumlahan tegangan setiap komponen Secara matematis hukum tegangan Kirchoff dinyatakan sebagai berikut (persamaan 2.8). 2.6 Hubungan Seri Secara elektronika pada resistor-resistor yang dihubungkan secara seri akan

(2.8)

20

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


mengalir arus listrik yang nilainya sama besar antara satu resistor dengan resistor lainnya. Inilah keunikan sebuah sirkuit seri di mana setiap komponen elektronika akan memperoleh arus listrik yang nilainya sama besar pada setiap komponen namun memiliki nilai tegangan yang berbeda antara satu komponen dengan komponen lainnya. Di samping keunikan tersebut terdapat satu lagi yang menjadi karakteristik sebuah sirkuit seri yaitu setiap komponen memiliki ketergantungan antara satu komponen dengan komponen lainnya, maksudnya bila sebuah resistor dilepas dari sirkuit maka sirkuit akan tidak terhubung (opened circuit). Khusus untuk sirkuit seri resistor terdapat 3 (tiga) karakteristik yang sebaiknya harus diketahui oleh calon desainer sirkuit elektronika, yaitu: a. b. c. Tegangan total pada sirkuit Arus total pada sirkuit Pembagi tegangan (voltage divider)

2.6.1

Resistansi Total

Mari kita perhatikan sirkuit seri resistor pada gambar 2.6 di bawah ini. Secara elektronika bila kita membentuk sebuah sirkuit seri resistor yang terdiri dari sekian banyak resistor maka sirkuit tersebut dapat disederhanakan dengan menggunakan beberapa resistor namun memiliki nilai resistansi yang sama antara satu sirkuit dengan sirkuit yang baru. Penyetaraan nilai resistansi antara sirkuit yang memiliki sekian banyak resistor dengan sirkuit yang lebih sederhana sangat diperlukan dalam perancangan sirkuit elektronika mengingat waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam perancangan dan implementasi. Secara umum penyetaraan resistansi suatu sirkuit dinyatakan sebagai resistansi ekivalen dan secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut (persamaan 2.9).

(2.9)

Gambar 2.6. Resistansi ekivalen pada sikuit seri resistor

Sebagai sebuah contoh real mari kita perhatikan kembali sirkuit pada gambar 2.6. Pada sirkuit tersebut tersusun 3 (tiga) buah resistor yang tersusun secara seri dengan nilai resistansi adalah 10, 10, dan 10. Ketiga 21

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


resistor tersebut membentuk sebuah sirkuit yang memiliki nilai resistansi sebesar: 10 10 10 10 10 10 30

Maka sirkuit resistor yang terdiri dari 3 buah resistor tersebut dapat kita sederhanakan dengan sebuah resistor yang memiliki nilai resistansi sebesar 30k. Tentu ini tidak akan terasa secara signifikan bila kita hanya mendesain dan memproduksi satu buah sirkuit, namun bayangkan jika kita akan melakukan mass

production yang memproduksi sekitar 10.000 sirkuit.


2.6.2 Tegangan Total

Seperti yang telah kita diskusikan sebelumnya bahwa salah satu karakteristik sebuah sirkuit seri adalah nilai tegangan pada setiap komponen berbeda dan proporsional terhadap besarnya nilai resistansi pada setiap resistor. Secara matematis untuk memperoleh nilai tegangan keseluruhan pada sebuah sirkuit seri resistor maka kita harus mengetahui nilai tegangan pada setiap resistor dan setelah itu kita baru dapat memperoleh nilai tegangan sirkuit dengan cara menjumlahkan seluruh tegangan resistor yang terdapat di dalam sirkuit seri tersebut (gambar 2.7). Nilai tegangan pada setiap resistor di dalam sebuah sirkuit seri dapat dinyatakan sebagai berikut (persamaan 2.10).

(2.10)

Gambar 2.7. Tegangan total pada sirkuit seri resistor

22

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


Mari kita analisis kembali sirkuit pada gambar 2.7. pada sirkuit paralel tersebut nilai adalah sama dengan nilai dan , yaitu 10, sedangkan nilai resistansi keseluruhan sirkuit adalah atau 30. Dari nilai resistansi total tersebut kita dapat memperoleh nilai arus pada sirkuit, yaitu:

0,4

12 30

Maka nilai tegangan pada masing-masing resistor adalah: 4

0,4 10

0,4 10 4

0,4 10 4

Nilai tegangan pada sirkuit tersebut bernilai sama karena nilai resistansi pada setiap resistor adalah sama, namun bila kita ganti nilai adalah 5, adalah 10, dan adalah 15, maka nilai resistansi total adalah: 30

5 10 15

Sedangkan nilai arus pada sirkuit adalah:

0,4 23

12 30

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


Sedangkan nilai tegangan pada setiap resistor adalah: 2

0,4 5

0,4 10 4

0,4 15 6

Dari analisis tersebut kita dapat menemukan bahwa untuk nilai resistansi total yang sama maka nilai arus pada sirkuit juga sama tetapi nilai tegangan pada setiap resistor di dalam sirkuit adalah proporsional terhadap nilai resistansinya.

2.6.3

Pembagi Tegangan (voltage divider)

Mari kita analisis kembali sirkuit seri resistor yang terdapat pada gambar 2.7 sebelumnya. Seperti yang telah kita diskusikan bahwa nilai tegangan pada sirkuit seri merupakan penjumlahan seluruh nilai tegangan pada setiap resistor dan nilai

tegangan pada setiap resistor tersebut adalah proposional terhadap nilai

resistansi. Sirkuit seri pada gambar 2.8 terdiri atas tiga resistor yang nilainya 10, 10, dan 10 sehingga setiap resistor memiliki tegangan sebesar 4 volt, namun bila kita analisis secara mendalam kita Gambar 2.8. Konsep pembagi tegangan (voltage divider) dapat menemukan bahwa nilai

tegangan power supply yang besarnya 12 volt

telah dibagi oleh setiap resistor yang nilainya masing-masing adalah 4 volt. Nilai tegangan pada setiap resistor sebesar 4 volt diperoleh karena setiap resistor memiliki nilai resistansi yang sama yaitu 10k sehingga kita dapat menyatakan

24

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


bahwa sebuah sirkuit seri resistor dapat dimanfaatkan untuk membagi tegangan

power supply (voltage divider) dan ini umumnya digunakan pada sebuah sirkuit
transistor yang memerlukan tegangan beberapa volt dari tegangan power supply (akan kita diskusikan lebih lanjut pada bagian berikutnya). Untuk melakukan pembagian tegangan power supply dengan nilai berbeda maka kita harus merubah nilai resistansi pada setiap resistor seperti pada gambar 2.8, nilai tegangan pada setiap resistor adalah 13 dari nilai tegangan power supply karena setiap resistor nilai resistansi pada adalah 35, dan adalah 15 masing-masing maka dan tegangan pada serta adalah sebesar 2.4 volt. memiliki resistansi sebesar 13 dari nilai resistansi total, namun bila kita menyusun

kita akan mendapatkan nilai tegangan pada adalah 35 12 yaitu 7.2 volt

Gambar 2.9. Sirkuit pembagi tegangan (voltage divider)

Gambar 2.10. Analisis pembagi tegangan (voltage divider)

Untuk lebih real, mari kita perhatikan sirkuit seri resistor pada gambar 2.9 dan kita anggap adalah 15 dan adalah 25, sedangan tegangan sumber adalah 10 , maka nilai resistansi keseluruhan pada sirkuit adalah: 40 2.10. Pada gambar 2.9 dan 2.10 tersebut terdapat dua resistor yaitu dan ,

15 25

Sedangkan arus total pada sirkuit adalah:

0,25 Tegangan pada setiap resistor adalah: 25

10 40

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


0,25 15 3,75

0,25 25 6,25

tegangan keluaran adalah 3,75. Karaketristik seperti ini sangat diperlukan dalam sebuah perancangan sirkuit elektronika.

tegangan masukan yang nilainya 10 telah dibagi sedemikian rupa hingga nilai

Maka tegangan keluaran dari sirkuit adalah 3,75. Kita dapat melihat bagaimana

2.6.4

Arus Total

Seperti yang telah kita ketahui bahwa arus listrik pada sirkuit seri resistor adalah sama untuk setiap resistor, oleh karena itu untuk mendapatkan nilai arus secara keseluruhan pada sirkuit tersebut kita cukup mengetahui nilai arus listrik pada salah satu resistor (gambar 2.11). Secara matematis nilai arus listrik pada sirkuit seri resistor dapat dinyatakan sebagai berikut (persamaan 2.11).

(2.11)

Di mana: = Tegangan sumber = Tahanan ekivalen = Arus pada sirkuit

Gambar 2.11. Arus total pada sirkuit seri resistor 26

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


2.7 Hubungan Paralel Secara elektronika setiap resistor yang dihubungkan secara paralel akan memperoleh nilai tegangan yang sama besarnya antara satu resistor dengan lainnya. Ini merupakan salah satu karakteristik sirkuit paralel, namun selain memiliki nilai tegangan yang sama antara setiap resistor sirkuit paralel juga memiliki karakteristik yang akan membagi nilai arus listrik secara proporsional terhadap nilai resistansi resistor. Secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa sebuah sirkuit paralel memiliki karakteristik yang terbalik dengan sirkuit seri. Seperti sebelumnya pada sirkuit seri resistor maka pada sirkuit paralel resistor juga terdapat beberapa parameter yang sebaiknya diketahui oleh calon desainer elektronika, yaitu: a. b. c. Tegangan total pada sirkuit Arus total pada sirkuit Pembagi arus (current divider)

2.7.1

Resistansi Total

Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyederhanaan sebuah sirkuit resistor dapat dilakukan melalui pergantian resistor dengan resistansi ekivalen (gambar 2.12). Secara matematis resistansi ekivalen sebuah sirkuit paralel resistor dapat dinyatakan sebagai berikut (persamaan 2.12). 1 1 1 1 1

(2.12)

Gambar 2.12. Resistansi ekivalen pada sirkuit paralel resistor

2.7.2

Tegangan Total

Seperti yang telah kita ketahui bahwa tegangan setiap resistor pada sirkuit 27

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


paralel adalah sama seperti terlihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13. Tegangan total pada sirkuit paralel resistor Mari kita analisis kembali bila adalah 10, adalah 15, dan

adalah 40, maka resistansi total adalah: 1

1 12 8 3 120 120 120 1 23 120 120 23

1 1 1 1 10 15 40

1 1 1

5,218 Sedangkan nilai arus pada sirkuit adalah:

2,30

12 5,218

Maka arus pada setiap resistor adalah:

28

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


12 10

1,2

0,8

12 15

0,3

12 40

Dari analisis tersebut dapat kita simpulkan bahwa nilai arus pada sebuah sirkuit paralel resistor adalah proporsional terhadap nilai resistansi setiap resistor. Nilai arus listrik tersebut merupakan pembagian arus total kepada setiap resistor, karena: 2,3

1,2 0,8 0.3

Di mana: 2,3 2.7.3 Arus Total

12 5,218

Mari perhatikan sirkuit pada gambar 2.14 yang menerangkan secara sederhana bagaimana pembagian arus pada sebuah sirkuit paralel resistor. Dari sirkuit tersebut dapat kita simpulkan bahwa sejumlah arus listrik akan mengalir dalam jumlah besar pada resistor yang memiliki nilai resistansi kecil dan juga sebaliknya arus listrik akan mengalir dalam jumlah sedikit pada resistor yang memiliki nilai resistansi yang besar.

29

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc

Gambar 2.14. Arus total pada sirkuit paralel resistor

2.7.4

Pembagi Arus (current divider) Sebuah karaketristik yang telah kita ketahui bahwa sirkuit paralel resistor dapat dimanfaatkan sebagai pembagi arus (current divider). Pembagian arus tersebut dapat dilakukan dengan

mengatur nilai-nilai resistansi secara proporsional Gambar 2.15. konsep pembagi arus (current divider) terhadap resistansi

keseluruhan pada sirkuit paralel. Mari perhatikan gambar 2.15 yang memuat dua resistor secara paralel.

Arus listrik dari sumber power akan mengalir ke sebagai dan ke sebagai . Secara matematis nilai arus listrik pada kedua resistor adalah sebagai berikut (persamaan 2.13).

30

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


(2.13)

listrik pada setiap resistor adalah ( 10) :

Mari kita analisis bila adalah 15 dan adalah 10, maka nilai arus

Di mana resistansi ekivalen adalah: 1 1 1

1 1

10 15 150 150 25 150

1 1 15 10

150 1 25 6

Substitusikan ke persamaan di atas. 10 6

1,67 Maka arus pada adalah:

10 1,67 15 10 10 1,67 25 10 1,67 25 31

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


0,4 1,67 0,668

Sedangkan arus pada adalah:

15 1,67 15 10 15 1,67 25 15 1,67 25 0,6 1,67 1,002

2.8

Teorema Superposisi Secara elektronika teorema superposisi merupakan kelanjutan dari hukum

arus Kirchoff yang menerangkan tentang jumlah arus listrik yang mengalir pada sebuah sirkuit elektronika. Teorema superposisi memberi sedikit penambahan terhadap hukum arus Kirchoff, yaitu bila arus kirchoff terfokus pada sebuah loop maka teorema superposisi lebih mengarah kepada keseluruhan loop pada sebuah sirkuit elektronika. Hukum Kirchoff menerangkan bahwa nilai arus listrik sebuah loop merupakan jumlah aljabar arus listrik setiap komponen berdasarkan polaritasnya, sedangkan teorema superposisi menerangkan bahwa jumlah arus listrik yang mengalir pada sebuah sirkuit merupakan jumlah aljabar arus setiap loop berdasarkan polaritasnya. Mungkin anda masih sedikit tidak jelas mengenai hal ini, mari kita melakukan analisis sebuah sirkuit resistor dengan menggunakan teorema superposisi. Mari perhatikan sirkuit pada gambar 2.16 di bawah ini. Pada gambar 2.16 tersebut terlihat sebuah sirkuit elektronika (resistor) yang terdiri atas dua loop, dan . Seperti yang telah kita diskusikan sebelumnya bahwa teorema superposisi menerangkan bahwa jumlah aljabar arus sebuah sirkuit elektronika merupakan jumlah aljabar arus listrik pada setiap loop berdasarkan polaritasnya. Di sini kita akan melakukan melakukan analisis dengan menggunakan teorema superposisi, namun untuk melakukan analsis tersebut kita harus melakukan beberapa prosedur, yaitu: loop pertama terdiri atas , , dan , sedangkan loop kedua terdiri atas , ,

32

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


1. Gambar (gambar kembali 2.16) sirkuit dengan awal tidak seperti

mengikutsertakan

terlihat pada gambar 2.17

Gambar 2.16. Sirkuit awal yang akan di analisis dengan teorema superposisi

2.

Untuk

mempermudah anda

analisis

sebaiknya

memberikan

nama dan arah arus pada setiap loop seperti terlihat pada gambar 2.17. Sebagai arah arus catatan bahwa pada

tergantung

polaritas

power supply, yaitu

dimulai dari polaritas positif. Gambar 2.17. Sirkuit awal tanpa mengikutsertakan 3. Tentukan nilai resistansi ekivalen pada loop kedua, yaitu: 1 1 1

1 1 1 6 1,5 1 4 1 6 6 1 5 6 6 5

diganti dengan resistor ekivalen

Gambar 2.18. Resistor dan telah

1,2 4. Setelah kita mengetahui nilai resistansi ekivalen pada loop kedua, maka kita dapat mengetahui jumlah arus listrik yang mengalir pada loop pertama dan kedua ( , , dan ), yaitu: 33

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


1,2 3 4,2

710 1,5 7,5

0,71

3 3 1,2

0,2 710 142

1,5 6 1,5

0,8 710 568 5.

6 6 1,5 6 7,5

Kita

akan

mengulangi

tahap

pertama namun kali ini tanpa mengikutsertakan (kebalikan tahap sebelumnya). Gambar kembali sirkuit (gambar 2.16) tanpa mengikutsertakan

(gambar 2.19)

Gambar 2.19. Sirkuit awal tanpa mengikutsertakan

34

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


6. Seperti sebaiknya tahapan anda sebelumnya memberikan

nama dan arah arus pada setiap loop seperti terlihat pada gambar 2.19 7. Tentukan nilai resistansi ekivalen pada loop pertama, yaitu: 1 1 1

diganti dengan resistor ekivalen

Gambar 2.20. Resistor dan telah

1 1 2 6 6 1 3 6 6 3

1 1 1 6 3

2 8.

Setelah mendapatkan nilai resistansi ekivalen maka kita dapat memperoleh nilai arus listrik pada loop pertama dan kedua ( , , dan ) , yaitu: 2 1,5 3,5

1,5 2 1,5

430

0,43

0,33 0,43 143 0,14

3 6 3 3 9

35

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


0,66 0,43 287 9. Setelah mendapatkan seluruh nilai arus (versi dan ) maka kita harus 0,28

6 6 3 6 9

memasangkan kembali sirkuit versi (gambar 2.17) dengan sirkuit versi (gambar 2.19)

10.

Tahap

selanjutnya

kita

harus

menentukan aljabar arus pada setiap loop (gambar 2.21), yaitu: 710 287

430 430 568

138 Gambar 2.21. Sirkuit akhir setelah dianalisis dengan teorema superposisi 142 147

282

2.9

Teorema Thevenin Secara elektronika teorema Thevenin menyatakan bahwa sebuah sirkuit

(sumber tegangan) dan (impedansi). Kali ini kita akan mencoba menganalisis sebuah sirkuit (resistor) dengan menggunakan teorema Thevenin. Seperti halnya teorema superposisi maka teorema Thevenin juga memiliki beberapa prosedur. Mari perhatikan sirkuit pada gambar 2.22. Pada gambar 2.22 tersebut terlihat sebuah sirkuit elektronika (resistor) yang terdiri atas dua loop, yaitu loop pertama yang terdiri atas , , dan , sedangkan loop kedua terdiri atas , , dan . Berbeda dengan teorema superposisi yaitu pada teorema Thevenin hanya melibatkan satu sumber power supply ( ) sedangkan pada teorema superposisi melibatkan power supply untuk setiap loop. Inilah yang harus diperhatikan oleh

elektronika dapat disederhanakan menjadi sebuah sirkuit seri yang terdiri atas

36

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


para calon desainer elektronika bahwa tidak semua teorema dapat diaplikasikan untuk setiap sirkuit melainkan harus disesuaikan dengan arsitektur sirkuit tersebut. Bila anda akan melakukan analisis terhadap loop yang memiliki power supply pada setiap loop maka aplikasikan teorema superposisi, tetapi bila anda ingin melakukan analisis terhadap sebuah sirkuit yang terdiri atas berbagai loop namun hanya terdapat sebuah power supply maka aplikasikan teorema Thevenin. Baiklah kita akan memulai proses analisis sirkuit pada gambar 2.22 dengan menggunakan teorema Thevenin melalui beberapa prosedur, yaitu: Lepaskan resistor dari sirkuit awal (gambar 2.22)

1.

Gambar 2.22. Sirkuit awal yang akan dianalisis dengan teorema Thevenin Setelah melepaskan resistor maka kita akan mendapatkan sebuah sirkuit terbuka (opened

2.

circuit)

seperti

terlihat

pada

gambar 2.23

Gambar 2.23. Sirkuit awal tanpa mengikutsertakan resistor 3. Tentukan nilai arus dan tegangan pada sirkuit terbuka tersebut

(gambar 2.23), yaitu: Gambar 2.24. Nilai tegangan pada sirkuit terbuka 20

20 4 16 20 20 1

37

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


16

1 16

4.

Tahap

selanjutnya

adalah

menentukan resistansi ekivalen sirkuit terbuka dengan melepaskan pada sirkuit awal (2.24), yaitu: 10 64 20

Gambar 2.25. Menentukan nilai resistansi ekivalen

10

4 16 4 16

10 3,2 13,2

5.

Tahap

selanjutnya arus listrik

adalah pada

menentukan

sirkuit tersebut, yaitu: 16 20 13,2 Gambar 2.26. Sirkuit akhir setelah dianalisa dengan teorema Thevenin 0,48 16 33,2

480

2.10

Teorema Northon Secara elektronika teorema Northon merupakan kebalikan dari teorema

Thevenin. Pada diskusi kita sebelumnya teorema Thevenin menyatakan bahwa sebuah sirkuit elektronika dapat disederhanakan menjadi sebuah sirkuit seri yang terdiri atas ( sumber tegangan) dan (impedansi), namun kali ini teorema Northon menyatakan bahwa sebuah sirkuit elektronika dapat disederhanakan menjadi sebuah sirkuit paralel yang terdiri atas ( sumber arus) dan (impedansi).

38

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


Teorema Northon juga diaplikasikan pada sebuah sirkuit elektronika yang terdiri atas berbagai loop, oleh karena itu anda dapat menggunakan teorema Thevenin atau teorema Northon untuk menganalisis sebuah sirkuit yang sama. Kali ini kita akan mencoba melakukan analisis dengan menggunakan teorema Northon terhadap sebuah sirkuit elektronika (resistor), namun untuk melakukan analisis tersebut kita harus melakukan beberapa prosedur. Mari kita lihat sebuah sirkuit pada gambar 2.27. Pada gambar 2.27 tersebut terdapat sebuah sirkuit elektronika yang terdiri atas dua loop, yaitu loop pertama yang terdiri atas , , dan , sedangkan loop kedua terdiri atas , , dan . Baiklah kita akan menganalisis sirkuit tersebut dengan menggunakan teorema Northon melalui beberapa tahapan berikut ini, yaitu: Hubung singkat pada sirkuit awal (gambar 2.27 dan 2.28) hingga seperti terlihat pada

1.

gambar 2.29

Gambar 2.27. Sirkuit awal yang akan dianalisis dengan teorema Northon

2.

Tentukan arus hubung singkat (short

circuit)

pada

sirkuit

tersebut (2.28), yaitu: 20 4

Gambar 2.28. Point AB sebagai hubung singkat (short circuit)

3.

Seperti teorema Thevenin maka teorema Northon juga harus melepaskan untuk menghitung resistansi ekivalen pada sirkuit hubung singkat (gambar 2.29), yaitu:

Gambar 2.29. Arus hubung singkat 39

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


1 1 1 1 1 1

4 1 16 16 16 5 5 16

1 1 4 16

3,2 4. Setelah mengetahui nilai

resistansi ekivalen maka tahap selanjutnya adalah menentukan arus yang mengalir pada point AB (arus output pada gambar 2.31), yaitu: 3,2 5 33,2

Gambar 2.30. Sirkuit akhir setelah dianalisis dengan teorema Northon

3,2 5 3,2 10 20 0,096 5 482 0,482

2.11

Teorema Perpindahan Daya Maksimum Secara elektronika teorema perpindahan daya maksimum adalah terjadinya

perpindahan daya listrik secara maksimum dari power supply ke beban karena resistansi beban bernilai sama dengan resistansi internal power supply. Tentu kita masih ingat dengan pengertian perbedaan potensial pada bagian sebelumnya, yaitu perbedaan energi potensial di antara dua titik pada sebuah sirkuit elektronika. Akibat perbedaan potensial tersebut terjadilah perpindahan muatan listrik dari point yang memilki energi potensial yang lebih besar ke point yang memiliki energi potensial yang lebih kecil. Pada saat point yang memiliki energi potensial lebih kecil benar-benar menjadi sangat kecil maka energi potensial yang lebih besar pada point lainnya akan mengalir begitu besar, iniliah yang dimaksud

40

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


dengan teorema perpindahan daya maksimum. Baiklah kali ini kita akan mencoba menganalisis sebuah sirkuit dengan teorema perpindahan daya maksimum melalui beberapa prosedur. Mari perhatikan sebuah sirkuit yang terdapat pada gambar 2.31. Pada gambar 2.31 tersebut terdapat sebuah sirkuit dengan dua loop, yaitu loop pertama yang terdiri atas dan , serta loop kedua yang terdiri atas , , dan . Kita akan menganalisis sirkuit tersebut dengan menggunakan teorema perpindahan daya maksimum melalui beberapa tahapan, yaitu: Resistor dilepaskan dari sirkuit awal terlihat (gambar seperti 2.31) sirkuit hingga pada

1.

gambar 2.32

Gambar 2.31. Sirkuit awal

2.

Setelah

dilepaskan

maka

hitunglah nilai tegangan pada point AB (gambar 2.32), yaitu: 24 30 24 6 24 30 30 0,8 30 24

Gambar 2.32. Sirkuit awal tanpa mengikutsertakan 3.

Tahap

selanjutnya

adalah

menentukan resistansi ekivalen untuk dan (gambar 2.33), yaitu: Gambar 2.33. Resistansi ekivalen dan 1 1 1 1 1 1

1 4 24 24 5 24 24 5

1 1 24 6

41

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


4,8 4. Kemudian kita akan memperoleh daya maksimum Gambar 2.34. Sirkuit akhir setelah dianalisis 24 9,6 pada sirkuit

(gambar 2.34), yaitu:

24 4,8 4,8 2,5

2,5 4,8 6,25 4,8 30

2.12

Jenis Resistor Pada berdiskusi mengenai Secara bagian sedikit beberapa umum ini kita akan

secara jenis resistor

aplikatif resistor. dapat

dikelompokan ke dalam dua bagian, yaitu: a. b. Gambar 2.35. Kelompok resistor linear Resistor linear Resistor non-linear

(a)

(b)

Gambar 2.36. (a) dan (b) Kelompok resistor non-linear

42

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


Secara elektronika resistor linear (gambar 2.35) merupakan kelompok resistor yang berfungsi sesuai dengan hukum Ohm, sedangkan resistor non-linear (gambar 2.36) adalah kelompok resistor yang tidak sesuai dengan hukum Ohm. Fixed resistor, potensiometer, dan resistor geser merupakan jenis resistor yang termasuk ke dalam kelompok resistor linear, sedangkan fotoresistor, thermistor, dan varistor merupakan jenis resistor yang termasuk ke dalam kelompok resistor non-linear.

2.12.1

Fixed Resistor

(a)

(b)

Gambar 2.37. (a) dan (b). Fixed resistor yang terbuat dari karbon

Gambar 2.38. Fixed resistor yang terbuat dari keramik

Seperti yang telah kita ketahui bahwa fixed resistor (gambar 2.37 dan 2.38) merupakan salah satu jenis resistor dari kelompok resistor linear yang memiliki nilai resistansi konstan (oleh karena itu disebut fixed resistor). Resistor jenis ini umumnya terbuat dari karbon maupun keramik (gambar 2.39). Nilai resistansi yang terdapat pada fixed resistor dapat diketahui dari gelang-gelang warna yang melingkar di body-nya. Secara umum fixed resistor diaplikasikan pada sirkuit elektronika yang 43

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


membutuhkan nilai resistansi konstan untuk mengkonfigurasikan nilai arus maupun nilai tegangan (pembagi arus dan pembagi tegangan). Resistor jenis ini digunakan pada sirkuit berdaya rendah maupun sedang dan umumnya semakin besar daya suatu sirkuit maka fixed resistor yang digunakan juga berdimensi semakin besar (umumnya terbuat dari keramik).

(a)

(b)

Gambar 2.39. (a) dan (b). Struktur sebuah fixed resistor yang terbuat dari karbon

2.12.2

Potensiometer

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.40. (a), (b), dan (c). Berbagai jenis potensiometer

Secara elektronika potensiometer (gambar 2.40) merupakan jenis dari kelompok resistor linear. Nilai resistansi sebuah potensiometer dapat diatur dengan mudah (gambar 2.42) yaitu dengan memutar poros potensiometer untuk menyesuaikan nilai resistansi yang dibutuhkan (jika yang digunakan hanya dua terminal). Potensiometer memiliki tiga point dan jika ketiga point tersebut digunakan maka potensiometer dapat difungsikan sebagai pembagi tegangan (voltage divider) yang dapat diatur (gambar 2.43).

Gambar 2.41. Simbol potensiometer

Gambar 2.42. Potensiometer sebagai tahanan variabel 44

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


Secara umum sebuah potensiometer disimbolkan seperti terlihat pada gambar 2.41. Prinsip kerja potensiometer dapat dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Potensiometer sebagai tahanan yang dapat diatur seperti terlihat pada gambar 2.42 2. Potensiometer sebagai pembagi tegangan yang dapat diatur seperti terlihat pada gambar 2.43

Gambar 2.43. Potensiometer sebagai pembagi tegangan (voltage divider)

Sebagai pembagi tegangan (voltage divider) yang dapat diatur maka sebuah potensiometer bekerja seperti dua buah resistor tetap (gambar 2.44 dan 2.45). Resistor-resistor tersebut dihubungkan secara seri untuk membagi tegangan pada tingkat tertentu.

Gambar 2.44. Sirkuit ekivalen potensiometer sebagai pembagi tegangan Gambar 2.45. Sirkuit pembagi tegangan

45

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


2.12.3 Fotoresistor

Gambar 2.46. Sebuah fotoresistor

Gambar 2.47. Simbol fotoresistor

Secara elektronika fotoresistor (gambar 2.46) merupakan jenis resistor yang nilai resistansinya dapat diatur berdasarkan intensitas cahaya. Nilai resistansi pada sebuah fotoresistor tersebut akan menurun hingga beberapa ratus ohm jika diberikan cahaya dengan intensitas yang kuat dan nilai resistansinya akan meningkat hingga beberapa mega ohm jika tidak terkena cahaya. Secara umum sebuah fotoresistor disimbolkan seperti terlihat pada gambar 2.47. Perubahan nilai resistansi pada sebuah fotoresistor terjadi karena sifat

Cadmium Sulfide (Cd) yang memiliki nilai resistansi yang tinggi jika berada di
daerah gelap (tidak ada cahaya) dan memiliki nilai tahanan yang rendah jika berada di daerah yang terang (terdapat cahaya). Oleh karena itu Cadmium Sulfida dikonfigurasikan sebagai sebuah tahanan yang akan memiliki nilai tahanan berdasarkan intensitas cahaya (gambar 2.48 dan 2.49).

Gambar 2.48. Permukaan fotoresistor yang terdiri atas Cadmium Sulfida (Cd)

Gambar 2.49. Struktur sebuah fotoresistor

46

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


2.12.4 Thermistor

(a)

(b)

Gambar 2.50. (a). Simbol NTC (b).Simbol PTC

Thermistor (gambar 2.50, 2.51 dan 2.52) atau yang disebut juga dengan thermally

sensitive resistor merupakan jenis resistor yang nilai resistansinya dapat diatur
berdasarkan temperatur. Sedikit berbeda dengan fotoresistor yaitu thermistor memiliki jenis yang nilai resistansinya dapat meningkat pada temperatur tinggi maupun temperatur rendah begitu juga sebaliknya nilai resistansi thermistor ada yang dapat menurun pada temperatur tinggi maupun temperatur rendah.

Gambar 2.51. NTC (negative

Gambar 2.52. PTC (positive temperature

temperature coefficient thermistor)

coefficient themristor)

Pada umumnya thermistor dapat dikelompokan ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu: 1. NTC NTC atau yang disebut juga dengan negative temperature corfficient

thermistor seperti yang terlihat pada gambar 2.55 di atas merupakan jenis
thermistor yang nilai resistansinya berbanding negatif dengan temperatur. Pada saat temperatur meningkat maka nilai resistansi dari NTC akan menurun hingga thermistor jenis ini disebut NTC. 2. PTC PTC atau yang disebut juga dengan positive temperature coefficient

thermistor merupakan jenis thermistor yang nilai resistansinya berbanding


positif dengan temperatur. Pada saat temperatur meningkat hingga nilai tertentu maka nilai resistansi pada PTC juga akan mengalami kenaikan, oleh karena itu thermistor jenis ini disebut dengan PTC. 3. CTR

47

Elektronika Dasar UMAR SIDIK.ST.MSc


CTR atau yang disebut juga dengan critical temperature resistor thermistor merupakan jenis thermistor yang nilai resistansinya bersifat kritis terhadap temperatur. Pada saat temperatur meningkat hingga nilai tertentu maka nilai resistansinya akan menurun secara cepat hingga thermistor jenis ini disebut dengan CTR.

48

You might also like