You are on page 1of 0

CANDIDA ALBICANS

OLEH
Dr. MARIA MAGDALENA SIMATUPANG
NIP. 132 316 963



DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
2009

Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR ISI

ABSTRAK.1
PENDAHULUAN..2
MORFOLOGI & IDENTIFIKASI.3
STRUKTUR ANTIGEN....4
PATOGENESIS & PATOLOGI4
GAMBARAN KLINIK..6
TES DIAGNOSTIK LABORATORIUM........11
IMUNITAS..14
PENGOBATAN..14
PROFILAKSIS15
DAFTAR PUSTAKA..17




















Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
ABSTRAK

Candida telah muncul sebagai salahsatu infeksi nosokomial yang penting. Candida
adalah anggota flora normal terutama saluran pencernaan, juga selaput mukosa
saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku tangan dan kaki.
Candida tampak sebagai ragi lonjong, kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif,
dan memiliki pseudohifa. Infeksi Candida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi
baik endogen maupun eksogen. Penyakit yang disebabkan oleh Candida dapat
mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat
menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.
Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik, kultur,
serologi dan histopatologi. Penatalaksanaan dilakukan dengan menghindari atau
menghilangkan faktor predisposisi, antifungi topikal dan sistemik. Tindakan
pencegahan dengan menghindari gangguan keseimbangan pada flora normal dan
gangguan daya tahan inang dan dengan penggunaan antifungi.

Kata kunci : Candida albicans, flora normal, faktor predisposisi, pemeriksan
mikroskopik, kultur, serologi, histopatologi, antifungi.













Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
PENDAHULUAN

Candida telah muncul sebagai salahsatu infeksi nosokomial yang paling
penting di seluruh dunia dengan angka morbiditas, mortalitas dan pembiayaan
kesehatan yang bermakna. Penggunaan antijamur untuk profilaksis dan
penatalaksanaan infeksi Candida telah mengubah epidemiologi dan penatalaksanaan
infeksi ini. Penggunaan agen kemoterapeutik, imunosupresif, antibiotik spektrum
luas, transplantasi organ, nutrisi parenteral dan teknik bedah mutakhir juga telah
berperan untuk mengubah epidemiologi infeksi candida. Infeksi jamur telah muncul
sebagai ancaman yang bermakna pada individu yang imunocompromised. Spesies
Candida adalah patogen jamur yang paling sering.
1

Infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang
dilaporkan oleh Francois Valleix (1836). Langerbach (1839) menemukan jamur
penyebab trush, kemudian Berhout (1923) memberi nama organisme tersebut
Candida.
2

Lebih dari 150 spesies Candida telah di identifikasi.
1
Sebanyak paling sedikit
tujuh puluh persen infeksi Candida pada manusia disebabkan oleh Candida albicans,
sisanya disebabkan oleh C. tropicalis, C. parapsilosis, C. guillermondii, C. kruzei dan
beberapa spesies Candida yang lebih jarang.
3

Candida adalah anggota flora normal terutama saluran pencernaan, juga
selaput mukosa saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku
tangan dan kaki. Di tempat-tempat ini ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan
keadaan-keadaan patologik ketika daya tahan tubuh menurun baik secara lokal
maupun sistemik.
1,4
Kadang-kadang candida menyebabkan penyakit sistemik
progresif pada penderita yang lemah atau sistem imunnya tertekan, terutama jika
imunitas berperantara sel terganggu. Candida dapat menimbulkan invasi dalam aliran
darah, tromboflebitis, endokarditis, atau infeksi pada mata dan organ-organ lain bila
dimasukkan secara intravena (kateter, jarum, hiperalimentasi, penyalahgunaan
narkotika dan sebagainya).
5




Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
MORFOLOGI & IDENTIFIKASI

Pada sediaan apus eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong, kecil,
berdinding tipis, bertunas, gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 m, yang memanjang
menyerupai hifa (pseudohifa).

Candida membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas
terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang
memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi diantara sel. Candida
albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga bisa menghasilkan
hifa sejati.
6
Candida berkembang-biak dengan budding.
1

Pada agar sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar atau 37c selama 24
jam, spesies Candida menghasilkan koloni-koloni halus berwarna krem yang
mempunyai bau seperti ragi.

Pertumbuhan permukaan terdiri atas sel-sel bertunas
lonjong. Pertumbuhan di bawahnya terdiri atas pseudomiselium. Ini terdiri atas
pseudohifa yang membentuk blastokonidia pada nodus-nodus dan kadang-kadang
klamidokonidia pada ujung-ujungnya.
Dua tes morfologi sederhana membedakan C.albicans yang paling patogen
dari spesies candida lainnya yaitu setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90
menit pada suhu 37c, sel-sel ragi C albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau
tabung benih dan pada media yang kekurangan nutrisi C albicans menghasilkan
chlamydospora bulat dan besar. Candida albicans meragikan glukosa dan maltosa,
menghasilkan asam dan gas; asam dari sukrosa; dan tidak bereaksi dengan laktosa.
Peragian karbohidrat ini, bersama dengan sifat-sifat koloni dan morfologi,
membedakan Candida albicans dari spesies Candida lainnya.
6






Gambar : Candida albican
3

Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
STRUKTUR ANTIGEN

Tes aglutinasi dengan serum yang terabsorpsi menunjukkan bahwa semua
strain Candida albicans termasuk dalam dua kelompok besar serologic A dan B.
Kelompok A mencakup C tropicalis. Ekstrak Candida untuk tes serologik dan kulit
tampaknya terdiri atas campuran antigen. Antibodi ini dapat diketahui melalui
presipitasi, imunodifusi, imunoelektroforesis balik, aglutinasi lateks, dan tes-tes
lainnya, tetapi pengenalan antibodi sirkulasi ini tidak terlalu membantu dalam
mendiagnosis penyakit akibat candida. Pada candidiasis yang tersebar sering terdapat
antigen mannan dari Candida yang beredar, dan kadang-kadang dapat ditemukan
antibodi presipitasi terhadap antigen nonmannan. Sebenarnya semua serum manusia
normal akan mengandung antibodi IgG terhadap Candida mannan.
5


PATOGENESIS & PATOLOGI

Sumber utama infeksi candida adalah flora normal dalam tubuh pada pasien
dengan sistem imun yang menurun. Dapat juga berasal dari luar tubuh, contohnya
pada bayi baru lahir mendapat candida dari vagina ibunya (pada waktu lahir atau
masa hamil) atau dari staf rumah sakit, dimana angka terbawanya candida sampai
dengan 58%, meskipun masa hidup spesies candida di kulit sangat pendek. Transmisi
Candida antara staf rumah sakit dengan pasien, pasien dengan pasien biasanya muncul
pada unit khusus, contohnya unit luka bakar, unit geriatri, unit hematologi, unit bedah,
Intensive Care Unit dewasa dan neonatus dan unit transpantasi.
1
Infeksi Candida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen.

Faktor endogen :
1. Perubahan fisiologik :
a. Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
b. Kegemukan, karena banyak keringat
c. Debilitas
d. Iatrogenik, misal kateter intravena, kateter saluran kemih
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
e. Endokrinopati, penyakit Diabetes Melitus, gangguan gula darah kulit
f. Penyakit kronik; tuberculosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum
yang buruk
g. Pemberian antimikroba yang intensif (yang mengubah flora bakteri normal)
h. Terapi progesterone
i. Terapi kortikosteroid.
j. Penyalahgunaan narkotika intravena
2. Umur : orangtua dan bayi lebih muda terkena infeksi karena status imunologiknya
tidak sempurna
3. Imunologik (imunodefisiensi)

Faktor eksogen :
a. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan
memudahkan masuknya jamur
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada trush, balanopostitis.
2,4,6

Pada penyuntikan intravena terhadap tikus atau kelinci, supensi padat Candida
albicans menyebabkan abses yang tersebar luas, khususnya di ginjal, dan
menyebabkan kematian kurang dari satu minggu. Secara histologik, berbagai lesi kulit
pada manusia menunjukkan peradangan. Beberapa menyerupai pembentukan abses;
lainnya menyerupai granuloma menahun. Kadang-kadang ditemukan sejumlah besar
Candida dalam saluran pencernaan setelah pemberian antibiotika oral, misalnya
tetrasiklin, tetapi hal ini biasanya tidak menyebabkan gejala. Candida dapat dibawa
oleh aliran darah ke banyak organ termasuk selaput otak, tetapi biasanya tidak dapat
menetap disini dan menyebabkan abses-abses milier kecuali bila inang lemah.
Penyebaran dan sepsis dapat terjadi pada penderita dengan imunitas seluler yang
lemah, misalnya mereka yang menerima kemoterapi kanker atau penderita limfoma,
AIDS, atau keadaan-keadaan lain.
5




Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
GAMBARAN KLINIK

Penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida disebut Kandidiasis,
dapat bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki
atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau
meningitis.
Berdasarkan tempat yang terkena Conant dkk (1971), membaginya sebagai
berikut :
2
A.Kandidosis selaput lendir :
1.Kandidosis oral (trush)
2.Perleche
3.Vulvovaginitis
4.Balanitis atau balanopostitis
5.Kandidosis mukokutan kronik
6.Kandidosis bronkopulmonar dan paru
B.Kandidosis kutis :
1.Lokalisata : a.daerah intertriginosa
b.daerah perianal
2.Generalisata
3.Paronikia dan onikomikosis
4.Kandidosis kutis granulomatosa
C.Kandidosis sistemik :
1.Endokarditis
2.Meningitis
3.Pielonefritis
4.Septikemia
D.Reaksi id (kandidid)

A.Mulut
1.Trush
Biasanya mengenai bayi, terjadi pada selaput mukosa pipi bagian dalam, lidah,
palatum mole dan permukaan rongga mulut yang lain dan tampak sebagai bercak-
bercak (pseudomembran) putih coklat muda kelabu yang sebagian besar terdiri atas
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
pesudomiselium dan epitel yang terkelupas, dan hanya terdapat erosi minimal pada
selaput. Lesi dapat terpisah-pisah dan tampak seperti kepala susu pada rongga mulut.
Bila pseudomembran terlepas dari dasarnya tampak daerah yang basah dan merah.
Pada glositis kronik lidah tampak halus dengan papila yang atrofik atau lesi berwarna
putih di tepi atau di bawah permukaan lidah. Bercak putih ini tidak tampak jelas bila
penderita sering merokok.
2,4
Pertumbuhan candida di dalam mulut akan lebih subur
bila disertai kortikosteroid, kadar glukosa tinggi dan imunodefisiensi.
6
2.Perleche
Lesi berupa fisur pada sudut mulut, lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah dan
dasarnya eritematosa. Faktor predisposisinya ialah defisiensi riboflavin.
2

B.Genitalia Wanita (vulvovaginitis)
Candida albican penyebab yang paling umum dari vulvovaginitis.
4
Hilangnya
pH asam merupakan predisposisi timbulnya vulvovaginitis candida. Dalam keadaan
normal pH yang asam dipertahankan oleh bakteri vagina. Diabetes, kehamilan,
progesteron, atau pengobatan antibiotik merupakan predisposisi penyakit ini.
6
Biasanya sering terdapat pada penderita Diabetes Melitus karena kadar gula darah dan
urin yang tinggi dan pada wanita hamil karena penimbunan glikogen dalam epitel
vagina.
2
Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang
hebat dan pengeluaran sekret.
6
Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah
miksi dan dispareunia. Pada pemeriksaan yang ringan tampak hiperemia di daerah
labia minora, introitus vagina dan vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula
terdapat kelainan yang khas yaitu bercak-bercak putih kekuningan. Pada kelainan
yang berat juga terdapat edema pada labia minora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada
labia minora dan sekitar introitus vagina. Fluor albus pada kandidosis vagina
berwarna kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai
kepala susu berwarna putih kekuningan. Gumpalan tersebut berasal dari massa yang
terlepas dari dinding vulva atau vagina terdiri atas bahan nekrotik, sel-sel epitel dan
jamur.
2

C.Genitalia pria (Balanitis atau balanopostitis)
Penderita mendapat infeksi karena kontak seksual dengan wanitanya yang
menderita vulvovaginitis. Lesi berupa erosi, pustula dengan dindingnya yang tipis,
terdapat pada glans penis dan sulkus koronarius glandis.
2
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
D.Kulit (Kandidosis Kutis)
Candidiasis kulit yang terdapat pada lapisan terluar kulit, merupakan bentuk
yang paling sering dari infeksi Candida. Pada kebanyakan kasus tidak bersifat invasif
atau mengancam nyawa.
1
Infeksi kulit terutama terjadi pada bagian-bagian tubuh yang
basah, hangat seperti ketiak, lipat paha, skrotum, atau lipatan-lipatan di bawah
payudara. Infeksi paling sering terdapat pada orang gemuk dan diabetes. Daerah-
daerah itu menjadi merah dan mengeluarkan cairan dan dapat membentuk vesikel.
Infeksi Candida pada kulit antara jari-jari tangan paling sering terjadi bila tangan
direndam cukup lama dalam air secara berulang kali, ini terjadi pada pembantu rumah
tangga, tukang masak, pengurus sayuran dan ikan.
5
J enis-jenis kandidosis kutis :
2
1.Kandidosis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari
tangan atau kaki, glans penis dan umbilicus, berupa bercak yang berbatas tegas,
bersisik, basah dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-
vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang
erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
2.Kandidosis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan
pruritus ani.
3.Kandidosis kutis generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin biasanya juga di lipat payudara, intergluteal dan
umbilicus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa exzematoid
dengan vesikel-vesikel dan pustule-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi,
mungkin karena ibunya menderita kandidosis vagina atau mungkin karena gangguan
imunologik.
4.Kandidosis kutis granulomatosa
Houser dan Rothman melaporkan bahwa penyakit ini sering menyerang anak-anak,
lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan
melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2
cm, lokasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai dan farings.



Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
5.Diaper rash
Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti yang dapat
menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus sebagai gejala sisa
dermatitis oral dan perianal.

E.Kuku (Paronikia dan Onikomikosis)
Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air,
bentuk ini tersering didapat. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak
bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang
berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringan di
bawah kuku seperti pada tinea unguium. Rasa nyeri, bengkak kemerahan pada lipat
kuku, yang menyerupai paronikia piogenik dapat mengakibatkan penebalan dan alur
transversal pada kuku dan akhirnya kuku tanggal.

F.Paru-paru dan organ lain
Infeksi Candida dapat menyebabkan invasi sekunder pada paru-paru, ginjal,
jantung, meningen dan organ lain yang sebelumnya telah menderita penyakit lain
(misalnya tuberculosis atau kanker). Pada leukemia yang tidak terkendali dan pada
penderita yang sistem imunnya tertekan atau menjalani pembedahan, lesi oleh
Candida dapat terjadi pada banyak organ. Endokarditis Candida terutama terjadi pada
pecandu narkotika atau orang dengan katup prostetik. Kadang-kadang timbul
kandiduria setelah kateterisasi air kemih, tetapi ini cenderung sembuh secara spontan.
Meningitis terjadi karena penyebaran hematogen jamur. Gejalanya sama dengan
meningitis tuberculosis atau karena bakteri lain.
2

G.Kandidiasis Mukokutan Menahun
Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau sistem
hormonal, biasanya terdapat pada penderita dengan bermacam-macam defisiensi yang
bersifat genetik, umumnya terdapat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip
penderita dengan defek poliendokrin.
2,6

H. Kandidiasis sistemik/invasif
Candidiasis invasif adalah infeksi yang bersifat sistemik atau invasif di luar
lapisan-lapisan kulit dan secara klinis muncul sebagai spektrum penyakit hanya pada
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
individu dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak. Candidiasis invasif ini terbagi
atas hematogenous candidiasis (melibatkan aliran darah) dan deep organ candidiasis
(infeksi pada spesifik organ). Istilah candidemia merujuk kepada spektrum klinis
yang dimulai dari isolasi spesies Candida dari aliran darah sampai dengan candidiasis
invasif yang melibatkan satu atau lebih organ.
1
Candidemia bisa disebabkan oleh kateter menetap, pembedahan,
penyalahgunaan obat-obat intravena, aspirasi, atau kerusakan pada kulit atau saluran
pencernaan. Pada kebanyakan pasien dengan pertahanan tubuh yang normal, ragi-ragi
disingkirkan dan candidemia hanya sementara. Tetapi pasien dengan kelemahan
pertahanan fagositik bisa timbul lesi samar di mana saja, terutama ginjal, kulit (lesi
makulonoduler), mata, jantung dan selaput otak. Candidiasis sistemik paling sering
disebabkan oleh pemberian kortikosteroid atau agen imunosupresan lain, oleh
penyakit darah, seperti leukemia, limfoma, anemia aplastik atau oleh penyakit
granulomatosa kronis. Endokarditis candida sering disebabkan oleh penumpukan dan
pertumbuhan ragi dan pseudohifa atau vegetasi pada katup jantung buatan. Infeksi
ginjal biasanya bermanifestasi sistemik, dimana infeksi saluran kencing seringkali
disebabkan oleh kateter Folley, diabetes, kehamilan dan antibiotik antibakteri.
6
Adapun spektrum klinis Candidemia :
1. Candidemia
2. Acute disseminated candidiasis
3. Chronic disseminated candidiasis
4. Deep organ candidiasis
Untuk menegakkan diagnosis definitif spektrum klinis di atas tidak selalu mudah.
Invasive Hematogenous Candidiasis terbagi atas 2 tipe yaitu uncomplicated
atau complicated, tergantung apakah telah terjadi penyebaran atau tidak.
1.Uncomplicated Invasive Hematogenous Candidiasis
Candidemia tanpa penyebaran ke organ tubuh. Kadang mengarah kepada candidemia
karena pemakaian kateter. Isolasi candida dari spesimen darah tanpa bukti adanya
metastasis infeksi ke organ-organ dihubungkan dengan keadaan yang jinak.
2.Complicated Invasive Hematogenous Candidiasis
Candidemia dengan penyebaran ke organ tubuh. Terbagi atas 2 tipe, yaitu :
a.Acute Disseminated Candidiasis (Hematogenous Candidiasis)
Terjadi candidemia dan ada bukti penyebaran ke organ tubuh.
b.Chronic Disseminated Candidiasis (Hepatosplenic Candidiasis)
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
Terjadi hampir secara eksklusif setelah episode yang lama dari disfungsi sumsum
tulang dan netropenia yang muncul selama terapi kanker sel-sel darah. Hati, limpa,
dan kadang ginjal terinfeksi dengan Candida. Kultur darah jarang positif.
Deep Organ Candidiasis yaitu infeksi Candida pada satu organ, biasanya
muncul sesudah inokulasi langsung, tetapi pada situasi tertentu dapat terjadi sebagai
hasil dari penyebaran secara hematogen candidemia yang tidak terdeteksi.
Peritonitis candida biasanya muncul pada pasien dengan kateter dialisis
peritoneal atau sesudah trauma usus (inokulasi langsung). Infeksi candida pada
saluran kemih atas dan bawah dapat terjadi melalui rute ascending (inokulasi
langsung), sedangkan pielonefritis dapat terjadi melalui penyebaran secara
hematogen.
Candidiasis hematogen terjadi melibatkan beberapa faktor. Pertama
kolonisasi, diikuti perubahan dari usus dan translokasi dari organisme melintasi barier
usus, dan akhirnya terjadi candidemia. Keadaan imunosupresi dengan netropenia
memudahkan penyebaran jamur.
Kesukaran untuk membuat batasan yang jelas diantara bentuk-bentuk
disseminated Candida yaitu sangat sulit untuk menentukan apakah pada kultur darah
yang positif terdapat candida terbatas hanya di darah atau telah menyebar ke organ-
organ kecuali pada kasus yang jarang atau bila dilakukan otopsi.
1

I.Reaksi id (kandidid)
Reaksi terjadi karena adanya metabolit kandida, klinisnya berupa vesikel-
vesikel yang bergerombol, terdapat pada sela jari tangan atau bagian badan yang lain,
mirip dermatofitid. Di tempat tersebut tidak ada elemen jamur. Bila lesi kandidosis
diobati, kandidid akan menyembuh. J ika dilakukan uji kulit dengan kandidin (antigen
kandida) memberi hasil positif.
2

TES DIAGNOSTIK LABORATORIUM

Pemeriksaan mikroskopik (Direct Microscopic Assesment) : Dahak, eksudat,
trombus, darah dan sebagainya dapat diperiksa dengan sediaan apus yang diwarnai
dengan wet mounts, gram, Giemsa, Periodic Acid Shift (PAS) untuk mencari elemen-
elemen jamur yaitu pseudohifa dan sel-sel bertunas (budding yeast cell) yang
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
karakteristik untuk candida. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk mendeteksi candida
pada sediaan apus darah adalah 1-5 x 10
7
colony-forming units (CFU)/ml, batasan ini
dapat diturunkan sampai 1-5 x 10
5
CFU/ml. jika mikroskop dikhususkan untuk
mencari jamur.Kerokan kulit atau kuku diletakkan pada tetesan kalium hidroksida
10%. Dengan cara pemeriksaan ini dapat membantu menegakkan diagonosis dengan
lebih cepat.
1
Kerokan kulit atau kuku diletakkan pada tetesan kalium hidroksida 10
%.
6

Kultur : semua bahan termasuk kultur darah, kultur spesimen biposi, aspirasi,
kultur dari permukaan yang terlibat, urin, luka operasi, drainase luka, cairan
peritoneum, sputum, specimen bronchoalveolar lavage (BAL) atau cairan
cerebrospinal. Isolasi Candida dari kulit, urin, luka, sputum atau spesimen feses tidak
bersifat diagnostik, tetapi pertumbuhan spesies Candida dari spesimen yang steril
(darah, cairan serebrospinal) hampir selalu bersifat diagnostik.
1,6
Semua bahan dibiak
pada agar Sabauraud pada suhu kamar dan pada suhu 37c; koloni-koloni khas
diperiksa untuk adanya sel-sel dan pseudomiselium yang bertunas. Pembentukan
klamidokonidia Candida albicans pada agar tepung jagung atau perbenihan lain yang
menyuburkan konidia merupakan tes diferensiasi yang penting.
5
Diagnosis infeksi
Candidiasis invasif secara historis bergantung pada hasil kultur, tetapi pada kultur
darah hanya ditemukan angka positif kurang dari 50% dengan hasil otopsi yang
positif . Teknik terbaru dengan sistem kultur otomatis dan monitor secara terus
menerus, contoh dengan BACTEC sistem dan dengan metode sentrifugasi lisis telah
secara bermakna meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi candidemia. Candida
albicans biasanya tumbuh dalam jangka waktu 3 hari.
1

Metode yang paling umum untuk mengidentifikasi spesies Candida adalah tes
untuk isolat Candida albicans, karena organisme ini yang paling banyak ditemukan
tumbuh dari sampel klinik. Tes-tes ini merupakan tes yang sederhana dan cepat,
termasuk :
Profil asimilasi karbohidrat yang memungkinkan untuk mengidentifikasi
sampai level spesies
Tes germ tube yang bergantung pada kemampuan Candida albicans untuk
memproduksi germ tube pada serum.
Waktu yang dibutuhkan untuk identifikasi spesies Candida dapat diperpendek
dengan pendekatan ini, yaitu :
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
Menggunakan media agar yang memungkinkan untuk mendiferensiasi
spesies Candida dari warna koloni.
Metode molekular yaitu Candida albicans Peptide Nucleic Acid
Fluorescence in situ Hybridization (PNA FISH) tes yang memungkinkan
identifikasi yang sangat cepat (2,5jam) untuk membedakan spesies
Candida albicans dari spesies non albicans dari botol kultur darah. Tes ini
sangat sensitif dan spesifik, diluar dari sistem kultur darah atau formula
kaldu yang digunakan. Dengan tes ini dapat menghemat biaya karena hasil
dapat diperoleh lebih cepat dan terapi antijamur dapat menjadi lebih
spesifik.
1

Serologi : Ekstrak karbohidrat Candida kelompok A memberikan reaksi
presipitin yang positif dengan serum pada 50% orang normal dan pada 70% orang
dengan kandidiasis mukokutan. Pada kandidiasis sistemik, peningkatan titer antibodi
terhadap Candida dapat ditemukan melalui macam-macam tes,misalnya aglutinasi,
presipitasi gel, imunonoassay enzim, imunoelektroforesis. Deteksi antigen spesifik
Candida pada serum (free mannan) memungkinkan dengan menggunakan reaksi
aglutinasi dengan partikel lateks yang terikat dengan antibodi monoclonal.
3,6

Tes serologi terbaru yaitu dengan (1,3)-beta-D glucan. Dimana beta-D glucan adalah
komponen yang penting dari dinding sel Candida dan dapat di deteksi dan di
kuantifikasi pada aliran darah pasien dengan candidiasis hematogen.
Pemeriksaan komponen enzim ini dilakukan secara serial (2 kali seminggu),
hasilnya cepat dengan angka sensitivitas dan spesifisitas 70% dan 87%. Keterbatasan
tes ini adalah hasil yang negatif semu pada pasien dengan hiperbilirubinemia,
hipertrigliserida dan hasil yang positif semu pada manipulasi sampel yang berlebihan,
terpapar pada pembalut atau material lain yang mengandung glucan, bacteremia gram
positif, hemolisis, hemodialisis dengan membrane selulose dan terapi dengan
imunoglobulin atau albumin secara intravena. Tes harus dikerjakan dengan
manipulasi sampel yang seminimal mungkin dan dua buah serial yang positif untuk
mendapatkan hasil tes yang positif sejati.
1
Histopatologi : keuntungan yang utama dari pemeriksaan ini adalah cepat,
biaya rendah, identifikasi presumtif dari jamur yang spesifik dan demonstrasi dari
reaksi jaringan. Tetapi kalau tidak menggunakan teknik spesial, misal imunofluoresen
atau organisme nya memiliki struktur yang unik, sulit untuk melakukan diagnosis
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
histopatologi. Pewarna histologi yang digunakan untuk visualisasi jamur termasuk
Gomori methenamine silver (GMS) dan PAS, GMS lebih disukai karena dapat
mewarnai elemen jamur lebih efisien dari yang lainnya. Hematoxylin dan eosin
(H&E) sangat berguna untuk visualisasi respon tubuh inang tetapi tidak dapat
mewarnai kebanyakan jamur. Sehingga GMS dan H&E biasanya digunakan
bersamaan untuk melihat komponen jamur dan reaksi jaringan.
1

Tes kulit : tes Candida pada orang dewasa normal hampir selalu positif. Oleh
karena itu tes tersebut digunakan sebagai indikator kompetensi imunitas selular.
5


IMUNITAS

Dasar dari resistensi Candidiasis bersifat kompleks dan belum secara lengkap
dimengerti. Respon imun yang diperantarai sel , terutama CD4, penting dalam
mengontrol candidiasis mucocutaneous dan netrofil mungkin sebagai komponen yang
penting pada candidiasis sistemik.
6

PENGOBATAN

A. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
Lesi-lesi lokal paling baik diobati dengan menghilangkan penyebabnya, yaitu
menghindari basah, mempertahankan daerah-daerah tersebut tetap sejuk, berbedak
dan kering dan penghentian pemakaian antibiotika.
2,6
B. Topikal
2
1.Larutan ungu gentian -1 % untuk selaput lendir, 1-2 % untuk kulit, dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari
2.Nistatin, berupa krim, salap, emulsi
3.Amfoterisin B
4.Grup azol antara lain :
- Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
- Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
- Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
- Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
- Antimikotik lain yang berspektrum luas
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
C. Sistemik :
1.Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna
Pemberian nistatin melalui mulut tidak diabsorpsi, tetap dalam usus dan tidak
mempunyai efek pada infeksi Candida sistemik.
2,4
2. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
Amfoterisin B yang disuntikkan secara intravena, merupakan usaha pengobatan
efektif yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk kandidiasis yang mengenai
organ dalam. Amfoterisin B diberikan dalam kombinasi dengan flusitosin melalui
mulut untuk menambah efek pengobatan pada kandidiasis diseminata.
2,6
3. Ketokonazol bersifat fungistatik Ketokonazol menimbulkan respons terapeutik
yang jelas pada beberapa penderita infeksi Candida sistemik, terutama pada
kandidiasis mukokutan. Terapi ketokonazol adalah obat pilihan untuk pengendalian
jangka panjang untuk kandidiasis mukokutan kronik.
6
Anti jamur grup azol
menghambat pembentukan ergosterol dengan mem blok aksi 14-alpha-demethylase.
1
Dapat diberikan dengan dosis 200 mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi
hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan
hepar.
2
4.Kandidosis vaginalis dapat diberikan klotrimazol 500 mg per vaginam dosis
tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg selama 5 hari atau dengan
itrakonazol 2x200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Pada vulvovaginitis Candida, terapi perawatan dengan ketokenazol mungkin
diperlukan.
2
5.Anti jamur spektrum luas adalah polyene, echinocandin digunakan jika belum
diketahui spesies jamurnya. Bila organisme nya dipastikan Candida albicans, harus
dimulai terapi dengan fluconazol.
1

PROFILAKSIS

Tindakan pencegahan yang paling penting adalah menghindari gangguan
keseimbangan pada flora normal dan gangguan daya tahan inang. Infeksi Candida
tidak menular, karena sebagian besar individu dalam keadaan normal sudah
mengandung organisme tersebut.
6
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
Profilaksis efektif pada pasien dengan risiko tinggi. Meskipun flukonazol mengurangi
insiden candidiasis invasif, dampak positif pada angka kematian tidak terlihat kecuali
pada individu imunocompromised misal pasien netropenia, transplantasi organ.
1






























Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
Dr. Maria Magdalena Simatupang : Candida Albicans, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA

1. Anaissie, E.J . The Changing Epidemiology of Candida Infection. Available
from URL : http://www.medscape.com/viewprogram/7208_pnt. 31 Mei 2007 :
2-6 ; 10-15.
2. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ketiga, J akarta, FK UI, 1999 : 103-6.
1. Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert J ., & Zinkernagel, R.M. Fungi as Human
Pathogens : Medical Microbiology. New York, Thieme Stuttgart, 2005 :362-4.
2. Tortora, G.J , Funke, B.R., & Case, C.L. Microbiology an Introduction. Eighth
Edition, San Fransisco, Benjamin Cummings, 2004 : 606-7.
3. J awetz E, Melnick J , & Adelberg E. Mikrobiologi Kedokteran. Diterjemahkan
oleh Edi Nugroho & Maulany RF. Edisi 20, J akarta, EGC, 1996 : 627-9.
4. Brooks G.F., Carrol K.C., Butel J .S., & Morse S.A. Medical Microbiology.
24
th
ed, Mc Graw Hill, 2007 : 642-5.

You might also like