You are on page 1of 7

Title : 女の男の子/ Onna no Otoko no Ko / Boys and Girls

Author : Dila (di LA —SAFE, BoA-Indo, Sujunesia, TVXQ-Indo—)


Rating : PG-15
Pairing : Boa ♥ Jaejoong
Location : Japan
Cast : Boa, TVXQ, Yui
Cameo : Meisa Kuroki, Tablo (Epik High), Iwasa Mayuuko
Length : series
Genre : romance, school drama
Language : Indonesian, Japanese (a little)
A/N : The title was taken from Yuko Ogura’s song , which used for School Rumble’s soundtrack.

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.blogspot.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
PERBAIKAN DARI EDISI LALU >,<
Kemaren banyak banget salahnya, ampe ga aku kasih jendela+beranda XD
Ini adalah denah apartemen Jaejung
Pintu depan : kalau masuk pintu depan, yang pertama kelihatan adalah sofa di ruang tengah!
Jaejung no heya (3 x 3 m2) : kamar Jaejung, tempat Jaejung menghabiskan harinya
Boa no heya (3 x 3 m2) : kamar Boa. Hanya dia pakai untuk belajar. Selebihnya, di luar kamar!
Kamar mandi (2 x 3 m2) : karena ini apartemen kecil, otomatis kamar madinya juga kecil. Garis
tipis itu adalah sekat yang memisahkan wastafel dengan bathup + shower + water closet.
Bagian kosong itu ada tirainya, jadi di adegan awal, Jae ngeliat Boa lewat situ (eits, kaga
sengaja!!!)
Sofa : ini tempat favorit Jaejung kedua setelah kamarnya. Biasanya tiduran di sofa sambil
nonton TV
Kotatsu : meja yang ada penghangatnya. Biasanya kalo Yunho-tachi datang, makannya di situ.
Lalu kalau ruang tengah dipakai Boa buat nge-dance, kotatsu dipinggirin.
Dapur : yup, ini adalah dapur kecil, tempat Boa biasa masakin Jae XD
Beranda : buat jemuran+duduk duduk

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.blogspot.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 10
SPECIAL CHAPTER – BOA POV

Selesai latihan dance, aku duduk di pojokan sambil mengelap keringat. Sejak kakiku sembuh,
aku berjuang keras menyamakan lagi levelku dengan level sebelum aku cedera. Untungnya aku
bisa kembali menari seperti dulu lagi. Semua juga berkat Jaejung-kun yang selalu mendukungku.
Tiba-tiba ketua klub dance memanggil tim inti, membuyarkan lamunanku.
“TIM INTI, BERKUMPUL DI SINI!!!” teriaknya. Aku bangkit sambil membawa tasku dan
bergegas ke tempat ketua.
“Seperti yang sudah kalian tahu, beberapa hari lagi kita akan mengikuti kompetisi antar-SMA se-
wilayah Kanto. Kita memang sudah latihan selama sebulan ini, tapi tidak semua member bisa
ikut dalam kompetisi ini. Saya sebagai ketua tentu saja harus memilih dengan hati-hati karena
biasanya dancer terbaik itu dari wilayah Kanto, jadi dari awal kita sudah bersaing ketat. Baiklah
langsung saja saya sebutkan,” ketua mengakhiri ceramahnya.
Jantungku berdetak kencang. Aku benar-benar ingin terpilih. Walaupun aku absen selama 2
minggu tapi aku tetap ingin terpilih. Kemungkinannya memang kecil, tapi…
“BoA”
“HAI’?!” aku reflek berteriak. Ketua tersenyum.
“Aku tahu kamu senang, tapi tidak usah terlalu bersemangat,” kata ketua. Member lain
menertawakanku. Tapi tunggu… apa aku tidak salah dengar?
“Ch, chotto… maksud ketua…”
“Sou da yo. Kamu akan ikut kompetisi ini. Jadi siap-siaplah! Kita akan latihan lebih keras,” kata
ketua sambil mengedipkan matanya.
“Arigato gozaimasu!” kataku sambil membungkuk. Ketua tersenyum, lalu melanjutkan
memanggil nama-nama lain.
Kore wa yume janai, janai?! Ini bukan mimpi, kan?! Aku benar-benar tidak percaya bisa ikut
dalam kompetisi ini. Bahkan setelah aku absen 2 minggu. Setelah aku memulai dari awal lagi.
Akhirnya aku selangkah menuju impianku.

Aku pulang sambil memegang surat izin erat-erat. Ah, sou da. Bagaimana aku bisa minta izin?
Orang tuaku di Hokkaido. Mana mungkin aku minta izin pada Jaejung? Hm, apa boleh minta izin
orang tua Yui atau Yunho ya? Baka! Arienaishi! Mana mungkin boleh.
Tanpa sadar aku sudah di depan apartemen. Dari sini saja sudah terdengar suara ramai. Aku
membuka pintu, dan menyiapkan senyum terbaik yang kupunya.
“BOA-CHAAAAAN!!!” begitu aku masuk, Junsu langsung menghambur dan siap-siap
memelukku. Tapi beberapa detik kemudian, bajunya ditarik Yunho dan Jaejung.
“Oi, Junsu, nigeru n janai yo… jangan kabur dong…” kata Jaejung sambil membawa kuas cina.
“Oi, jangan peluk-peluk Boa sembarangan!!!” kata Yunho.
Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, aku hanya terpaku di tempat sambil melihat
Jaejung mencorengkan kuas di muka Junsu.
“A, anooo… tadaima…” kataku.
“Okaeri! Minna matteru yo. Semua sudah menunggu,” kata Jaejung sambil menggandeng
tanganku dan masuk ke ruang tengah.
Astaga. Berantakan sekali. Yui, Yuchun, dan Changmin sedang duduk sambil makan-makan.
Aku melihat papan dan hanetsuki di lantai.

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.blogspot.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Masa ka, hanetsuki4 wo asobu??? Kalian main hanestuki?” tanyaku.
“Sou da yo,” kata Jaejung sambil mengambil papannya.
“Demo kyowa shougatsu janai yo. Tapi ini kan bukan tahun baru,” kataku sambil meletakkan tas
di sofa.
“Biar saja, toh sebentar lagi tahun baru kan?” kata Yui sambil menawarkan snack.
“Ah sou da ne? Iya juga ya. Tidak terasa sudah November,” kataku.
“Ne, Boa… are te nani? Itu apa?” tanya Yunho sambil menunjuk surat izin yang aku pegang dari
tadi.
“Ah, kore? Oh ini. Aku akan ikut di Dance Competition nanti. Demo, aku tidak tahu bagaimana
minta izinnya. Orangtuaku kan di Hokkaido,” kataku.
“Omae baka na no ka? Kau bodoh sekali sih. Kita kan bisa pakai fax,” kata Jaejung sambil
melanjutkan hanatsuki dengan Junsu.
“AH!!! Sou da!!! Iya juga!” kataku sambil menepuk dahi.
“Oi, jangan panggil Boa dengan sebutan ‘baka’!” kata Yunho sedikit sebal.
“Ii yo, Yunho-kun. Betsu ni atashi kimishinai da. Tidak apa-apa, aku tidak keberatan kok,” kataku.
Aku tidak mau mereka ribut lagi.
“JAAA, KALAU BEGITU AYO BERSULANG UNTUK BOA!!!” kata Yui memecah ketegangan.
Aku menuangkan bir ke semua gelas. Lalu ketika aku mau menuangkannya ke gelas Jaejung,
Yunho mengagetkanku.
“AAARGH, CHOTTO, BOA-CHAN!” kata Yunho.
“Eh? Nanda? Kenapa?”
“Punya Jaejung jangan banyak-banyak,” kata Yunho.
“Ii darou? Nggak pa-pa kan? Sekali-sekali,” kata Jaejung cemberut.
“Dame da yo! Kau kalau mabuk suka merepotkan orang, tau!” kata Yunho sambil merebut botol
dari tanganku, dan menuangkannya sedikit ke gelas Jaejung.
“Heee, shiranai yo sonna koto. Aku tidak pernah tau hal itu,” kataku. “Memangnya Jaejung-kun
kalau mabuk bagaimana sih?” tanyaku pada Yunho.
“Hm, paling kalem sih pingsan…”
“Heee?”
“Tapi bisa lebih parah dari itu. Biasanya dia menyanyikan lagu Momusu, atau peluk-peluk orang
di sebelahnya, atau ngedance Sorry Sorry-nya Super Junior, atau mengayun-ayunkan raket
tennisnya,” kata Yunho sambil mengingat-ingat.
“Usotsuki! Bohong! Boa, jangan percaya dia!” kata Jaejung sambil mencekik Yunho dengan
lengannya.
“Hontu da yooo~” kata Yunho tertahan karena lehernya dicekik.
“Maa maa. Ayo kita bersulang!” kata Yui sambil mengangkat gelasnya. Semua mengikuti Yui.
“Untuk Boa yang akhirnya mendapatkan 1st performance di Tokyo, dan untuk Jaejung yang
akhirnya jujur pada perasaannya!” kata Yui. “SHANPAAAN!!!5”
Gelas kami bertemu, menimbulkan suara gemerincing. Lalu kami minum.
Pesta berlangsung sangat seru. Kami main berbagai permainan dan ternyata ada beberapa
permainan yang belum pernah aku tahu. 10 tahun tinggal di US membuatku lupa akan budaya
Jepang.
“Ne, Jaejung-kun!” aku menoleh ke Yunho. Astaga mukanya merah sekali. Pasti dia mabuk
berat.

4
Hanetsuki : permainan tahun baru. Permainannya seperti badminton, tapi memakai papan dan shuttle cock
khusus. Tiap pemain menjatuhkan cock, mukanya akan dicoreng dengan tinta oleh pemain satunya.
5
Dari bahasa Inggris “champagne”, biasanya orang Jepang lebih sering memakai “shanpan” daripada “cheers”

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.blogspot.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Yunho-kun, daijoubu? Kau tidur saja dulu daripada mabuk begitu,” kataku sambil mendekati
Yunho.
“Iie. Aku mau bicara sama Jaejung,” kata Yunho. Aku menoleh ke Jaejung. Dia tidak begitu
mabuk, tapi sudah kelihatan lemas. Mungkin karena kecapekan.
“Nani?” tanya Jaejung.
“Ore mada akiramenai!!! Aku belum menyerah!!!” kata Yunho sambil mengarahkan telunjuknya
ke Jaejung. Eh? Apa maksudnya? “Ore wa makenai!!! Aku tidak akan kalah!!!” lanjutnya.
“Dou iu imi? Apa maksudmu?”
“BOA DA YO, BOA!!! Aku tidak akan menyerah mendapatkan Boa!” kata Yunho sambil
merangkulku. Eee?
Beberapa detik kemudian, Yunho pingsan. Ah, mungkin bisa dibilang tertidur. Jaejung
mengangkatnya ke sofa sendirian. Junsu-tachi sudah tidur.
“Ne, Boa-chan, dou suru? Bagaimana selanjutnya?” tanya Yui. Dibandingkan dengan yang lain,
Yui sama sekali tidak kelihatan mabuk. Mukanya tetap segar seperti biasa. Padahal aku lihat
tadi dia minum banyak.
“’Dou suru’ te? Maksudmu?” tanyaku pura-pura tidak mengerti.
“Ohimesama no tame ni, futari no oujisama wa tatakai. Dua pangeran bertarung demi
mendapatkan sang putri. Sugoi ne, omae! Kau hebat sekali!” kata Yui sambil menepuk
pundakku.
“Nani yooo… apaan sih… justru karena itu aku jadi tidak enak kalau berhadapan dengan
Yunho-kun,” kataku.
“Ii kara. Tidak apa-apa. Tetap saja jadi dirimi sendiri,” kata Yui.
“Yui… arigatou…”
Yui tersenyum. “Ah sou ie ba, omong-omong, aku tidur di sini ya!” kata Yui.
“Eh? Anata mou? Kamu juga? Iie kedo, tidak apa-apa sih, demo anata wa onna darou? Kamu
kan perempuan…” kataku.
“Shitteru yo sonna koto,” kata Yui.
“Lalu kamu tidur di mana?” tanyaku.
“Sofa de ii yo. Di sofa juga tidak apa-apa,” kata Yui sambil berdiri, lalu berjalan melangkahi
Junsu, Jaejung, Changmin, dan Yuchun yang sudah tidur. Kemudian Yui mendorong Yunho
sampai jatuh menimpa Jaejung. Jaejung pun terbangun.
“Ah, aku membangunkanmu? Gomen!” kata Yui santai, lalu dia berbaring di sofa.
“Kuso, baru saja aku tertidur,” gumam Jaejung, lalu menendang Yunho—yang sama sekali tidak
terbangun—dan tidur lagi.
Kini tinggal aku yang belum tidur.
Aaa, dou suru? Bagaimana ini? Aku sama sekali tidak ngantuk. Aku berjalan ke beranda dan
memandang langit sambil melamun.
Waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin Jaejung membentakku untuk meninggalkan
apartemen ini, sekarang kami sudah jadian. Hari ini aku mendengar banyak tentang Jaejung-
kun yang belum aku ketahui. Kalau dipikir-pikir, aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang dia.
Akhirnya kemarin aku tahu kalau Jaejung membenci perempuan karena ibunya.
Demo, aku tidak bisa ikut marah pada obasan. Aku justru berterima kasih padanya. Kalau dia
tidak ada, aku tidak akan pernah bertemu dengan Jaejung. Aku tahu perbuatannya tidak bisa
dimaafkan, tapi semua orang punya sisi baik walaupun sedikit. Apa Jaejung tidak ingin bertemu
dengan ibunya ya?
Uh, samuuiii. Dingin sekali. Tidak heran sih, sebentar lagi musim dingin.
Aku masuk ke dalam dan menutup pintu beranda. Ah, sepertinya di kamar Jaejung banyak
selimut. Pasti mereka kedinginan.

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.blogspot.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Aku masuk ke kamar Jaejung yang kosong, dan mengambil beberapa selimut dari lemari. Lalu
mengambil selimut yang tidak dilipat di tempat tidur Jaejung. Ahh, bantalnya tersangkut.
Aku meletakkan tumpukan selimut di sampingku, lalu merapikan selimut yang berantakan. Dari
bantal yang baru aku tarik, sesuatu terjatuh.
Nani kore? Apa itu?
Aku memungutnya.

Shashin. Sebuah foto.

Sebuah foto keluarga. Kono hito wa… orang ini kan… ojisan?! Masa ka. Jangan-jangan anak
kecil ini Jaejung-kun. Aku menutup mulut tidak percaya. Sore de, lalu, perempuan yang
menggendong bayi ini… obasan? Ibu Jaejung? Aku mengintip ke luar kamar untuk memastikan
tidak ada yang bangun. Lalu kembali berkonsentrasi dengan foto itu.
Kenapa… kenapa foto ini ada di bantal Jaejung?
Jaejung-kun… anata… okaasan ga kirai na no? Bukankah kau benci ibumu? Tapi kenapa
fotonya ada di bawah bantalmu?
Aku masih tidak percaya akan apa yang aku lihat barusan. Tapi aku mengambalikan ke tempat
semula, lalu aku tutupi bantal. Ah sudahlah. Jaejung pasti punya alasan sendiri, aku tidak
berhak untuk tau lebih jauh.

Setelah mematikan lampu kamar Jaejung, aku menyelimuti mereka satu-satu. Pasti dingin sekali.
Junsu, Yuchun, dan Changmin sampai meringkuk. Kaki mereka sudah di dalam kotatsu yang
hangat. Aku menyelimuti mereka.
Mou, Yunho-kun! Posisinya tidak berubah dari tadi sejak Jaejung menendangnya. Aku
tersenyum. Tadi dia bilang Jaejung bakal pingsan kalau minum kebanyakan. Eh malah dia yang
pingsan.
Yui… dia manis sekali waktu tidur.
“Gitaaa—“ gumamnya. Haha, bahkan saat tidur dia memikirkan gitarnya. Aku menyelimutinya,
lalu duduk di sebelah Jaejung. Dia tidur dengan posisi duduk. Apa tidak capek ya? Aku
membuka lipatan selimut terakhir, lalu menyelimutkannya ke Jaejung.
Yosh! Aku mau tidur juga, aku sudah mulai mengantuk. Aku sudah mau berdiri dan kembali ke
kamarku, tapi ada tangan yang menarikku.
“Jae, Jaejung-kun…” bisikku. “Kau belum tidur?” tanyaku kembali duduk.
“Barusan terbangun,” kata Jaejung pelan.
“Ah, gomen ne. maaf sudah membangunkanmu. Hm, aku mau tidur dulu ya,” kataku.
“Dame yo. Jangan,” kata Jaejung. Tiba-tiba dia memegang pinggangku dan menarikku sampai
dekat dengannya. Aaa, ternyata benar, Jaejung mengerikan sekali kalau mabuk. Dou suru?
Bagaimana ini? Jantungku berdetak kencang sekali. Jaejung mendekatkan bibirnya ke bibirku.
Aku menutup mataku, tapi tiba-tiba aku didorong ke samping.
“Temme!6” bisik Jaejung. Aku membuka mataku, dan melihat Jaejung mendorong Yunho.
“Eh? Apa yang terjadi?” tanyaku pelan.
“Dia menciumku…” kata Jaejung singkat, pelan, dan kelihatan marah.
“NA—“ Jaejung membekap mulutku ketika aku mau berteriak.
Yunho menjulurkan lidah ke arah Jaejung.
“Itteta, darou? Ore wa makenai! Aku sudah bilang kan, aku tidak akan kalah!” kata Yunho pelan.

6
Temme=kamu(semi-vulg)

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.blogspot.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Jaejung mengalap mulut dengan punggung tangannya. Aku tertawa tanpa suara,
membayangkan Jaejung dan Yunho berciuman.
“Ne, Yunho-kun… sudah berapa kali kau ciuman dengan Jaejung-kun?” tanyaku sambil
mengelap air mata bekas tertawa.
“Baru kali ini. Terpaksa, tau! Mana mungkin aku membiarkan dia berciuman denganmu di
depanku?” kata Yunho santai.
“Kimochiwaru… menjijikkan…” gumam Jaejung. Heee, mukanya pucat sekali.
“Te iu ka… tunggu, kalau begitu kenapa kau tidak menciumku?” tanyaku pada Yunho.
“Kalau aku menciummu, Jaejung tidak akan menganggapku temannya lagi kan?” kata Yunho
sambil merangkul Jaejung. “Mana mungkin aku mencium wanita yang bukan pacarku?”
“Aib seumur hidup. Berciuman dengan cowok…” kata Jaejung masih shock.
“Kenapa dingin begitu? Kau kan juga sering memelukku,” kata Yunho.
“Oi, itu kan waktu aku mabuk!”
“Ini juga waktu mabuk, kan…” kata Yunho sambil nyengir.
“Demo ima wa chigau yooo… tapi kali ini bedaaa…”
Aku tersenyum melihat mereka berdua masih seakrab dulu. Yunho memang baik. Kalau Yunho
tidak mendekati Jaejung duluan, mungkin mereka tidak akan akrab lagi. Aku rasa Jaejung itu
keras kepala dan tidak mau mengalah. Untunglah dia punya sahabat seperti Yunho.

Paginya, kami berangkat sekolah bersama. Mereka sudah menyiapkan buku dan seragam untuk
hari ini, jadi tidak perlu pulang ke rumah. Hari berjalan menyenangkan karena sudah tidak ada
lagi masalah yang perlu dikhawatirkan kecuali pelajaran dan ekstrakulikuler.

Aku masih penasaran mengapa Jaejung menyimpan foto keluarganya di bawah bantal. Kalau
dia cinta ojisan dan ototo, dia kan bisa merobek atau mencoret foto obasan, tapi foto itu bersih.
Jaejung bilang dia sudah tidak menganggapnya ibu. Okaasan ga kirei tte itteta. Dia bilang dia
benci ibunya. Benci perempuan.
Aku ingin tahu kenapa…
CHAPTER 10 おしまい

女の男の子
wrote by di LA @ dila-no-nikki.blogspot.com
(SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

You might also like