You are on page 1of 85

Salsabila subhan perdana kusuma

Sistem saraf pusat (SSP) tdd: (1) Otak (2) Medula spinalis
Secara makroskopik tdd: (1) Gray matter (substansi grisea) : mengandung badan sel saraf, dendrit, & ujung akson tak bermielin, kumpulan badan sel di otak & med.spinalis disebut nukleus (2) White matter (substansi alba) : sebagian besar tersusun atas akson bermielin dan sangat sedikit badan sel kumpulan akson yg menghubungkan berbagai area di SSP disebut traktus

SSP dilindungi oleh tulang kranium (os cranium) dan kolumna vertebra,membran jaringan penunjang (meninges), dan cairan serebrospinal (CSF).

Os cranium tdd: os frontal, os sphenoid, os ethmoid, os occipital, os parietal, os tempora Terdapat lubang tempat keluarnya saraf kranial (foramina) & medula spinalis (foramen magnum)

1. Tulang Tengkorak ( Os. Cranii)


Os. Frontale Sutura Coronalis

Sutura Sagitalis Os. Parietale

Sutura Lambdoidea Os. Occipitale

Sutura Sagitalis

Sutura Lambdoidea Os. Occipitale Os. Temporale Incisura Mastoidea Processus Mastoideus Sutura Occipitoma stoidea

Lapisan Cranium
S = Skin ( Epidermis, dermis) Cutis C = Close connective tissue A = Aponeurotik Epicranium Calvaria L = Loose connective tissue P = Pericranium ]

2. OTAK ( Encephalon)
Lapisan pelindung otak :
Epidura (Calvaria durameter : Ar. Meningei media > Vena) D : Duramater Subdura ( Duamater Arachnoidmater : Vena> Ar. Cerebri) A : Arachnoidmater ( Granulationes Arachnoidales u/ menyerap CSF) SubArachnoid ( Arachnoidmater Piamater : mengandung CSF) P : Piameter (melekat di otak)

LOBUS diCEREBRUM
1. Lobus frontal - pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi - pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) 2. Lobus parietal - pusat kesadaran sensorik di gyrus postsentralis (area sensorik primer) - terdapat area asosiasi sensorik 3. Lobus oksipital -pusat penglihatan & area asosiasi penglihatan -4. Lobus temporal - berperan dlm pembentukan & perkembangan emosi & pusat pendengaran

Cat : Area sensorik dengan area motorik dipisahkan oleh sulcus centralis menjadi area (gyrus) pre centralis (motorik) dan pos centralis (sensorik)

Prosencephalon ( Otak depan) Telencephalon Diencephalon Mesencephalon (otak tengah) Medulla Oblongata Rhombencephalo n (otak blakang) Pons

Encephalon

Cerebellum

Vascularisasi Otak
A. Vertebralis Dextra A. Cerebri Posterior Dextra A. Communicans Posterior A. Cerebri Media Dextra A. Cerebri Anterior Dextra A. Vertebralis Sinistra

A. Basilaris
A. Cerebri Posterior Sinistra A. Communicans Posterior A. Cerebri Media Sinistra A. Cerebri Anterior Sinistra A. Communicans Anterior

Ventrikel diOtak
Ada 4 ventrikel di otak, yaitu: (1) ventrikel lateral kanan & ventrikel lateral kiri,, (2) Jejaring kapiler khusus (pleksus khoroid) terletak di dasar setiap ventrikel memproduksi CSF dan menyaring zat berbahaya (sbg sawar darah otak) (3) ventrikel ke-3 di diensefalon (thalamus and hypothalamus., (4) ventrikel ke-4 di antara pons & serebelum

Otak dibagi menjadi 6 divisi utama:


1. 2. 3. 4. 5. 6. Serebrum Diensefalon Serebelum Midbrain Pons Medula oblongata

Serebrum
Substansi alba: serat saraf bermielin yg tdd: - Serat asosiasi = menghubungkan & menghantarkan impuls di antara gyrus pd hemisfer yg sama - Serat komisura = menghantarkan impuls dari gyrus di 1 hemisfer ke gyrus yg berkaitan di hemisfer lain; ada 3 serat komisura, yaitu corpus callosum, komisura anterior, & komisura posterior - Serat proyeksi = membentuk traktus asenden & desenden yg menghantarkan impuls dari serebrum ke bagian otak lain & medula spinalis, contoh: kapsula interna

Substansi grisea = terutama terbentuk dari badan sel saraf -Ganglia basal (nukleus serebral) : massa berpasangan di hemisfer serebral; tiap hemisfer tdd: nukleus kaudatus, nukleus lentikular (putamen & globus pallidus), substansi nigra, nukleus subthalamus, & nukleus merah, fungsi: mengintegrasikan gerakan semivolunter & otomatis spt berjalan, renang, & tertawa

Batang Otak (Brain Stem) Midbrain (Mesensefalon), tdd: - Cerebral aqueduct (Aqueduct of sylvius): menghubungkan ventrikel ke-3 (di diensefalon) & ventrikel ke-4 (di antara pons & serebelum) - Cerebral peduncles: bgn ventral midbrain yg berisi serat saraf sensorik & motorik - Corpora quadrigemina: tdp 2 pasang bgn yg menggelembung di permukaan luar, yaitu * superior colliculi: pusat refleks gerakan kepala & bola mata ketika berespons thd rangsang visual * inferior colliculi: pusat refleks gerakan kepala & tubuh ketika berepons thd rangsang suara

Pons, tdd: 1. Serat transversal serat saraf yg berjalan di antara pons & serebelum mll cerebral peduncles 2. Serat longitudinal : serat saraf yang naik & turun berisi traktus sensorik & motorik. 3. Pusat pernapasan: - Pusat apneustik : mengontrol kontraksi otot inspirasi - Pusat pneumotaksik : mengontrol relaksasi otot pernapasan shg tjd ekspirasi 4. Nukleus dari saraf kranial : N. V, VI, VII,& VIII

Medulla Oblongata
Bagian otak (antara med. Spin dan pons) Mengandung: neuron-neuronnuklei saraf kranial tertentu (N V, VIII, IX, X, XI, XII) Pusat KARDIOVASKUKER (kecepatan denyut jantung) Pusat RESPIRASI (pusat pengatur irama/ritme respirasi) Fungsi viseral Di dalamnya tedapat formatio reticularis (FR): pusat pengat kesadaran/ siaga/ konsentrasi/aktivitas cortex cerebri

Serebelum

Anatomy, tdd: Cerebellar peduncles: tempat menempelnya serebelum ke batang otak; tdp 3 pasang berkas saraf: 1) superior cerebellar peduncles: menempel pd midbrain 2) middle cerebellar peduncles: menempel pd pons 3) inferior cerebellar peduncles:menempel pd medula oblongata Hemisfer; tdd 2 hemisfer yg dihubungkan dg vermis; lipatan & lekukan permukaan > banyak :luas permukaan besar

Korteks serebelar : substansi grisea yg menutupi permukaan luar serebelum; tdp 3 lapisan: lap.luar, lap. Sel Purkinje, & lap.granula dalam Nukleus serebelum : nukleus dentate, globose, emboliform, & fastigial Vermis; yg menghubungkan 2 hemisfer serebelum : dari bg superior ke inferior: Lingula, Central, Culmen, Declive, Folium, Tuber, Pyramis,Uvula, & Nodulus Duramater; bgn duramater kranial (tentorium cerebelli) : terbentang di atas serebelum & memisahkan serebelum dgn lobus oksipital serebrum. Perluasan duramater yg memisahkan 2 hemisfer serebelum: falx cerebelli

Definisi Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif, sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang. ( Behrman, 1999) Palsy Cerebralis adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif, oleh karna suatu kerusakan/ gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya. (Syam, 2006) Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas system motor piramida ( motor kortek, basal ganglia dan otak kecil ) yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal. ( Suriadi, 2006).

Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda ( sejak dilahirkan ) serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologist berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan sebelum juga kelainan mental. ( Ngastiyah, 2000). Cerebral palsy ialah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik didalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. ( Yulianto, 2000). Cerebral palsy adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. ( Santi Wijaya, 1999).

Penyebab Cerebral palsy dapat dibagi menjadi dalam 3 bagian : 1. Pranatal 2. Perinatal 3. Postnatal

1.

Pranatal

a.
b. c. d. e.

Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik, kelainan kromosom


Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun Infeksi intrauterin : TORCH dan sifilis Radiasi sewaktu masih dalam kandungan Asfiksia intrauterin (abrubsio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan lain lain). Keracunan kehamilan, kontaminasi air raksa pada makanan, rokok dan alkohol. Induksi konsepsi. Riwayat obstetrik (riwayat keguguran, riwayat lahir mati, riwayat melahirkan anak dengan berat badan < 2000 gram atau lahir dengan kelainan morotik, retardasi mental atau sensory deficit).

f. g. h.

2.
a.

Perinatal
Anoksia/hipoksia

Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cidera otak. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalopelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan seksio sesar. b. Perdarahan otak Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mangakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di ruangsubdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis. c. Prematuritas Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita pendarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna. d. Ikterus Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.

3. Postnatal. a. Trauma kepala. b. Meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan. c. Racun : logam berat. d. Luka Parut pada otak pasca bedah.

Klasifikasi Berdasarkan Derajat Kemampuan Fungsional a. Ringan Penderita masih bisa mengerjakan pekerjaan aktifitas seharihari, sehingga sama sekali tidak atau memerlukan bantuan. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya. b. Sedang Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bantuan dan pendidikan khusus agar dapat merawat diri sendiri. Mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri, sehingga dapat bergerak, bergaul dan hidup ditengah masyarakat dengan baik. c. Berat Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat

a. b. c. d. e.

Tipe Spastis atau Piramidal Tipe Ataxia Tipe athetosis atau koreothetosis Atonik Tipe Campuran

a.

Tipe Spastis atau Piramidal. Pada tipe ini gejala yang selalu ada adalah

1.

Monoplegia / monoparesis. Kelumpuhan keempat anggota gerak, tapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya. 2. Hemiplegia / hemiparisis. Kelumpahan lengan dan tungkai dipihak yang sama. 3. Diplegia / diparesis. Kelumpuhan keempat anggota gerak, tapi tungkai lebih hebat dari pada lengan. 4. Tetraplegia / tetraparesis. Kelumpuhan keempat anggota gerak, tapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai yang lain 5. Quadriplegia. Spastis yang tidak hanya menyerang ekstremitas atas, tetapi juga ekstremitas bawah dan juga terjadi keterbatasan (paucity) pada tungkai.

b.

Tipe Ataxia Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak diserebelum.

c.

Tipe athetosis atau koreothetosis Kondisi ini melibatkan sistem ekstrapiramidal. Karakteristik yang ditampakkan adalah gerakan gerakan yang involunter dengan ayunan yang melebar. Athetosis terbagi menjadi : 1. Distonik Kondisi ini sangat jarang, sehingga penderita yang mengalami distonik dapat mengalami misdiagnosis. Gerakan distonia tidak seperti kondisi yang ditunjukkan oleh distonia lainnya. Umumnya menyerang otot kaki dan lengan sebelah proximal. Gerakan yang dihasilkan lambat dan berulangulang, terutama pada leher dan kepala. 2. Diskinetik Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau gerakan gerakan involunter, tidak terkontrol, berulangulang dan kadangkala melakukan gerakan stereotype.

d. Atonik Anak-anak penderita CP tipe atonik mengalami hipotonisitas dan kelemahan pada kaki. Walaupun mengalami hipotonik namun lengan dapat menghasilkan gerakan yang mendekati kekuatan dan koordinasi normal. e. Tipe Campuran Gejala-gejalanya merupakan campuran dari 2 gejala tersebut diatas.

Karena kompleksitas dan kerentanan otak selama masa perkembangannya, menyebabkan otak sebagai subyek cedera dalam beberapa waktu. Cerebral ischemia yang terjadi sebelum minggu ke20 kehamilan dapat menyebabkan defisit migrasi neuronal, antara minggu ke 24 sampai ke34 menyebabkan periventricular leucomalacia (PVL) dan antara minggu ke34 sampai ke40 menyebabkan focal atau multifocal cerebral injury. Cedera otak akibat vascular insufficiency tergantung pada berbagai faktor saat terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran darah ke otak dan sistem peredaran darah, serta respon biokimia jaringan otak terhadap penurunan oksigenasi. Kelainan tergantung pada berat ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Pada keadaan yang berat tampak ensefalomalasia kistik multipel atau iskemik yang menyeluruh. Pada keadaan yang lebih ringan terjadi patchy necrosis di daerah paraventrikular substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang difus pada substansia grisea korteks serebri. Kelainan dapat lokal atau menyeluruh tergantung tempat yang terkena.

Stres fisik yang dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran premature seperti imaturitas pada otak dan vaskularisasi cerebral merupakan suatu bukti yang menjelaskan mengapa prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian CP. Sebelum dilahirkan, distribusi sirkulasi darah janin ke otak dapat menyebabkan tendensi terjadinya hipoperfusi sampai dengan periventrikular white matter. Hipoperfusi dapat menyebabkan haemorrhage pada matrik germinal atau PVL, yang berhubungan dengan kejadian diplegia spastik. Pada saat dimana sirkulasi darah ke otak telah menyerupai sirkulasi otak dewasa, hipoperfusi kebanyakan merusak area batas air korteks (zona akhir dari arteri cerebral mayor), yang selanjutnya menyebabkan fenotip spastik quadriplegia. Ganglia basal juga dapat terpengaruh dengan keadaan ini, yang selanjutnya menyebabkan terjadinya ekstrapiramidal (seperti koreoathetoid atau distonik). Kerusakan vaskular yang terjadi pada saat perawatan seringkali terjadi dalam distribusi arteri cerebral bagian tengah, yang menyebabkan terjadinya fenotip spastik hemiplegia.

Tidak ada halhal yang mengatur dimana kerusakan vaskular akan terjadi, dan kerusakan ini dapat terjadi lebih dari satu tahap dalam perkembangan otak janin. Autoregulasi peredaran darah cerebral pada neonatal sangat sensitif terhadap asfiksia perinatal, yang dapat menyebabkan vasoparalysis dan cerebral hyperemia. Terjadinya kerusakan yang meluas diduga berhubungan dengan vaskular regional dan faktor metabolik, serta distribusi regional dari rangsangan pembentukkan synaps. Pada waktu antara minggu ke-26 sampai dengan minggu ke-34 masa kehamilan, area periventricular white matter yang dekat dengan lateral ventricles sangat rentan terhadap cedera. Apabila area ini membawa fiber yang bertanggungjawab terhadap kontrol motorik dan tonus otot pada kaki, cedera dapat menyebabkan spastik diplegia (yaitu spastisitas utama dan kelemahan pada kaki, dengan atau tanpa keterlibatan lengan dengan derajat agak ringan). Saat lesi yang lebih besar menyebar sebelum area fiber berkurang dari korteks motorik, hal ini dapat melibatkan centrum semiovale dan corona radiata, yang dapat menyebabkan spastisitas pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.

Manifestasi klinis cerebral plasy tergantung dari bagian dan luas jaringan otak yang mengalami kerusakan : 1. Spastisitas a. Monoplegia / monoparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak, tapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya. b. Hemiplegia / hemiparisis Kelumpahan lengan dan tungkai dipihak yang sama. c. Diplegia / diparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak, tapi tungkai lebih hebat dari pada lengan. d. Tetraplegia / tetraparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak, tapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai yang lain

2. Tonus otot yang berubah Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas) dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah menjadi spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah refelek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.

3. Koreo-atetosis Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid, tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus. 4. Ataksia Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak diserebelum.

5. Gangguan pendengaran Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada golongan koreoatetosis. 6. Gangguan bicara Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur. 7. Gangguan mata Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak.

1. Medik Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerjasama yang baik dan merupakan suatu team antara dokter anak,neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi, occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa, dan orang tua penderita. 2. Fisioterapi Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orangtua turut membantu program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal disuatu pusat latihan. Fisioterapi ini dilakuakan sepanjang penderita hidup.

3. Pembedahan Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan pergerekan koreoatetosis yang berlebihan. 4. Obat-obatan Pasien sebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung pasien ini.

5. Reedukasi dan rehabilitasi. Dengan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang penderita CP perlu mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan perlu dibuat oleh masing-masing terapist. Tujuan yang akan dicapai perlu juga disampaikan kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula melakukan perawatan tadi di lingkungan hidupnya sendiri. Fisioterapi bertujuan untuk mengembangkan berbagai gerakan yang diperlukan untuk memperoleh keterampilan secara independent untuk aktivitas sehari-hari. Fisioterapi ini harus segera dimulai secara intensif. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita sewaktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan.

Fisioterapi dilakukan sepanjang hidup penderita. Selain fisioterapi, penderita CP perlu dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal. Di Sekolah Luar Biasa dapat dilakukan speech therapy dan occupational therapy yang disesuaikan dengan keadaan penderita. Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang ke rumah dengan kendaraan bersanrmsama sehingga tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu pekerja sosial dapat membantu di rumah dengan melihat seperlunya.

6.

Tindakan keperawatan Mengobservasi dengan cermat bayi-nayi baru lahir yang beresiko ( baca status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan/kelahirannya . jika dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.

Ada anak cerebral palsy yang menderita komplikasi seperti : 1. Kontraktur yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk karena otot memendek. 2. Skoliosis yaitu tulang belakang melengkung ke samping disebabkan karena kelumpuhan hemiplegia. 3. Dekubitus yaitu adanya suatu luka yang menjadi borok akibat mengalami kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia harus selalu berbaring di tempat tidur. 4. Deformitas (perubahan bentuk) akibat adanya kontraktur. 5. Gangguan mental. Anak CP tidak semua tergangu kecerdasannya, mereka ada yang memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata, bahkan ada yang berada di atas rata-rata. Komplikasi mental dapat terjadi apabila yang bersangkutan diperlakukan secara tidak wajar

1.

Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis sebral palsi di tegakkan. 2. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral palsi. CSS normal. 3. Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak. 4. Foto rontgen kepala. 5. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan. 6. Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan penyebablain dari reterdasi mental.

Sebagian besar kasus cerebral palsy tidak dapat dicegah, dikarenakan akar penyebab cerebral palsy bergantung pada waktu kejadiannya. Namun, para peneliti telah mengidentifikasi bahwa faktor risiko cerebral palsy umumnya terjadi pada masa prenatal, persalinan, dan saat anak masih bayi. Faktor risiko ini secara signifikan dapat menyebabkan seorang anak memiliki kemungkinan lebih besar akan mengalami cerebral palsy di kemudian hari. Kelahiran prematur merupakan faktor risiko terkuat. Sedangkan yang lainnya adalah keadaan selama proses kehamilan, persalinan, serta kejadian pada awal masa kanak-kanak.

Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tips untuk mencegah terjadinya cerebral palsy : 1. Cegah bayi Anda dari berat badan lahir rendah atau lahir prematur dengan mengikuti pola hidup sehat selama kehamilan, termasuk gizi yang baik, istirahat, dan olahraga yang cukup. Selain itu, hindari alkohol, rokok, dan penggunaan narkoba. Hal ini dikarenakan apabila bayi Anda lahir dengan berat badan rendah, kemungkinan bayi Anda menderita cerebral palsy akan meningkat. 2. Buat jadwal kunjungan dengan dokter obgyn (dokter kandungan) di awal kehamilan yang berfokus pada apa yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko kemungkinan melahirkan secara prematur. Hal ini dikarenakan hampir setengah dari semua anak yang menderita cerebral palsy lahir dengan prematur.

3. Ambil tindakan pencegahan apapun yang diperlukan untuk memastikan bahwa Anda tidak termasuk ke dalam kelompok dengan faktor risiko melahirkan prematur seperti terpapar karbon monoksida, radang, atau infeksi lainnya. Anda juga harus menghindari bekerja sambil berdiri selama berjam-jam, penyakit menular seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga. Dokter kandungan mungkin akan merekomendasikan istirahat total di tempat tidur atau intervensi lainnya jika faktor risiko tersebut telah ada. 4. Tanyakan pada dokter kandungan tentang kemungkinan pengobatan menggunakan progesteron, yoghurt, pemakaian Clindamycin untuk perawatan pH vagina tinggi, atau mengonsumsi suplemen minyak ikan. Masing-masing pendekatan ini telah terbukti cukup efektif dalam mengurangi faktor risiko kelahiran prematur dan jangan lupa ketika hamil mengkonsumsi sari kurma.

5.

Konsultasikan dengan dokter kandungan mengenai apakah Anda harus mendapat pengobatan untuk mengurangi faktor-faktor yang memperkuat faktor risiko kelahiran prematur seperti tekanan darah tinggi, infeksi saluran kencing, kecemasan, atau diabetes. 6. Hindari infeksi yang dapat mengakibatkan pelepasan cytokinin beracun ke otak janin selama kehamilan. Infeksi pada ibu hamil memiliki risiko tiga kali lebih besar kemungkinannya menyebabkan anak berkembang menjadi cerebral palsy

Nama : an. C Umur : 5 th Jenis kelamin : cowok Alamat : panyuran, palang, tuban Agama : islam Keluhan utama :sering jatuh tiba-tiba tanpa sebab RPS : P :klien datang ke RS dg keluhan sering jatuh tanpa sebab Q:R :rasa sakit itu dirasakan pada daerah kepala S : pasien sering jatuh tanpa sebab T : rasa itu dirakan klien pada setiap waktu RPD : klien dahulu pernah jatuh dari gendongan ibu tirinya RPK : tak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang di derita klien

Body System B1 (Breathing)


-

Bentuk dada normal b. Pola napas teratur B2 (Blood)


a. a. b. c. d. e.

Irama jantung : regular Nyeri dada : tidak Bunyi jantung : normal Akral : hangat Perkusi jantung : dullness

B3 (Brain)

Produksi urin: normal

(Bowel) Nafsu makan : Pendengaran (telinga) : ada menurun gangguan Penciuman (hidung) : tak Porsi makan : setengah ada gangguan Mulut : bersih Kesadaran : composmentis Mukosa : kering Reflek: tidak normal B6 (Bone) B4 (Bladder) Kemampuan Kebersihan : bersih pergerakan sendi : tida Bentuk alat kelamin : bisa bebas Kondisi tubuh: normal kelelahan Uretra : normal

Penglihatan strabismus

(mata)

B5

Data

Etiologi

masalah Gangguan persepsi sensori visual

DS : anak menangis sekaligus rewel DO :

Jatuh Kepala bocor

pergerakan bola

mata tak simetris

Trauma kepala Cerebral palsy

Kerusakan nervous okulomotorius

strabismus

Data

Etiologi
jatuh

masalah Kerusakan mobilitas fisik

DS : Klien rewel &

Kepala bocor trauma kepala

menangis

DO :
Gangguan motorik syaraf

Cerebral palsy Kerusakan pada syaaf

Gangguan pergerakan ekstrimitas kanan

muskuluskeletal Kelumpuhan ekstrimitas kanan Hemiplegia kanan

Gangguan

sensori perepsi visual b.d strabismus Kerusakan mobilitas fisik b.d hemiplegia kanan Gangguan pertumbuhan & perkembangan b.d kecacatan multifaset

Ja m 08. 00 wib

Hari/t angga l Kamis 3 mei 2012

Diagnosa

intervensi

rasional

Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan strabismus Tujuan: meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu Kriteria hasil: peningkatan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu

Tentukan

ketajaman

Kebutuhan individu dan pilihan

penglihatan, apakah satu


atau kedua mata terlibat Orientasikan terhadap Observasi pertahankan tempat tidur benar-benar pulih. pasien lingkungan, tanda-tanda pagar sampai

intervensi
lambat bilateral, berlanjut dan

bervariasi
progresif. mata laju

sebab
Bila dapat yang

kehilangan penglihatan terjadi tiap pada

staf, orang lain diareanya dan gejala disorientasi,

berbeda, tetapi biasanya hanya

satu

mata

diperbaiki

per

prosedure. Memberikan menurunkan peningkatan cemas dan kenyamanan dan kekeluargaan, disorientasi pascaoperasi Mengurangi resiko bingung/jatuh karena gangguan persepsi Memungkinkan objek lebih memudahkan pasien mudah panggilan melihat dan untuk

Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tak dioperasi.

pertolongan bila diperlukan

Ja m 08. 00 wib

Hari/t angga l Kamis 3 mei 2012

Diagnosa

intervensi

rasional

kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiplegi kanan Tujuan: meningkatkan atau mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin Kriteria hasil: Mobilitas klien dapat meningkat atau bertahan

Kaji yang

derajat

imobilitas oleh

Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan tentang diri/persepsi keterbatasan diri fisik

dihasilkan

cedera/ pengobatan dan perhatikan persepsi pasien

aktual, memerlukan informasi/ intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang tonus untuk otot, meningkatkan

terhadap imobilisasi
Intruksikan untuk/bantu pasien dalam

rentang gerak pasien/ aktif pada ekstrimitas yang sakit dan yang tak sakit. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan

mempertahankan gerak sendi

mencegah

kontraktur/atrofi

dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk menggerakkan sendi tungkai masa atau dan otot. ini

tungkai yang tak sakit

membantu
kekuatan Catatan: akut/edema

mempertahankan
dan latihan

dikontraksikan pada peredaran

Hari/tangga l Kamis, 3 mei 2012

Nomer Diagnos a 1

Jam

implementasi

TTD

08.0010.00 wib

Menentukan ketajaman penglihatan Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan , staf di areanya Mengkaji tanda-tanda & gejala disorientasi Meletakkan barang2 d dekat klien

Hari/tangga l Kamis, 3 mei 2012

Nomer Diagnos a 2

Jam

implementasi

TTD

08.0010.00 wib

Mengkaji derajat imobilitas Membantu dalam rentang gerak pasien Mendorong penggunaan latihan isometrik Mengubah posisi secara periodik dan medorong latihan nafas dalam

Hari/tangga l Kamis, 3 mei 2012

Nomer Diagnos a 1

evaluasi

TTD

S ; an. C sudah tidak mengeluh tentang ketajaman penglihatannya O; TTV : S : 37C N : 84x/menit RR: 30x/menit A; masalah teratasi P; hentikan intervensi

Hari/tangga l Kamis, 3 mei 2012

Nomer Diagnos a 2

evaluasi

TTD

S ; an. C sudah tidak mengalami kerusakan mobilitas fisik O; TTV : S : 37C N : 84x/menit RR: 30x/menit A; masalah teratasi P; hentikan intervensi

You might also like