You are on page 1of 4

KEGUGURAN Definisi Keguguran atau aborsi spontan adalah kehilangan kehamilan yang kurang dari 20 minggu.

Kebanyakan terjadi pada trimester pertama. Keguguran terjadi secara natural dan tak disengaja. Keguguran atau aborsi spontan, terjadi dalam 4 tingkatan : iminens, insipien, inkomplit dan aborsi komplit. 1. Aborsi iminens menunjukan perdarahan vagina selama 20 minggu pertama kehamilan, walaupun tak ada dilatasi serviks. Ini terjadi pada sekitar 20% sampai 30% kehamilan, meskipun hanya sekitar 50% aborsi iminens dapat mengarah terjadinya keguguran(Porter). 2. Abosi insipien memiliki perdarahan dengan dilatasi serviks, dan lebih gampang terjadi aborsi dari pada aborsi iminens. 3. Aborsi inkomplit disertai perdarahan dilatasi servik, keram, dan meninggalkan beberapa bagian pada uterus; hanya jaringan yang mungkin lewat atau keluar, fetus dan plasentanya tertinggal dalam uterus. 4. Aborsi komplit terjadi ketika semua bagian uterus keluar melalui vagina Semua gejala pada masing masing tingkatan awal pada aborsi spontan biasa ditemukan tapi keguguran biasanya lengkap dan uterus kosong. Aborsi spontan dalam trimester pertama merupakan 80% dari semua keguguran (Puscheck). Penyebab paling umum dari aborsi spontan adalah embrio yang secara genetik abnormal, terhitung 50% sampai 60% dari keguguran (Puscheck). Konsepsi yang terjadi di luar masa subur juga dikaitkan dengan keguguran pada beberapa kasus (Puscheck). Tiga atau lebih keguguran berturut-turut dapat disebut "aborsi berulang." Kondisi ini terjadi pada sekitar 1% wanita berusaha untuk hamil (Puscheck); alasan genetik yang ditemukan bertanggung jawab pada sekitar 2% hingga 3% dari kasus (Puscheck), namun kebanyakan alasan aborsi berulang belum diketahui. Resiko: Reriko sama pada semua ras. Yang bisa meningkatkan resiko keguguran adalah penyalahgunaan obat atau alkohol, terpapar toksin dari lingkungan atau industri, merokok, malnutrisi, konsumsi kafein yang berlebihan dan penggunaan NSAID. Riwayat tumor uterus, fibroid, defek uterus, serviks yang inkompetens, penyakit tiroid yang tidak terkontrol, penyakit ginjal, infeksi, penyakit kronis (misalnya diabetes dan hipertensi) dan inkompatibilitas Rh maternal-fetal juga bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Semakin bertambah usia wanita, resiko mereka mengalami keguguran juga meningkat. Presentasi resiko wanita yang mengalami keguguran adalah 15% pada wanita usia < 35 tahun, 20% sampai 25 % pada wanita usia 35 - 39, 35% pada wanita usia 40 42, dan 50% pada wanita usia > 42 tahun(Puscheck). Insidensi dan prevalens Rata rata 10% - 15% kehamilan yang diketahui berakhir dengan abortus spontan. Persentasi rata rata dari keguguran bisa terjadi sebelum wanita tersebut tahu tentang kehamilannya. Diagnosis anamnesis Didapatkan : Perdarahan vagina Kram Keluarnya gumpalan darah dan jaringan
1

Gejala ini bisa disertai dengan nyeri perut bagian bawah yang menjalar ke belakang, bokong, dan daerah vagina. Bisa juga terdapat cairan dari rupturnya kantung amnion. Selain itu tidak terdapat lagi tanda kehamilan. Penting untuk diingat pasien mungkin tidak tahu bahwa ia sedang hamil. Riwayat hamil sebelumnya, aborsi spontan, infeksi, penyakit kronik, dan pembedahan biasanya dibutuhkan. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan pelvis, yang harus dinilai adalah sumber dan banyaknya perdarahan, terbuka atau tidaknya cervix, ada atau tidaknya kontraksi otot pada pergerakan cervix, ukuran uterus, tonus otot uterus, dan ada tidaknya massa di atau disekitar uterus. Diagnosis abortus dapat ditegakkan jika didapatkan dilatasi cervix dan adanya tanda pengeluaran jaringan abortus yang menonjol keluar dari cervix. Pemeriksaan abdomen juga dilakukan untuk menilai adanya distensi, pembesaran hati atau limpa, dan memeriksa daerah yang tegang, serta adanya kemungkinan diagnosis kehamilan ektopik dan rupturnya kista. Karakteristik bising usus digunakan untuk menyingkirkan diagnosis akut abdomen. Penilaian vital sign perlu dilakukan jika terdapat perdarahan hebat yang dapat mempengaruhi tekanan darah dan keseimbangan cairan. Diagnosis yang mengarah kepada missed abortion perlu dipikirkan apabila tanda-tanda kehamilan (payudara yang menegang dan mual) hilang dan tidak adanya tanda-tanda aborsi spontan. Tanda missed abortion yang paling sering ditemukan yaitu ukuran uterus yang lebih kecil dari perkiraan kehamilannya. Pengujian: tes kehamilan biasanya dilakukan. Tes darah yg mengukur tingkat kuantitatif human chorionic gonadotropin (hCG) dapat dilakukan dan kemudian diulang dalam beberapa hari, dilihat apakah meningkat atau menurun, selain mengkonfirmasi kehamilan, tes ini sangat penting dalam membedakan apakah perdarahan berhubungan dengan kehamilan atau penyebab lain. Jika jaringan pasien sudah pulih kembali, analisis laboratorium (pemeriksaan histopatologi) dapat menentukan apakah itu berasal dari janin. CBC akan dilakukan untuk mengevaluasi tingkat kehilangan darah. Hitungan WBC diferensial dapat menyingkirkan infeksi. Tes pembekuan darah (jumlah trombosit, kadar fibrinogen, waktu protrombin dan parsial tromboplastin ime) dapat dilakukan jika perdarahan yang signifikan atau CBC menunjukkan penyakit hematologi atau DIC. Tes kimia darah mungkin dilakukan untuk mengevaluasi ketidakseimbangan cairan akibat perdarahan, ginjal dan fungsi hati. Darah, skrining antibodi, dan crossmatching dapat dilakukan untuk mempersiapkan kemungkinan transfusi, jika diperlukan, dan untuk menentukan apakah seorang ibu Rh negatif harus menerima Rho (D) immune globulin (RhoGAM) untuk menghindari sensitisasi untuk kehamilan berikutnya. Urinalisis dapat dilakukan untuk menyingkirkan ISK. USG perut atau vagina dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengkonfirmasi salah satu tahapan keguguran dan menyingkirkan kehamilan ektopik atau masalah ginekologi. Jika individu telah mengalami aborsi berulang, evaluasi dapat mencakup studi genetik dan uji khusus lainnya untuk menentukan alasa lain, tes untuk menyingkirkan infeksi kronis atau disfungsi hormonal, dan x-ray dari rahim dan saluran tuba. Diagnosis Banding -Apendisitis Akut -Kanker Serviks -Polip Serviks -Kehamilan Ektopik -Mola Hidatidiformis

-Kista Ovarium -Ruptur Kista Ovarium -Fibrosis Uterus Yang Menonjol -Von Willebrand Disease

Penatalaksanaan: Tanpa komplikasi, abortus komplit yang seluruh jaringan fetusnya keluar dari uterus, tidak membutuhkan operasi atau penanganan medis yang khusus. Namun pemantauan dibutuhkan untuk mengetahui adanya infeksi atau perdarahan yang banyak. Untuk aborsi iminens adalah perhatikan dan tunggu, dan tidak perlu diberikan terapi medis selain bed rest, meningkatkan konsumsi cairan dan suplemen progesteron jika mungkin. Untuk aborsi inkomplit, insipiens, atau missed aborsi, yang hasil konsepsinya masih di uterus, dibutuhkan pembersihan isi uterus dengan teknik D&C (Dilatasi dan Kuratase). Jika tidak dilakukan, dapat terjadi infeksi atau menyebabkan perdarahan. Pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit atau Klinik, dapat diberikan anestesi umum. Obat yang digunakan adalah misoprostol, obat yang menginduksi aborsi komplit dengan beberapa komplikasi pada kebanyakan wanita (87%-96,3%). Wanita yang mengalami infeksi setelah keguguran dapat diberikan antibiotic. Pada perdarahan hebat dapat diberikan suplemen besi atau transfusi darah dan dirawat di Rumah Sakit. Wanita yang mengalami aborsi berulang, dapat berkonsultasi ke dokter spesialis fertilisasi. Jika terus terjadi perdarahan setelah D&C, yang berhubungan dengan perforasi uterus atau pembuluh darah, maka dilakukan elektrokauterisasasi di daerah perdarahan menggunakan laparoskopi atau laparotomi untuk menjangkau kavum uteri. Wanita yang ber Rh negative diberikan Rho(D) imun globulin untuk mencegah berkembangnya antibody dan komplikasi RH di masa depan. Terapi psikologi seperti konseling atau psikoterapi dapat diberikan untuk membantu pasien menerima kenyataan bahwa ia sudah kehilangan kehamilannya. Prognosis Tingkat kesembuhan totalnya tinggi. Kebanyakan wanita yang keguguran bisa hamil lagi sampai aterm. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi dari keguguran adalah infeksi, pendarahan, komplikasi D&C (dilatasi dan kuretase), komplikasi transfusi darah, syok, DIC. Pendarahan yang terjadi bisa mengakibatkan anemia. Wanita yang diberikan terapi D&C memiliki resiko terkena Asherman Syndrome. Setelah kembali bekeja/aktivitas, selama masa pemulihan hindari berdiri yang lama, kerja berat dan angkat barang yang berat

DAFTAR PUSTAKA Puscheck, Elizabeth E., and Archana Pradhan. First-Trimester Pregnancy Loss. eMedicine. Eds. Suzanne R. Tupin, et al. 25 jun 2006. Medscape. 16 Sep 2009. Porter, Robert S., et al., eds. Spontaneous Abortion. Merck Manual of Diagnosis and Therapy . Eds. Robert S. Porter, et al. Nov 2005. Merck & Co., Inc. 16 Sep. 2009

You might also like