You are on page 1of 4

Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang

tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.

Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."

--Tere Liye, novel "Negeri Di Ujung Tanduk", Gramedia Pustaka Utama Dalam urusan dunia ini, kita tidak akan mendapatkan sesuatu atau seseorang justeru kalau kita keterlaluan mencintainya. Tere Liye, novel Rosie *Belajar merangkak --> Belajar berdiri --> Belajar mandiri Kita boleh jadi tidak melihatnya, karena kita masih kecil, tapi saya bisa pastikan, betapa terharunya bapak ibu kita melihat anaknya pertama kali belajar tengkurap, dada mereka mengembang oleh perasaan bahagia, mulut merekah senyum indah tak terkira. Juga saat anaknya pertama kali merangkak, saat pertama kali berhasil berdiri, saat pertama kali berhasil melangkahkan kaki berjalan. Duhai, mata mereka berkaca2, berbisik sejuta doa, terima kasih dan perasaan syukur tiada terkira. Kita boleh jadi tidak melihatnya, karena walaupun kita sudah cukup besar, kita tidak sempat memperhatikan, betapa terharunya bapak ibu kita melihat anaknya pertama kali berangkat sekolah. Memakai seragam. Menyandang tas, lantas cium tangan, berpamitan. Wajah bapak ibu kita terlihat lebih muda beberapa tahun, mata mereka begitu terang oleh perasaan bahagia. Dan kita boleh jadi tidak melihatnya, karena walaupun kita semakin besar, semakin memperhatikan, ternyata bapak ibu kita pintar menyembunyikannya, kita tetap tidak tahu betapa bangganya mereka melihat kita untuk pertama kalinya bisa mandiri. Lulus sekolah, memperoleh pekerjaan. Atau saat sekolah sudah belajar mencari keran rezeki yang baik. Tidak banyak membebani orang tua, tidak merepotkan. Tahu diri, bisa bersegera mandiri. Itu selalu menjadi momen yang penting bagi bapak ibu kita. Maka, jadilah remaja yang paham. Itu benar, boleh jadi orang tua kita

mampu membelikan mobil, tapi mereka akan bangga saat kita bilang 'tidak usah', tidak mengapa naik kendaraan umum, biar belajar mandiri. Itu benar, boleh jadi orang tua kita mampu membelikan HP model mutakhir, tapi mereka akan bangga saat kita bilang 'tidak usah', cukup yang seadanya, atau malah, kita bisa membelinya sendiri dengan belajar mandiri. Dan lebih tidak terbilang bangganya mereka, jika ternyata orang tua kita memang tidak mampu, melihat anak2nya bisa segera mandiri menaklukkan dunia ini. Jika keluarga kita sangat terbatas, misalnya, maka katakanlah pada mereka, "Pak, Ibu, tidak perlu mencemaskan banyak hal. Biaya pendidikanku, biaya pendidikan adik2, biaya pendidikan kakak, aku akan mencari jalan keluarnya. Tuhan tidak akan pernah membiarkan seseorang yang terus berusaha." Itu akan jadi momen yg menakjubkan. Peluk mereka erat-erat, lantas, besoklusa, yakinkan semuanya dengan perbuatan yang nyata dan baik. Dan jangan sampai keliru, my dear, mandiri itu bukan sekadar bisa mencari uang sendiri. Bukan cuma urusan bekerja. Mandiri itu ada dalam banyak wujud. Mulai dari hal sepele, bisa mengerjakan tugas rumah sendirian, mencari dulu barang hilang daripada berteriak-teriak, memilih mengerjakan sesuatu dibanding menyuruh orang lain, dsbgnya, dsbgnya. Sekecil apapun bentuknya, sekali sikap mandiri itu tumbuh subur, maka cara berpikir, cara bertindak kita akan berubah banyak. Jika itu terjadi, persis seperti saat melihat anaknya pertama kali tengkurap, merangkak, berjalan, sekolah, meski kita tidak pernah tahu, bapak ibu kita selalu terharu melihatnya. Selamat menjadi anak2 yang hebat secara kongkret (bukan cuma hebat di urusan membuat trending topic dunia maya). *Tere Lije, repost Tidak ada diantara kita yang pernah melihat langsung bumi ini berbentuk bola. Kecuali kalau kita astronot, pergi ke satelit, naik pesawat, bisa menyaksikan kebenaran bumi berbentuk bola dengan mata kepala sendiri. Mayoritas kita hanya lihat foto, gambar, film, membaca dan sejenisnya. Kemudian meyakininya. Maka, tidak pernah mati, tidak pernah ke surga, tidak pernah ke neraka, tdk pernah melihat malaikat, dsbgnya, bukan alasan untuk tdk meyakininya. Kita bisa "melihat" kebenaran tersebut dgn banyak cara. Lantas meyakininya melebihi yakin bumi ini berbentuk bola. --tere lije

Sebenarnya, secara prinsipil, sebagai mahkluk bebas, manusia boleh saja bertingkah semau2nya, menjelek2an semau dia, apapun yang dia mau lakukan. Kita diberikan kebebasan tersebut. Hanya saja, pikirkan hal ini baik2: Ketika kita menghormati orang lain, maka sejatinya kita tidak rendah, atau kalah, kita justeru sedang menghormati diri sendiri. Atau ketika kita rela mematuhi peraturan, maka sejatinya kita bukan diperbudak, diperintah, kita justeru sedang memuliakan diri sendiri. Tapi sebaliknya: Ketika kita bertingkah semau2nya, menjelek2an, melanggar batas, kita justeru tidak otomatis menang, gagah perkasa, tinggi, lebih hebat, kita justeru sedang menghina diri sendiri, benar2 sedang merendahkan diri sendiri. 'Kemanusiaan' kitalah yang membuat kita jadi manusia. --Tere Lije

Tidak semua yang kita alami harus dipahami segera. Tidak semua yang kita lewati harus segera ada penjelasannya. Penjelasan itu boleh jadi sudah datang lebih dulu sebelum kejadian, juga bisa jadi "amat terlambat". Tidak akan merugi orang yang bersabar. --Tere Liye

Sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya. Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh." --Tere Liye, novel terbaru "Negeri Di Ujung Tanduk", April 2013, Gramedia Pustaka Utama

Jadilah orang yang selalu memberikan kalimat2 positif, semangat untuk orang banyak. Maka semoga itulah yang akan mantul kembali kepada kita.

--Tere Lije Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana. Tere Liye, novel Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Semut bisa mengangkat beban 20x berat tubuhnya. Manusia tentu saja tidak dberikan kekuatan seperti itu--atlet angkat berat paling kuat pun tidak bisa. Tetapi manusia diberikan kekuatan mengangkat 'beban kehidupan' berkali2 lipat. Itu lebih menakjubkan. --Tere Lije

You might also like