Professional Documents
Culture Documents
Rumus 3.2
dengan:
FJP = Faktor jam puncak,
V = Volume jaman (smp/jam),
Q = Arus lalu lintas (smp/15 menit).
3.3 Kecepatan dan Waktu Perjalanan
Kecepatan adalah parameter mendasar yang kedua (setelah volume lalu
lintas) yang menggambarkan tentang arus lalu lintas. Kecepatan didefinisikan
sebagai tingkat gerakan di dalam suatu jarak tertentu dalam satu satuan waktu,
yang dinyatakan dengan Rumus 3.3.
S =
t
d
Rumus 3.3
dengan:
S = Kecepatan (km/jam),
d = Jarak perjalanan (km),
t = Waktu perjalanan (jam).
Dalam suatu aliran lalu lintas yang bergerak setiap kendaraan mempunyai
kecepatan yang berbeda. Sehingga aliran lalu lintas tidak mempunyai sifat kece-
patan yang tunggal akan tetapi dalam bentuk distribusi kecepatan kendaraan
individual. Dari distribusi kecepatan kendaraan secara diskrit, suatu nilai rata-rata
atau tipikal digunakan untuk mengidentifikasi aliran lalu lintas secara menye-
luruh.
Rata-rata atau kecepatan tengah dapat dihitung dengan dua cara yaitu
berdasarkan waktu dan berdasarkan ruang kecepatan tengah berdasarkan waktu
(Time Mean Speed - TMS) didefinisikan sebagai rata-rata kecepatan semua
kendaraan yang lewat pada suatu titik terbentuk pada suatu ruas jalan dalam
beberapa periode waktu tertentu. Sedangkan kecepatan tengah ruang (Space
Mean Speed - SMS) didefinisikan sebagai rata-rata kecepatan semua kendaraan
yang berada dalam suatu ruas jalan selama beberapa periode waktu tertentu.
Perumusan tentang TMS dan SMS sebagaimana ditunjukkan pada Rumus 3.4 dan
Rumus 3.5.
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Karakteristik Lalu Lintas III-6
n
t
d
TMS
1
Rumus 3.4
i
i
t
nd
n
t
d
SMS
Rumus 3.5
dengan:
TMS = Kecepatan tengah berdasarkan waktu (km/jam),
SMS = Kecepatan tengah berdasarkan ruang (km/jam),
d = Jarak perjalanan (km),
t
i
= Waktu perjalanan (detik atau jam)
3.4 Kepadatan
kepadatan adalah pengukuran ketiga terhadap kondisi arus lalu lintas
yang didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas jalan
tertentu atau lajur, yang biasanya dinyatakan dalam satuan kendaraan per
kilometer atau smp per kilometer per lajur. Kepadatan sulit untuk mengukur
secara langsung, biasanya diperlukan titik ketinggian yang cukup sehingga ken-
daraan dapat diamati dalam suatu ruas tertentu. Namun demikian kepadatan
dapat dihitung dari kecepatan dan volume, yang mempunyai bentuk hubungan
sebagai ditunjukkan pada Rumus 3.6 dan Rumus 3.7.
F = S x D Rumus 3.6
D =
S
F
Rumus 3.7
dengan:
F = Arus lalu lintas (smp/jam atau kend/jam),
S = Kecepatan tengah berdasarkan ruang (km/jam),
D = Kepadatan (smp/km atau kend/km).
Kepadatan lalu lintas adalah mungkin yang terpenting di antara ketiga
parameter aliran lalu lintas tersebut, karena terkait dengan permintaan lalu lintas
yang dibangkitkan dari berbagai tata guna lahan, bangkitan sejumlah kendaraan
yang terdapat pada suatu segmen tertentu dari jalan raya. Kepadatan juga
merupakan ukuran yang penting untuk mengetahui kualitas arus lalu lintas,
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Karakteristik Lalu Lintas III-7
dimana hal tersebut mengukur perkiraan kendaraan, faktor-faktor yang mempe-
ngaruhi kebebasan manuver dan kenyamanan psikologis dari pengendara.
3.5 Ryang Jarak Antar Kendaraan
Arus, kecepatan, dan kepadatan adalah ukuran makroskopik yang mana
lalu lintas dalam suatu interval waktu tertentu digambarkan dengan nilai tunggal
dari masing-masing yang membentuk aliran lalu lintas secara keseluruhan.
Ruang (spacing) dan jarak antar kendaraan (headway) adalah ukuran micros-
kopik, sebab hal tersebut menggambarkan tentang pasangan individual kenda-
raan dalam aliran lalu lintas. Ruang adalah didefinisikan sebagai jarak antar ken-
daraan yang lewat dalam suatu lajur lalu lintas, diukur dari beberapa titik rujukan
pada kendaraan, seperti bemper bagian depan atau roda bagian depan. Jarak
antar kendaraan adalah waktu antar kendaraan yang lewat pada suatu titik
sepanjang lajur, yang diukur antar titik rujukan pada suatu kendaraan. Nilai rata-
rata ruang dan jarak antar kendaraan mempunyai hubungan parameter micros-
kopik sebagaimana ditunjukkan pada Rumus 3.8, Rumus 3.9, dan Rumus 3.10.
D =
a
d
5280
Rumus 3.8
F =
a
h
3600
Rumus 3.9
S =
a
h
d
a
Rumus 3.10
dengan:
D = kepadatan lalu lintas (smp/km/lajur),
S = kecepatan rata (km/jam),
F = arus lalu lintas (smp/jam/lajur),
D
a
= ruang rata-rata (m),
h
a
= jarak antara kendaraan rata-rata (detik).
Ukuran mikroskopik berguna untuk beberapa analisis lalu lintas. Hal ini
karena ruang dan jarak antar kendaraan diperoleh dari pasangan setiap kenda-
raan, sejumlah data dapat dikumpulkan dalam periode yang singkat. Penggunaan
ukuran mikroskopik juga memberikan informasi tentang berbagai jenis kenda-
raan untuk dipilah. Mobil penumpang maupun truk dapat dipilah-pilah untuk
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Karakteristik Lalu Lintas III-8
dibandingkan tentang karakteristiknya dengan menggunakan pengukuran ruang
dan jarak antar kendaraan.
3.6 Hubungan Kecepatan, Arus dan Kepadatan
Hubungan antara ketiga parameter utama: kecepatan, arus dan kepa-
datan menggambarkan tentang aliran lalu lintas tak terinterupsi (uninterrupted
traffic stream) di mana arus merupakan hasil dari kecepatan dan kepadatan.
Sementara itu hubungan tersebut untuk lalu lintas yang stabil, kombinasi variabel
tersebut menghasilkan hubungan dua dimensi. Gambar 3.2 mengilustrasikan
tentang bentuk umum hubungan tersebut. Kalibrasi nyata terhadap hubungan
tersebut tergantung kepada kondisi yang sebelumnya, dengan berbagai variasi
lokasi serta waktu yang berbeda.
Gambar 3.2: Hubungan antar Kecepatan, Arus, dan Kepadatan
Perlu diketahui arus nol (tidak ada arus) terjadi dalam dua kondisi.
Ketika tidak ada kendaraan di jalan raya berarti kepadatannya nol, di mana
kecepatan teoritis didasarkan kepada kecepatan arus bebas (free-flow speed)
yang merupakan kecepatan tertinggi bagi kendaraan yang sendirian. Namun
demikian arus nol juga terjadi ketika kepadatan begitu tinggi sehingga kenda-
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Karakteristik Lalu Lintas III-9
raan yang akan bergerak harus berhenti sehingga terjadi kemacetan lalu lintas
yang disebut dengan istilah traffic jam. Pada kondisi ini semua kendaraan ber-
henti sehingga tidak ada kendaraan yang lewat pada suatu ruas jalan tersebut.
Puncak dari kurva kecepatan-arus dan kepadatan-arus adalah arus maksi-
mum yang mungkin atau yang disebut dengan istilah kapasitas. Kecepatan dan
kepadatan yang terjadi pada saat mencapai kapasitas disebut dengan istilah
kecepatan kritis (critical speed) dan kepadatan kritis (critical density).
3.7 Karakteristik Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas pada dasarnya terbagi atas waktu dan ruang, yang
biasanya lebih difokuskan kepada volume jam puncak seperti jam sibuk kerja,
komuter, dan perjalanan yang lain. Permintaan lalu lintas dapat bervariasi ber-
dasarkan musim dalam setahun, bulanan dalam setahun, hari dalam sebulan,
hari dalam seminggu, maupun jam-jaman dalam sehari. Permintaan lalu lintas
juga dapat bervariasi dari berbagai arah baik pada saat pagi, siang maupun
petang.
Variasi volume lalu lintas yang berupa bulanan dalam setahun sebagai-
mana ditunjukkan pada Gambar 3.3. Pada gambar tersebut ada saat-saat di
mana bulan tertentu mengalami puncak volume tertentu (LHR) sekitar bulan juli,
tetapi juga sebaliknya ada bulan di mana terjadi penurunan volume yaitu sekitar
bulan januari.
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Karakteristik Lalu Lintas III-10
Gambar 3.3 Volume Lalu Lintas Bulanan dalan setahun
KARAKTERISTIK LHR DALAM SEMINGGU
RUAS JALAN: LETJEN S. PARMAN
KOTA MALANG, MINGGU-SABTU, 17-23 APRIL 2006
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
M
i
n
g
g
u
S
e
n
i
n
S
e
l
a
s
a
R
a
b
u
K
a
m
i
s
J
u
m
'a
t
S
a
b
t
u
HARI
L
H
R
(
s
m
p
/
h
a
r
i
)
Arah Selatan (masuk Kota)
Arah Utara (keluar Kota)
Gambar 3.4: Volume Lalu Lintas Harian Dalam Seminggu
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Karakteristik Lalu Lintas III-11
KARAKTERISTIK VOLUME LALU LINTAS (PIAS WAKTU 1 JAM)
RUAS JALAN: LETJEN S. PARMAN
KOTA MALANG, SELASA 18 APRIL 2006
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
0
6
.
0
0
-
0
7
.
0
0
0
7
.
0
0
-
0
8
.
0
0
0
8
.
0
0
-
0
9
.
0
0
0
9
.
0
0
-
1
0
.
0
0
1
0
.
0
0
-
1
1
.
0
0
1
1
.
0
0
-
1
2
.
0
0
1
2
.
0
0
-
1
3
.
0
0
1
3
.
0
0
-
1
4
.
0
0
1
4
.
0
0
-
1
5
.
0
0
1
5
.
0
0
-
1
6
.
0
0
1
6
.
0
0
-
1
7
.
0
0
1
7
.
0
0
-
1
8
.
0
0
1
8
.
0
0
-
1
9
.
0
0
1
9
.
0
0
-
2
0
.
0
0
2
0
.
0
0
-
2
1
.
0
0
2
1
.
0
0
-
2
2
.
0
0
2
2
.
0
0
-
2
3
.
0
0
2
3
.
0
0
-
2
4
.
0
0
0
0
.
0
0
-
0
1
.
0
0
0
1
.
0
0
-
0
2
.
0
0
0
2
.
0
0
-
0
3
.
0
0
0
3
.
0
0
-
0
4
.
0
0
0
4
.
0
0
-
0
5
.
0
0
0
5
.
0
0
-
0
6
.
0
0
PIAS WAKTU
V
O
L
U
M
E
(
s
m
p
/
j
a
m
)
Arah Selatan (masuk Kota), Volume=104.649 smp/hari
Arah Utara (keluar Kota), Volume=132.622 smp/hari
Gambar 3.5: Volume Lalu Lintas Jaman dalam sehari
Variasi volume lalu lintas yang menunjukkan harian dalam seminggu
sebagaimana dicontohkan pada Gambar 3.4. Pada gambar tersebut terdapat dua
bagian utama yaitu kondisi lalu lintas pada hari kerja (weekday) dan hari libur
kerja (weekend). Lalu lintas pada hari kerja untuk di Indonesia terdiri dari hari
Senin sampai hari Sabtu, walaupun beberapa kantor pemerintah menerapkan
pola lima hari kerja dengan dengan libur pada hari Sabtu. Sedangkan hari libur
kerja adalah hari Minggu serta beberapa bagian juga hari Sabtu. Dari gambar
tersebut nampak bahwa pada hari kerja volume lalu lintasnya relatif sama, akan
tetapi terjadi perubahan yang berbeda pada hari libur. Perbedaan hari kerja dan
hari libur bukan berarti hari libur lebih rendah dari hari kerja untuk ruas-ruas
jalan tertentu, terutama untuk akses menuju kawasan wisata pada hari libur
kerja justru terjadi kenaikkan.
Variasi volume lalu lintas jam-jaman dalam sehari juga mengalami Fluk-
tuasi sesuai dengan karakteristik pengguna jalan. Hal ini terjadi terkait dengan
berangkat beraktivitas, saat beraktivitas maupun pulang beraktivitas. Aktivitas
bisa berupa kerja kantor, pendidikan, perdagangan, sosial, dan lain sebagainya.
Karakteristik volume jam-jaman dalam sehari sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 3.5. karakteristik volume jam-jaman ini sangat tergantung kepada
kebijakan suatu instansi untuk menerapkan jam aktivitas. Kegiatan pendidikan
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Karakteristik Lalu Lintas III-12
(sekolah) biasanya dimulai sekitar jam tujuh pagi, sedangkan aktivitas perkan-
toran biasanya dimulai sekitar jam delapan. Untuk aktivitas bisnis terutama
supermarket dan pertokoan biasanya mulai beraktivitas mulai sekitar jam
sembilan, kecuali pasar yang bersifat tradisional yang menjual barang dagangan
kebutuhan sehari-hari biasanya dimulai sekitar jam lima pagi.
KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS (PIAS WAKTU 15 MENIT)
RUAS JALAN: LETJEN S. PARMAN
KOTA MALANG, SELASA 18 APRIL 2006
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
0
6
.
0
0
-
0
6
.
1
5
0
7
.
0
0
-
0
7
.
1
5
0
8
.
0
0
-
0
8
.
1
5
0
9
.
0
0
-
0
9
.
1
5
1
0
.
0
0
-
1
0
.
1
5
1
1
.
0
0
-
1
1
.
1
5
1
2
.
0
0
-
1
2
.
1
5
1
3
.
0
0
-
1
3
.
1
5
1
4
.
0
0
-
1
4
.
1
5
1
5
.
0
0
-
1
5
.
1
5
1
6
.
0
0
-
1
6
.
1
5
1
7
.
0
0
-
1
7
.
1
5
1
8
.
0
0
-
1
8
.
1
5
1
9
.
0
0
-
1
9
.
1
5
2
0
.
0
0
-
2
0
.
1
5
2
1
.
0
0
-
2
1
.
1
5
2
2
.
0
0
-
2
2
.
1
5
2
3
.
0
0
-
2
3
.
1
5
0
0
.
0
0
-
2
4
.
1
5
0
1
.
0
0
-
0
1
.
1
5
0
2
.
0
0
-
0
2
.
1
5
0
3
.
0
0
-
0
3
.
1
5
0
4
.
0
0
-
0
4
.
1
5
0
5
.
0
0
-
0
5
.
1
5
PIAS WAKTU
V
O
L
U
M
E
(
s
m
p
/
j
a
m
)
Arah Selatan (masuk Kota)
Arah Utara (keluar Kota)
Gambar 3.6 Arus Lalu lintas dengan pias waktu pengamatan 15 menit.
Arus lalu lintas dapat juga diamati dengan pias waktu kurang dari satu
jam. Pengamatan ini dilakukan dengan pias waktu 15 menitan untuk ruas jalan
dan 5 menitan untuk simpang. Cara ini biasanya digunakan untuk mengetahui
karakteritik yang lebih rinci dari volume jam puncak. Contoh karakteristik penga-
matan arus dengan pias waktu 15 menitan sebagaimana ditampilkan pada Gam-
bar 3.6. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa fluktuasi arus relatif lebih besar
rentang simpangan yang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa pias 15 menitan
dapat menjelaskan lebih tajam tentang kondisi jam puncak.