You are on page 1of 27

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang



Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Setiap
guru dituntut dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik, agar siswa dapat
menerima sebagian besar materi pelajaran dan hasil belajar yang diperoleh baik,
sehingga tujuan belajar dapat dicapai. Untuk mendapatkan kondisi yang diharapkan
yaitu hasil belajar siswa yang baik, guru harus dapat menciptakan suasana yang dapat
merangsang siswa sehingga siswa akan aktif dan senang mengikuti proses belajar
mengajar. Agar terjadi kondisi seperti yang diharpkan tersebut, seorang guru hendaknya
memiliki kemampuan untuk memilih metode mengajar yang tepat dalam proses belajar
mengajar.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat ATAS (SLTA) 3
Bandar Lampung diketahui bahwa hasil belajar matematika, khususnya pada pokok
bahasan relasi pemetaan dan grafik masih belum memuaskan, dengan rata rata 5,08.
Kegiatan belajar mengajar yang selama ini berlangsung di SMAN 3 Bandar Lampung,
khusunya pada mata pelajaran matematika menggunakkan metode ekspositori.

Metode ekspositori merupakan metode mengajar yang berpusat pada guru sebagai
pemeberi materi pelajaran. Selain menerangkan materi pelajaran dan contoh soal, guru
juga memberikan soal latihan dan tempat bertanya siswa jika sewaktu waktu
dibutuhkan. Kendala dari metode ini adalah kegiatan pembelajaran hanya didominasi
oleh guru, sehingga siswa bersikap pasif dan hanya mempelajari apa yang sudah
dijelaskan oleh guru. Selain metode eksposiori banyak metode lain yang dapat
digunakan dalam pembelajaran misalnya metode pemecahan masalah. Pada metode
pemecahan masalah siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar. Metode
ini banyak menumbuhkan aktifitas belajar siswa, baik secara individu maupun
kelompok. Peranan guru sebagai pembimbing kegiatan siswa. Keaktifan siswa dalam
belajar memungkinkan mereka memiliki hasil belajar yang baik. Namun demikian,
metode pemecahan masalah mempunyai keterbatasan misalnya tidak dapat digunakan
dikelas yang kemampuannya rendah. Dengan demikian pengajaran menggunakan
metode pemecahan masalah dan metode ekspositori memiliki kebaikan dan kelemahan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
apakah ada perbedaan hasil belajar antara pengajaran melalui metode pemecahan
masalah dengan metode ekspositori pada siswa kelas I catur wulan 1 SMAN 3 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2004/2005, khusunya untuk pokok bahasan relasi pemetaan
dan grafik.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari uraian pada latar belakang masalah, dalam penelitian ini dirumuskan
masalah yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut,
1. apakah ada perbedaan rata rata hasil belajar matematika siswa yang diajar
dengan metode pemecahan masalah dan rata rata hasil belajar yang diajar
dengan metode ekspositori pada pokok bahasan relasi, pemetaan dan grafik?
2. apakah rata ratahasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode
pemecahan masalah lebih tinggi dari rata rata hasil belajar yang diajar dengan
metode ekspositori pada pokok bahasan relasi, pemetaan dan grafik?


1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
1. perbedaan rata rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode
pemecahan masalah dengan metode ekspositori pada pokok bahasan relasi
pemetaan dan grafik
2. metode yang memberikan hasil belajar tertinggi pada pokok bahasan relasi,
pemetaan dan grafik diantara metode pemecahan masalah dan metode
ekspositori.

1.3.2 Keguanaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat
1. memberikan sumbanan pemikiran bagi guru matematika SLTA (SMA) 3 Bandar
Lampung dalam memilih altenatif metode pembelajaran sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. mengembangkan sikap ingin tahu siswa lebih jauh dan berpikir kritis.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini :
1. Penelitian ini hanya membandingkan rata rata hasil belajar matematika siswa
yang diajar dengan metode pemecahan masalah dan rata rata hasil belajar
matematika siswa yang diajar dengan metode akspositori pada pokok bahasan
relasi, pemetaan dan grafik.
2. Hasil belajar matematika siswa diartikan sebagi hasil yang dicapai siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil itu dinyatakan dalam bentuk angka
yang diperoleh dari dua kali tes formatif.
3. Metode pemecahan masalah adalah cara mengajar yang dilakukan dengan jalan
melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau
bersama sama.
4. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan
langkah sebagai berikut,
a. guru menjelaskan materi yang dikombinasikan dengan Tanya jawab
b. guru memberikan contoh soal dan dilanjutkan dengan latihan
c. siswa diberi pekerjaan rumah





BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Metode Pemecahan Masalah

2.1.1 Pengertian Metode Pemecahan Masalah

Beberapa pengertian metode pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah, Metode
pemecahan masalah yaitu metode yang dilakukan dengan cara langsung menghadapi
masalah, mengetahui dengan sejelas sejelasnya dan menemukan kesukaran
kesukarannya, sehingga dengan dapat dipecahkan. (Sriyono,1991 : 118).

Pendapat lain mengatkan bahwa : Metode pemecahan masalah ialah cara mengajar
yang dilakukan dengan jalan melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama sama. (Tarsis Tarmudji, 1996: 32)

Sejalan dengan pendapat di atas Pasaribu dan Simanjuntak menyatakan :
Pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang bertujuan memecahkan masalah. Untuk
menemukan ini perlu dengan prosedur diskusi, kerja kelompok, workshop. Workshop
yang menjadi titik berat ialah berkumpul untuk bekerja menyusun program,
melaksanakan program yang nantinya bersama sama mengevaluasi, jadi ada follow up
dari program tadi. Dengan kata lain workshop merupakan aktivitas secara gotong
royong untuk memecahkan masalah. (Pasaribu dan Simanjuntak, 1978:25)

Berdasarkan pendapat pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode
pemecahan masalah adalah suatu metode mengajar yang diperguakan dalam proses
belajar mengajar dengan langsung menghadapkan masalah pada siswa untuk dicari
penyebabnya serta dicari pemecahan masalahnya.


2.1.2 Tujuan dan Manfaat Metode Pemecahan Masalah
Adapun tujuan dan manfaat dari metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
1) Metode pemecahan masalah digunakan dengan tujuan,
a. mencari jalan keluar dalam menghadapi maalah secara rasional
b. dalam pemecahan masalah bekerja sama dengan orang lain.
c. mencari cara pemecahan masalah untuk meningkatkan kepercayaan diri

2) Manfaat metode pemecahan masalah
a. Siswa memperoleh pengalaman proses dalam menarik kesimpulan
b. Siswa menjadi aktif dan mandiri serta gigih
c. Siswa meningkatkan keterampilan berpikir logis, berfikir ilmiah.
d. Mengembangkan sikap / keterampilan siswa supaya mampu memecahkan
permasalahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri
e. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh dan cara berpikir
kritis analitis, baik secara individu maupun secara kelompok (Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan), 1985:79-80)

Berdasarkan tujuan dan manfaat yang dijelaskan di atas dapat dilihat bahwa metode
pemecahan masalah dimaksudkan agar siswa aktif dalam belajar, mandiri, gigih berfikir
logis dan memiliki sikap lainnya yang memungkinkan mereka mendapatkan hasil
belajar yang lebih baik.

2.1.3 Langkah langkah Pelaksanaan Metode Pemecahan Masalah

Langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode pemecahan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Menentukan permasalahan sebagai topic
b. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
c. Merumuskan langkah langkah pemecahan masalah
d. Menentukan kreteria pemilihan pemecahan masalah yang baik

2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan Tujuan Intruksional Khusus kepada siswa
b. Menjelaskan pelaksanaan pemecahan masalah
c. Kegiatan pemecahan masalah

Tabel 1 : Langkah langkah pelaksanaan metode pemecahan masalah
No Langkah - langkah Kemampuan yang diperlukan
1.

2.

3.

4.




5.



6.



Merumuskan permasalahan

Menelaah permasalahan

Membuat / merumuskan
hipotesis
Menghimpun,
mengelompokkan data sebagai
bahan pembuktian hipotesis


Pembuktian hipotesis



Menentukan pilihan
pemecahan dan keputusan
1. Mengetahui dan merumuskan
permasalahn secara jelas
2. Menganalisis dan memperinci
masalah tersebut dari berbagai sudut
3. Kecakapan berimaginasi tentang
masalah tersebut dari berbagai sudut
4.1 Kecakapan mengumpulkan dan
menyusun data
4.2 Kemampuan memperagakan data
dalam bentuk bagan, gambar dan
lain lain
5.1 Kecakapan menelaah dan membahas
data
5.2 Kecakapan menghubung
hubungkan data
6.1 Kecakapan membuat alternative
pemecahan
6.2 Kecakapan memilih alternative
pemecahan
6.3 Keterampilan mengambil keputusan
(S.Nasution, 1982:171)



Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti
sebagian besar langkah langkah yang diuraikan di atas yaitu merumuskan
permasalahan, menelaah permasalahan, membuat hipotesis, membuktikan hipotesis dan
menentukan keputusan.

2.1.4 Kebaikan dan Kelemahan Metode Pemecahan Masalah

Seperti halnya dengan metode yang lain metode pemecahan masalah ini juga
mempunyai kebaikan dan kelemahan.
Adapun kebaikan dan kelemahan metode pemecahan masalah ini adalah sebagai
berikut,
1) Kebaikan metode pemecahan masalah
a. Mendidik murid untuk berfikir sistematis
b. Mendidik murid untuk mencari sebab akibat
c. Menjadi terbuka untuk berbagai pendapat dan mampu membuat
pertimbangan untuk memilih suatu ketetapan.
d. Mampu mencari berbagai cara jalan keluar dari suatu kesulitan atau masalah
e. Tidak lekas putus asa jika menghadapi suatu masalah
f. Belajar bertindak atas dasar suatu rencana yang matang
g. Belajar bertanggung jawab atas keputusan yang telah ditetapkan dalam
memecahkan suatu masalah
h. Tidak merasa hanya tergantung pada pendapat guru
i. Belajar menganalisa suatu persoalan dari berbagai segi
j. Mendidik suatu sikap hidup, bahwa setiap kesulitan ada jalan pemecahan
jika dihadapi dengan sungguh sungguh.

2) Kelemahan metode pemecahan masalah
a. Metode ini memerlukan waktu yang cukup jika diharapkan suatu hasil
keputusan yang tepat. Pada hal kita ketahui bahwa jam jam pelajaran selalu
terbatas.
b. Dalam satu jam atau dua jam pelajaran hanya satu atau dua masalah saja
yang dapat dipecahkan, sehingga mungkin sekali bahan pelajaran akan
tertinggal
c. Metode ini akan berhasil bila digunakan dalam kurikulum yang modern,
yaitu kurikulum yang berpusat pada anak dengan pembangunan semesta, dan
bukan dlam kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran seperti pada
kurikulum konvensional/tradisional
d. Metode ini tidak dapat digunakan dikelas kelas rendaghan karena
memerlukan kecakapan bersoal jawab dan memikirkan sebab akibat
sesuatu.

2.2 Metode Ekspositori

2.2.1 Pengertian Metode Ekspositori

Metode Ekspositori merupakan metode pengajaran klasikal yang dlam penyampaian
guru hanya memberikan hal hal umum, konsep disertai contoh dengan harapan siswa
belajar dari informasi yang diberikan, seperti yang dinyatakan oleh Russeffendi
(1980;171-171) sebagai berikut,
Pada metode ekspositori kegiatan diawali oleh guru memberikan informasi (ceramah)
dengan menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan keterampilannya mengenai
pola, aturan suatu konsep,siswa bertanya kepada guru memriksa apakah siswa sudah
mengerti atau belum, guru memberikan contoh soal aplikasi konsep itu, siswa
menyelesaikannya, kegiatan diakhiri dengan siswa mencatat materi yang diterangkan.

Kemudian Sudjana (1989;73) menerangkan sebagai berikut,
Dalam pengajaran metode ekspositori siswa dipandang sebagi obyek yang menerima
apa yang diberikan oleh guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan
pelajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan.

Pandangan diatas menunjukkan bahwa proses belajar metode ekspositori hanya
mendengarkan keterangan dari guru. Penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan
oleh guru atau pengajar. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang
diterangkan oleh guru, sehingga potensi dalam diri siswa tidak dapat berkembang secara
optimal, yang dapat menyebabkan siswa menjadi pasif.

Pelaksanaan dari metode ekspositori menurut Ruseffendi (1980;171) adalah sebagai
berikut :
1. Guru memberikan informasi pada saat saat atau bagian yang diperlukan misalnya
pada permulaan pengajaran, pada topic yang baru, pada waktu pemberian contoh
soal dan sebagainya.
2. Setelah guru memberikan informasi, guru mulai menerangkan suatu konsep, siswa
bertanya, guru memeriksa apakah siswa sudah mengerti atau belum mengerti.
3. Kegiatan selanutnya adalah guru memberikan contoh contoh soal, selanjutnya
meminta siswa menyelesaikan soal soal di depan yaitu di papan tulis.
4. Kegiatan terakhir adalah siswa mencatat materi yang telah disampaikan,
kemungkinan dilengkapi dengan soal soal pekerjaan rumah.

2.2.2 Langkah langkah Pelaksanaan Metode Ekspositori

Langkah langkah proses pembelajaran yang menggunakkan metode ekspositori
sebagai berikut :
1. Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari secara sekaligus.
2. Guru memberikan informasi pada bagian yang diperlukan. Misalnya pada saat
permulaan pelajaran, pada topic yang baru, pada waktu memberikan contoh soal dan
sebaginya
3. Guru menerangkan suatu konsep serta aturan aturan tentang konsep tersebut
4. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, bagian mana yang belum dimengerti
5. Guru memberikan contoh contoh soal selanjutnya meminta siswa untuk
menyelesaikan soal soal di papan tulis atau di buku.
6. Siswa mencatat materi yang telah disampiakan.



2.2.3 Kebaikan dan Kelemahan Metode Ekspositori

Setiap metode pembelajaran memiliki kebaikan dan kelemahan. Kebaikan dari metode
ekspositori adalah sebagai berikut :
1. Dapat diikuti oleh sejumlah siswa yang banyak dan mencakup jumlah materi yang
banyak
2. Cara menadi pusat perhatian para siswa sehingga guru dapat lebih banyak
menuangkan pengalamannya.
3. Dapat meningkatkan cara penelaah yang tepat tentang suatu pengetahuan sehingga
dapat menstimulir siswa untuk belajar lebih lanjut.

Sedangkan kelemahannya adalah :
1. Sukar bagi siswa untuk mengkonsentrasikan perhatian terhadap keterangan
keterangan guru, apalagi kalu metode ini digunakan pada siang hari atau jam jam
terakhir.
2. Guru tidak mengetahui sampai sejauh mana siswa memahami keterangan
keterangannya.
3. Siswa tidak mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan suatu pekerjaan, dan
suatu yang berguna bagi diri sendiri.

2.3 Kerangka Pikir

Pada penelitian ini akan dibandingkan hasil belajar matematika siswa yang diajar
dengan metode pemecahan masalah dan yang diajar dengan metode ekspositori.
Penggunaan metode pemecahan masalah dalam kegiatan belajar mengajar membuat
siswa lebih aktif dalam belajar dan berfikir kritis sehingga memungkinkan siswa untuk
mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakkan metode pemecahan masalah dan metode ekspositori. Sedangkan
variable terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa yang diberikan
pengajarandengan menggunakkan metode pemecahan masalah dan metode ekspositori.
2.4 Hipotesis

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakkan metode pemecahan masalah akan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Untuk membuktikan hipotesis tersebut
diajukan hipotesis kerja sebagai berikut :
1. Ada perbedaan yang berarti antara rata rat hasil belajar matematika siswa yang
diajar dengan menggunakkan metode pemecahan masalah dan rata rata hasil
belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakkan metode ekspositori.
2. Rata rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode
pemecahan masalah lebih besar dari rata rata hasil belajar matematika siswa yang
diajar dengan menggunakkan metode ekspositori





















BAB III
METODE PENELITIAN


3.1. Populasi dan Percontoh

3.1.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II catur wulan I SMAN 3
Bandar Lampung tahun pelajaran 20042005 yang terdiri dari tujuh kelas.

3.1.2. Percontoh

Percontoh dalam penelitian ini diambil secara acak sebanyak dua kelas dari tujuh kelas
yang ada.Kelompok kelas pertama adalah kelas II
E
dan kelompok kedua adalah kelas II
G.


3.2. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang sifatnya
kuantitatif. Sumber datanya adalah tes formatif pelajaran matematika pada pokok
bahasan relasi, pemetaan, dan grafik pada siswa kelas II catur wulan I SMAN3 Bandar
Lampung.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes. Data
mengenai prestasi belajar matematika siswa pada kelompok kelas A maupun kelompok
kelas B diperoleh dari rata rata nilai tes formatif. Jenis soal yang digunakan pada tes
formatif adalah pilihan ganda dan essay terdiri dari 10 soal dan 5 soal. Untuk soal
pilihan ganda, setiap jawaban yang benar diberi skor 2,5 yang salah diberi skor 0.

Sebelum tes diberikan kepada percontoh, terlebih dahulu diujicobakan di luar percontoh
tetapi masih dalam populasi untuk mengetahui tingkat keajegan alat tes. Untuk
mengetahui taraf keajegan tes ini dapat menggunakan rumus Alpha sebagai berikut :
(
(
(
(

=

=
2
1
2
11
1
1
o
o
n
i
n
n
r
Keterangan :
11
r = Koefisien korelasi tingkat keajegan tes

=
n
i 1
2
o = Jumlah varians skor tiap tiap soal
2
o = Varians total
n = Banyaknya soal

3.4. Langkah langkah Penelitian

Langkah langkah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi pendahuluan, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai subjek
penelitian serta menjajaki mungkin tidaknya diadakan penelitian.
2. Menetapkan percontoh yaitu kelompok kelas A adalah II
E
dan kelompok kelas B
adalah kelas II
G
.
3. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Pada termin pertama dengan materi relasi, kelompok kelas A diajar dengan
metode pemecahan masalah dan kelompok B dengan menggunakan metode
ekspositori. Kemudian tes hasil belajar diberikan kepada kedua kelompok itu.
Pada termin waktu kedua dengan materi pemetaan, kelompok kelas A diajar
dengan menggunakan metode ekspositori dan kelompok kelas B dengan
menggunakan metode pemecahan masalah. Kemudian kedua kelompok kelas
diberikan tes hasil belajar.

Perlakuan Eksperimental
Metode Pemecahan
Masalah
Metode Ekspositori
Termin I
Termin II
Kelas A
Kelas B
Kelas B
Kelas A
Mean Kolom Mean Kolom
Kegiatan belajar mengajar pada kelas eksposotori adalah sebagai berikut :
Setelah keadaan kelas dikuasai, guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan
dipelajari secara sekilas kemudian guru melaksanakan langkah langkah seperti
dibawah ini.
a. Guru memberikan informasi pada bagian yang diperlukan, misalnya pada saat
permulaan pelajaran, pada topik yang baru, pada waktu memberikan contoh dan
sebagainya.
b. Guru menerangkan konsep serta aturan tentang konsep konsep tersebut
c. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, bagian mana yang belum dimengerti.
d. Guru memberikan contoh contoh soal selanjutnya meminta siswa untuk
menyelesaikan soal soal di papan tulis atau di buku.
e. Siswa mencatat materi yang telah disampaikan yang mungkin telah dilengkapi
dengan soal soal pekerjaan rumah.
f.
Kegiatan belajar mengajar pada kelas pemecahan massalah adalah sebagai berikut..
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3
atau 4 orang.
b. Guru menentukan permasalahan sebagai topik.
c. Guru menjelaskan tujuan Instruksional Khusus.
d. Guru menjelaskan pelaksanaan pemecahan masalah.
e. Siswa mengidentifikasi maslah dan merumuskan hipotesis
f. Siswa mengambil data yang relevan dengan masalah.
g. Siswa mengujikan atau membuktikan hipotesis dari data yang diperoleh.
h. Guru melakukan tindak lanjut dengan membuat kesimpulan pemecahan masalah
dan memberikan tugas kepada siswa untuk mencatatnya.

4. Mengadakan tes pokok bahasan
5. Mengoreksi hasil tes siswa
6. Menyusun data penelitian dan mengolahnya.
7. Menganalisis data, kemudian menguji hipotesis dan membuat kesimpulan.


3.5. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Nalaisis data menggunakan Analisis varians (ANAVA). Teknik ANAVA ini dapat
digunakan jika memenuhi dua syarat yaitu data harus berdistribusi normal dan kedua
variansi sama. Oleh karena itu sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas data dan kesamaan dua varians.

3.5.1. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing masing
kelompok berdistrubusi normal, dengan langkah langkah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis
2. Mencari bilangan baku Z
1
, Z
2,
...., Z
n
dengan menggunakan rumus :

S
X X
Z
i
i

=
Keterangan :
Z
i
= Bilangan baku
S = Simpangan Baku
X = Rata rata nilai percontoh
X
i
= Data hasil pengamatan
3. Menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Z
i
) = P
(Z Z
i
)



4. Menghitung proporsi Z
1
, Z
2
, ..., Z
n
yang lebih kecil atau sama dengan Z
i
. Jika
proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka
( )
n
Z Z Z Z banyaknya
Z S
i n
i
s
=
, , ,
2 1


5. Menghitung selisih F(Z
i
) S(Z
i
), kemudian menentukan harga mutlaknya.
6. Mengambil harga yang paling besar antara harga harga mutlak selisih tersebut.
Sebutlah harga terbesar L
0
.
7. Membuat daftar tabel sebagai berikut :
X
1
Z
1
F (Z
1
) S (Z
1
) F (Z
1
) S (Z
1
)

8. Menguji hipotesis
Kriteria Uji, tolak H
o
jika L
o
> L

3.5.2. Kesamaan dua Varians

Setelah diketahui masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan
uji kesamaan dua varians. Langkah langkah uji kesamaan dua varians dengan
menggunakan uji Coehran adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis
Rumusan hipotesis sebagai berikut :
H
o
: percontoh berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama
H
1
: percontoh berasal dari populasi yang mempunyai varians yang tidak sama.

2. Menentukan variansi masing masing peubah
terbesar F
hit
2
1
o =

=
k
i 1
2
1
o
Keterangan :
k = Banyaknya peubah
2
1
o = Variansi masing masing peubah dengan i = 1, 2, 3, ......

3. Merumuskan hipotesis
Kriteria uji, tolak H
o
jika F
hit
> F
tab


3.5.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan ANAVA
1. Merumuskan hipotesis
Rumusan hipotesis sebagai berikut :
2 1
: =
o
H : Rata rata prestasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran
dengan metode pemecahan masalah sama dengan yang
pemebelajarannya menggunakan metode ekspositori.
2 1
: =
o
H : Rata rata prestasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran
dengan metode pemecahan masalah tidak sama dengan yang
pemebelajarannya menggunakan metode ekspositori.
2 1
: s
o
H : Rata rata prestasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran
dengan metode pemecahan masalah lebih kecil atau sama dengan yang
pembelajarannya menggunakan metode ekspositori.
2 1
: >
o
H : Rata rata prestasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran
dengan metode pemecahan masalah lebih besar dengan yang
pembelajarannya menggunakan metode ekspositori.

2. Mencari jumlah simpangan kuadrat tiap tiap skor dari mean keseluruhan. Indeks
ini disebut jumlah kuadrat keseluruhan dengan rumus.

( )


=
N
X
X X
2
2 2
1


3. Mencari bagian jumlah kuadrat keseluruhan yang disebabkan oleh penyimpangan
mean kelompok dari mean keseluruhan. Indeks ini disebut junlah kuadrat antar
kelompok, dengan rumus :

( ) ( ) ( )


+ + =
N
X
n
X
n
X
X
b
2
2
2
2
1
2
1 2


4. Mencari bagian jumlah kuadrat keseluruhan yang disebabkan oleh penyimpangan
tiap tiap skor dari mean kelompok masing masing. Indeks ini disebut jumlah
kuarat didalam kelompok, dengan rumus :

( ) ( )


+ + =
2
2
2 2
2
1
2
1 2
1
2
n
X
X
n
X
X X
n

5. Menguji signfikansi-f
Tabel hasil rangkuman analisis variansi untuk dua kelompok
Sumber
Variansi
Jumlah
Kuadrat (SS)
Derajat
Bebas (df)
Kuadrat
Mean (Ms)
F Taraf
Signifikansi
Diantara
kelompok
(b)

Didalam
kelompok
(u)

Keseluruhan
(t)


6. Mencari kuadrat mean antar kelompok dan kuadrat didalam kelompok. Nilai ini
diperoleh denggan jalan membagi jumlah kuadrat antar kelompok dan jumlah
kuadrat didalam kelompok dengan derajat babas masing masing. Hasilnya
adalah kuadrat mean.
7. Mencari hasil akhir prosedur analisis variansi, yaitu rasio-F :

u u
b b
u
b
df SS
df SS
MS
MS
F
/
/
= =
(Furchan, 1082 : 220 224)
8. Membandingkan F
hit
dengan F
tabel







BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Data Penelitian

Data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah nilai yang diperoleh siswa dari
hasil tes pada pokok bahasan Relasi, Pemetaan dan Grafik. Sebagaimana dijelaskan
dalam bab II, pada termin I dengan materi relasi, kelas A diajar dengan metode
pemecahan masalah dan kelompok B diajar dengan metode ekspositori, kemudian
dilakukan tes formatif 1. selanjutnya pada termin II dengan materi relasi, kelas A diajar
dengan metode ekspositori dan kelas B diajar dengan metode pemecahan masalah,
kemudian diberikan tes formatif 2. Dengan demikian nilai siswa kelas A pada tes
formatif 1 dan niali siswa kelas B pada tes formatif 2 merupakan data siswa yang diajar
dengan metode pemecahan masalah. Nialai siswa kelas A pada tes formatif 2 dan nilai
siswa kelas B pada tes formatif 1 merupakan data siswa yang diajar dengan metode
ekspositori.

Tabel 2. Data kelompok siswa yang diajar dengan metode pemecahan masalah
Metode Pemecahan Masalah
Banyak data (n
1
) 80
Nilai terendah 57,50
Nilai tertinggi 88,50
Nilai rata - rata 70,02






Tabel 3. Data kelompok siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori
Metode Ekspositori
Banyak data (n
1
) 80
Nilai terendah 41,25
Nilai tertinggi 72,50
Nilai rata - rata 59,14


4.2. Uji Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis

4.2.1. Uji Persyaratan Analisis

Analisis data menggunakan analisis variansi. Berikut hasil uji persyaratan analisis
variansi.

4.4.1.1. Uji Normalitas

Rumusan hipotesis
H
o
: Percontoh berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H
1
: Percontoh ber asal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Pada lampiran 9, untuk siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan
masalah, terdapat nilai L
o
= 0,1000 yang diperoleh dari nilai mutlak terbesar dari [ F(Z
1
)
S(Z
1
) ]. Pada lampiran 10 untuk siswa yang diajar dengan menggunakan metode
ekspositori, terdapat nilai L
o
= 0,0910 yang diperoleh dari nilai mutlak terbesar dari [
F(Z
1
) S(Z
1
) ]
Kriteria Uji :
Tolak H
o
jika L
o
> L
tab
, terima untuk selainnya
Untuk taraf nyata o = 0,01, L
tab
= 0,1153


Untuk nilai matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan
masalah diperoleh L
0
= 0,1000 dan dengan menggunakan taraf nyata o = 0,01 diperoleh
L
tab
= 0,1153. Jadi nilai L
0
< L
tab
sehingga hipotesis nil diterima, yang berarti nilai
matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah berarti
nilai matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah
berasal dari distribusi normal.

Untuk nilai matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode ekspositori
diperoleh L
0
= 0,0910 dan dengan menggunakan taraf nyata o = 0,01 diperoleh L
tab
=
0,1153. Jadi nilai L
0
< L
tab
sehingga hipotesis nil diterima, yang berarti nilai matematika
siswa yang diajar dengan menggunakan metode ekspositori berasal dari distribusi
normal.

4.4.1.2. Uji Kesamaan Variansi

a. Rumusan hipotesis
H
0
: Percontoh berasal dari populasi yang mempunyai variansi yang sama
H
1
: Percontoh berasal dari populasi yang mempunai variansi yang tidak sama

b. Rumus statistik yang digunakan

=
=
k
i
hit
terbesar
F
1
2
1
2
1
o
o


c. Kriteria uji
Terima H
0
jika F
hit
< F
tab

Untuk o = 0,01 didapat F
tab
= 0,704, sedangkan dari perhitungan diperoleh F
hit
=
0,555, berarti dengan o = 0,01 diperoleh F
hit
< F
tab
, sehingga H
0
diterima yang
berarti sampel dari populasi yang mempunyai variansi yang sama.




4.2.2. Pengujian Hipotesis

Sumber Variansi SS d.f MS F
hit

Dianatara Kelompok (b) 2368,03 1 2368,03
40,21 Didalam Kelompok (u) 4593,04 78 58,89
Keseluruhan 6961,07 79

Dengan taraf nyata 0,01 diperoleh F
tab
= 6,97 dan berdasarkan perhitungan diperoleh
F
hit
= 40,21 sehingga di dapat F
hit
= F
tab
. Dengan demikian hipoteis yang menyatakan
bahwa rata rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan
metode pemecahan masalah tidak sama dengan siswa yang diajar dengan menggunakan
metode ekspositori diterima.
Dari perhitungan tersebut juga diperoleh nilai F
hit
> F
tab
, sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa rata rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
metode pemecahan masalah lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
menggunakan metode ekspositori diterima.

4.3. Pembahasan

Hasil perhitungan dengan analisis variansi, terhadap data hasil belajar siswa pada pokok
bahasan relasi, pemetaan dan grafik menunjukkan terdapat perbedaan antara rata rata
hasil belar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan
masalah dan siswa yang diajar dengan menggunakan metode ekspositori. Dalam hali ini
rata rata hasil belajar siswa dengan metode pemecahan masalah lebih tinggi dari rata
rata hasil belajar siswa dengan metode ekspositori. Nilai rata rata hasil belajar siswa
yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah adalah 70,02 dan nilai
rata rata hasil belajar siswa siswa yang diajar dengan menggunakan metode
ekspositori adalah 59,14.
Tingginya hasil belajar siswa dengan metode pemecahan masalah dibandingkan hasil
belajar siswa dengan metode ekspositori disebabkan karena pada pembelajaran yang
menggunkan metode pemecahan masalah, langkah- langkah yang digunakan seperti
mengidentifikasi malasah, merumuskan dan membuktikan hipotesis banyak membantu
pola berpikir siswa. Selain itu pada metode pemecahan maslah, siswa mempunyai
kecenderungan untuk mengingat pengalaman belajar, karena siswa sendiri yang
langsung menghadapi masalah dan menyelesaikannya, Hal ini didukung oleh pendapat
Sriyono (1991), yang menyatakan metode pemecahan masalah merupakan metode yang
dilakukan dengan cara langsung menghadapi masalah, mengetahui dengan sejelas
jelasnya dan menemukan kesukaran kesukarannya, sehingga dapat dipecahkan.

Penggunaan metode ekspositori dalam proses pembelajaran, memberikan hasil belajar
yang lebih kecil dibandingkan dengan metode pemecahan masalah. Hasil yang
diperoleh tersebut disebabkan kurangnya kegiatan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar. Waktu proses tanya jawab berlangsung tidak semua siswa mengikuti kegiatan
tersebut, akibatnya pada saat itu guru tidak dapat mengetahui sampai sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi. Selain itu pada metode ekspositori, siswa dianggap
sebagai objek yang menerima apa yang diterangkan oleh guru, sehingga potensi dalam
diri siswa tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini didukung oleh pendapat
Sujana (1989) yang menyatakan bahwa dalam pengajaran metode ekspositori siswa
dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan oleh guru.
















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan yang dilaksanakan dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Penggunaan metode ekspositori dalam proses pembelajaran, memberikan hasil
belajar yang lebih kecil dibandingkan dengan metode pemecahan masalah.
2. Rata rata hasil belajar siswa dengan metode pemecahan masalah lebih tinggi dari
rata rata hasil belajar siswa dengan metode ekspositori
3. Nilai F
hit
> F
tab
, sehingga hipotesisnya bahwa rata rata hasil belajar siswa yang
diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode ekspositori


5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dan kesimpulan yang diperoleh makan
disarankan kepaada para guru dan siswa beberapa hal sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan pembelajaran sebaiknya dipilih metode yang dapat
meningkatkan kemampuan dan meningkatkan aktivitas.
2. Guna memperoleh hasil maksimal, maka perlu dilakukan uji coba metode-metode
yang digunakan dalam pembelajaran.
3. Terhadap siswa yang masih kurang aktif sebaiknya diberi arahan dan nasehat.




4. Pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah memerlukan cara
berfikir dan kreatifitas yang tinggi, sehingga memerlukan waktu yang
cukupsehingga usahakan untuk meminimalkan hal-hal yang mengganggu proses
kegiatan pembelajaran.
5. Sampaikanlah tujuan pembelajaran dengan metode pemecahan masalah kepada
siswa supaya siswa dapat mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajaran dengan metode pemecahan masalah.

























DAFTAR PUSTAKA


Adinawan, M Cholik. 1999. Seribu Pena Matematika SLTP kelas 2. Erlangga, Jakarta
199 halaman.

Djajadisastra, Jusuf. 1985. Metode metode Mengajar. Bina Aksara. Bandung. 111
halaman.

Djumanta, Wahyudin. 1999. Metematika untuk SLTP kelas II. Multi Trust. Bandung.
122 halaman.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional
Surabaya. 511 halaman.

Karso. Dkk. 1955. Dasar dasar Pendidikan MIPA. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta 244 halaman.

Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. PT. Bina
Aksara. Jakarta. 223 halaman.

Pasaribu, LL dan B. Simanjuntak. 1990. Proses Belajar Mengajar Tarsoto. Jakarta. 19
halaman.

Roestiyah, N.K. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta. 165 halaman.

Ruseffendi, E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern untuk orang tua, guru, dan
SPG. Tarsito, Bandung. 454 halaman.



Sriyono. 1991. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Rineka Cipta. Semarang 286
halaman.

Sujana. 1992. Metode Statistik. Tarsito. Bandung. 485 halaman.
Tarmudji, Tarsis. 1996. Metode dan Media. Liberty. Yogyakarta. 92 halaman.

You might also like