You are on page 1of 23

PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL (PST) DARI KULIT NENAS

Oleh kelompok 1: DEIS ROSTIYANTI SUSANTI RISKA NUR MAYA SUSANTI HANAS (F1C1 09 033) (F1C109 008) (F1C1 09 015) (F1C109 028) (F1C1 09 051)

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar negara berkembang di dunia menghadapi masalah kekurangan gizi. Defisiensi protein pada makanan manusia dan hewan diketahui disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk. Dilaporkan di Paksitan bahwa kekurangan protein akan terus berlanjut meskipun kecuali direncanakan suatu tindakan yang dapat mengatasi situasi tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk meningkatkan produksi protein dengan menggunakan semua jalan dan tujuan yang sesuai. Peningkatan kebutuhan dunia akan makanan dan asupan protein memacu upaya pencarian sumber protein non-konvensional sebagai bahan makanan untuk menambah sumber protein ,yang ada. Sebuah upaya yang amat baik yang menguntungkan telah difokuskan pada pemanfaatan limbah pertanian dalam menghasilkan protein sel tunggal. Beberapa penelitian telah melibatkan berbagai jenis spesis fungi dalam memproduksi protein sel tunggal dari limbah selulosa dan biomassa miselium fungi adalah sumber yang dapat diterima yang dapat dimakan Di Indonesia banyak ditanam pohon buah nanas, tanaman ini dapat menghasilkan buah nanas dan buah nanas yang sudah masak dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar . Buah nanas biasanya dikonsumsi orang adalah pada bagian dagingnya saja , sedangkan bagian kulit dan bonggolnya hanya dibuang begitu saja sehingga hal ini jika dibiarkan akan semakin menumpuk dan menjadi limbah yang dapat mengganggu lingkungan. Untuk itu limbah nanas ini perlu dimanfaatkan

lebih lanjut. Limbah nenas banyak mengandung sukrosa, glukosa dan nutrisi-nutrisi lainnya, limbah nenas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon pada proses fermentasi yang dapat menghasilkan Protein Sel Tunggal. Ampas kulit nenas merupakan bahan organik dengan kadar serat tinggi. Bahan tersebut memiliki potensi besar untuk diolah menjadi berbagai macam produk, misalnya sebagai bahan pakan ternak, bahan baku pupuk hayati, medium pertumbuhan mikroba, bahkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pengisi untuk pembuatan makanan ringan. Salah satu pemanfaatan yang sangat potensial adalah sebagai bahan baku pakan ternak ruminansia, namun hal tersebut terkendala dengan kandungan protein ampas kulit nenas yang rendah, sehingga kebutuhan nutrisi ternak tidak tercukupi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu usaha meningkatkan kualitas ampas kulit nenas, khususnya pada upaya peningkatan kadar protein bahan. Salah satu jalan untuk memperkaya kadar protein bahan adalah dengan membudidayakan sel mikroba pada ampas kulit nenas sebagai sumber protein atau disebut juga protein sel tunggal (PST). PST didefinisikan sebagai sumber protein yang berasal dari mikroba seperti khamir, kapang, bakteri, dan alga. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini adalah bagaimana proses produksi protein sel tunggal (PST) dari kulit nenas dan menentukan kadar protein sel tunggal yang dihasilkan dengan metode Kjehdal?

C. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui proses produksi protein sel tunggal (PST) dari kulit nenas dan menentukan kadar protein sel tunggal yang dihasilkan dengan metode Kjehdal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer. Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe, oncom, tape, dan lain-lain. Proses fermentasi dengan teknologi yang sesuai dapat menghasilkan produk protein. Protein mikroba sebagai sumber pangan untuk manusia mulai dikembangkan pada awal tahun 1900. Protein mikroba ini kemudian dikenal dengan sebutan Single Cell Protein (SCP) atau Protein Sel Tunggal. Menurut Tannembaum (1971), Protein Sel Tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari mikroorganisme, seperti bakteri, khamir, kapang, ganggang dan protozoa. Sebenarnya ada dua istilah yang digunakan untuk produk mikroba ini, yaitu PST (Protein Sel Tunggal) dan Microbial Biomass Product (MBP) atau Produk Biomassa Mikrobial (PBM). Bila mikroba yang digunakan tetap berada dan bercampur dengan masa substratnya maka seluruhnya dinamakan PBM. Bila mikrobanya dipisahkan dari substratnya maka hasil panennya merupakan PST (Muhiddin, dkk., 2001). Fermentasi adalah peruraian senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi. Kebanyakan fermentasi etanol skala komersial dilakukan oleh khamir, salah satunya

Saccharomyces cerevisiae yang menghasilkan etanol. Bahan baku untuk produksi bioetanol cukup melimpah, bisa didapatkan dari berbagai tanaman yang mengandung

karbohidrat, baik tanaman tingkat tinggi seperti tebu ( sugarcane), gandum manis (sweet sorghum), jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) atau tanaman tingkat rendah seperti makroalga (Banati, 2007). Secara umum, protein sel tungal (PST) dapat didefinisikan sebagai sumber protein yang berasal dari mikroba seperti yeast, bakteri, fungi, dan alga. Sampai saat ini penggunaan PST sebagai sumber protein utama manusia masih sulit karena beberapa hal seperti rasa, aroma, sampai pada kandungan ribo nucleic acid (RNA) pada PST yang terlalu tinggi. Tetapi PST lebih berkembang dalam usaha pencapaian kebutuhan nutrisi untuk ternak (biasanya butuh 10%-30%-berat protein). Jika

dibandingkan dengan sumber protein lainnya, PST memiliki beberapa kelebihan, yaitu mikroorganisme relative mampu tumbuh lebih cepat, kandungan protein yang tinggi (30%-80%-berat kering mikroba), mampu untuk menggunakan substrat yang beragam (bahkan banyak yang berupa limbah), bibit yang unggul dapat dengan mudah diproduksi, tidak membutuhkan tempat produksi yang besar dan tidak tergantung pada musim dan variasi iklim, kecuali PST yang berasal dari alga (Abidin, 2009). Ptotein Sel Tunggal (PST) berkenan dengan sel kering dari suatu mikroorrganisme. PST digunakan sebagai sumber protein bagi makanan manusia dan hewan. Banyak material metah yang dipperlakukan sebagai sumber karbon dan energi pada produksi PST. Pada banyak kasus, material mentah ini dihidrolisis dengan metode fisika, kimia, dan enzimatik sebelum digunakan (Basaran, 2000).

Protein Sel tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari mikroorganisme bersel satu atau banyak yang sederhana , seperti bakteri, khamir (yeast) , jamur , ganggang dan protozoa (Tannenbaum, 1971). Protein Sel Tunggal dapat digunakan sebagai tambahan protein pada pangan , pelengkap protein untuk ternak dan ramuan pangan yang berfungsi sebagai pembentuk cita rasa . Menurut Muljono, 1992, produk ini memiliki prospek yang cukup baik dikembangkan lebih lanjut . karena untuk memproduksinya tidak diperlukan areal yang luas, tidak menimbulkan limbah, dan proses produksinya cepat , reproduksi mikroorganisme seperti bakteri dan khamir dapat memberikan hasil yang lebih besar setiap jam , sedangkan ganggang memerlukan waktu kurang dari satu hari (Pawignya, 2011). Protein sel tunggal, diperoleh dari proses fermentasi dengan bahan dasar yang berbeda-beda. Bahan dasar sebagai sumber kerangka karbon dan energi yang digunakan diantaranya pati, limbah cairan jeruk, limbah cairan sulfite, molasses, manur, dadih dan lainnya.PST sebagai sumber protein bagi manusia masih sulit untuk diterima karena bau, rasa dan warna yang belum sesuai dengan selera, kandungan asam nukleatnya cukup tinggi dan dinding selnya keras. Untuk itu maka lebih tepat apabila aplikasinya sebagai sumber protein bagi makanan ternak . Protein sel tunggal ini memiliki kelemahan, yaitu defisiensi asam amino bersulfur (metionin dan sistein) tetapi keunggulannya tinggi pada kandungan lisin (Sutanto, 2012) BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo. Waktu praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 30 April 2012 lalu difermentasi selama 7 hari dan penelitian dilanjutkan pada hari rabu tanggal 7 Mei 2012. B. Alat dan Bahan 1.Alat Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat destilasi, labu Kjehdal, buret, statif, klem, erlenmeyer, corong, lampu spritus, autoclave, lemari asam, timbangan analitik, spatula dan elektromantel. 2. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit nenas, ragi roti, H 2SO4 pekat, kjedal, NaOH 45%, HCl 0,1 N, indikator fenolftalin, dan NaOH 0,1 N.

C. Prosedur Kerja 1. Fermentasi kulit nenas Sampel kulit nenas yang telah dirajang

Ditimbang 50 gr Dimasukkan dalam Erlenmeyer Disterilisasi menggunakan

Serbuk Kulit nenas steril autoklaf roti Difermentasi secara anaerob Sampel Hasil fermentasi selama 7 hari Diinokulasi dengan 0,25 gr ragi

2.

Analisis Kandungan Protein

Blanko (reagen kjedahl)

2 gr Sampel sebelum fermentasi

2 gr Sampel hasil fermentasi masing masing dimasukkan dalam labu kjeldhal ditambahkan campuran reagen (kjedahl)

dimasukkan dalam labu kjeldhal

--

ditambahkan 20 mL H2SO4 pekat pada masing-masing labu didekstruksi sampai cairan berwarna hijau jernih dipindahkan setelah dingin ke labu destilasi ditambahkan NaOH 45 % didestilasi sampai semua amonia Ditambahkan indikator fenolftalein dihitung kadar protein

- menguap dititrasi dengan larutan NaOH standar

Kadar protein kulit nenas sebelum Fermentasi: 13,12% Kadar Protein kulit nenas setelah fermentasi :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan

No. 1.

Perlakuan Fermentasi kulit nenas Analisis kandungan protein Proses dekstruksi

Keterangan Fermentasi dilakukan secara anaerob selama 7 hari dengan menggunakan ragi roti sebagai sumber mikroba
Blanko Sampel sebelum fermentasi Sampel fermentasi

2.

elektromantel

Proses destilasi

Konektor

kondensor l

Adaptor Labu alas bulat/Wadah sampel elektromantel

klem Statif] f

Erlenmeyer/wadah destilat

Proses titrasi

mL NaOH blanko : 12 mL (b) mL NaOH sampel sebelum fermentasi : 9 mL (a) mL NaOH Sampel fermentasi : 7,5 mL Berat sampel : 2 g = 200 mg : 0,1 M

Perhitungan

M NaOH

Kadar Protein (%)sebelum fermentasi:


(b - a) mL x M NaOH 14 x 6,25 x 100% w

(12 - 9) mL x 0,1 M x 14 x 6,25 x 100% 200 mg

Kadar protein = 13,12 %

B. Pembahasan Kekurangan protein merupakan masalah yang belum terpecahkan bagi sebagian besar negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu cara yang dianggap mempunyai potensi besar adalah memanfaatkan mikroorganisme sebagai sumber protein, yang lazim disebut protein sel tunggal (Single Cell Protein). Istilah PST digunakan untuk menunjukkan Protein Sel Tunggal yaitu biomassa mikroba yang digunakan sebagai makanan dan tambahan makanan. Baik yang diisolasi dari sel protein maupun dari material sel total, keduanya disebut protein sel tunggal. Ada beberapa keuntungan memproduksi PST, di antaranya adalah Mikroorganisme memiliki waktu generasi yang singkat, dan hal tersebut memberikan suatu peningkatan jumlah massa sel, Mikroorganisme dapat dengan mudah dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan sel yang memberikan hasil sesuai dengan keinginan, Kandungan proteinnya sangat tinggi, Produksi PST dapat didasarkan pada material mentah yang sesuai pada jumlah yang banyak Pada percobaan ini dilakukan produksi PST dengan memanfaatkan limbah pertanian seperti nenas, Tumbuhan Nanas termasuk family Bromeliaceae, spesies Annas Comosus, tanaman nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan. Tumbuhan

buah nanas terdiri dari bagian utama meliputi : akar, batang, daun, bunga, buah, dan tunas-tunas. Buah nanas mengandung gizi yang cukup tinggi seperti terlihat pada table 1 berikut :

Dari Tabel 1 diatas , buah nanas yang dapat dimakan hanya 53 % sehingga ada 47 % yang dibuang sebagai limbah, limbah nanas banyak mengandung sukrosa , glukosa dan nutrisi-nutrisi lainnya sehingga limbah nanas tersebut sangat potensial dimanfaatkan sebagai substrat (sumber karbon) untuk produksi Protein Sel Tunggal. Secara umum proses produksi PST meliputi penyediaan bahan dasar (starter), fermentasi, pemanenan hasil, dan pengeringan.

Setiap mikroorganisme yang mampu tumbuh menggunakan selulosa sebagai sumber karbon, dapat digunakan untuk membuat Protein Sel Tunggal. Bahan lain yang dapat digunakan adalah bahan yang mengandung gula, dan mikroorganisme yang digunakan adalah yeast.. Pemilihan yeast yang dapat digunakan untuk pembuatan Protein Sel Tunggal dilakukan berdasarkan laju pertumbuhan, kemudahan pemeliharaan kultur, kesederhanaan medis, dan kandungan protein serta kualitas gizinya, hal ini dimaksudkan karena Protein Sel Tunggal digunakan sebagai sumber protein disamping berperan sebagai sumber vitamin B dan mineral. Pada penelitian ini digunakan yeast Saccharomyces cereviceae, keuntungan yeast ini adalah toleran terhadap lingkungan yang lebih asam dengan pH antara 3,5 sampai 5,5 mempunyai suhu pertumbuhan 25oC 30 oC. Keuntungan lain yeast mempunyai diameter sel sekitar 0,0005 cm, dengan diameter sebesar ini yeast mudah dipisahkan dengan cara sentrifugal, tanpa memerlukan tahap penggumpalan.(Jean L. Mark, 1991). Saccharomyces cereviceae dapat hidup pada lingkungan yang lebih asam dan mempunyai kondisi untuk pertumbuhan pada suhu kamar yaitu 25 30 oC. Substrat disiapkan dengan pencucian kulit nenas dan perajangannya, kemudian dilakukan sterilisasi 50 g yang telah disimpan dalam Erlenmeyer,sterilisasi substrat ini dengan menggunakan autoklaf. Selanjutnya proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan khamir dari ragi roti yang diinokulasikan pada substrat steril. Proses fermentasi dilakukan secara anaerob selama 7 hari, yaitu tanpa menggunakan oksigen. Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme, menghasilkan alkohol atau asam

organik, misalnya terjadi pada bahan yang mengandung karbohidrat yaitu pada percobaan ini digunakan substrat kulit nenas. Pada percobaan ini juga dilakukan analisis kuantitatif kandungan protein pada substrat kulit ubi kayu sebelum dan sesudah fermentasi dengan menggunakan metode Kjehdahl yaitu dengan menghitung kadar nitrogen total dalam bahan. Secara umum, proses penentuan kadar protein dengan metode Kjehdahl meliputi 3 tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Setelah proses fermentasi selama 7 hari, Selanjutnya dilakukan pengujian kadar protein sel tunggal yang dihasilkan. Metode yang digunakan adalah metode Kjehdal. Pada metode ini, atom gugus NH 3 yang terdapat pada asam amino dalam protein diubah menjadi NH4 dengan penambahan asam sulfat pekat dan kjehdal. Pada tahap destruksi, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu unsur-unsur C, H, O, N, S, dan P. Unsur N dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandungan protein dalam suatu bahan. Katalisator berfungsi untuk mempercepat proses destruksi dengan menaikkan titik didih asam sulfat saat dilakukan penambahan H 2SO4 pekat serta mempercepat kenaikan suhu asam sulfat, sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Katalisator N yaitu kjehdal dengan perbandingan 1:1. Karena titik didih tinggi maka asam sulfat akan membutuhkan waktu yang lama untuk menguap. Karena hal ini kontak asam sulfat dengan sampel akan lebih lama sehingga proses destruksi akan berjalan lebih efektif. Persamaan reaksinya adalah :

Norganik + H2SO4

(NH4)2SO4

Setelah proses destruksi selesai yang ditandai dengan perubahan warna cairan menjadi hijau. Larutan yang berwarna hijau menunjukkan bahwa semua partikel padat bahan telah terdestruksi menjadi bentuk partikel yang larut tanpa ada partikel padat yang tersisa. Larutan yang telah mengandung senyawa (NH 4)2SO4 ini kemudian didinginkan supaya suhu sampel sama dengan suhu luar sehingga penambahan perlakuan lain pada proses berikutnya dapat memperoleh hasil yang diinginkan karena reaksi yang sebelumnya sudah selesai. Setelah itu dilakukan tahap destilasi dengan penambahan larutan NaOH 45%. Pada dasarnya tujuan destilasi adalah memisahkan zat yang diinginkan, yaitu dengan memecah amonium sulfat menjadi amonia (NH3) dengan menambah larutan NaOH kemudian dipanaskan dengan tujuan agar ammonia menguap. Prinsip destilasi adalah memisahkan cairan atau larutan berdasarkan perbedaan titik didih. Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam. Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standar yang dipakai dalam percobaan ini adalah asam klorida dalam jumlah yang berlebihan serta ditambahkan beberapa tetes indikator fenolftalin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : (NH 4 ) 2 SO 4 + NaOH 2NH 4 OH NH 3 + HCl Na 2 SO 4 + 2 NH 4 OH

2NH 3 + 2H 2 O NH 4 Cl

Tahap terakhir yaitu titrasi menggunakan titran NaOH. Titrasi dilakukan triplo untuk masing-masing sampel yaitu sampel sebelum fermentasi, sesudah fermentasi, dan blanko. Larutan NaOH yang digunakan akan menetralkan kelebihan asam yaitu HCl yang ditambahkan pada tahap destilasi. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi pada tahap ini yaitu: NaOH + HCl NaCl + H2O

Untuk mengetahui kandungan protein dalam sampel, ditentukan dengan menghitung persentase nitrogennya dan dikalikan dengan faktor koreksi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kadar protein sebelum fermentasi 13,12% sedangkan sesudah fermentasi diperoleh 19,68%.

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proses fermentasi protein sel tunggal dari kulit nenas dapat dilakukan dengan metode Kjehdahl. Banyaknya biomassa protein sel tunggal yang dihasilkan dari proses fermentasi sel khamir selama 7 hari adalah kadar protein sebelum fermentasi 13,12% dan kadar protein setelah fermentasi adalah sebesar 19,68%.

DAFTAR PUSTAKA Abidin Zaenal. 2009, Peningkatan Kadar Protein Ampas Tapioka Dengan Teknik Fermentasi Media Padat, Seminar Nasional Tehnik Kimia. Banati Fathia Shafa, Enny Zulaika, Tutik Nurhidayati, 2012, Pengaruh Penambahan Enzim -Amilase Pada Fermentasi Karbohidrat Ekstrak Ulva Fasciata Dari Balekambang, Malang Menggunakan Ragi Roti Fermipan , Program Studi Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Basaran, E., 2000. Production of Single cell Protein from Ram horn Hydrosilate. Turk J Biol. Vol. 25:371-377. Muhiddin Nurhayani, H., Nuryati Julidan I Nyoman P. Aryantha, 2001, Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi, Departemen Biologi Fak. MIPA Institut Teknologi Bandung, Bandung, JMS Vol. 6 No. 1, hal. 1 12. Najih Lugman, Wikanastri, Didik Sumanto, 2010, Pengaruh Lama Simpan Pada Suhu Ruang Terhadap Kadar Protein Dodol Tape Kulit Umbi Ubi Kayu, Jurnal Pangan dan Gizi, Vol 1 (1). Pawingnya Harsa, 2011, Pembuatan Protein Sel Tunggal dari Limbah Nanas dengan Proses Fermentasi, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia, ISSN 1693 4393. Sutanto Saiman, P Natsir La Teng, 2012, Pemanfaatan Ampas Sagu Sebagai Bahan Baku Produksi Protein Sel Tunggal (PST), Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas 45, Jl. Urip Sumoharjo Makassar 90231.

LAPORAN SEMENTARA

KELOMPOK 1 Judul : Protein Sel Tunggal dari Kulit nenas

Hari/Tanggal : senin, 30 April 2012 dan dilanjutkan 7- 8 mei DATA PENGAMATAN a) mL NaOH blanko b) mL NaOH sampel sebelum fermentasi c) mL NaOH Sampel fermentasi : 12 mL (b) : 9 mL (a) : 7,5 mL (c)

Berat sampel : 2 g = 200 mg M NaOH : 0,1 M Kadar Protein (%)sebelum fermentasi:


(b - a) mL x M NaOH 14 x 6,25 x 100% w

(12 - 9) mL x 0,1 M x 14 x 6,25 x 100% 200 mg

Kadar protein = 13,12% Kadar Protein sampel fermentasi:


(b - c) mL x M NaOH 14 x 6,25 x 100% w

(12 - 7,5) mL x 0,1 M x 14 x 6,25 x 100% 200 mg

Kadar protein = 19,68% NAMA KELOMPOK 1 1. DEIS ROSTIYANTI 2. SUSANTI 3. RISKA NUR 4. MAYA SUSANTI 5. HANAS KENDARI 10 APRIL 2012-05-10 ASISTEN PEMBIMBING

GAYUH AGASTIA S.Si

DOKOMENTASI KERJA

PROSES DESTRUKSI

Proses destruksi PROSES DESTILASI

Hasil destruksi

Proses destilasi

blanko

Hasil fermentasi

Tidak fermentasi

PROSES TITRASI

Psoses pembuatan laruatn HCL dan NaOH

Rangkaian titrasi

Proses titrasi

Penambahan reagen HCL

Sebelum titrasi

Hasil titrasi blanko

Hasil titrasi setelah fermentasi

Hasil titrasi tidak fermentasi

Hasil titrasi

You might also like