You are on page 1of 3

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia industry, pasti banyak yang mengenal teknik bioproses berhubungan dengan perancangan dan konstruksi proses produksi yang melibatkan agen biologi. Agensia biologis dapat berupa mikroorganisme atau enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya berupa bakteri, khamir, atau kapang. Untuk mendukung aktivitas agensia biologis maka diperlukkan sebuah bioreaktor yang merupakan suatu alat atau sistem yang adalah tempat berlangsungnya proses kimia yang melibatkan mikroorganisme atau enzim yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme. Bioreaktor dikenal juga dengan nama fermentor. Proses reaksi kimia yang berlangsung dapat bersifat aerobik ataupun anaerobik. Sementara itu, agensia biologis yang digunakan dapat berada dalam keadaan tersuspensi atau terimobilisasi. Jadi, secara umum fungsi bioreactor adalah untuk memberikan lingkungan yang dikontrol untuk pertumbuhan mikroorganisme (atau campuran) dan untuk mendapatkan produk diinginkan (Tandrialia, 2010).

Bioreaktor atau fermentor adalah sebuah peralatan atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan mentah menjadi bahan yang dikehendaki (John Tampio,1987). Reaksi biokimia yang terjadi di dalam bioreaktor melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif (enzim) yang berasal dari organisme tertentu, baik secara aerobik maupun anaerobik (John Tampio, 1987). Berdasarkan tingkat aseptis maka sistem bioreaktor terbagi menjadi 2, yaitu bioreaktor sistem non aseptis (untuk pengolahan limbah) dan bioreaktor sistem aseptis (untuk produksi sel dan produksi metabolit) (Ratledge, 2001).

Bioreaktor terdiri atas seperangkat alat yang mampu mendukung lingkungan pertumbuhan miroba seperti tangki, sparger, impeller, system aerasi, system agitasi, saringan halus atau baffle dan sensor untuk mengontrol parameter baik secara aerob maupun anaerob. Perancangan bioreaktor adalah suatu pekerjaan teknik yang cukup kompleks. Pada keadaan optimum, mikroorganisme atau enzim dapat melakukan aktivitasnya dengan sangat baik. Keadaan yang mempengaruhi kinerja agensia biologis terutama temperatur dan pH. Untuk bioreaktor dengan menggunakan mikroorganisme, kebutuhan untuk hidup seperti oksigen, nitrogen, fosfat, dan mineral lainnya perlu diperhatikan (John Tampio, 1987).

Contohnya salah satu bioreactor yang sering dipakai adalah bioreactor anaerob. Bioreaktor Anaerob sangat efektif untuk mengolah limbah organik, dimana hasil pengolahan limbah berupa gas metan yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. mikrooganisme yang ada didalam bioreaktor anaerob sangat peka terhadap perubahan debit limbah yang masuk karena dapat memprovokasi kematian mikroorganisme yang ada. Disamping itu keberadaan oksigen merupakan racun bagi mikroorganisme anaerob. Untuk mencegah fenomena ini terjadi maka perlu dipilih strategi kontrol yang tepat dan sesuai dengan mempertimbangkan kriteria berikut menurut skala prioritas yaitu menjaga kestabilan sistem, menjaga produksi metana, dan mempercepat waktu respon sistem. Untuk mempelajari bagian-bagian bioreactor secara lengkap dan pengontrolan apa saja dalam pertumbuhan mikroorganisme maka dilakukanlah praktikum ini yang akan membahas bagian-bagian alat yang terdapat pada bioreactor.

B. Tujuan

Adapun dalam praktikum ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui bagian-bagian dari bioreactor 2. Mengetahui fungsi-fungsi dari masing-masing alat pada bioreactor 3.

DAFTAR PUSTAKA

John Tampion, M. D. Tampion (1987). Immobilized cells: principles and applications. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-25556-1. Ratledge C, Kristiansen B. 2001. Basic Biotechnology. Cambridge: Cambridge University Pr. Hal. 5-17. Tandrialia, W.S. 2010. Bioproses. http://winniesapitritandrialia.wordpress.com/ diakses pada tanggal 13 Juni 2013.

You might also like