Professional Documents
Culture Documents
2.1. Definisi
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis
skuamosa atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadi
bentuk kanker ini dapat terjadi misalnya di lidah, bibir, esofagus, serviks,
vulva, vagina, bronkus atau kandung kencing. Pada permukaan mukosa
mulut mulut atau vulva, leukoplakia merupakan predisposisi yang penting.
Tetapi kebanyakan karsinoma sel skuamosa tumbuh di kulit (90-95%).3
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
Faktor-faktor etiologi terbanyak yang berkaitan dengan kanker
rongga mulut ialah pemakaian tembakau, konsumsi alkohol dan virus-
virus (kurang jelas). Termasuk tembakau yang dibakar maupun yang tidak
dibakar, seperti dihirup dan mungkin juga, sirih yang dikunyah (kebiasaan
di India dan Pakistan). Walaupun sebagian besar penderita perokok dan
peminum alkohol, sebanyak 10% penderita kanker rongga mulut tidak
mengaku menggunakan tembakau atau alkohol; orang-orang ini
cenderung pria atau wanita yang lebih tua.2
Umumnya kanker mulut berhubungan dengan penuaan, begitu juga
dengan leukoplakia. Hal ini terbukti secara biologi, mekanisme sensitif
homeostatik mengontrol pertumbuhan epitel yang dipengaruhi oleh sifat
onkogen tersebut, selanjutnya, tampak respon yang berhubungan dengan
lamanya waktu terpapar oleh virus, zat kimia atau trauma. 1
Virus sebagai etiologi karsinoma mulut belum dapat dibuktikan;
walaupun demikian, titer antibodi terhadap virus herpes simpleks (HSV)
lebih tinggi pada penderita kanker rongga mulut daripada penderita kelola.
Lebih jelas komplemen RNA dari beberapa kemungkinan serotipe DNA
onkogen HPV telah dijumpai pada beberapa karsinoma skuamosa rongga
mulut.2
Individu berkulit putih yang memiliki pekerjaan di luar, terutama
lebih mudah tumbuh bentuk kanker ini. Sering tumor didahului oleh yang
disebut keratosis aktini (solar), suatu bentuk displasia atau anaplasia sel-
sel epidermis. Arsen dan jelaga juga dinyatakan sebagai penyebab.
Radang kronik berkepanjangan juga merupakan pengaruh membakat lain
dan dengan begitu bentuk kanker ini kadang-kadang dianggap dalam
batas tepi pematusan sinus yang bertahan lama dan pada parut lama
sinar-X atau luka bakar. Kadang-kadang neoplasma tidak timbul sampai
puluhan tahun setelah jejas sinar-X atau jejas suhu.3
Sejak hifa Candida sp sering ditemukan pada potongan
mikroskopik dari leukoplakia mulut, Candida sp sering dihubungkan
dengan leukoplakia. Namun peranannya belum jelas. Bagaimanapun,
Candida sp mampu memproduksi nitrosoamines yang bersifat
karsinogenik melalui reaksi biokimia jaringan. Meskipun hubungannya
dengan karsinogenesis belum jelas, ditemukannya Candida harus
dipertimbangkan sebagai faktor resiko.1
2.4. Patogenesis
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh de novo, tetapi lebih sering
suatu proses evolusi yang mirip dengan yang tampak pada serviks uteri.
Perubahan pra-kanker dalam mulut menjelma sebagai dua bentuk klinik.
Bercak putih, datar yang tidak diketahui penyebabnya selain yang ada
hubungan dengan pemakaian tembakau dan tidak hilang bila dikerok,
disebut leukoplakia. Bercak-bercak merah yang tidak ada hubungan
dengan rangsang radang disebut eritroplakia (Gambar????????).
Leukoplakia biasanya dijumpai pada vestibuli pipi, dasar mulut, dan tepi
lateral lidah. Pada bedah mayat, 20% leukoplaki mulut didapati
mengandung gambaran sitologi atipik menandakan displasia, karsinoma
in situ atau karsinoma skuamosa invasif superfisial. Bila leukoplakia
dievaluasi menurut tempat, lesi-lesi dasar mulut yang paling gawat-40%
didapati sitologi atipik. Lebih dari 6% penderita dengan leukoplakia tanpa
atipi mikroskopi berlanjut ke karsinoma invasif dalam kurun waktu lebih
dari 8 tahun, sedangkan 36% akhirnya akan timbul kanker, bila atipi
didapati semula. Eritroplakia paling tidak menyenangkan, karena
menunjukkan perubahan prekanker dan kanker pada 60 sampai 90%.2
Gambar. Eritroplakia pada palatum molle, trigonum
retromolar dan tuberositas maxilari posterior.
Karsinoma
skuamosa invasif
kebanyakan didapati
pada tepi lateral
lidah dan dasar
mulut; sangat jarang
pada palatum dan
dorsum lidah. Pulau-
pulau tumor yang
invasif bermetastasis melalui pembuluh limfa dan mengenai kelenjar getah
bening supraomohioid dan servikal. Penyebaran melalui pembuluh darah
merupakan sekuele terakhir dan biasanya sebagai akibat metastasis
kelenjar getah bening yang menjalar ke duktus torakikus masuk vena
sistemik.2
2.8. Terapi
Evaluasi yang cermat terhadap gejala dan simptom sangat
penting, termasuk didalamnya biopsi dan follow-up yang rutin.
Pembedahan dilakukan dengan biopsi insisi menggunakan skapel bila
lesi berukuran 5 mm. Teknik ini cepat, tidak banyak merobek jaringan
dan hanya diangkat sedikit sampling. Apabila ukuran tumor kecil, dapat
dilakukan biopsi insisi ataupun eksisi, apabila sulit membedakan antara
displasia dengan karsinoma, dianjurkan menggunakan biopsi insisi.1
Jika hasil biopsi tersebut menunjukkan sel karsinoma skuamosa
(terdapat invasi sel displasia ke jaringan ikat), klinisi dapat
merencanakan terapi kanker. Terapi yang potensial diantaranya
pembedahan atupun terapi radiasi. Kadang kemoterapi digunakan
sebagai tambahan, namun beberapa tumor kurang responsif terhadap
kemoterapi. Pemilihan terapi tergantung dari stadium kanker, stadium
dini (kecil dan terlokalisasi), stadium lanjut (besar dan menyebar).
Evaluasi menggunakan teknik pencitraaan yang lebih baik kualitasnya
seperti MR (magnetic resonance) dan CT (computed tomography)
sangat dibutuhkan. Teknik terbaru yaitu menggunakan PET (positron
emission tomography), bisa menentukan metastase ke kelenjar limfe.
Teknik ini berguna bagi klinisi untuk membedakan batas dan rencana
terapi, juga menentukan prognosisnya.1
Follow-up berkala perlu dilakukan pada lesi prekanker, bahkan
bila lesi tersebut menghilang, dan bila terus berlanjut perlu dilakukan
pembedahan. Pada tepi lesi yang secara klinis dan mikroskopis terlihat
normal, bisa menjadi permasalahan dan bisa terjadi rekurensi.1
Penggunaan teknik laser sangat berguna pada terapi kanker dan
dapat mengontrol leukoplakia. Pencegahan menggunakan analog
vitamin A (retinoid) dan antioksidan lain (beta karoten, vitamin C, E)
kurang efektif, berdasarkan teori, antioksidan tersebut dapat membantu
menjaga sel-sel tubuh dari radikal bebas, yang merupakan promotor
terjadinya mutagenesis kromosom dan karsinogenesis. Yang menjadi
permasalahan pada penggunaan antioksidan ini adalah toksisitasnya
dan rekurensinya ketika antioksidan ini tidak dilanjutkan. Efektifitas
antioksidan tergantung pada dosis, regimen dan individu pasien.1
Dapat pula dengan pendekatan nutrisional dengan diet kaya
buah-buahan dan sayur-sayuran, karena banyak mengandung
antioksidan dan protein supresor-sel yang membantu mengurangi
aktifitas mutagenesis dan karsinogenesis.1
Pengenalan dan pengontrolan lesi pre-kanker efektif mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas kanker mukut.1