You are on page 1of 137

PT.

Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap energi yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan masalah energi selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Energi listrik hampir diperlukan oleh semua sektor, sehingga kebutuhan akan listrik seakan sudah berpindah kedudukan menjadi kebutuhan primer. Peningkatan kualitas sistem tenaga listrik mengacu kepada keandalan dan kemampuan sistem. Keadaan ini tidak mungkin lepas dari masalah sistem proteksi yang berperan didalam mekanisme transmisi dan distribusi listrik agar sampai kepada konsumen. PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) merupakan salah satu perusahaan eksplorasi minyak asing di Indonesia dan memiliki wilayah kerja yang cukup luas yang memiliki sistem tenaga listrik sendiri dalam operasi produksi. Sebagai perusahaan besar, kebutuhan tenaga listrik sangat penting untuk perkantoran, perumahan, dan operasi eksplorasi minyak dan gas bumi. Keandalan dari sistem tenaga listrik sangat menentukan proses produksi yang dilakukan. Apabila gangguan terjadi pada sistem dan membuat sistem tidak berfungsi dengan baik atau berhenti total, akan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem tenaga listrik yang sangat handal dan bermutu yang mampu mencegah kerugian tersebut.

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sistem transmisi dan distribusi yang baik didukung dengan keandalan sistem proteksi dalam sistemnya. Sistem proteksi bertujuan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya gangguan yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan dan peralatan listrik, serta menjaga keselamatan umum karena gangguan kelistrikan seperti hubung singkat, over load, dan gangguan yang disebabkan petir. Dengan adanya sistem proteksi yang handal akan meningkatkan pelayanan kualitas listrik. 1.2. Tujuan Kerja Praktek. Tujuan kerja praktek yang penulis laksanakan di PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) adalah : 1.Memenuhi salah satu persyaratan kurikulum serta syarat kelulusaan mahasiswa pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 2.Mengenal ruang lingkup PT. CPI secara umum 3.Mengenal sistem dan manajemen kerja perusahaan 4.Mengenal ruang lingkup Departemen PG & T 5.Memepelajari sistem tenaga listrik di PT.CPI 6. Melihat dan membandingkan hal-hal yang telah diterima di bangku kuliah dengan aplikasi yang ada di lapangan. 7. Mengenal lebih dekat dunia kerja dilingkungan perusahaan. 8. Menambah wawasan dan pengetahuan teknologi secara umum dan teknik tenaga listrik serta penerapannya di industri.

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

9. Memahami gambaran umum tentang sistem tenaga listrik dan mempelajari sistem proteksi khusunya mengenai relay arus lebih di PT. CPI. 1.3. Batasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup dari sistem proteksi tersebut, maka dalam pembahasan ini dibatasi hanya mengenai koordinasi relay proteksi arus lebih pada saluran distribusi di PT. CPI, departemen PG&T dan T&DO II Duri. 1.4. Waktu dan Tempat. Kerja Praktek ini dilaksanakan selama satu bulan mulai dari tanggal 20 September s/d 20 Oktober 2010 bertempat di T&DO II Duri (Transmission & Distribution Operation ) Departemen Power Generation and Transmission (PG&T) PT.CHEVRON PACIFIC INDONESIA, Duri - Riau.

1.5. Metoda Pengumpulan Data Metoda pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam pelaksanaan kerja praktek di PT. Chevron Pacifik Indonesia adalah : a. Interview Bertanya dan melakukan diskusi dengan mentor/pembimbing serta teknisi yang ada di kantor maupun di lapangan T&DO II Duri. b. Studi Literature Dengan cara membaca manual book tentang power generation & transmission, mencari informasi dari buku-buku lain, dan searching internet yang berhubungan dengan proteksi sebagai referensi.

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

c. Studi Lapangan Ikut turun ke lapangan menyaksikan secara langsung aktivitas yang dilakukan oleh karyawan di lapangan, khususnya di T&DO II Duri.

1.6. Sistematika Penulisan. Dalam laporan ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Pada bagian ini dijelaskan latar belakang, tujuan kerja praktek, Batasan Masalah, waktu & tempat kerja praktek, dan sistematika penulisan laporan kerja praktek.

BAB II.

SEJARAH SINGKAT PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA Pada bagian ini dijelaskan mengenai sejarah singkat PT. Chevron Pacific Indonesia, lingkungan kerja perusahaan (yang tediri dari : wilayah kerja perusahaan dan daerah operasi perusahaan), Kegiatan operasi (yang terdiri dari : eksplorasi, produksi, operasi Duri steam flood), sarana penunjang, sumber daya manusia, visi, kinerja, nilainilai dasar, struktur organisasi perusahaan, dan fasilitas perusahaan.

BAB III.

DEPARTEMEN POWER GENERATION & TRANSMISSION (PG&T) Pada bab ini diterangkan sekilas tentang Departemen Power Generation and Transmission yang merupakan Departemen yang

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

bertanggung jawab atas pengadaan, penyaluran atau pendistribusian energi listrik di PT. Chevron Pacific Indonesia. BAB IV SISTEM KELISTRIKAN PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA Pada bab ini diterangkan tentang sitem pembangkitan dan penyaluran listrik pada lokasi CPI, serta peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang/membantu proses tersebut. BAB V. PERALATAN PROTEKSI PADA SALURAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA. Berisikan penjelasan singkat beberapa peralatan proteksi yang digunakan pada saluran transmisi dan distribusi PT. Chevron Pacific Indonesia. BAB VI. KOORDINASI RELAY PROTEKSI ARUS LEBIH PADA

SALURAN DISTRIBUSI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum dari sistem proteksi dan gangguan dalam saluran distribusi, serta jenis-jenis relay proteksi arus lebih yang digunakan pada saluran distribusi PT. Chevron Pacific Indonesia. BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan kesimpulan dari topik yang diangkat dan saran penulis.

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB II SEJARAH SINGKAT PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

2.1 Sejarah Umum PT. Chevron Pacific Indonesia Pada tahun 1924, tim survei eksplorasi yang bernama Standard Oil Company of California (SOCAL) mempelopori berdirinya PT. CPI yang berlokasi di Sumatera Tengah, Kalimantan, dan khususnya di daerah Aceh. Usaha yang dilakukan oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut sempat terhenti, karena Indonesia pada waktu itu masih berada di bawah penjajahan Belanda. Akan tetapi, usaha eksplorasi tersebut tidak berhenti total karena pada bulan Juni 1930 tim tersebut membentuk NV Nederlandsche Pacific Petroleum Matschappij (NPPM). Pada tahun 1935, NPPM mendapat hak konsensi tanah seluas lebih kurang 600.000 hektar di Sumatera Tengah yang belum banyak dieksplorasi dan masih dianggap kurang memberikan harapan bagi pemerintahan Hindia Belanda. Daerah yang ditawarkan merupakan daerah yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh NPPM itu sendiri dan dianggap kurang dapat memberikan harapan bagi pemerintah Hindia Belanda. Walapun bukan merupakan daerah yang tidak dikehendaki oleh NPPM, kegiatan ekplorasi tetap akan dijalankan pada daerah tersebut. Pada tahun 1936, TEXACO Inc. (Perusahaan yang beralokasi di Texas, AS.) bersama-sama dengan SOCAL sepakat untuk bergabung dan membentuk perusahaan California-Texas Petroleum Corporation (CALTEX). Hasil penelitian

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

kegiatan geofisika yang dilakukan sekitar tahun 1936-1937 menunjukan bahwa prospek minyak yang lebih besar terletak di daerah selatan. Kegiatan eksplorasi yang pertama kalinya dilakukan pada bulan April 1939 di lapangan Kubu 1. Pada bulan Agustus 1940, ditemukan lapangan minyak bumi di Sebanga yang merupakan penemuan lapangan minyak yang pertama di daerah Riau. Pada bulan November 1940, ditemukan lagi lapangan minyak baru di daerah Rantau Bais dan disusul di daerah Duri pada bulan Maret 1941. Pada tahun 1942, Mercu Bor siap dipasang di lapangan minyak di Minas I. Karena pecah PD II, kegiatan pemasangan Mercu Bor tersebut terhenti. Kegiatan eksplorasi pada tahun-tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang. Hal ini dapat dilihat dari data yang ada dan mengidentifikasikan bahwa proses

pengeboran selesai dilakukan pada saat pendudukan Jepang atas Indonesia. Pengeboran yang dilakukan oleh Jepang merupakan satu-satunya sumur wild cat di Indonesia selama PD II yang mempunyai kedalaman 2.623 kaki (lebih kurang 787 m). Kegiatan Jepang ini tidak berlangsung lama karena pecah perang kemerdekaan sehingga pada tahun 1946 kegiatan ini terhenti. Setelah perang berakhir, kegiatan eksplorasi dipusatkan untuk

pengembangan lapangan Minas. Pada tahun 1950, pemerintahan RI mulai mempelajari dan menyusun suatu undang-undang yang mengatur masalah pertambangan. Berdasarkan undang-undang pertambangan yang telah terbentuk, maka pada bulan Januari 1951 pemerintah RI memberi izin berdirinya Caltex Pacific Oil Company (CPOC) untuk melanjutkan kegiatan NPPM. Setelah

setahun, CPOC memproduksi minyak bumi di lapangan Minas. Pada tanggal 20

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

April 1952, diadakan pengapalan pertama Minas Crude dari Perawang menyusuri Sungai Siak menuju Pakning di Selat Malaka. Hasil ekspor tersebut antara lain adalah pengembangan lapangan Duri, pembangunan jalan, dan pemasangan pipa saluran (shipping line) yang mempunyai garis tengah 60 cm dan 70 cm sepanjang 120 km dari Minas melintasi rawa sampai ke Dumai, mencakup pula

pembangunan stasiun-stasiun pengumpul dan stasiun pompa pusat di Duri maupun di Dumai serta kompleks perumahan dan perbengkelan di Duri maupun di Dumai. Dengan ditemukannya teknologi perminyakan yang canggih, kemungkinan besar untuk memperpanjang harapan hidup industri perminyakan di Indonesia dapat terus bertahan seperti ladang minyak di Duri. Dengan teknologi

perminyakan yang canggih yaitu menggunakan teknologi steam dapat meningkatkan produksi minyak per hari 6 kali lipat dari yang sebelumnya atau dari 50.000 barel per hari menjadi 300.000 barel per hari. Teknologi ini

diterapkan mengingat bahwa kadar kekentalan dari minyak bumi yang ada di Duri sangat tinggi dan sulit untuk dipompa keluar. Dengan bantuan injeksi uap ke dalam tanah akan membantu keluarnya minyak ke permukaan tanah. Ladang minyak Duri telah memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap produksi minyak Indonesia yaitu sebesar 8% dan 42% dari seluruh total produksi minyak PT.CPI. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa produksi minyak di Duri mulai mengalami penurunan pada tahun 1964. Penurunan

produksi tersebut berasal dari ladang minyak di Duri sangat memprihatinkan pihak PT.CPI. Penurunan tersebut akan sangat berpegaruh pada Economic Life

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Expectancy dari perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, PT.CPI telah menciptakan suatu proyek yang dinamakan Proyek Injeksi Uap ( seperti yang telah disinggung pada alinea sebelumnya ) di ladang minyak Duri. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada bulan Maret 1991. Injeksi uap tersebut merupakan teknologi generasi ketiga yang dimiliki oleh PT.CPI. Injeksi uap adalah suatu teknologi perminyakan mutakhir yang mempermudah penyedotan minyak dari perut bumi, yang tidak dapat dijangkau dengan teknologi penyedotan minyak konvensional . Dengan menerapkan teknologi baru tersebut maka pihak PT.CPI mengharapkan tidak hanya mencegah penurunan produksi minyak yang berasal dari ladang minyak Duri tetapi juga dapat melipatgandakan produksi minyak yang berasal dari ladang minyak tersebut. Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efektif pada ladang dengan pola yang bervariasi antara lain pola tujuh titik , yaitu satu sumur injeksi untuk enam sumur produksi atau pola lima titik dan sembilan titik. Pada tahun 1957, Presiden Soekarno mengeluarkan suatu perintah untuk menasionalisasi perusahan penghasil minyak di Indonesia yang dimiliki oleh modal Belanda. Walaupun perintah Presiden Soekarno pada saat itu terbatas hanya pada perusahaan penghasil minyak Belanda, namun secara tidak langsung keputusan tersebut mengancam kedudukan Caltex sebagai salah satu penghasil minyak asing terbesar di Indonesia. Pada tahun 1950-an, Caltex telah

menginvestasikan modalnya di Indonesia yang besar sebagai penghasil minyak terbesar di dunia. Menjelang tahun 1958, produksi minyak Caltex hampir mencapai 200.000 barrel per hari.

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia memberlakukan undang-undang nomor 44 tahun 1960 mengenai pengaturan dana pembagian wilayah kerja CPOC, yaitu seluruh wilayah konsensi NPPM (Rokan I blok dan Rokan III blok seluas 9.030 km2) dikembalikan oleh Caltex pada pemerintah Republik Indonesia, tetapi pelaksanaan operasi wilayah tetap dikerjakan oleh Caltex yang pada tahun 1963 menjadi badan hukum dengan nama PT.CPI, tetapi 100 % sahamnya tetap

dimiliki oleh Chevron (nama baru dari SOCAL) dan Texaco Inc. Pada bulan September 1963, diadakanlah kontrak karya yang

ditandatangani antara perusahaan negara dan perusahaan asing yang termasuk di dalamnya PT.CPI dan Pertamina yang antara lain isinya menyatakan bahwa wilayah PT.CPI adalah wilayah Kangaroo seluas 9.030 km 2. Pada tahun 1968, diadakan penambahan luas wilayah yaitu sekitar Minas Tenggara, Libo Tenggara, Libo Barat, dan Sebanga sehingga luas wilayah kerja PT.CPI seluruhnya menjadi 9.898 km2. Kemudian kontrak karya yang berakhir pada 28 Agustus 1983

diperpanjang menjadi Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) hingga tanggal 8 Agustus 2001 dengan wilayah kerja seluas 31.700 km 2. Dalam kontrak bagi hasil tersebut antara lain ditetapkan bahwa Pertamina adalah pengendali manajemen operasional dan bahwa Pertamina harus menyetujui program kerja dan anggaran tahunan. PT.CPI sebagai kontraktor berkewajiban melaksanakan kegiatan operasional dan menyediakan keahlian teknis, dana investasi, serta biaya operasi. Perbandingan pembagian untuk kontrak bagi hasil yang disepakati sampai saat ini oleh pemerintah (dalam hal ini adalah Pertamina ) dan PT.CPI adalah

10

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

sebesar 88% dan 12% ditambah dengan ketentuan khusus lainnya berupa keluwesan atau insentif bagi PT.CPI untuk hal - hal tertentu. Dibandingkan dengan 52 kontraktor minyak lainnya, PT.CPI merupakan kontraktor minyak yang terbesar. Produksi minyak mentah PT.CPI mencapai 65.8% (1974) dan menurun menjadi 46.5 % (1990). Meskipun terjadi penurunan pangsa produksi dari PT.CPI, kelima kontraktor minyak, yaitu Caltex, Arco, Mobil Oil, Total, dan Maxus tetap menguasai pangsa pasar produksi sebesar 75 % sedangkan Pertamina dan Unocal mengalami penurunan produksi.

2.2 Ruang Lingkup Kerja Perusahaan 2.2.1. Wilayah Kerja Perusahaan Wilayah kerja PT.CPI yang pertama seluas hampir 10.000 km2 dikenal dengan nama blok Kangoroo yang terletak di Kabupaten Bengkalis. PT.CPI selain mengerjakan sendiri daerahnya juga bertindak sebagai operator bagi Caliastik/Chevron dan Topco/Texaco. Perjanjian yang diadakan pertama yaitu pada tahun 1963 untuk jangka waktu selama 30 tahun, wilayah kerjanya meliputi Blok A,B, C, dan D seluas 12.328 km2. Setelah memperoleh tambahan daerah seluas 4.300 km2, maka pada tahun 1968 sebagian Blok A dan D dan seluruh Blok C (seluruhnya 32.6% dari daerah asal) diserahkan kembali ke pemerintah Indonesia sedangkan

pengembalian daerah - daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978. Penandatanganan dua perjanjian C & T yang berdasarkan kontrak bagi hasil (KPS ) dilakukan pada bulan Agustus 1971 yaitu Coastal Plain Pekanbaru

11

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Block seluas 21.975 km2 dan pada

bulan Januari 1975 yaitu Mount Front

Kuantan Block seluas 6.865 km2 . Setelah dilakukan pengembalian beberapa daerah dari daerah kerja secara bertahap, sekarang Coastal Plain Pekanbaru hanya seluas 9.996 km2. Tahun 1979 hingga tahun 1983 dilakukan penambahan kontrak - kontrak baru oleh PT.CPI yaitu sebagai berikut : Joint Venture dengan Pertamina daerah Jambi Selatan blok D seluas 5.826 km2 pada tahun 1976 dan dikembalikan seluruhnya pada tahun 1988. Kontrak bagi hasil ( KPS ) untuk wilayah Blok Singkarak pada tahun 1981 seluas 7.163 km2 di Sumatera Barat yang dikembalikan seluruhnya pada tahun 1984. Kontrak bagi hasil untuk wilayah Blok Langsa pada tahun 1981 seluas 7.080 km2 di Selat Malaka, lepas pantai Sumatera Utara, dan lepas pantai Daerah Istimewa Aceh yang dikembalikan sebelumnya pada bulan Mei 1986. Kontrak bagi hasil Blok Nias pada tahun 1981 seluas 16.116 km2. Perpanjangan perjanjian karya menjadi bentuk kontrak bagi hasil ( KPS ) untuk wilayah Blok Siak selama 20 tahun terhitung mulai tanggal 28

November 1993 dengan luas wilayah kerja 8.314 km2. Perluasan ladang minyak Duri dilakukan dalam tiga belas area yang dimulai dengan membangun daerah konstruksi pertama pada tahun 1981. Dalam sepuluh tahun belakangan ini sudah dikembangkan tujuh daerah. Pembangunan juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti stasiun pengumpul minyak dan stasiun pembangk uap. Sampai pengembangan area V, sistem injeksi yang

12

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

diterapkan dikenal dengan sistem pola tujuh titik dimana satu buah sistem injeksi uap dikelilingi oleh enam buah sumur produksi.

2.2.2. Daerah Operasi Perusahaan. Lokasi PT. CPI terletak di propinsi Riau dengan luas daerah meliputi lebih dari 50.000 km2. Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka PT. CPI membagi lokasi daerah menjadi 5 distrik : 1. Distrik Rumbai, sebagai pusat kerja administrasi daerah operasi PT. CPI . 2. Distrik Minas, merupakan daerah operasi produksi minyak. 3. Distrik Duri, merupakan daerah operasi produksi minyak. Distrik Duri terdiri atas Duri OU/DSF dan Bekasap-OU yang daerah operasinya meliputi Bekasap Petani, Balam, dan Bangko. 4. Distrik Dumai, merupakan pelabuhan tempat pemasaran/ pengapalan minyak. 5. Distrik Jakarta, sebagai tempat pusat administrasi seluruhnya.

13

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
A Production Sharing Contractor for Pertamina

PT Caltex Pacific Indonesia

PETA DAERAH OPERASI CPI

LEGEND : RUMBAI SBU MINAS SBU BEKASAP SBU D U R I SBU


25 KM
BA NGKO T. MEDAN BUA YA
ANTARA UJUNG TANJUNG

PUSING PINANG
DAMAR

P. RUPAT

RANTAUBAIS BENAR SE. BALAM SERUNI KUTU KERANG SINTONG BATANG TELINGA NO. MENGGALA PAGER PUNCAK SO. MENGGALA SIKLADI KULIN KOPAR ROKIRI PETANI
PE M ATA NG JAM BON B EK ASA P

DUMAI

P. BENGKALIS
BAGANBELADA

TONGA

JORANG

RANGAU PUTIH SANGSAM JINGGA WADUK

DURI
PUNGUT

PAK GATAM PEDADA SABAK BENUA DUSUN GARUK PUSAKA DORAL


6D

N. SEBANGA

PEM ATA NG BOW PINGGIR

P. PADANG

INDEX MAP
Y LA MA SIA

KELABU

MANDAR

HITAM RINTIS

TALAS

AMI

TANDUN AYU

OKI ASIH

LIBO SINGA PORE

MINDAL
KB J

NE MINAS 4D

LINDAI NINIK L ANGG AK OSAM KASIKAN TERANTAM PAIT AN

KOTABATAK TOPAZ
SURAM PE T. SS

KOTAGARO

MINAS
MPP 8D

NILAM BERUK N.E. IDRIS BUNGSU BESAR BERUK ZAMRUD

M SU RA AT

PE TAP AH AN

R UM B AI

PEKANBARU

N
0 300 K M S

KUANTAN BLOCK
IS NOT ON THE MAP

Gambar 2.1 Peta Daerah Operasi PT. CPI 2.3. Kegiatan Operasi Kegiatan umum PT.CPI adalah bergerak di bidang pertambangan minyak bumi berupa eksplorasi dan produksi. 2.3.1. Eksplorasi Setelah hak untuk mengeksplorasi diperoleh dari NPPM pada tahun 1936, aktivitas seismik dilakukan secara intensif di Riau. Kegiatan eksplorasi ini dimulai dari daerah sepanjang sungai Rokan. Dari pengamatan tahun 1936 dan 1937, diyakini bahwa potensi minyak ditemukan didaerah yang lebih keselatan. Eksplorasi pertama baru dilakukan pada tahun 1937, dan pada tahun 1941 sudah mencapai kedalaman total 7.868,4 m.

14

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pengeboran dilanjutkan pada tahun 1938 didaerah Kubu, tetapi tidak ada indikasi minyak akan ditemukan. Selang waktu antara tahun 1938 1944 ada sembilan sumur yang berhasil ditemukan, yaitu sumur gas di Sebanga dan sumursumur minyak di Duri dan Minas. Penemuan sumur di Minas ini merupakan batu loncatan dalam eksplorasi minyak di Sumatera Tengah, yang merangsang orang untuk berusaha melakukan aktivitas-aktivitas eksplorasi didaerah baru ini. Sebanga merupakan bukti bahwa Sumatera Tengah bukanlah daerah kering, seperti yang dianggap banyak orang. Setelah Perang Dunia II, PT.CPI kembali melanjutkan program eksplorasi disamping mengembangkan Minas. Enam sumur pengembangan dapat

diselesaikan pada tahun 1950, dan data juga menunjukkan bahwa Minas juga merupakan lapangan minyak yang sangat besar. Riset geologis dan pemetaan permukaan dilakukan diseluruh daerah operasi pada tahun 1951, yang diikuti dengan pengeboran dan observasi geologis empat tahun kemudian. Pada tahun 1958, PT.CPI mulai menggunakan helikopter untuk membantu bisnis minyaknya di Indonesia. Penggunaan Helikopter ini menunjang peningkatan suplai dan transportasi untuk sumber daya manusia yang melakukan observasi-observasi geologis. Pada tahun 1990, pengeboran yang dilakukan telah menghasilkan 119 penemuan sumur minyak dan gas, untuk produksi minyak telah menghasilkan 7 miliyar barrel.

15

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Daerah Explorasi perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut

BANDA ACEH ROKAN BLOCK 2 7,914 Km

SIAK BLOCK 2 4,571 Km MEDAN

C&T PS CPP BLOCK 2 9,996 Km

SIBOLGA BLOCK 2 9,821 Km Relinquished PEKANBARU

C&T PS MFK BLOCK 2 3,000 Km

NIAS BLOCK 2 9,834 Km Relinquished

PADANG JAMBI

PALEMBANG

N
300 KM S

BENGKULU

BANDAR LAMPUNG

Gambar 2.2 Daerah Explorasi PT. CPI 2.3.2 Produksi Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969 lapangan Minas berhasil mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar dan menjadi lapangan raksasa pertama di Asia sebelah Timur Iran dan ke -22 terbesar di dunia. Kegiatan produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur-sumur hasil kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Hingga tahun 1990, produksi akumulatif PT. CPI telah melebihi tujuh milyar barrel yang berasal dari 3237 sumur dan tersebar di sembilan puluh enam lapangan. Lapangan Minas

16

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

memberikan sumbangan terbesar. Lapangan minyak Minas menghasilkan Minas Crude yang sangat digemari oleh negara-negara industri karena mengandung kadar belerang yang rendah, sedangkan lapangan Duri menghasilkan minyak yang dikenal dengan nama Sumatera Light Crude. Sampai tahun 1990, PT.CPI dewasa ini menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan pengembangan. Untuk meningkatkan dan mempertahankan laju produksi maka tahun 1970 dan 1974 dilakukan program penyuntikan air (water flooding) masing-masing di lapangan Minas dan lapangan Kotabatak yang dilakukan secara peripheral. Sementara itu dikembangkan pula metoda-metoda lain yang dikenal dengan nama Enchanced Oil Recovery (EOR) pada tahun 1981, dengan dimulainya menerapkan penyuntikan uap panas (steamflood) di seluruh lapangan Duri atau Duri Steam Flood (DSF) yang telah dilakukan secara terpola. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990 yang merupakan proyek sejenis terbesar di dunia dengan menggunakan teknologi maju dan pertama di Indonesia. Ladang minyak Duri terletak di kabupaten Bengkalis kurang lebih 120 km arah utara tahun 1941 dan berproduksi tahun 1958. Area yang produktif dari ladang ini adalah sepanjang 18 km dan lebar 8 km tak jauh dari kompleks perumahan CPI Duri. Pengembangan ladang Duri dilakukan dalam 13 area yang dimulai dengan membangun konstruksi area pertama pada tahun 1981. Dalam sepuluh tahun belakangan ini sudah dikembangkan delapan area. Pembangunan juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti Stasiun Pengumpul Minyak dan Stasiun Pembangkit Uap.

17

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Prediksi

formasi minyak adalah dari minyak Miocene dan terkumpul

dalam tiga zone utama yang diduga berisi minyak komersil yaitu : Rindu, Pertama dan Kedua. Sebuah area kecil dari ladang di bawah puncak juga berisi pasir yaitu Baji, Jaga dan Dalam. Ketebalan rata-rata formasi 140 kaki dan kedalamannya dari 340- 680 kaki. Pasirnya tidak mempunyai konsolidasi yang tinggi dengan permeabilitas sekitar 2 darcies. Stimulasi Huff & Puff steam yang digunakan sejak pertengahan 1960 untuk mempertinggi produksi minyak dengan mengurangi viskositas (kekentalan minyak). Di tahun 1989 sebuah penelitian diadakan untuk membuktikan apakah 11 5/8 acre pola 7 titik adalah ukuran geometri pada pola ideal untuk

mengembangkan ladang yang mempunyai ketebalan pasir lebih dari 100 kaki dan 15 acre menggunakan pola 5 titik yang ideal untuk mengembangkan ladang di mana ketebalan pasir antara 70 - 100 kaki. Injeksi uap di area-1 dimulai tahun 1985, area-3 tahun 1988, area-4 tahun 1990 dan area-5 tahun 1992. Area percobaan steam flood adalah area-2 yang zona pengujian original adalah di kedua dengan dirubah ke penggenangan air panas dan injeksi uap air dan di mulai pada lapisan yang paling atas pertama. Penggenangan air panas (hot water flood) di Kedua diakhiri tahun 1990 dengan reaksi atau respon yang jelek . Diakhir tahun 1990 minyak Duri Steam Flood melebihi produksi minyak dari California Steam Flood field, Kern River dan Belridge yang membuat proyek Duri menjadi ladang dari Steam Flood dunia.

18

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Tabel 1.1 berikut ini adalah sejarah proyek injeksi steam mulai dari pirst production tahun 1958 hingga tahun 1999.

KEGIATAN Discovery First production Water injection pilot First cyclic steaming Steam injection pilot and caustic study Simulation reservoir study Steam injection area 01 Steam injection area 02 Steam injection area 03 Steam injection area 04 Steam injection area 05 Steam injection area 06 Steam injection area 07 Steam injection area 08 Steam injection area 09

TAHUN 1941 1958 1960 1967 1975 1981 1985 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1997 1999

Tabel 2.1 Sejarah Proyek Injeksi Steam

Proyek Duri Steam Flood

memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemudian dijual ke pasaran

produksi minyak mentah di ladang Duri untuk

melalui pelabuhan yang ada di Dumai. area kota Pekanbaru, ibukota Propinsi Riau. Ladang Duri ini ditemukan Menurut penelitian, ladang Duri memiliki 6,5 milyar barrel minyak. Peta Steam Flood di ladang Duri dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
DURI

19

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 2.3 Peta lokasi Duri steam flood di Duri Field Di ladang minyak Duri ini dengan metode normal dapat diangkat 5-20% dari total persediaan minyak mentah di Duri, sedangkan metode injeksi uap (Steam Flood) dapat menghasilkan 50-70% minyak mentah. Tabel 1.2 berikut ini menunjukkan peta Luas area Duri Steam Flood di Duri Field

20

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Area 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Area

Luas (Ha) 1140 253 1469 1231 1350 1687 1940 1278 1703 1650 2026 20072 35799

21

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Tabel 2.2 Luas Area Duri Steam Flood

2.3.2.1 Operasi Duri Steam Flood Perjalanan minyak bumi sejak mulai diangkat dari perut bumi hingga diekspor cukup panjang dan berliku-liku. Dengan sistem injeksi uap, proses penambangan minyak mentah harus didukung berbagai fasilitas utama, seperti Unit Stasiun Penguji, Stasiun Pengumpul Minyak, Stasiun Uap Selubung, Stasiun Pembangkit Uap dan fasilitas pengolahan air. Semua fasilitas ini mempunyai rangkaian hubungan yang erat antara satu dengan yang lain:

1. Sumur Produksi (Production Well) Sumur produksi adalah hasil pengeboran yang didalamnya terdapat kandungan minyak mentah. Untuk mengangkat minyak mentah dari lapisan reservoir ke atas permukaan diperlukan pompa-pompa. Di ladang minyak Duri, semua pompa angguk ini paling ekonomis, pompa angguk ini juga paling cocok digunakan di ladang minyak Duri mengingat dangkalnya lapisan reservoir, masalah pasir lepas dan kekentalan minyak mentah yang dimiliki Duri.

2. Stasiun Penguji Sumur (Well Test Station) Stasiun ini menguji debit campuran minyak dan air yang keluar dari setiap sumur produksi. Melalui pengujian ini maka dapat direkam di area mana yang produksinya mulai melemah sehingga langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan sedini mungkin.

22

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3. Stasiun Pengumpul Uap Selubung (CVC Station) Terdiri dari bejana untuk memisahkan uap dari cairan serta fasilitas kipas pendingin, karena uap hasil keluaran proses penambangan masih mengandung senyawa hidrokarbon (minyak bumi).

4. Stasiun Pengumpul Minyak (Central Gathering Station (CGS)) Setelah diangkat ke permukaan bumi dari sumur-sumur produksi, minyak bumi belum siap untuk diekspor karena masih mengandung air, gas dan komponen lain yang terbawa saat produksi. Minyak sebelum dikirim ke Dumai terlebih dahulu disalurkan ke Stasiun Pengumpul. Di tempat ini ketiga unsur minyak, gas dan air terproduksi dipisahkan dengan proses sederhana.

5. Fasilitas Pengolahan Air (Water Treatment Plant) Air yang berasal dari Stasiun Pengumpul dikirim ke Fasilitas Pengolahan Air. Tambahan air yang lain didapat dari sungai Rangau. Fasilitas ini memiliki tujuan untuk memurnikan air, yaitu dengan cara pemberian gas (aerotion), penyaringan dan ion exchange. Melalui proses aerotion pada air maka minyak yang terdapat pada air akan berbusa di permukaan sehingga dapat dipindahkan dengan cara skimming. Sedangkan untuk menghilangkan sisa minyak dan bahanbahan lainnya (kimia dan pasir) dilakukan penyaringan. Ion Exchanger adalah proses dimana air itu dilembutkan. Bahan-bahan kimia yang terlarut di air akan

23

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

membentuk ion yang akan dipindahkan saat air mengalir melalui ion exchanger (water softener). Setelah air dilembutkan kemudian dikirim ke Pembangkit Uap untuk dijadikan uap.

6. Stasiun Pembangkit Uap (Steam Generator) Berfungsi untuk memanaskan air bersih hasil pengolahan Fasilitas Pengolahan Air sehingga menjadi uap air (steam). Dalam prosesnya, air dialirkan ke dalam pipa-pipa terpasang pada tabung-tabung bagian dalam Unit Pembangkit Uap. Disinilah pipa air dipanaskan dalam suhu tinggi yang berasal dari semburan api tabung pembangkit uap. Uap yang diproduksi oleh stasiun bertekanan 800 psi dan suhu 550 derajat Fahrenheit langsung dikirim ke sumur-sumur injeksi dengan sistem satu sumur injeksi uap dikelilingi oleh empat, enam atau delapan sumur produksi, tergantung dari kondisi geologis lapisan batuan. Sebagai penahan panas agar temperatur uap tidak turun selama di perjalanan maka pipa sumur injeksi selalu dibalut lapisan isolasi berwarna perak.

7. Sumur Injeksi (Injection well) Uap yang dihasilkan oleh stasiun Pembangkit Uap ini dimasukkan ke dalam reservoir. Dengan cara ini uap yang diinjeksikan akan menggiring butiranbutiran minyak ke dalam sumur produksi. Kalau butiran minyak berkurang maka kekentalannya akan berkurang juga, berarti tugas pompa angguk bertambah ringan.

24

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2.3.3 Penyaluran minyak Penyaluraan minyak mentah melalui jaringan pipa dari pusat produksi umumnya bukan merupakan masalah dalam dunia perminyakan. Biasanya minyak mentah dapat mengalir bebas didalam pipa pada suhu normal. Begitu pula pengalaman PT.CPI dalam menyalurkan minyak yang telah dikeluarkan dari sumur-sumur produksi ke stasiun-stasiun pengumpul untuk selanjutnya akan dialirkan ke tangki-tangki penyimpanan di dermaga sebelum diekspor ke pasar Internasional. Tetapi permasalahan baru timbul bila minyak yang disalurkan tersebut mengandung hidrokarbon berat (minyak kental). Keadaan inilah yang terjadi ketika PT.CPI menangani penyaluran minyak dari lapangan-lapangan Beruk Zamrud dan Waduk Libo. Minyak mentah dari Beruk Zamrud bertitik cair 47 0C (1160F), sedangkan titik cair minyak mentah waduk Libo adalah 40,50C(1050F). Minyak yang keluar dari perut bumi tersebut dalam keadaan panas dan menggelegak, akan tetapi temperatur tersebut akan segera turun setelah tiba di stasiun pengumpul.

2.4. Sarana Penunjang Operasi Untuk mencapai rasio sukses yang tinggi, PT.CPI menggunakan teknologi maju dan peralatan-peralatan serta mesin mesin yang berteknologi tinggi. Berbagai cara diterapkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Diantara Sarana penunjang yang ada, antara lain :

25

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1. 2.

Kompleks tangki penyimpanan dengan kapasitas 5 juta barrel. Dua jalur pipa saluran, masing-masing bergaris tengah 90 cm dan 75 cm pada jalur Minas Dumai dan Bangko-Dumai.

3.

Empat buah dermaga khusus di Dumai ( diantaranya mampu melayani kapal tangki berbobot mati 150.000 ton ).

4.

Pembangkit Tenaga Listrik masing-masing di Duri dan Minas dengan 25 generator turbin gas (PLTG) berkapasitas total rata-rata 488,4 MW.

5. 6.

Jaringan Transmisi dan distribusi listrik sepanjang 1.300 Km. Untuk perawatan jaringan transmisi, sejak tahun 1977 PT. CPI menggunkan sistem Hotline Maintenance yang memungkinkan dilakukan perbaikan pada jaringan-jaringan listrik tanpa memutuskan aliran listrik sehingga produksi tidak terganggu.

7. 8.

Meter Bank dan tempat pengambilan sampling. PT. CPI juga memiliki jaringan Microwave UHF yang menggabungkan keempat distrik di wilayah kerja PT. CPI.

9.

Sistem Telepon dan komunikasi Radio HF/VHF/UHF untuk seluruh kegiatan lapangan .

10.

Komunikasi satelit domestik Palapa, layanan teleteks electronic mail dengan Palapa dan Intelsat.

11.

Jaringan komputer yang terdiri dari PC dengan LAN, yang dimiliki oleh hampir semua kantor yang berada di daerah operasi PT. CPI.

26

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2.5. Sumber Daya Manusia PT. Chevron Pacific Indonesia pada saat ini memiliki sekitar 6200 orang tenaga kerja yang diantaranya 98 % bangsa Indonesia. Bahkan sejak tahun 1966, PT. CPI telah dipimpin oleh warga negara Indonesia. Kini PT. CPI tengah melaksanakan proses alih teknologi dan alih keterampilan, yang pada dasarnya terdiri dari tiga aspek yaitu pelatihan, pertukaran gagasan, dan proses komunikasi antara tenaga kerja Indonesia dengan mitranya bangsa asing. Program pengembangan sumber daya manusia meliputi keahlian dasar, latihan teknik dan program pengembangan manajemen. Kursus keahlian dasar meliputi latihan bahasa Inggris dan untuk program latihan teknik, meliputi latihan kejuruan diadakan di berbagai bidang. Program pengembanagan manajemen dan latihan kursus diadakan untuk karyawan senior. Kesempatan untuk latihan dan pengembangan karir terus disediakan untuk setiap karyawan. Investasi dalam sumber daya manusia merupakan inti dalam filsafat PT. Chevron Pacific Indonesia.

27

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2.6. Visi, Kinerja, Orang, dan Nilai Nilai Dasar. Pada bulan Januari 1992, diadakan saresehan dengan melibatkan semua jajaran manajeman PT. CPI yang bertujuan mematangkan Visi, Misi dan nilainilai yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Visi. Pada jantung falsafah Chevron Texaco terdapat Visi untuk . Menjadi perusahaan energi global yang dihormati berkat dukungan para pekerja, mitra usaha dan kinerjanya (To be the global energy company most admiret for its people, partnership, and peformance). Visi kami berarti : 1. Menyediakan energi dan layanan yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat yang berkualitas. 2. Diakui berkat pekerjanya yang handal serta memiliki komitmen, baik secara perorangan maupun sebagai badan usaha. 3. Berpikir dan bersikap global, dan menghargai dampak positif dari kedua hal tersebut terhadap perusahaan. 4. Menjadi mitra usaha pilihan dengan menjadi teladan dalam menjalin kerja sama yang baik. 5. Memiliki kinerja bertaraf dunia 6. Dihormati oleh mitra kami, dari penanam modal, pelanggan, pemerintah dan masyarakat setempat, sampai para pekerja kami,

28

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

bukan saja karena kesuksesan kami mencapai tujuan, namun juga cara kami menjangkau tujuan tersebut. Kinerja. Terpusat pada azaz 4 + 1 : Sebagai lahan usaha dan anggota masyarakat dunia, kami bertekat memberikan hasil yang terbaik bagi para pemegang saham, pelanggan, mitra usaha, pekerja, dan negara-negara dimana kami berusaha. Agar berhasil, kami memiliki kinerja bertaraf dunia dan melampaui kemampuan para pesaing kami yang paling kuat sekalipun. Titik berat kami terletak pada lima hal penting yang mendorong keberhasilan usaha yang kami sebut sebagai tujuan strategis 4 + 1. Angka 4 dalam 4 + 1 berarti menciptakan kinerja industri yang unggul meliputi 4 bidang penting : 1. Keunggulan dalam Berusaha. Dengan cara yang aman , terpercaya , efisien dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. 2. Penurunan Biaya. Dengan menurunkan tingkat biaya per satuan melalui inovasi dan teknologi. 3. Pengelolaan Modal. Dengan menempatkannya pada jenis dan lahan usaha terbaik dan menjalankan usaha tersebut dengan berhasil (lebih aman, lebih cepat, dengan biaya yang lebih rendah). 4. Pertumbuhan yang Menguntungkan.

29

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Melalui kemimpinan yang mendorong pengembangan lahan usaha baru, baik untuk pasar yang sudah ada, maupun untuk pasar yang memang masih baru.

Orang. Angka 1 di dalam azas 4 + 1 merupakan kemampuan berorganisasi, yang berarti membangun sistem bertaraf dunia dengan

menggabungkan di dalamnya orang , proses, dan budaya untuk mencapai dan mempertahankan kinerja industri yang unggul pada empat bidang penting : 1. Para Pemimpin yang Dinamis, yang membangun nilai, menetapkan visi yang tegas dan bersaing, yang dapat segera dibuahkan hasil. Mereka dengan jelas menerangkan strategi, tanpa menutup

kemungkinan akan adanya perubahan jika diperlukan, membangkitkan citacita pembaharuan, dan membentuk kinerja unggulan. Mereka saling bertanggung jawab satu dengan yang lainnya mengenai hal kinerja serta pertumbuhan. 2. Para Pekerja Terampil, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang handal dan sikap yang baik yang sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan kami serta sanggup memberikan jawaban atas setiap persoalan yang dihadapi pelanggan. Mereka memiliki tekat yang bulat dan mendapatkan dukungan untuk mengembangkan kemampuan pribadi masingmasing. 3. Belajar dan Inovasi, berjalan seiring. Kami belajar dari jagonya, mengadakan pembaharuan, saling berbagi ilmu, dan dengan

30

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

cepat mengalirkan pikiran-pikiran baru ke seluruh penjuru perusahaan demi kepentingan pelanggan. 4. Sikap Menghargai dan Rasa Tanggung Jawab, berarti kami menetapkan harapan-harapan, mengukur dan menilai hasil kerja, dan menganugerahkan penghargaan yang pantas untuk setiap prestasi gemilang. 5. Proses dan Organisasi Bertaraf Dunia, secara bersamaan, keduanya merupakan unsur penting untuk menciptakan kinerja yang unggul. Kami meningkatkan dan segera mengembangkan proses setiap saat diperlukan demi mencapai tujuan-tujuan strategis. Dengan

memberdayakan organisasi serta memberikan kemampuan untuk mengambil keputusan secara mandiri, maka pelaksanaan tugas dan tanggapan terhadap pelanggan akan dapat lebih cepat dilakukan.

Nilai Nilai Dasar. Dasar perusahaan kami berdiri di atas Nilai-nilai yang kami bangun, yang membuat kami berbeda dari yang lainnya . Kami bertindak mengikuti dasar petunjuk tersebut. Dengan cara yang etis dan rasa tanggung jawab sosial yang penuh, kami melaksanakan usaha kami. Kami menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, mendukung hak-hak manusia secara universal, melestarikan lingkungan dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat di mana kami bekerja. Integritas.

31

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Kami bersikap jujur, baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Kami memenuhi ukuran etika tertinggi di dalam setiap pelaksanaan usaha kami. Perkataan kami adalah tindakan kami. Kepercayaan. Kami menaruh kepercayaan, menghormati, dan mendukung satu sama lainnya, dan berupaya keras untuk mendapatkan kepercayaan dari rekan sekerja dan mitra usaha kami. Keragaman. Kami belajar dan menjunjung tinggi budaya dimana kami bekerja,. Kami menghargai dan memperlihatkan rasa hormat terhadap keunikan, keragaman pandangan serta kecakapan masing-masing pribadi. Kami memiliki lingkungan kerja yang membaur dan secara giat memelihara karagaman insan manusia,

menghargai pikiran-pikiran, bakat, dan pengalaman mereka masing-masing. Kemitraan. Kami memiliki tekat yang teguh untuk menjadi mitra usaha yang baik yang menaruh perhatian yang sungguh-sungguhterhadap kerjasama yang produktif, saling membangun, mempercayai dan menguntungkan, baik dengan pemerintah, perusahaan lain, pelanggan-pelanggankami, masyarakat dan sesama rekan sekerja. Kinerja yang Unggul. Kami memiliki tekat untuk tetap unggul dalam setiap apa yang kami lakukan, dan kami berupaya keras untuk memperbaiki diri. Semangat kami tidak

32

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

pernah padam untuk mencapai hasil yang melampaui harapan kami dan juga harapan orang lain. Tanggung Jawab. Kami bertanggung jawab, baik secara perorangan maupun sebagai kelompok untuk setiap apa yang kami kerjakan maupun untuk setiap tindakan yang kami lakukan, dan memang kami diakui karena sikap bertanggung jawab tersebut. Kami siap diperiksa dan siap bertanggung jawab.

Pertumbuhan. Kami menyukai perubahan dan mendukung pembaharuan. Kami berusaha mencari dan mengejar kesempatan-kesempatan emas yang menantang, yang dapat mendorong pertumbuhan, baik bagi orang per orang maupun untuk perusahaan. Perlindungan terhadap Manusia dan Lingkungan. Kami memberikan perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan, baik terhadap manusia maupun lingkungan. Tujuan kami adalah untuk diakui dan dihormati diseluruh dunia sebagai yang terbaik dan menjaga keselamatan kerja , kesehatan, dan lingkungan. Prinsip-prinsip dan harapan-harapan di bawah inilah yang menjadi landasan kami. Kepemimpinan. Berupaya keras untuk menghasilkan kinerja bertaraf dunia dengan sistem yang tahan uji yaitu Manajemen Operasional Terbaik untuk mengelola masalah keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan. Menaksir dan mengelola resiko yang dapat timbul sebagai dampak dari produk yang kami hasilkan dan usaha

33

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

kami yang kami lakukan yang dapat membahayakan pekerja kami, kontraktor, masyarakat umum dan lingkungan. Keselamatan dan Operasi Bebas Kecelakaan. Merancang, membangun, melaksanakan, memelihara, bahkan sampai menarik kembali peralatan dan perlengkapan kami jika diperlukan, demi menghindari luka-luka, penyakit maupun kecelakaan.

Pemberian Saran dan Nasehat. Bekerja dengan memegang teguh etika untuk saling membangun dengan menyediakan keahlian teknis tertentu untuk membahas hukum dan peraturan yang diajukan, juga turut serta mengambil bagian di dalam pembahasan masalahmasalah yang masih hangat dan aktual. Pemberian Jaminan. Menjaga agar kebijaksanaan perusahaan tetap sesuai dengan peraturanperaturan pemerintah. Memastikan bahwa pekerja dan kontraktor mengerti tanggung jawab mereka masing-masing terhadap masalah keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan. Pemeliharaan Sumber Daya Alam. Memelihara sumber daya perusahaan dan sumber daya alam dengan tanpa berhenti berusaha memperbaiki seluruh proses dan mengukur perkembangannya. Penjagaan dan Pemeliharaan Produk.

34

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Bersama dengan seluruh pihak yang terlibat sepanjang masa hidup produk mengelola resiko yang dapat ditimbulkan oleh produk. Menghindari Pencemaran. Secara terus menerus berusaha memperbaiki proses yang kami lakukan untuk memperkecil pencemaran dan pembuangan. Pemindahan Harta. Mengatur dan mengemban kewajiban dan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup sebelum kegiatan jual beli harta dilakukan.

Menjangkau Masyarakat. Menjangkau masyarakat dan melibatkan diri di dalam musyawarah terbuka demi membangun rasa saling percaya. Penanganan Keadaan. Pencegahan lebih diutamakan , namun harus selalu siap untuk

menghadapi setiap keadaan darurat dan memadamkan setiap kejadian kecelakaan dengan cepat dan tepat.

2.7.

Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur Organisasi perusahaan yang dipakai PT. CPI sedikit terlihat unik.

Semula PT. CPI menggunakan struktur organisasi perusahaan yang berlaku di kebanyakan perusaan, yaitu Line and Staff Organization. Tetapi selanjutnya pada era globalisasi sekarang, PT. CPI dituntut untuk menyesuaikan diri agar dapat bersaing dengan kompetitif.

35

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Untuk menjawab tantangan tersebut, manejemen PT. CPI mengadakan restrukturisasi organisasi sehingga mulai tanggal 11 Maret 1995 berubah ke

sistem Strategic Business Unit (SBU) yang bersifat team kerja sesuai proses pekerjaan. Dalam SBU ini dibentuk unit-unit yang terdiri dari tenaga kerja yang memiliki disiplin ilmu dan keahlian tertentu. Dalam unit ini setiap anggota diarahkan pada kerjasama team sebagai suatu kelompok kerja. PT. CPI dipimpin oleh seorang President & Chairm of The Managing Board yang berkedudukan di Jakarta. Dewan direksi lainnya adalah Executive Vice President & Managing Director yang akan membawahi beberapa bagian seperti Senior Vice President Sumatera, Publik Affairs Sumatra, Coorporate services, Coorporate Human Resource, Coorporate QI, Planing Budget and Internal Audit. Dengan Manajeman sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi semakin besar (desentralisasi), sehingga diharapkan effektifitas dan effisiensi perusahan dengan semboyan Our Journey To World Class Company ini semakin tinggi. Hal ini sangat perlu mengingat tingkat persaingan dan biaya produksi yang semakin tinggi, sementara harga minyak dan cadangan minyak bumi semakin menurun dan sulit di eksploitasi. SBU yang terbentuk ada tujuh bagian, empat diantaranya bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelola ladang minyak di Riau ( unit prodiksi), yaitu

36

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1. SBU Duri, merupakan penghasil minyak terbesar PT. CPI, yang memiliki sistem injeksi uap terbesar di dunia. Wilayah operasinya meliputi lapangan minyak Duri dan Kulin. 2. SBU Minas, merupakan daerah lapangan minyak dengan kadar belerang sangat rendah dan dikenal dengan Minas Crude. Minyak jenis ini sangat digemari negara-negara industri yang mengimpor Sumatran Light Crude. Wilayah operasinya meliputi lapangan Minas. 3. SBU Bekasap (yang mengelola ladang bagian utara), dengan wilayah operasinya meliputi area Petani, Bekasap, Bangko dan Balam. 4. SBU Rumbai (yang mengelola ladang bagian selatan), dengan wilayah operasi meliputi area Petapahan, Libo, Zamrud, dan Pedada. Untuk Are Zamrud dan Pedada terhitung mulai Agustus 2002 Explorasinya telah diserahkan kepada Pemda Propinsi Riau yang dikelola oleh PT. Bumi Siak Pusako (PT. BSP). 5. SBU Exploration IT Support (merupakan SBU pendukung yang & TREASURY COUN ang AFFAIRS
SEL PRESIDENT bertanggung jawab terhadap eksplorasi di bagian tengahJAKARTA dan TECH PLAN GEN. lepas pantai barat VICE MANAGER SERVICES & NEW VENTURES VICE PRESIDENT CORP. FINANCE GENE RAL VICE PRESIDENT CORP PUBLIC SR. VICE JAKARTA PRESIDENT DIRECTOR

Sumatra,
PRESIDENT GENERAL AFFAIRS

operasi

pengeboran,

kontrak-kontrak
MANAGI NG DIRECTO R MANAGER PUBLIC AFFAIRS SUMATRA

jasa

bersekala

besar,

VICE VICE PRESIDENT pengembangan teknologi). CORP. HUMAN RESOURCES

6. SBU Support Operation ( bertanggung jawab atas transportasi dan pengisian


SR. VICE minyak, pembangkit tenaga listrik, operasi perbaikan, dan jasa-jasa SUMATR A

MANAGER CORP. QUALITY, PLANNING & BUDGET

MANAGER INTERNAL AUDIT

transportasi angkutan darat dan laut ).


GENERAL VICE VICE EXPLORATION SUPPORT OPERS. OPERS. MINAS SBU

ASST. TO SR. VP VICE

MANAGER PRESIDENT PRESIDENT barang-barang 7. SBU Public AffairsPRESIDENT ( bertanggung jawab atas penggandaan

umum, pembelian tahunan, GENERAL berkala VICE PRESIDENT pengamanan, VICEjasa perjalanan udara dan kesehatan ).
MANAGER TECHNOLOGY & DRILLING OPERS. RUMBAI SBU PRESIDENT OPERS. DURI SBU

OPERS. BEKASAP SBU MANAGE R CORP. SH&E

37

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 2.4. struktur organisasi di PT.CPI Dengan sistem SBU ini, sistem manajemennya memiliki level-level tertentu dengan tiap SBU dipimpin oleh seorang Vice President yang dibantu oleh beberapa manajer. Manajer dibantu beberapa team manajer dan dibawah team manajer terdapat beberapa orang team leader. Pada Tahun 2002 yang lalu PT. CPI kembali merubah struktur

manajemennya menjadi Indonesia Bisnis Unit (IBU) dimana bentuk strukturnya hampir sama dengan sistem SBU dimana perubahan hanya terdapat pada sistem pemegang saham.

2.8.

Fasilitas Perusahaan.

38

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PT. Chevron Pacific Indonesia menyediakan banyak fasilitas untuk kesejahteraan karyawan dan keluarganya. Fasilitas yang disediakan oleh PT. CPI antara lain : Sarana perumahan, baik yang di dalam komplek maupun yang di luar komplek, dengan program Home Ownership Program (HOP). Sarana Pendidikan berupa taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, perpustakaan di setiap distrik dan beasiswa bagi putra-putri karyawan. Sarana Peribadatan seperti Mesjid dan gereja. Sarana Kesehatan atau poliklinik dan rumah sakit (Medical Centre), di setiap distrik. Sarana Olahraga, seperti kolam renang, lapangan sepak bola, lapangan golf, lapangan tennis, lapangan voley, bowling, billiar dan lapangan bulu tangkis. Sarana rekreasi, berupa taman bermain, auditorium, bar/musik, TV kabel, bioskop, sanggar karyawan, sanggar seni dan lain-lain.

2.9.

Perubahan Caltex Pacific Indonesia menjadi Chevron Pacific Indonesia. Pada tahun 2005 terjadi perubahan nama pada PT. Caltex Pacific

Indonesia menjadi PT. Chevron Pacific Indonesia.

39

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB III DEPARTEMEN POWER GENERATION AND TRANSMISSION (PG&T)

3.1. Tinjauan Umum Power Generation And Transmission (PG&T) Untuk menjalankan semua mesin mesin produksi di PT. CPI, baik itu pompa angguk maupun ESP (Electrical Submersible Pump), tentunya membutuhkan energi listrik. Sehingga dapat dipastikan bahwa tenaga listrik merupakan salah satu unsur vital dalam produksi minyak di PT. CPI . Seperti kebanyakan industri lain yang membutuhkan daya listrik yang besar, PT. CPI tidak menggunakan daya listrik yang disediakan PLN untuk memenuhi kebutuhannya. PT. CPI hingga saat ini memiliki departemen khusus yang menangani pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik di PT. CPI.

40

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Hingga tahun 1968, sebagian besar dari kebutuhan listrik PT. CPI diperoleh dari puluhan buah enginator (perpaduan mesin dan generator) yang tersebar disetiap lokasi dengan kapasitas sekitar 60 kW. Pada saat itu system enginator masih dirasakan efesien untuk memasokkan energi listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan pompa di sumur pengeboran. Melihat perkembangan sumur minyak yang menggunakan pompa semakin banyak di lokasi yang berjauhaan, manajemen PT. CPI membuat sebuah sistem tenaga listrik yang lebih handal dibandingkan dengan hanya mengandalkan enginator. Pada tahun 1969, Gubernur Riau saat itu Arifin Ahmad meresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Duri yang terdiri dari 2 unit generator gas Sulzer buatan Swiss dengan kapasitas masing masing 10 MW. Dengan beroperasinya PLTG Duri ini lahirlah sebuah departemen baru di PT. CPI yang dekenal dengan nama Power Generation dan Transmission (PG&T) yaitu sebuah departemen bertugas menyediakan tebaga listrik dan menghasilkan uap melalui pemanfaatan panas dari gas buang turbin untuk mendukung kebutuhan RG SBU. Dari tahun ke tahun jumlah unit turbin gas ini semakin bertambanh seiring dengan meningkatnya kebutuhan daya listrik di PT. CPI. Keseluruhan daya yang dibangkitkan oleh generator-generator disemua titik pusat pembangki mencapai 649 MW. Daya yang dipakai oleh keseluruhan beban saat ini sekitar 440 470 MW. Sedangkan dalam penyaluran daya listriknya, saluran pada PT. CPI terbagi atas : 1. Saluran transmisi 230 kV 2. Saluran transmisi dan interkoneksi 115 kV

41

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3. Saluran sub transmisi 44 kV 4. Saluran Distribusi 13,8 kV dan 4, 16 kV

PINANG 33.2 KM 37.5 KM SO BALAM DURI A11 NORTH DURI


BANGKO
13.5 KM 9.2 KM 35.6 KM

LEGENDS :
DUMAI
= SUBSTATION

= 115 KV LINES

TOTAL =

674 KM

10 KM 34 KM BATANG

COGEN
POWER STATION

= 44 KV LINES

TOTAL =

105 KM

CENTRAL DURI
POWER STATION

= 13.8 KV LINES

TOTAL = 2,300 KM

SINTONG

8 KM

4.5 KM

8 KM

MENGGALA ROKAN

12.2 KM

11.5 KM PEMATANG MAIN 70 KM

= 4160 V LINES

TOTAL =

70 KM

= 230 KV LINE

TOTAL =

128 KM

3.7 KM

4.7 KM

9.1 KM
0.5 KM

= 115 KV LINE ( BUNDLE )

D U R I
POWER STATION

SO. BEKASAP 18.1 KM 1.3 KM BEKASAP

PEMATANG RANGAU 14 KM LIBO 20.4 KM SURAM PETAPAHAN KOTABATAK 27.5 KM

PUNGUT

24 KM 27 KM

PETANI

51 KM

KOTA BATAK JUNCTION

34.6 KM
12.5 KM 12.5 KM

4B 5B
6.5 KM

3D
6.7 KM

24.6 KM

4D
3.1 KM

38 KM

6D
3 KM 5.2 KM

6DN

PUSAKA

PEDADA

MINAS
POWER STATION 5.6 KM

17.3 KM 1.5 KM 1 KM

37.2 KM

30.8 KM

25.5 KM

BUTAN RUMBAI NO. RUMBAI EA. RUMBAI SO. 8C 8D

BERUK ZAMRUD

42

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 3.1 CPI Power System One Line Diagram

Sebagai departemen yang bertanggung jawab menbangkitkan dan mencatu daya listrik di perusahaan ini, departemen PG&T yang bernaung didalam Divisi Support Operation mengemban tugas sebagai berikut : 1. Membangkitakan daya listrik yang cukup dan berkesinambungan secara efesien guna memenuhi pertumbuhan beban di PT. CPI 2. Mencatu daya listrik yang handal dan baku guna memenuhi kebutuhan operasi PT. CPI. 3. Memnafaatkan gas buang panas dari turbin turbin gas di Central Duri secara maksimal untuk menghasilkan uap guna kebutuhan operasi Duri Steam Flood. 4. Mempertahanakan keselamatan kerja yang tinggi.

3.2. Struktur Organisasi PG&T Dalam struktur organisasi Perusahaan, PG&T termasuk salah satu departemen yang bernaung dibawah Support Operation SBU. Sejalan dengan misi yang digariskan, PG&T memiliki misi sebagai berikut : Menyediakan tenaga listrik dan manghasilkan uap melalui pemanfaatan panas dari gas buang turbin untuk mendukung kebutuhan RG&SBU den

43

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

lainnya dengan menjunjung tinggi kepetingan pelanggan, pengendalian mutu terpadu serta keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja. Dalam menjalankan pengoperasian sehari hari, PG&T memiliki sub sub bagian yaitu : 1. Administrator 2. Business & Engineering Support (B&ES) 3. Transmission & Distribution Operation (T&DO) 4. Power & Steam Generation (P&SG) 5. HES Specialist

Susunan selengkapnya struktur organisasi PG&T dapat dilihat pada bagan berikut :

44

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PG&T

3.2.1. Administrator Tim administrator adalah tim yang menangani masalah masalah administrasi departemen, hubungan inter atau antar departemen atau dengan partner.

3.2.2. Business & Engineering Support (B&ES) Tim Business & Engineering bertugas mengkoordinasikan segala hal yang berkaitan dengan pegembangan dan perencanaan, contohnya adalah estimasi jumlah beban sepuluh tahun yang akan datang, sehingga dapat dilakukan antisipasi dengan membangun Power Plant tambahan untuk mengimbangi meningkatnya beban. Disamping itu B&ES juga menghitung biaya- biaya yang dikelurkan untuk kegiatan operasional PG&T dan mengusahakan agar mencapai taraf optimal. Tanggung jawab dari B&ES antara lain : a. Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan dari PG&T b. Melakukan kegiatan penelitian untuk menghasilkan rancagan estimasi pertumbuhan beban dengan menggunakan parameter yang ada, misalnya pertumbuhan sumur minyak, bertambahnya mesin pompa produksi dan sebagainnya.

45

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

c. Bertanggung jawab atas pengembangan proyek untuk mengimbangi pertumbuhan beban, misalnya perluasan jaringan transmisi dan

pembanguna PLTG baru. d. Penelitian dan perhitungan terhadap biaya yang dikeluarkan untuk membangkitkan listrik per KWH dan biaya operasional lainnya.

Tim B&ES ini dikepalai oleh seorang Manager. B&ES sendiri terdiri atas beberapa unit kerja yaitu Planinng and Budget, Design and Construction, IT and Support System, Safety Health and Environment dan Quality Improment. Tim ini juga membawahi pengoperasian SCADA.

3.2.3. Transmission & Distribution Operation Transmission dan Distribution Operation (T&DO) merupakan salah satu team di PG&T yang bertanggung jawab dalam pengiriman dan pendistribusian tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit pembangkit ke beban, seperti pompapompa di sumur-sumur minyak, mesin-mesin industri penyangga, penerangan jalan dan sebagainnya. Selain itu, T&DO juga mempunyai tugas lain, yaitu memelihara dan memperbaiki jaringan transmisi dan distribusi di PT. CPI. Dalam rangka menjalankan tugasnya tim ini dibagi lagi beberapa unit, yaitu : a. Power Line Maintenance

46

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Bertugas memeriksa jaringan transmisi dan distribusi, mengirimkan informasi jika terjadi kerusakan pada jaringan yang dapat menimbulkan gangguan, untuk diperbaiki dengan melakukan patroli jaringan (line patrol). Aktivitas berikutnya adalah memelihara dan memperbaiki jaringan transmisi dan distridusi. Selain itu, Line Maintenance juga bertugas melaksanakan commissioning untuk instalasi yang baru dan

menghubungkannya dengan jaringan yang sudah beroperasi. Dalam melakukan tugas perbaikan tersebut, harus diperhitungkan dampak kehilangan produksi dari sumusr-sumur produksi. Jika pekerjaan perbaikan tersebut dianggap menggangu produksi minyak, maka akan dilakukan dalam keaddaan bertegangan (PDKB) atau Hot Line Work, yaitu pekerjaan pada jaringan yang tetap mengalirkan tenaga listrik ke beban.

b. Substation and Control System Kegiatan yang dilakukan adalah memasang, memelihara dan memperbaiki seluruh peraltana yang terpasang pada sub-station, seperti circuit breaker, switchgear, trafo, rele-rele dan lain sebagainnya. c. Distribution Transformer Team Merupakan suatu team yang menangani semua masalah trafo distribusi yang ada dalam daerah operasionalnya. Team ini menangani mulai dari pemasangan trafo, penggantian trafo, pemeliharaan trafo hingga perbaikan trafo dan pemurnian minyak trafo (reclaiming).

47

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pemasangan trafo dilakukan apabila akan dibangun suatu sumur minyak ataupun pemukiman yang baru. Kapasitas trafo yang akan dipasang disesuaikan dengan kebutuhan beban bersangkutan yang telah diperkirakan. Tidak jarang suatu sumur minyak ataupun pemukiman setelah beberapa waktu akan bertambah jumlahnya sehingga trafo terpasang tidak lagi sesuai dengan beban yang ada. Saat kejadian ini terjadi, dilakukan penggantian trafo. Artinya, trafo lama yang sudah tidak sesuai dengan beban diganti dengan trafo baru yang diperkirakan sesuai dengan beban yang ada untuk beberapa kurun waktu kedepan. Pemeliharaan trafo dilakukan secara berkala (scheduled) untuk menjaga kualitas trafo terpasang. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain mengganti minyak trafo yang sudah kotor, melakukan tes tahanan isolasi trafo dan tes rasio lilitan trafo. Apabila karena adanya suatu gangguan yang mengakibatkan trafo rusak, akan dilakukan perbaikan trafo. Perbaikan trafo ini meliputi rewinding kumparan trafo dan perbaikan isolasi lilitan serta perbaikan rasio lilitan trafo. Apabila kerusakan terjadi pada inti trafo maka trafo tidak akan diperbaiki melainkan akan diganti dengan yang baru karena akan lebih efisien. Proses perbaikan treafo ini dilakukan di repair shop. PT CPI memiliki suatu alat reclaiming oil transformer yang sangat jarang dijumpai di Indonesia. Alat ini memurnikan minyak trafo yang sudah dipakai (bekas/kotor) sehingga dapat dipergunakan kembali layaknya minyak trafo yang baru. Dengan menggunakan alat ini, PT CPI

48

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

tidak lagi pernah mengeluarkan biaya untuk pembelia n minyak trafo yang baru, karena minyak trafo dapat dimurnikan terus-menerus tanpa berkurang kualitasnya. Dalam pemurnian ini digunakan tanah liat ( clay) sebagai filter dan zat kimia aditif untuk menjaga kualitas minyak trafo. d. Power System Engineering (PSE) Kegiatan unit rekayasa system ini antara lain menganalisa segala gangguan yang mungkin terjadi diareanya masing-masing dan mengusahakan perlindungan secara maksimal. Secara keseluruahan tugas PSE adalah : 1. Bertanggung jawab terhadap lancarnya aliran energi listrik 2. menentukan setting rele dari suatu jaringan 3. menganalisa gangguan dan memberikan solusi terbaik 4. merancang suatu system tenaga listrik dengan tingkat kestabilan yang bias diandalkan. Karena wilayah kerja yang harus ditangani oleh T&DO sangat luas, tim ini dibagi berdasarkan daerah operasinya. Tiap-tiap wilayah dipimpin oleh seoarang Team Manager. Ada Tiga unit T&DO dalam departemen ini yaitu : 1. T&DO Bekasap meliputi daerah Bekasap/Petani, Libo, Bangko/Balam, distrik Duri Housing dan sekitarnya. 2. T&DO Duri meliputi Duri Field, Kulim, Kelok-Tilan, Batang-Rantau Bais, distrik Dumai dan sekitarnya. 3. T&DO Minas meliputi distrik Minas, Minas Field, Rumbai dan sekitarnya.

49

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 3.3 Struktur Organisasi T&D Operation II Duri 3.2.4. Power & Steam Generation (P&SG) Tim Power & Steam Generation (P&SG) dalah tim yang memiliki tugas utama menangani pembangkitan tenaga listrik dan uap untuk keperluan PT. Chevron Pacific Indonesia. Disamping itu, P&SG juga bertanggung jawab untuk memelihara dan mengoperasikan system pembangkit Gas turbin yang ada pada 4 PLTG. Tim P&SG ini dikepalai oleh seorang Manager. P&SG juga memiliki tim tim yang menangani tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh P&SG. Tim tim dibawah koordinasi P&SG adalah : 1. Tim Central Duri Power Plant dan Minas Power Plant

50

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

a. Mengendalikan operasi power plant, meliputi starting dan mematikan generator serta gas turbin. b. Menjaga kelangsungan ketersediaan energi listrik c. Menjaga mutu energi listrik yang dihasilkan

2. Tim Power Sistem Management, memiliki tugas : a. menyusun schedule pembangkitan dan penyaluran energi listrik, modifikasi dan rekayasa masalah yang menyangkut operasi SCADA dan lain lain b. menangani pembelian Spare part dan komponen yang dibutuhkan c. perencanaan ke depan dan koordinasi dengan bagian lain.

3. Tim Condition Monitoring memiliki tugas : a. mengadakan inpeksi peralatan system pembangkit dan system control. b. Pengetesan system control c. Mengajukan rekomendasi untuk perbaikan ke bidang Gas Turbine Maintenance. Selain menangani masalah pembangkitan listrik, P&SG juga menangani pemanfaatan gas buang turbin. Saat ini pemanfaatan gas buang terdapat di Central Duri Gas Turbine dan North Duri Gas Turbine. Panas dari gas buang ini dimanfaatkan untuk membuat uap. Uap dihasilkan dari pemanasan air dalam

51

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

boiler atau ketel. Hal in dilakukan untuk mengurangi biaya penggunaan minyak mentah guna menghasilkan uap. System ini dinamakan Waste Heat Recovery Steam Generator (WHRSG). Tiga dari sepuluh unit WHRSG menggunakan panas gas buang dari PLTG. Uap ini dimanfaatkan oleh bagian Production untuk proyek injeksi uap duri atau Duri Steam Flood (DSF) dimana dengan adannya injeksi uap ini, minyak yang berada dilapangan duri mudah diangkat oleh pompa, sehingga kerja pompa menjadi lebih ringan.

3.2.5. Gas Turbine Repair Shop Tim Gas Turbine Repair Shop merupakan tim yang bertugas : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengadakan pemeriksaan terhadap gas turbin Mengganti dan memperbaiki bagian gas turbin yang rusak Melakukan pengetesan system control dan perbaikan seperlunya Menangani pembelian Spare Part yang dibutuhkan Melakukan perencanaan kedepan Menyusun jadwal perbaikan, modifikasi dan pemecahan masalah rekayasa.

52

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB IV SISTEM KELISTRIKAN PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

4.1.

Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik Sistem pembangkitan yang umum digunakan sekarang ini adalah generator

yang digerakkan oleh turbin. Turbin ini digerakkan oleh energi dari luar, misalnya air, gas, uap, panas bumi, nuklir, dan lain-lain. Karena itu kita mengenal adanya PLTA, PLTU, PLTG, PLTN, dan lain-lain. Pemilihan sumber penggerak turbin ini tergantung pada banyak hal, sebagai contoh pembangkit listrik tenaga air,

53

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

dimana PLTA memakan biaya operasi yang sangat rendah karena tidak membutuhkan bahan bakar, namun biaya investasinya besar karena harus membangun bendungan. Kerugian lainnya adalah banyak daerah yang harus ditenggelamkan untuk membuat sebuah bendungan. Hal-hal yang mendorong PT. CPI menggunakan sistem pembangkitan Gas Turbin adalah tersedianya gas alam dalam jumlah memadai yang didapatkan dari hasil sampingan lapangan minyak Chevron, selain itu juga didorong oleh adanya keunggulan lainnya dari turbin gas yang dapat segera dioperasikan dengan waktu start kurang dari 15 menit, dibandingkan dengan turbin uap yang membutuhkan waktu berjam-jam karena harus memasak air dalam boiler terlebih dahulu.

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) adalah suatu instalasi mekanik dan elektrik dimana gas sebagai hasil produk pembakaran diekpansikan kedalam turbin sebagai penggerak mula (prime mover) generator yang akan menghasilkan listrik. Turbin gas adalah mesin penggerak yan merubah energi bahan bakar menjadi energi mekanis dengan jalan memanaskan aliran udara bertekanan tinggi dan diekspansi menuju nozzle dan memutar roda roda turbin. Pada turbin ada bagian yang berputar yaitu rotor atau roda turbin, dan bagian yang tidak berputar disebut stator atau rumah turbin. Roda turbin memutar poros daya yang

54

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

mrnggerakkan atau memutar poros daya untuk memutar bebannya seperti generator listrik, pompa, kompresor dan lain-lain. Pada dasarnya pembangkit listrik tenaga gas terdiri dari starting motor, Compressor, Combustion Chamber, Turbin, dan Generator. Dalam gambar dibawah ini terlihat bagian-bagian turbin gas. a. Starting Motor Starting motor atau diesel engine digunakan untuk memberikan putaran pertama pada turbin. Pada saat pertama kali turbin dihidupkan dari posisi diam, belum terjadi pembakaran di Combustion Chamber. Starting Motor atau diesel engine dihubungkan ke shaft turbin melalui starting cluth dan gear box untuk menghasilkan momen putar dan kecepatan yang dibutuhkan oleh turbin pada saat start. Starting motor atau diesel engine hanya bekerja sampai turbin berputar 20% dari putaran nominalnya. Lalu starting cluth akan terlepas dan starting motor atau diesel engine akan dimatikan melalui sistem kontrol. b. Compressor Compressor yang digunakan pada turbin merupakan axial flow compressor yang menghasilkan aliran udara tegak lurus dengan arah putarnya. Compressor tersebut berada pada shaft yang sama dengan turbin sehingga saat operasi, compressor tersebut merupakan beban bagi turbin. Fungsi dari aliran udara yang dihasilkan kompresor ini adalah sebagai berikut : Dicampur dengan bahan bakar untuk pembakaran di Combustion Chamber. Pendinginan turbin bucket, fuel nozzel dan komponen-komponen lain yang memerlukan.

55

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sebagai shield pada persambungan-persambungan pipa penyalur minyak pelumas.

c. Combustion Chamber Combustion Chamber (ruang pembakaran) merupakan tempat terjadinya pembakaran yang menghasilkan energi panas dan energi kinetik untuk memutar turbin. Didalam Combustion Chamber ini, bahan bakar yang disemprotkan melalui fuel nozzel akan dibakar. Jenis bahan bakar yang digunakan adalah gas, solar, atau minyak mentah. Bahan bakar gas alam (natural gas) dipakai untuk operasi normal, hal ini disebabkan gas alam ditambang sendiri oleh perusahaan dan bahan bakar gas alam tersebut lebih baik hasil pembakarannya dan tidak banyak menghasilkan sisa-sisa hasil pembakaran (kotoran) diruang bakar. Bahan bakar minyak mentah banyak mengandung unsur kimia lain yang dapat merusak lapisan dari permukaan turbin dan hasil pembakarannya tidak sebersih gas alam. Bahan bakar minyak solar dipakai untuk pembersih dan tidak berlangsung lama karena tidak efesien dan banyak memakan biaya. Maka, dalam hal ini PT.CPI menggunakan gas sebagi bahan bakar utama. Turbin gas yang ada di PT. CPI umumnya memiliki 10-13 combustion Chamber yang disusun secara konsentris disekitar turbin. Dalam ruang bakar ini, udara yang bertekanan tinggi dari kompresor dicampurkan dengan gas alam yang disemprotkan kedalam ruang bakar melalui fuel nozzel (alat penyemprot), lalu diberi spark flug (pengapian awal), sehingga terjadi proses pembakaran. Suhu yang dicapai dalam pembakaran ini lebih kurang

56

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

16000 F, sehingga gas pembakaran yang panas itu perlu didinginkan agar tidak merusak sudu-sudu dari turbin gas. Pendinginan ini dilakukan dengan memberikan tambahan (excess air) yang dialirkan melalui celah samping tabung bakar. Dalam proses pembakaran, jumlah bahan bakar yang dimasukkan kedalam ruang bakar diatur sesui dengan putaran turbin yang diinginkan,biasanya 5100 rpm. Pengaturan bahan bakar dilakukan unutk mendeteksi adanya pembakaran pada combustion chamber. Sebagai sensornya digunakan IC LG1092 yang peka terhadap ultra violet dan sebagai penguat digunakan amplifier EG1033AA01.

d. Turbin Turbin adalah mesin penggerak, dimana energi fluida kerja dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Air, uap air, dan gas dapat dipergunakan sebagai fluida kerja turbin. Maka turbin diberi nama sesuai dengan jenis fluida kerjanya. Jadi turbin gas adalah turbin dengan gas sebagai fluida kerjanya. Bahan bakar gas turbin adalah gas alam sebagai bahan bakar utama, dan minyak solar atau minyak mentah sebagai bahan bakar cadangan seandainya kebutuhan bahan bakar gas tidak mencukupi. Bahan bakar gas alam didapat dari lokasi Libo dan Bekasap serta dari PGN (Perusahan Gas Negara). Prinsip kerja Gas turbine Prinsip sederhana dari cara kerja gas turbin ada 4 (empat) proses yaitu:

Proses kompresi

57

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Udara dikompresi pada multi stage compressor yang berada pada poros turbin tersebut.

Proses pembakaran Tekanan dan temperatur udara yang dikompresi meningkat naik, kemudian dialirkan ke ruang bakar. Di sini bahan bakar diinjeksikan sehingga terjadi proses pembakaran. Pada proses start-up, gas turbin menggunakan ignition flame/sparkplug sebagai pembakaran awal

Proses ekspansi Energi panas hasil pembakaran dialirkan melewati celah yang terdapat pada nozzle sehingga aliran panas bertekanan tersebut berubah menjadi kecepatan (velocity).

Proses pembuangan Aliran yang keluar dari nozzle dengan sudut tertentu diarahkan ke sudu-sudu yang terpasang pada bagian poros turbin secara melingkar sehingga poros turbin berputar. Putaran ini diteruskan untuk memutar poros generator.

GAS TURBINE SET GE FRAME 5 MODEL 5361

58 Gambar 4.1 System Co-Generator

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Jenis Gas turbin Jenis gas turbin yang dipakai di CPI: Sulzer Adalah unit yang paling tua di CPI. Kapasitas unit ini adalah 10 MW. Ada 2 unit yang berada di Duri Power Plant. Kedua unit ini sekarang sudah tidak beroperasi lagi karena faktor usia dan suku cadangnya sudah tidak tersedia lagi. GE MS 5001-LA Unit ini berkapasitas 14.5 MW dan CPI mempunyai 8 unit (5 unit di Minas dan 3 unit di Duri). Ketiga unit di Duri saat ini tidak dioperasikan lagi. GE MS 5001-P/ PA Kapasitas dari jenis ini adalah 21 MW. Populasi unit ini berjumlah 10 unit (3 unit di Minas Power Plant, 2 unit di Duri Power Plant (1 unit sudah tidak dioperasikan lagi) dan 5 unit berada di Central Duri Power Plant). GE MS 6001 B

59

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Adalah jenis turbin yang terbaru di CPI dengan kapasitas 33 MW, berjumlah 3 unit dan semuanya berada di Minas Power Plant Westinghouse W 501 D5A Adalah gas turbin yang dioperasikan oleh MCTN dengan kapasitas 100 MW dan berjumlah 3 unit.

Turbin yang digunakan PT. CPI memiliki dua whell. Whell merupakan suatu poros yang diberi sudu-sudu disekelilingnya. Gas bertekanan yang merupakan hasil pembakaran akan mendorong sudu-sudu tersebut hingga turbin berputar. Sistem kontrol turbin akan mempertahankan putaran turbin berkisar sekitar 5100 rpm

e. Generator Generator adalah sejenis peralatan yang berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik. Generator tersebut membutuhkan penggerak mula, biasanya disebut dengan prime mover, seperti mesin diesel, turbin uap, turbin gas, mesin hidro, dan lain sebagainya. PT. CPI menggunakan turbin gas sebagai penggerak mulanya karena perusahaan ini juga menghasilkan gas bumi. Kapasitas dari turbin gas adalah 8 MW sampai 33 MW. Dalam menunjang produksinya PT. CPI menggunakan sistem pembangkit sendiri dengan jaringan tenaga listrik 60 Hz, sesuai sistem Amerika, yang sudah terinterkoneksi diseluruh wilayah opersi yang meliputi Rumbai, Minas, Duri, dan Dumai.

60 Gambar 4.2 Gas Turbine

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pada saat ini, kebutuhan tenaga listrik PT. CPI disuplai oleh empat unit power plant, yaitu : 1. Minas gas Turbin (MGT) dengan total daya 232 MW. Terdiri dari 11 gas turbin, dengan kapasitas masing-masing : GT 1-5 @ 14 MW GT 6-8 @ 21 MW GT 9-11 @ 33 MW

2. Central Duri gas Turbin (CGT) dengan total daya 105 MW. Terdiri dari 5 gas turbin, dengan kapasitas masing-masing @ 21 MW. 3. Duri Gas Turbin (DGT) dengan total daya 21 MW. 4. North Duri dengan total daya 300 MW. Terdiri dari 3 gas turbin, dengan daya masing-masing @100 MW.

61

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Keseluruhan daya yang dibangkitkan oleh generator-generator di tiga pusat pembangkit itu mencapai 658 MW. Daya yang dipakai keseluruhan beban saat ini sekitar 470 MW. \

Gambar 4.3 Duri Power Plant

f. Waste Heat Recovery Steam Generator (WHRSG) Sistem WRHSG ini memanfaatkan kembali gas buang dari turbin di central Duri Power Plant sebagi pemanas boiler untuk membentuk uap. Air yang dimasukkan kedalam Generator feed waterc (GFW) dipompakan ke unit WHRSG. Mula-mula air akan memasuki economizer sebagai pemanas awal untuk

mempermudah terjadinya uap. Setelah melalui economizer, air akan dibagi empat melalui pompa untuk mengatur volume air yang masik kedalam evaporator, sehinnga menghasilkan kualitas uap yang terjadi dapat lebih sempurna. Selanjutnya pada evaporator akan disemprotkan panas buang dari turbin, sehingga air dalam evaporator akan menjadi uap. Suhu panas buang dari turbin itu rat-rata 935 F, sedangkan panas yang keluar dari economizer sekitar 300 f. Setelah

62

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

melalui evaporator, uap akan melalui katup pendistribusian, dengan kadar uap yang dihasilkan tidak kurang dari 40%. Uap yang dihasilkan tersebut disalurkan ke proyek injeksi uap di Duri. Proyek Duri Steam Flopod (DSF) tersebut memiliki Steam Generator sendiri. Uap dari WHRSG ini hanya menyuplai sedikit dari kebutuhan uap di DSF. Dengan adanya WHRSG ini, PT. CPI telah melakukan penghematan. Unit WHRSG ini memanfaatkan panas buang turbin sebagai pembakar air. Sebagai perbandingan, satu barel uap yang dihasilkan boiler yang memakai minyak mentah setara dengan 0,0573 barel minyak mentah, sedangkan produksi uap oleh WHRSG adalah 42 barel per unit per jam.

4.2. Sistem Transmisi Dan Distribusi Tenaga Listrik. Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation (gardu induk). Pada operasi PG&T, ada 3 jenis tegangan sistem transmisi, yaitu : 230 KV, 115 KV dan 44 KV.

63

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 4.4 Saluran transmisi 230 kV


115 kV 44 kV

Gambar 4.5 Saluran transmisi 115 kV dan 44 kV Sistem transmisi menyalurkan energi listrik dari pembangkit ke pusat beban, karena daya yang dialirkan besar, maka tegangan yang digunakan adalah tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi tegangan pada saluran. Dari pusat pembangkit yang biasanya melalui gardu induk, energi listrik disalurkan ke konsumen dengan menggunakan sistem distribusi listrik. Jaringan distribusi menggunakan tegangan rendah sehingga sampai di rumah konsumen dengan besar

64

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

tegangan 110 atau 220 volt. Untuk beban yang berupa motor atau mesin-mesin industri, tegangan yang digunakan biasanya lebih besar dari tegangan untuk perumahan dengan besar tegangan yang diingini adalah 13.8 kV.

4.2.1

SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) Mengingat banyaknya kebutuhan akan tenaga listrik dan untuk menunjang

hasil produksi minyak maka saat sekarang ini PT.CPI Co-Generation North Duri sebagai sumber energi listrik yang terbesar yang dimiliki oleh PT. CPI yang mempunyai Kapasitas kurang lebih 300 MVA sehingga diharapkan untuk lima tahun kedepan PT.CPI tidak akan kekurangan energi listrik. Co-genetration North duri ini dibangun dengan biaya yang sangat mahal karena dilengkapi oleh beberapa fasilitas yang serba otomatis diantaranya relay proteksi yang di gunakan sudah menggunakan sistim digital. Tegangan yang dibangkitkan oleh Turbin Gas Generator adalah 13,8 kV kemudian dinaikkan tegangannya oleh Transformator step-up menjadi 230 kV dari tegangan 230 kV ini kemudian dibagi lagi oleh substation dengan Variasi tegangan yaitu ada yang diturunkan kembali ke 13,8 kV kemudian masuk ke Feeder, ada yang diturunkan menjadi 115 kV kemudian interkoneksi dengan seluruh jaringan transmisi. Jaringan transmisi 230 kV, sistim ini mempergunakan tiang berupa tower (menara) hal ini dikarenakan tegangan yang transmisikan sangat tinggi sehingga perlu keamaan agar tidak mudah mengalami gangguan dari alam misalnya gangguan binatang dan pepohonan yang tinggi.

65

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.2.2

SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) Saluran udara tegangan tinggi yang di gunakan PT.CPI adalah tegangan

115 KV. Yang dipakai untuk menyalurkan Energi listrik dari pusat pembangkit atau pusat interkoneksi ke pusat beban yang jauh sekali dari pusat pembangkit . Tujuannya menaikkan tegangan adalah apabila tegangan dinaikkan maka secara otomatis arusnya akan menjadi kecil, sedangkan apabila arusnya menjadi kecil maka rugi-rugi daya pada saluran transmisi akan semakin kecil berdasaakan rumus Hukum kirchoff adalah VA = I2 * Cos . Kemudian keuntungan yang lain adalah apabila arusnya il maka penghantar yang digunakan kecil pula.

4.3 4.3.1

Peralatan Transmisi dan Distribusi Substasion (Gardu Induk) Substation dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan yang diperlukan sesuai

dengan tujuannya dan mempunyai fasilitas untuk operasi dan pemeliharaannya yakni Generator, peralatan penghubung, panel hubung dan trafo ukur, alat pelindung serta peralatan lainnya. Substation adalah unit yang berfungsi untuk : 1. Mengubah besar tegangan. 2. Mengatur tegangan untuk mengimbangi voltage drop sistem. 3. Mengatur kuantitas aliran daya listrik pada jaringan transmisi dan distribusi. 4. Menghubungkan generator ke jaringan transmisi dan distribusi. 5. Melakukan interkoneksi antar jaringan. 6. Menghubungkan sinyal komunikasi ke jaringan transmisi.

66

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.3.2

Transformator Daya. Transformator adalah peralatan yang digunakan untuk menaikkan atau

menurunkan tegangan pada frekuensi yang tetap. Power Transformer Power transformer atau trafo daya adalah transformatorr yang digunakan untuk mengubah besar tegangan pada jaringan transmisi 230 kV, 115 kV atau 44 kV menjadi 13.8 kV ataupun sebaliknya. Ada dua jenis power transformer, yaitu:
a.

Step-up transformer, berfungsi untuk menaikkan tegangan. Biasanya terdapat di power plant atau sistem pembangkitan.

b.

Step-down transformer, berfungsi untuk menurunkan tegangan. Biasanya terdapat di substation atau gardu induk.

Penaik tegangan untuk saluran transmisi dimaksudkan untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir, dimana dengan arus rendah, rugi-rugi panas (heat loss) menjadi berkurang, sehingga dapat menambah umur penghantar. Selain itu dengan arus yang kecil dapat digunakan kabel yang berdiameter kecil yang lebih murah harganya.

Gambar 4.6 Transformer 67

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.3.3

Voltage Regulator. Voltage regulator digunakan untuk menjaga tegangan agar tetap stabil

sesuai tingkat tegangan yang ditentukan. Daya yang disalurkan dari pusat pembangkit dapat mengalami penurunan tegangan akibat rugi-rugi yang dihasilkan sepanjang kawat penghantar pada transmisi atau distribusi. Dapat pula mengalami kenaikkan tegangan akibat lepasnyan beban. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan atau pada benda lain. Pada PT. CPI load tap changer pada trafo daya berfungsi sebagai voltage regulator, biasanya dipasang pada jaringan 13,8 kV. Voltage regulator dipasang ditengah jaringan distribusi untuk mengkompensasi perubahan yang terjadi.

Gambar 4.7 13.8 kV voltage regulator

68

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.3.4

Capacitor Bank. Capacitor Bank digunakan untuk mengurangi rugi daya dan jatuh tegangan

pada jaringan sehingga dapat memperbaiki power daya secara keseluruhan. Penurunan power faktor juga disebabkan oleh beban dilokasi produksi yang umumnya bersifat induktif. Pemasangan capasitor bank pada jaringan distribusi adalah dalam hubungan paralel terhadap fasa dengan bantuan disconnecting switch yang dapat ditutup dan dibuka secara manual. Capasitor Bank dipasang pada jaringan distribusi yang bertegangan 13,8 kV.

Gambar 4.8 Capasitor Bank

4.3.5

Isolator. Merupakan alat yang berfungsi untuk mengisolasi bagian-bagian dari

instalasi listrik yang bertegangan terhadap tiang maupun terhadap tanah. Isolator di PT. CPI, umumnya menggunakan jenis pasak dan jenis gantung yang terbuat dari porselen dengan tipe ball & socket.

69

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Empat jenis isolator yang digunakan adalah : 1. Isolator gantung, digunakan untuk transmisi tegangan 115 dan 44 kV. 2. Isolator pasak, digunakan untuk transmisi tegangan rendah. 3. Isolator tarik , digunakan untuk transmisi tegangan 115 dan 44 kV. 4. Isolator long rod, digunakan untuk daerah berdebu.

4.3.6

Busbar Digunakan sebagai terminal tempat pengambilan sumber listrik. Semua

peralatan pada gardu induk dihubungkan ke bus dan berada disekelilingnya. Sistem bus di PT. CPI menggunakan kombinasi dari sistem single bus, ring bus, dan satu setengah breaker. Single bus digunakan karena memerlukan sedikit peralatan dan ruang. Sistem ring bus digunakan bila ada dua sumber mensuplai, kelebihan sistim ini adalah secara langsung mengisolir gangguan jika gangguan terjadi pada salah satu sumber. Pada keadaan normal semua breaker pada ring bus berada dalam keadaan tertutup, bila terdapat gangguan pada sumber 1, breaker A dan D terbuka untuk mengisolir gangguan, sementara sumber 2 mensuplai beban. Gangguan dibagian manapun dalam sistem akan menyebabkan dua breaker terbuka, untuk mengisolir gangguan.

70

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SUMBER 1 A

SUMBER 2

SISTEM RING BUS

Gambar 4.9. Sistem Ring Bus Sistem satu setengah breaker memiliki satu setengah breaker untuk setiap sumber yang terhubung pada bus. Dalam keadaan normal semua breaker tertutup. Susunan ini mempunyai faktor pengamanan yang tinggi, karena bila suatu lokasi mengalami gangguan, tidak akan mempengaruhi bagian lain yang sedang beroperasi.
LINE 1 LINE 2

SISTEM SATU SETENGAH BREAKER

Gambar 4.10. Sistem Satu Setengah Breaker

71

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.3.7

Tiang Penghantar Dengan digunakannya saluran transmisi udara (Overhead line) maka di

perlukan tiang-tiang untuk menjaga kawat penghantar dengan konstruksi dan kekuatan mekanik yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Beberapa tipe tiang pendukung digunakan PT.CPI adalah: 1. Tipe A (tangen pole) Dengan diameter tiang 8 untuk keadaan susut belokan antara 0-5 derajat pada jaringan 13.8 kV. 2. Type B (Small angle pole) Dengan diameter tiang 8 dilengkapi guy wire untuk keadaan sudut belokan berkisar 6-30 derajat untuk jaringan 13.8 kV 3. Type C (Large angle pole) Dengan diameter tiang 12 dilengkapi guy wire untuk sudut belokan sekitar 30-90 derajat pada jaringan 13.8 dan 115 kV 4. Type D (dead and pole) Dengan diameter tiang 12 dilengkapi dengan guy wire untuk ujung atau ahir dari jaringan 13.8kV 5. Type I ( I Pole) Dengan diameter yang disesuaikan untuk digunakan berbagai fungsi pada tegangan 38.5 KV sampai 115 kV. Guy wire kawat yang berfungsi untuk penahan agar seimbang karena tarikan mekanis satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.

72

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Jarak antara tiang bergantung dari besarnya tegangan dan kondisi medan yang dilalui jaringan tersebut dengan standar PT.CPI 4.3.8 100 m - 150 m untuk jaringan 13,8 kV 175 m - 200 m untuk jaringan 44 kV

kurang lebih 400 m untuk jaringan 115 kV kurang lebih 500 m untuk jaringan 230 kV Konduktor Kawat penghantar yang digunakan untuk transmisi udara (over head line)

pada PT.CPI adalah jenis kawat ACSR (Aluminium Conductor Steel reinforced) yang merupakan campuran aluminium dan baja dengan kawat telanjang (tanpa isolasi) padat berbentuk lilitan mengelilingi kawat baja sebagai intinya. Penggunaan jenis kawat ACSR ini mempunyai beberapa keuntungan

dibandingkan dengan kawat tembaga antara lain : 1. Pada resistansi yang sama diameter penghantar lebih besar sehingga memperkecil efek korona 2. Keuntungan (mechanical strength) lebih tinggi. 3. Bahan lebih ringan. 4. Harganya lebih murah.

73

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.4. Hotline Work Hotline work adalah metode kerja perbaikan atau penyambung jaringan tegangan tinggi tanpa mematikan aliran. Hotline work dilakukan dengan tujuan : Untuk menghindari kehilangan produksi minyak mentah apabila ada

perbaikan dan penyambungan sistim tenaga listrik. Menghindari terhentinya seluruh kegiatan di kantor-kantor, perumahan dan semua fasilitas yang ada. Dengan dikeluarkannya izin melakukan hotline work oleh migas kepada PT.CPI maka pemutusan arus listrik untuk keperluan perawatan jaringan

transmisi dan distribusi tegangan tinggi beserta peralatan dapat dikurangi atau dihindarai sama sekali. Disamping itu teknologi ini juga sangat berguna untuk penekanan biaya suatu proyek pengembangan fasilitas listrik.

4.5 Supervisory Control & Data Acquisition (SCADA) Sistem SCADA ini adalah sebuah sistem pengawasan jaringan listrik pada remote area dan pengambilan data-data parameter jaringan yang terpusat, untuk memudahkan kontrol. Daerah instalasi jaringan listrik yang luas memerlukan suatu kontrol atau koordinasi yang baik agar semua peralatan yang terdapat dalam sistem dapat bekerja secara simultan dan memuaskan. Sistem kontrol ini diperlukan agar kinerja sistem dapat dipantau dari jarak jauh dan dapat mengisolir gangguan dari jarak jauh pula. PT. CPI dalam usahanya menjaga kehandalan sistem tenaga listrik, menggunakan suatu sistem kontrol yang disebut dengan SCADA, Dimana

74

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SCADA ini dapat memantau dan mengendalikan komponen listrik dari jarak jauh. Data-data masukan di dalam SCADA, ada tiga macam, yaitu; 1. Digital input, menyajikan data status dari alat-alat yang sedang terpasang, apakah dalam keadaan terbuka atau tertutup. 2. Analog Input, berupa besaran listrik seperti arus, tegangan, frekuensi, daya, dan lain-lain. 3. Accumulator, yaitu akumulasi dari besaran listrik per satuan waktu ataupun jumlah dari status buka/tutupnya suatu peralatan listrik. Komponen utama dari stistem SCADA ini adalah Master Station, Remote Terminal Unit, dan media komunikasinya. Pusat pengendalian dan pemantauan atau master station, berada di distrik Duri, yakni di PG&T Head Office. Lewat master station, operator dapat memantau kinerja sistem pembangkit, serta memantau kinerja feeder-feeder yang menyuplai beban. Dengan sistem software tertentu, operator dapat mengetahui berapa daya yang dipakai, arus disuatu feeder, frekwensi sistem, dan status CB di seluruh lokasi. Di Master Station ini terdapat mimic board atau papan status yang berfungsi untuk memperlihatkan secara keseluruhan sistem interkoneksi listrik di PT. CPI, dan dilengkapi dengan lampu-lampu indikator. Apabila di suatu tempat, CB bekerja dengan baik, maka lampu akan berwarna merah, jika CB membuka, maka lampu akan menjadi hijau, dan jika CB di non-aktifkan dalam selang waktu tertentu, maka lampunya tidak menyala. Jika lampu berkedip-kedip, bertanda terjadi distorsi pengiriman sinyal dari sistem ke Master Station.

75

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dengan melihat status di mimic board, dapat diketahui sistem jaringan dari seluruh tegangan yang terinstall lengkap dengan lampu indikator pada setiap substation. Pengaturan ini dilakukan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik dengan keadaan status suplai energi listrik yang terkendalikan. Jika pada suatu sub-station terjadi trip pada CB, maka RTU akan mengirimkan sinyal ke Master Station. Pada saat tersebut alarm akan menunjukkan status CB, sehingga operator dapat langsung mengetahui lokasi gangguan. Setiap terjadi gangguan akan tercatat di logging station. Jika perubahan terjadi secara beruntun, yang menyebabkan operator tidak dapat mengetahui penyebab dan lokasi gangguan, maka logging station akan mencetak data agar operator dapat menganalisanya lebih lanjut. Dari master station, peralatan dapat dikontrol secara otomoatis, jika terjadi gangguan pada suatu lokasi, mimic board akan menampilkan lokasi dan status dari gangguan. Operator di master station akan menghubungi patroli atau petugas yang terdekat dengan lokasi agar memeriksa keadaan, kemudian petugas akan memberikan status yang terjadi, dan merekomendasikan apakah peralatan perlu dimatikan atau tidak, jika dirasakan perlu, maka master station akan secara otomatis membuka CB untuk mengisolir gangguan. Pengiriman data atau perintah dari master station dilakukan dengan 3 media, yaitu microwave line, telephone line dan power line carrier. 1. Jaringan Microwave. Merupakan sistem komunikasi yang paling banyak digunakan dalam komunikasi di PT. CPI, baik untuk telepon, radio mobil, komunikasi data,

76

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

telex, maupun fax. Sinyal data dari lapangan dikirimkan melalui microwave dengan pemancar tertentu. 2. Jaringan Telephone. PT. CPI menggunakan sistem sentral telepon sendiri yang terpisah dari sistem telepon PT. Telkom. Bagi sistem SCADA, digunakan CATV yang memiliki karakteristik yang lebih baik dalam hal kanalnya untuk menjadi media antara master station dan sub station. 3. Power Line Carrier (PLC). Digunakan untuk komunikasi antara master station dengan RTU yang terdapat pada daerah yang tidak terjangkau oleh penerimaan microwave. Sistem pengiriman data melalui PLC ini menggunakan jaringan kabel listrik sebagai media transmisinya. Peralatan yang digunakan pada sistem PLC ini adalah : Line Trap, untuk memblok sinyal frekuensi informasi yang lewat ke arah rel tetapi melewatkan aliran daya yang berfrekuensi 60 Hz. Komponen pada line trap harus mampu menahan daya listrik yang melaluinya. Line Tuning unit, digunakan untuk memperoleh penyesuaian impedansi antara sumber frekwensi dengan saluran. Perangkat Pembawa, terdiri dari rangkaian pengirim dan penerima dengan frekuensi kerja dari 24 KHz, sampai 500 KHz. Batasan ini dpergunakan karena keterbatasan kapasitansi dari kopling kapasitor. Lebar jalur informasi dengan besar 4 KHz, dibagai menurut berbagai keperluan,

77

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

kemudian dimodulasikan secara Amplitude-Modulation dengan Single Side Band (SSB). Kopling Kapasitor, untuk mengopling saluran tegangan tinggi dengan peralatan komunikasi yang umumnya bekerja pada tegangan yang relatif rendah. Karena kapasitor dilalui informasi-informasi, maka harga impedansinya dipilih yang kecil terhadap frekwensi PLC dan besar terhadap frekuensi daya. Peralatan Proteksi, berfungsi untuk melindungi peralatan yang

dipergunakan dalam sistem komunikasi apabila terjadi kegagalan perlindungan pada kopling kapasitor.

Gambar 4.11. SCADA Center room

78

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB V PERALATAN PROTEKSI PADA SALURAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI PT. CPI DURI

5.1.

Peralatan pendukung Proteksi

5.1.1. Circuit Breaker Circuit Breaker (CB) atau pemutus (PMT) digunakan untuk

menghubungkan atau memutuskan rangkaian listrik dan mengisolir gangguan. CB merupakan piranti pengaman yang terpenting karena hampir semua keluaran dari relay-relay ditujukan pada CB. Pemutus ini terdiri atas elektroda-elektroda yang dialiri arus listrik. Pada kondisi normal, elektroda-elektroda tersebut dalam kondisi terhubung. Sebaliknya jika terjadi gangguan, maka elektroda-elektroda akan terpisah dan memutuskan arus listrik dari satu sisi ke sisi yang lainnya. Pada saat pemutusan terjadi busur api yang besar, yang apabila dibiarkan akan mengakibatkan kerusakan baik pada CB maupun pada sistem tenaga secara keseluruhan. Untuk memadamkan busur api diperlukan media pemadaman. Dilihat dari media pemadamannya, terdapat berbagai macam CB. Jenis CB yang dipakai dipakai di PT. CPI adalah : a. Oil Circuit Breaker (OCB), dengan media pemadaman minyak. b. Gas Circuit Breaker (GCB), dengan gas SF6. c. Magneblast Circiut Breaker, dengan media pemadaman kemagnetan.

79

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

d. Vacuum Circuit Breaker (VCB), dengan menggunakan udara hampa (vacuum). e. Air Circuit Breaker (ACB), dengan menggunakan hembusan udara bertekanan tinggi yang diperoleh dari kompresor yang ditempatkan dalam tangki

OCB 13.8 kV

GCB 115 kV

VCB 13.8 kV

ACB 13.8 kV

Gambar 5.1. Jenis Circuit breaker

Fungsi lain dari media pemadaman tersebut adalah sebagai isolasi dan pendingin trafo, dimana kontaktor dari CB tersebut terendam oleh zat tersebut. CB bekerja atas perintah dari relay yang mendeteksi adanya gangguan pada

80

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

sistem. Tetapi CB juga bekerja secara manual, seperti pekerjaan untuk perawatan atau perbaikan oleh operator. Pemutus daya dari berbagai jenis dipasang pada seluruh rangkaian dalam kondisi beban normal maupun pada saat gangguan. Pemutus daya harus mempunyai rating yang sesuai dengan rating arus dan tegangan nominal kondisi berbeban, serta kapasitas pemutus daya untuk kondisi gangguan yang telah ditentukan pada rangkaian. Untuk mengisolasi suatu gangguan pada elemen sistem daya, dibutuhkan satu atau lebih pemutus daya yang berdekatan untuk memproteksinya. Pemutus daya ini harus memiliki kapasitas yang cukup sehingga dapat memikul arus hubung singkat maksimum sesaat yang dapat mengalir pada pemutus daya kemudian memutuskannya. Pada daya juga harus harus mampu menahan proses penutupan balik pada saat hubung singkat dan kemudian memutuskan memutuskannya menurut standar yang telah ditentukan. Dari uraian di atas, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemutus tenaga agar dapat bekerja dengan baik, yaitu : Kemampuan menutup dan dialiri; mampu menutup mampu menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama. Bekerja cepat; harus mampu memutuskan rangkaian dengan cepat jika terjadi gangguan hubung singkat. Tahan terhadap tegangan rangkaian; celah (gap) harus tahan terhadap tegangan rangkaian bila kontak membuka.

81

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dapat dialiri arus hubung singkat; mampu dialiri arus hubung singkat sampai gangguan hilang.

Tahan terhadap situasi dan kondisi; mampu menahan efek busur kontak, gaya elektromagnetik, atau kondisi panas yang tinggi akibat hubung singkat.

5.1.2. Recloser Recloser digunakan untuk membuka dan menghubungkan rangkaian listrik melalui sebuah pengendali baik pada saat ada gangguan maupun dalam kondisi normal. Jika pada saat gangguan, recloser ini berfungsi untuk mengisolasi gangguan supaya tidak mempengaruhi sistem yang lebih besar. Sedangkan pada saat normal, recloser ini bisa dipakai untuk memindahkan beban dengan memutus atau menghubungkan beban tersebut dari satu feeder ke feeder yang lain.

82

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 5.2

Recloser

Gambar 5.3

Recloser Control

Gambar 5.4 Recloser pada tiang saluran distribusi 13.8 kV

5.1.3. Circuit Switcher Circuit switcher mempunyai fungsi yang sama dengan CB. Perbedaannya, CB dikendalikan oleh relay yang letaknya terpisah (di dalam ruang kontrol), sedangkan circuit switcher merupakan satu paket dengan relay-nya. Tidak seperti recloser, circuit switcher tidak bisa di-setting untuk membuka dan menutup. Sekali gangguan terjadi maka circuit switcher akan terbuka, dan dapat ditutup kembali dengan cara manual atau secara otomatis dari SCADA.

83 Gambar 5.5. Circuit switcher

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5.1.4. Transformator Instrumen Karena sistem tenaga listrik bekerja pada tegangan yang tinggi dan arus yang besar, maka instrumen pengukur dan relay dihubungkan ke sistem melalui trafo instrumen. Ada dua macam trafo instrumen yaitu trafo arus ( CT Current Transformer) dan trafo tegangan (PT - Potential Transformer, atau VT - Voltage Transformer).

5.1.4.1. Current Transformer (CT) Transformator arus adalah alat yang digunakan untuk merubah level arus yang besar menjadi arus yang nilainya kecil. Transformator arus ini digunakan dalam pengukuran dan proteksi ddalam sistem tenaga listrik. Arus yang melewati relay proteksi itu besarnya diusahakan tidak melewati nilai ambang tertentu. Hal ini dilakukan karena relay yang digunakan memiliki ketahanan yang terbatas terhadap besarnya arus. Semakin besar arus maka panas yang ditimbulkan juga semakin besar, dan hal itu dapat merusak peralatan, dalam hal ini relay. Arus yang melewati relay proteksi biasanya tidak lebih dari 5 Ampere, sehingga dibutuhkan trafo arus untuk menurunkan nilai arus yang besar. Untuk mengubah besarnya arus, pada transformator arus digunakan perbandingan jumlah lilitan antara sisi primer dan sisi sekunder, yang dinotasikan dengan kCT (bernilai tetap). Contohnya 1200/5 A, 300/1 A, dimana 1200 A dan

84

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

300 A merupakan arus primer, sedangkan 5 A dan 1 A merupakan arus sekunder. Transformator arus untuk proteksi bekerja pada saat gangguan dimana arus gangguan yang mengalir lebih besar daripada arus setting-nya. Transformator arus ini digunakan pada diffential relay, overcurrent relay, dan distance relay. Primer trafo arus dihubungkan seri dengan rangkaian atau saluran daya, dimana impedansi kumparan primer sangat kecil sehingga dapat diabaikan terhadap impedansi rangkaian daya. Karena itu impedansi rangkaian daya sepenuhnya mengontrol besar arus yang mengalir pada CT (baik primer maupun sekunder). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan trafo arus adalah sebagai berikut : a. Arus sekunder CT tidak akan terpengaruh oleh perubahan impedansi burden dalam batas-batas yang luas, karena impedansi primer jauh lebih besar daripada impedansi sekunder. b. Rangkaian sekunder CT tidak boleh dibuka pada saat masih mengalir arus di rangkaian primer, sebab apabila rangkaian sekunder terbuka maka tegangan induksi pada sekunder CT menjadi sangat tinggi. Hal itu disebabkan tegangan tergangan induksi tersebut hanya dibatasi oleh impedansi magnetisasi shunt yang nilainya tinggi, sedangkan arus sekunder seluruhnya berupa arus eksitasi. Dalam keadaan sekunder tersambung, tegangan itu dibatasi oleh impedansi sekunder yang jauh lebih rendah daripada impedansi shunt CT, dan arus sekunder sekarang dibagi menjadi arus eksitasi dan arus burden.

85

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

c.

Kesalahan nisbah (ratio error) dan kesalahan sudut fase (phase angle error) dapat dihitung dari karakteristik magnetisasi dan impedansi burden yang diketahui.

Gambar 5.6. Tipe beberapa current transformer

5.1.4.2 . Potential Ttransformer (PT) Transformator tegangan berfungsi untuk mengubah besar tegangan ke tegangan yang bernilai kecil untuk keperluan proteksi dan pengukuran. Pada sistem proteksi, transformator ini digunakan pada relay over excitation dan negative sequence. Kelas PT yang umumnya digunakan pada PT. CPI adalah 120/1. Sisi primer trafo tegangan dihubungkan melintang pada tegangan fase ke netral, seperti halnya trafo daya. Konstruksi trafo tegangan berbeda dengan trafo daya hanya dalam hal penekanan pendinginan (cooling), isolasi (isolation), dan rancangan mekanis (mechanical design). Karena daya trafo tegangan hanya beberapa VA maka pendinginannya tidak ada masalah. Dan karena trafo tegangan

86

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

harus mampu menahan tegangan tinggi, maka isolasinya menentukan ukuran trafo tegangan tersebut. Ada dua macam trafo tegangan, yaitu : 1. Trafo tegangan elektromagnetik, yang prinsip kerjanya sama seperti trafo daya. Untuk mengubah besarnya tegangan maka pada trafo tegangan digunakan perbandingan jumlah lilitan antara sisi primer dan sisi sekunder, yang dinotasikan dengan kPT (bernilai konstan).

2. Trafo tegangan kapasitor, yang prinsip kerjanya seperti pembagi tegangan kapasitor. Di PT. CPI, trafo seperti ini disebut Coupling Capasitor Potential Device (CCPD).

Potential transformer 44 kV

Potential Transformer 13.8 kV

Gambar 5.7. Potential transformer

87

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5.1.5. Copling Capasitor Potensial Device (CCPD) CCPD merupakan alat penurun tegangan yang digunakan untuk mengukur tegangan tinggi 230 kV dan 115 kV. Prinsip kerja dari CCPD ini adalah membagi tegangan dari kapasitor.

Gambar 5.8. CCPD

5.1.6. Catu Daya DC Catu daya bantu diperlukan bagi PMT, relay proteksi, alarm atau warning signal, dan automatic control. Catu daya bantu ini harus tinggi keandalannya, tidak tergantung dari kondisi rangkaian tenaga AC pada saat terjadi gangguan, serta harus selalu siap kapan pun diperlukan.

88

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 5.9. Pencatu daya cadangan

Catu daya bantu DC diperoleh dari baterai yang selalu diisi oleh suatu charger. Tegangan keluaran catu daya bantu ini sekitar 110 Volt. Catu daya ini dapat disusun seri sehingga menghasilkan keluaran yang diinginkan. Baterai ini biasanya dalam suatu ruangan. Jika kondisi memungkinkan, dari segi keuntungan ekonomis diputuskan untuk menggunakan suplai bantu AC sebagai pengganti suplai DC, untuk kontrol pemutus daya dan untuk meng-energize relay proteksi. Suplai bantu AC untuk skema relay proteksi utamanya berasal dari trafo-trafo arus. Pada saat terjadi kondisi gangguan, arus yang mengalir melalui bagian sekunder trafo akan mentrip pemutus daya.

89

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5.1.7. Fuse Fuse disebut juga saklar pemutus beban berpelebur (fused load break switch), yang dipasang pada sisi primer trafo tegangan tinggi yang berkapasitas sampai 10 MVA. Sakelar ini mengandung pelebur untuk pengamanan terhadap gangguan hubung singkat dan arus lebih.

Gambar 5.10. Fuse

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, fuse ini dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu : Fuse cut out, untuk mengamankan trafo, kapasitor, dan peralatan lainnya. Fuse link, mengamankan perubahan terhadap overcurrent.

90

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5.1.8. Lightning Arrester (Penangkap Petir) Lightning arrester merupakan suatu alat pelindung terhadap surja yang berfungsi untuk melindungi peralatan sistem tenaga listrik terhadap bahaya surja, dengan jalan membatasi surja tegangan lebih yang datang dan menyalurkannya ke tanah. Sesuai dengan fungsinya, lightning arrester harus mampu menahan tegangan sistem 50 Hz/60 Hz untuk waktu yang tidak terbatas, dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Lightning arrester yang digunakan di PT. CPI ada dua macam, yaitu : Arrester jenis ekspulsi (expulsion type lightning arrester) Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung pada prinsipnya terdiri dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik batang yang berada di luar atau di udara, yang disebut sela seri. Apabila ada tegangan surja yang tinggi, pada jepitan arrester kedua sela percik (yang berada di luar dan yang di dalam tabung serat) akan tembus seketika dan membentuk jalan penghantar dalam bentuk busur api. Jadi arrester menjadi konduktor dengan impedansi rendah dan melewatkan arus surja dan arus daya sistem secara bersamaan. Panas yang timbul karena mengalirnya arus petir akan menguapkan sedikit bahan dinding tabung serat, sehingga gas yang ditimbulkannya akan menyembur pada api dan memadamkannya pada waktu arus susulan melewati titik nolnya.

91

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lightning arrester 13.8 kV

Lightning arrester 115 kV

Gambar 5.11 Lightning arrester

Arrester jenis ekspulsi ini memiliki tegangan percik impuls yang tinggi, dan kemampuannya untuk memutuskan arus susulan tergantung dari tingkat arus hubung singkat dari sistem, sehingga perlindungan dengan arrester jenis ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan transformator daya, kecuali sistem distribusi, dan membatasi besarnya arus surja yang memasuki gardu induk.

Arrester jenis katup (valve type lightning arrester) Arrester jenis katup terdiri dari sela percik yang terbagi atau sela seri yang terhubung dengan elemen katup/tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linear. Tegangan dengan frekuensi dasar (50 Hz/60 Hz) tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi maka arrester ini akan berubah menjadi penghantar.

92

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sela seri ini tidak bisa memutuskan arus susulan, dalam hal ini sela seri dibantu oleh tahanan tak linear yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus yang besar, dan tahanan yang besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar (50 Hz/60 Hz), sehingga besarnya nilai tahanan akan menyebabkan arus susulan yang timbul menjadi kecil pada akhirnya akan padam sehingga tidak sampai memutuskan penyaluran daya dari sumber ke konsumen.

5.1.9. Lightning Tower Pemasangan ligtning tower ini merupakan salah satu cara untuk melindungi suatu lokasi terhadap bahaya sambaran petir. Prinsip dasar dari lightning tower ini sama persis dengan ligtning conductor yang biasanya dipasang di bagian atas suatu bangunan, namun penggunaan lightning tower ini lebih aman karena diletakkan pada lokasi yang khusus sehingga kontaknya dengan lingkungan sangat kecil. Sedangkan pada lightning conductor kontaknya adalah dengan bangunan. Daerah yang dilindungi oleh lightning tower ini tergantung dari ketinggian menara (h), dimana luas daerah perlindungan di permukaan tanah sebesar 9

h2.

Atau, perbandingan antara tinggi tower dengan jari-jari adalah 4 : 3, yaitu setiap 4 satuan panjang tinggi tower akan melindungi luas daerah di permukaan tanah dengan jari-jari 3 satuan panjang. Lightning tower dipasang hanya pada lokasilokasi tertentu yang dianggap penting, atau daerah dengan intensitas petir yang tinggi.

93

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Selain melindungi suatu daerah dari sambaran petir, pemasangan lightning tower maupun lightning conductor ini dapat mengurangi intensitas terjadinya petir di suatu lokasi. Apabila pada lightning tower tersebut dipasang sebuah counter, kita dapat mengetahui seberapa sering petir terjadi dan menyambar lightning tower tersebut. Ketiga alat perlindungan terhadap petir ini sudah diterapkan di PT. CPI, dimana pemasangan lightning tower yang pertama dilakukan di Minas. Lightning tower yang dipasang di Minas ini sudah dilengkapi dengan alat penghitung (counter) jumlah sambaran, sehingga jumlah sambaran petir dalam jangka waktu tertentu dapat diketahui. Wilayah Minas, Duri, Dumai, dan sekitarnya merupakan wilayah yang memiliki frekuensi petir tertinggi di Indonesia, oleh karena itu perlindungan jaringan terhadap bahaya petir harus benar-benar diterapkan. Kawat tanah selalu dipasang pada setiap saluran udara, dengan jarak minimal antara kawat fase dengan kawat tanah adalah sama dengan jarak antarkonduktorkonduktor fase yang paling pinggir. Pada saluran distribusi 13,8 kV digunakan satu buah kawat tanah dan pada saluran transmisi 115 kV dan 230 kV digunakan dua buah kawat tanah. Selain pemasangan kawat tanah, arrester juga dipasang pada tiap trafo pada jaringan distribusi, pada lokasi-lokasi tertentu yang dianggap perlu, serta pada saluran yang masuk ke gardu-gardu. Pada saluran distribusi, agar trafo benar-benar terlindungi jika arrester gagal, dipasang sekering (fuse). Penggunaan arrester harus selalu dikontrol karena kemampuan arrester akan berkurang jika sudah sering dilalui oleh arus surja. Apabila kondisi dari arrester sudah tidak

94

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

memungkinkan untuk digunakanlagi, maka perlu dilakukan penggantian dengan arrester yang baru.

5.1.10. Pemasangan Kawat Tanah (Overhead Ground Wire) Prinsip dari pemasangan kawat tanah adalah, kawat tanah ini akan menjadi sasaran sambaran petir, sehingga akan melindungi kawat fase. Kawat tanah yang digunakan untuk melindungi saluran tenaga listrik, diletakkan pada ujung teratas saluran dan terbentang sejajar dengan kawat fase. Ground wire ini dapat ditanahkan secara langsung. Pada saluran tegangan tinggi, pentanahan dilakukan di setiap menara, sedangkan untuk saluran transmisi tegangan menengah pentanahan dilakukan setiap 3 atau 4 tiang. Kawat tanah yang ideal adalah kawat tanah yang mempunyai pentanahan pada setiap titik di sepanjang tanah tersebut, sehingga potensial sepanjang tanah adalah nol. Namun kawat itu akan mempunyai beda tegangan tertentu terhadap tanah apabila terjadi sambaran petir. Pada saluran berfase tiga dengan empat kawat -yaitu tiga kawat fase dan satu kawat netral dengan tidak ada kawat tanah yang terpasang-, apabila kawat netral dipasang di bagian atas dari kawat-kawat fase, akan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap sambaran induksi jika dibandingkan apabila kawat netral tersebut dipasang dengan posisi sejajar kawat fase. Namun hal ini akan mengakibatkan kemungkinan terkena sambaran langsung semakin besar, karena posisinya akan menjadi lebih tinggi.

95

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Perlindungan yang diberikan oleh kawat tanah mencakup luas daerah tertentu seperti yang digambarkan berikut ini,

Gambar 5.12. Cakupan daerah yang dilindungi oleh kawat tanah

Daerah yang dapat dilindungi oleh kawat tanah hanyalah daerah di bawah garis tebal dengan permukaan tanah saja. Dalam beberapa kasus, sebuah kawat tanah saja dirasa belum cukup untuk melindungi kawat-kawat fase secara sepenuhnya dari sambaran petir secara langsung. Atau dengan kata lain, untuk memperluas daerah perlindungan yang diberikan oleh kawat tanah dapat dipakai lebih dari satu buah kawat tanah. Besarnya daerah yang dilindungi apabila digunakan dua buah kawat tanah adalah seperti gambar berikut ini :

96

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 5.13. Cakupan daerah yang dilindungi oleh dua buah kawat tanah Dimana : h = tinggi kawat tanah dari permukaan S = jarak antara dua kawat tanah Pada umumnya untuk saluran udara tegangan menengah cukup menggunakan satu buah kawat tanah saja. Hal ini dikarenakan jarak antara kawatkawat fasenya tidak begitu jauh. Pada saluran udara tegangan tinggi, dibutuhkan daerah perlindungan yang lebih luas karena jarak antara kawat-kawat fasenya cukup jauh, atau menggunakan saluran ganda, sehingga digunakan dua buah kawat tanah. Meskipun penggunaan kawat tanah ini dapat menghindari sambaran langsung pada kawat fase, namun hal itu tergantung dari besarnya surja petir. Akibat dari sambaran ini mungkin saja menimbulkan flashover pada permukaan isolator peralatan. Oleh karena itu, untuk lebih meningkatkan performa perlindungan terhadap petir dipasanglah lightning arrester pada lokasi-lokasi yang dianggap perlu, terutama pada trafo dan saluran masuk ke gardu-gardu.

5.2 Aplikasi Sistem Proteksi Pada PT. CPI


Bermacam-macam tipe proteksi dipakai dalam sistem tenaga listrik di PT. CPI, yang membentuk suatu skema proteksi untuk melindungi komponenkomponen sistem tenaga listrik. Sistem tenaga listrik ini dibagi menjadi : 1. Substation, terdiri dari :

97

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

- Transformer Daya - Jalur Distribusi 2. 115 KV Switchyard, terdiri dari : - Jaringan Transmisi - Ring Bus - Susunan satu Setengah Breaker 3. 13,8 KV Switchgear, terdiri dari : - Bus 13,8 KV - Jalur Distribusi 4. Generator, terdiri dari : - Unit-connected Generator - Bus Connected Generator

BAB VI KOORDINASI RELAY PROTEKSI ARUS LEBIH PADA SALURAN DISTRIBUSI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

6.1 Tinjauan Umum

98

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik, disamping kondisi operasi normal terdapat kondisi lain yang tidak mungkin ditiadakan sama sekali, yaitu kondisi operasi abnormal. Kondisi abnormal ini disebut dengan gangguan. Penyebab atau sumber gangguan ini antara lain : Gangguan yang berasal dari alam, misalnya petir, angin, hujan, banjir, termasuk karena binatang, di antaranya gigitan tikus pada kabel, kelelawar, burung, ular, dan sebagainya. Gangguan dari dalam sistem itu sendiri (misalnya karena faktor kelelahan dari komponen sistem). Gangguan yang disebabkan kesalahan penanganan oleh manusia (operator), seperti lupa membuka kabel pentanahan setelah perbaikan, atau menggali jalan tanpa memperhatikan jalur saluran kabel. Macam dari gangguan ini berupa tegangan lebih, hubung singkat, rangkaian terbuka, atau gangguan yang lain. Gangguan-gangguan tersebut ada yang bersifat temporer atau sementara dan ada juga yang bersifat permanen. Gangguan temporer adalah gangguan yang tidak menyebabkan terjadinya kerusakan pada peralatan yang terganggu, misalnya dahan atau ranting menyentuh saluran transmisi atau jaringan distribusi. Sedangkan pada gangguan permanen, setelah hilangnya gangguan tersebut masih terdapat kerusakan pada peralatan sehingga perlu perbaikan. Gangguan hubung singkat seperti ini akan menimbulkan arus besar yang berpotensi merusak peralatan pada sistem, sehingga dibutuhkan sistem proteksi untuk sebagai pengaman. Arus yang masuk ke trip coil (TC) adalah arus searah

99

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

dari baterai. Baterai memiliki peran yang sangat penting karena merupakan bagian yang sangat berpengaruh terhadap alat-alat relay yang bekerja. Selain untuk mengamankan peralatan instalasi dari gangguan-gangguan, sistem proteksi juga berfungsi melokalisir gangguan tersebut. Sistem proteksi ini men-trip PMT yang berdekatan dengan gangguan sehingga pemutusan pasokan daya dapat dilakukan ditempat yang hanya terjadinya gangguan saja. Dilihat dari macam gangguannya, gangguan dibedakan atas : Gangguan hubung singkat tiga fase Gangguan hubung singkat dua fase (antarfase) Gangguan hubung singkat satu fase ke tanah Gangguan hubung singkat dua fase ke tanah

Ada beberapa jenis gangguan berdasarkan penyebabnya, yaitu : Beban lebih (overload) Hubung singkat (short circuit) Tegangan lebih (overvoltage) Gangguan stabilitas

Ada beberapa cara untuk mengurangi pengaruh gangguan, antara lain : Mengurangi akibat gangguan, dengan mengurangi arus hubung singkat dan memakai peralatan yang mampu menahan terhadap terjadinya arus hubung singkat.

100

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Memisahkan bagian yang terganggu secepatnya dengan relay pengaman dan sekering.

Merencanakan agar bagian sistem yang tidak terganggu dapat beroperasi secara normal, dengan memakai saluran ganda , memakai penutup balik, menyediakan generator cadangan putar atau pembangkit siap pakai.

Stabilitas sistem hendaknya tetap dipertahankan selama terjadinya gangguan, dengan penggunaan AVR dan relay yang beroperasi cepat.

Membuat data pengamatan gangguan yang cermat untuk analisa.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi relay sebagai alat proteksi yang handal, seperti : Speed (kecepatan). Sebuah relay proteksi harus mampu bereaksi secepat mungkin ketika sistem mengalami gangguan, karena semakin lama gangguan terjadi pada sistem akan semakin besar kerusakan pada sistem dan sistem akan kehilangan kestabilan. Pada saat terjadi gangguan sampai terjadi

pelepasan pemutusan terjadi selang waktu yang dibutuhkan (pada umumnya top sekitar 0,1 detik.

top = tp + tcb
Dimana : top = Total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan hubungan. tp = Waktu bereaksinya relay. tcb = Waktu yang dipergunakan untuk pelepasan pemutusan.

101

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sensitivity (sensitif). Sebuah relay proteksi harus cukup peka sehingga dapat merasakan dan bereaksi untuk gangguan sekecil apapun dengan sensitifitas yang tinggi. Semakin kecil arus gangguan yang dapat dideteksi maka semakin sensitif relay tersebut bekerja.

KS = Ihs min / Ipp

Dimana : Ihs min = Arus hubung singkat minimum Ipp = Arus pick-up pada sisi primer trafo arus

Selektivity (selektif) dan discrimination (diskriminasi). Sebuah relay proteksi harus selektif dalam memproteksi sehingga mampu membedakan kondisi dimana relay tersebut harus segera bereaksi, memperlambat reaksinya, atau tidak bereaksi sama sekali. Jadi relay harus dapat membedakan mana bagian sistem yang terganggu dan mana yang sehat. Hal terpenting dimana koordinasi pengamanan dari sistem keseluruhan tepat, sehingga gangguan yang timbul sekecil mungkin dan tidak meluas.

Contoh :

102

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 6.1. Contoh One Line diagram saluran distribusi

Dalam sistem tenaga listrik seperti pada gambar diatas, bila terjadi gangguan pada titik F, maka hanya CB nomor 6 saja yang boleh bekerja, sedangkan untuk CB yang lain tidak bekerja. Hal ini lah yang disebut dengan relay bekerja dengan sensitif.

Reliability (Keandalan) Pada saat relay proteksi diharapkan beroperasi dengan kecepatan, kepekaan, dan sensitivitas yang cukup, maka relay itu harus dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Keandalan relay dikatakan cukup baik bila mempunyai harga 90 s/d 99%. Nilai tersebut didapatkan dari perbandingan gangguan yang terjadi dengan relay yang mampu bekerja mengatasi gangguan tersebut setiap tahunnya.

Ekonomis Penggunaan relay juga harus disesuaikan dengan harga relay itu sendiri dan peralatan yang diamankan. Oleh karena itulah mengapa relay tidak diletakkan diseluruh bagian sistem. Sifat ini berkaitan dengan desain dan

103

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

pembuatan atau pabrikasi relay dengan menggunakan rangkaian dan peralatan yang minimum dan sederhana.

Beberapa fungsi dari relay pengaman antara lain : Untuk menentukan dengan segera pemutusan/penutupan pelayanan penyaluran setiap elemen sistem tenaga listrik bila mendapatkan gangguan atau kondisi kerja yang abnormal, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan atau mempengaruhi sistem yang masih beroperasi normal. Untuk mengetahui letak dan jenis gangguan, sehingga dari pengaman ini dapat dipakai untuk pedoman perbaikan peralatan yang rusak. Membunyikan alarm, menutup rangkaian trip dari pemutus rangkaian untuk membebaskan peralatan dari gangguan yang terjadi. Membebaskan dengan segera bagian yang terkena gangguan. Melokalisir akibat dari gangguan. Membebaskan bagian yang bekerja tidak normal.

6.2. Sistem Proteksi dengan Menggunakan Relay Sistem proteksi bertujuan untuk menjamin tersedianya pasokan energi yang kontinyu, melindungi peralatan pada sistem tenaga listrik, menekan terjadinya kerusakan, dan perlindungan personel. Untuk itulah diperlukan relay pengaman. Relay merupakan susunan peralatan yang direncanakan dapat merasakan kondisi tidak normal pada sistem, memberi isyarat terjadinya gangguan,

104

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

mengukur dan menentukan lokasi gangguan, dan kemudian secara otomatis membuka pemutus untuk memisahkan sistem atau peralatan yang terganggu untuk mencegah meluasnya gangguan. Tujuannya adalah untuk mencegah kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu, serta memperkecil bahaya bagi manusia. Secara garis besar, fungsi dari sitem proteksi adalah : Melindungi elemen sistem tenaga terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem, agar tidak terjadi kerusakan yang parah. Melokalisir gangguan agar tidak meluas di dalam sistem, sehingga bagian yang tidak mengalami gangguan tetap mendapatkan suplai energi listrik.

81 50/ 51 51N

81 50/ 51 51N

79

79

Gambar 6.2. Koordinasi Relay Proteksi Arus Lebih pada salah satu feeder Relay Instantaneous phase over current (50) atau relay instan adalah relay yang bekerja dengan seketika tanpa ada waktu tunda ketika relay merasakan adanya arus gangguan yang mengalir melampaui setting arusnya. Apabila terjadi gangguan arus lebih fasa maupun gangguan fasa netral, maka relay konstan ini

105

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

akan bekerja seketika dan memerintahkan circuit breaker untuk membuka. Kebanyakan gangguan yang terjadi di feeder adalah gangguan yang bersifat sementara, maksudnya gangguan akan segera hilang setelah breaker diperintahkan membuka oleh Relay Time delay phase over current (51), dan akan segera menutup kembali setelah diperintah Reclosing relay (79). Sedangkan Under frequency Relay (81) adalah bagian dari peralatan sistem proteksi beban lebih. Settingan frekuensi relay ini bergantung pada level load sheedding dari feeder. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu yang terpenting pada sistem proteksi adalah adanya koordinasi pengaman yang tepat didalam sistem, sehingga gangguan yang timbul sekecil mungkin dan tidak meluas. Koordinasi sistem proteksi tenaga listrik seperti : a.Primary Relaying (Main Relaying) Pada primary relaying, Circuit breaker dipasang pada setiap saluran dari elemen (power element) sehingga sangat memungkinkan untuk mengisolir hanya element gagal (fault). Dalam hal ini juga terdapat pembagian zona proteksi yang terpisah antara zona proteksi suatu elemen dengan zona proteksi elemen lainnya. Tujuannya adalah agar pada saat terjadi kegagalan pada suatu zona, maka semua circuit breaker pada zona tersebut akan mengalami tripping dan dapat dipastikan hanya Circuit breaker pada zona tersebut yang tripping, bukan circuit breker pada zona lainnya. Akan tetapi pada Primary relaying ini juga terdapat perluasan zona proteksi yang berada di sekitar circuit breaker. Adapun peralatan relay pada zona perluasan ini harus disusun untuk men-tripkan tidak hanya Circuit Breaker pada

106

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

zonanya, tetapi juga satu atau lebih circuit breaker pada zona tambah yang dilingkupinya agar elemen yang gagal benar-benar terisolir. Jenis-jenis kegagalan yang menyebabkan primary relaying gagal menjalankan fungsinya dapat berupa kegagalan suplai arus. Kegagalan suplai tegangan tripping DC, kegagalan relay proteksi, kegagalan mekanisme tripping circuit breaker atau yang paling utama adalah kegagalan Circuit Breaker. b.Back-up Relaying Back-up relaying hanya digunakan untuk memproteksi kegagalan hubung singkat (short circuit) karena back-up relaying ini tidak ekonomis jika digunakan pada fungsi lain. Adapun back-up relaying ini baru akan bekerja jika primary relaying mengalami kegagalan. Pada saat premary relaying sedang diservis atau diperbaiki, back-up relaying berfungsi sebagai proteksi utama. Oleh karena itu, back-up relaying tidak boleh gagal dalam operasinya. Hal ini dapat diperoleh dengan mengatur lokasi pemasangan back-up relaying, yaitu pada bagian yang tidak sama dengan primary relaying. Zona proteksi back-up relaying adalah meluas dalam satu arah dari lokasi back-up relaying ke setidaknya setiap elemen tambahan dari sistem tersebut. Dalam operasinya, back-up relaying beroperasi beberapa saat setelah primary relaying mengalami kegagalan atau dengan kata lain ada waktu tunda (time delay). Waktu tunda pada back-up relaying ditentukan oleh relay pada primary relaying dengan waktu operasi yang paling lambat. Setiap jenis proteksi memiliki pola masing-masing yang telah ditetapkan. Dalam penerapannya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain : a.Dependability dan Security

107

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dependability adalah diharapkannya jaminan dari suatu sistem proteksi untuk berfungsi dengan benar dan kapan saja diperlukan. Sedangkan security adalah kebalikan dari dependabilty, diharapkan sistem tidak bekerja bila tidak diperlukan.

b. Sistem proteksi yang berlapis (redundant protection) Dengan mengantisipasi kegagalan yang terjadi pada peralatan proteksi. Penting untuk menggunakan sistem proteksi berlapis selama sistem dalam memilih pola sistem proteksi berlapisnya. Diharapkan alat proteksi satu dengan yang lainnya secara hardware terletak saling berjauhan, dan tidak saling ketergantungan.

c. Proteksi utama dan Cadangan Proteksi utama dapat saja mengalami kegagalan. Hal ini dapat terjadi karena kegagalan operasi dari CT/ PT atau relay, atau juga kegagalan kerja dari CB. Sehingga proteksi cadangan diperlukan untuk melindungi sistem bila proteksi utama gagal.

d.Duplicate dan complementary protection Pola proteksi dengan duplikasi atau dengan sistem complementari umumnya diterapkan pada suatu circuit yang mempunyai peranan sangat penting dan beresiko tinggi atau kerugian yang berdampak luas jika mengalami kerusakan.

108

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

6.3. Jenis-Jenis Relay Proteksi a.Jenis-jenis Relay berdasarkan prinsip kerjanya : Relay elektromagnetis Relai elektromagnetis atau yang disebut dengan electromechanical relay. Relay ini menghubungkan rangkaian beban ON dan OFF dengan pemberian energi elektromagnetis, yang membuka dan menutup kontak pada rangkaian listrik maupun elektronis. Relay ini dapat digunakan untuk mengontrol rangkaian beban tegangan tinggi dengan control tegangan rendah. Relay Termis Sesuai dengan namanya relay ini menggunakan panas sebagai pembatas arus, khususnya pada motor. Relay ini biasanya disebut Thermis Over load Relay. Cara kerja relay ini adalah dengan mengkonversi arus yang mengalir menjadi panas untuk

mempengaruhi bemitel. Bimetal akan menggerakkan tuas untuk menghentikan aliran listrik pada motor melalui suatu control motor starter. Pengaturan dilakukan dengan mengatur besaran arus pada dial di alat tersebut. Relay Elektronis Mekanisme relay elektronis adalah bekerja karena adanya medan magnet yang digunakan untuk menggerakkan saklar. Saat kumparan diberikan tegangan sebesar tegangan kerja relay maka akan timbul medan magnet pada kumparan karena adanya arus yang mengalir pada

109

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

lilitan kawat. Kumparan yang bersifat sebagai elektromagnet ini kemudian akan menarik saklar dari kontak NC (Normally Close) ke kontak NO (Normally Open). Jika tegangan tegangan pada kumparan dimatikan maka medan magnet pada kumparan akan hilang, sehingga pegas akan menarik saklar ke kontak NC(Normalli Close). b.Jenis-jenis Relay berdasarkan kontruksinya : Tipe angker tarikan Tipe batang seimbang Tipe cakram induksi Tipe kumparan bergerak

c.Jenis-jenis Relay berdasarkan besaran yang diatur : Relay Tegangan Relay tegangan adalah relay yang bekerja berdasarkan pengaturan tegangan yang ada pad sistem. Relay Arus Relay arus adalah relay yang bekerja berdasarkan pengaturan arus yang akan bekerja pada sistem.

Relay Impedansi Relay impedansi adalah relay yang bekerja berdasarkan batasan impedansi pada sistem.

Relay Frekuensi

110

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Relay frekuensi adalah relay yang bekerja berdasarkan pengaturan frekuensi yang telah ditentukan. d.Jenis-jenis Relay berdasarkan cara kerja kontrol elemen : Direct acting Bagian elemen kontrol yang bekerja langsung memutuskan aliran. Indirect acting Bagian kontrol elemen hanya digunakan untuk menutup kontak suatu peralatan lain yang digunakan untuk memutus rangkaian.

Relay yang digunakan di PG&T berdasarkan piranti yang digunakan, dibedakan menjadi 3 yaitu : 1.Relay Elektromekanik Relay elektromekanik memiliki keunggulan yaitu dengan bentuk yang sederhana dan tidak memerlukan sumber arus searah. Namun kekurangannya untuk menyetelnya perlu pemadaman listrik. Relay flag pada relay elektromekanik biasanya berupa pita merah/kuning yang akan muncul jika relay bekerja.

2.Relay Static Relay static sudah menggunakan piranti elektronik dalam mengolah besaran arus dan tegangan yang masuk. Relay flag pada relay static biasanya

111

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

berupa lampu indikator yang ada keterangan disampingnya. Contoh relay tersebut adalah over current blaser BE1-50/51B seperti gambar berikut ini :

3.Relay Mikroprosesor Relay mikroprosesor menggunakan komponen IC yang sangat kompleks dalam mengolah dan mengontrol variabel atau perintah-perintah. Relay ini sangat fleksibel dan mampu menampung semua proteksi yang dibutuhkan hanya dalam satu relay. Semua besaran perintah diimplementasikan menggunakan gerbang logika yang kompleks. User juga diberi kebebasan dalam menyusun proteksi dan kontrol yang sesuai dengan kebutuhan. Disamping itu relay tersebut juga memberikan pengukuran terhadap besaran listrik seperti arus, tegangan, daya, frekuensi, dan sebagainya serta ditampilkan dalam display. Relay flag pada relay mikroprosesor ditunjukkan oleh lampu led yang menyala atau bisa juga dilihat pada display yang akan muncul terus hingga di-reset. Contoh relay mikroprosesor adalah UR relay SR 745 dan SR 760 yang sekarang ini banyak digunakan di PG&T.

6.4. Koordinasi Relay Proteksi Arus Lebih pada Saluran Distibusi 6.4.1. Relay Arus Lebih (Over current Relay)

112

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Relay arus lebih (over current relay) adalah suatu relay yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi nilai pengamanan tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Relay ini digunakan untuk memproteksi saluran dari gangguan hubung singkat antarfase dan antara fase dengan tanah baik sebagai proteksi utama maupun sebagai proteksi cadangan. Relay yang bekerja apabila arus pada sistem melebihi nilai I yang telah ditentukan (I set). Prinsip kerja relay arus lebih adalah mendeteksi besarnya arus suatu jaringan yang telah ditransformasikan Current Transformer. Bila arus beban naik melebihi harga yang diijinkan, maka harga Isistem juga akan naik. Bila naiknya arus melebihi harga operasi dari relay (Iset), maka relay akan bekerja yang ditandai dengan alarm yang berbunyi dan trip coil (TC) melepas engkol sehingga PMT membuka. Relay arus lebih dapat digunakan sebagai : Pengaman gangguan hubung singkat antar fasa (Over current relay) maupun gangguan fasa ke tanah (Ground fault relay) Pengamanan utama (main protection) atau cadangan (back up protection).

Berdasarkan karakteristik waktu kerja, relay arus lebih dapat dibagi menjadi : a. Relay arus lebih waktu kerja seketika (Instantaneous over current relay) Relay arus lebih yang bekerja secara langsung atau bekerja tanpa tundaan waktu berdasarkan perbedaan tingkat arus gangguan pada lokasi yang berbeda. Jangka waktu relay ini mulai pick up sampai selesainya kerja relai sangat pendek antara 20-80 mili detik. Relay ini jarang dipasang sendiri dan biasanya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan

113

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

karakteristik waktu tertentu (Definite Time) atau dengan waktu terbalik (Invers Time). Berikut ini adalah gambar yang mempresentasikan karakteristik kerja relay waktu seketika (Instantaneous Relay).

Gambar 6.3. Karakteristik Relay arus lebih seketika b. Time delay overcurrent relay Relay ini terdiri atas : 1. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite Time Delay Relay) Relay ini mempunyai tundaan waktu tertentu tanpa dipengaruhi oleh besarnya nilai besaran penggerak tersebut. Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan terjadi gangguan arus lebih yang melampaui arus setting (Is). Jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai selesai kerja, diperpanjang dengan nilai waktu tertentu dan biasanya relai ini dilengkapi dengan relay kelambatan waktu (time lag relay) dan akan bekerja berdasarkan setting relay kelambatan waktu tersebut.

114

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 6.4. Karakteristik relai arus lebih waktu tunda tertentu 2. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Time Relay) Relay arus lebih waktu terbalik memiliki jangka waktu mulai pick up sampai dengan selasainya kerja relay tergantung dari besarnya arus yang melewati kumparan relainya. Jika impedansi saluran lebih besar dari impedansi sumber, makin jauh lokasi gangguan semakin kecil arusnya dan gambar kurva arus gangguan curam. Jika impedansi saluran lebih kecil dari impedansi sumber, tidak ada perbedaan arus yang berarti dan gambar kurva arus gangguan landai. Sehingga pada relay ini karakteristik waktu operasi

berbanding terbalik dengan besaran penggerak atau dengan kata lain makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Berdasarkan kecuraman karakteristiknya, secara garis besar terbagi atas : Standart Inverse Very Inverse Extremely Inverse

115

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 6.5. karakteristik Relay arus lebih inverse 3. Relay arus lebih waktu minimum tertentu terbalik (inverse definite minimum time relay) Rilai ini mempunyai karakteristik kombinasi antara inverse dan definite relay. Relay arus lebih dengan karakteristik waktu minimum tertentu terbalik (inverse definite minimum time relay) adalah jenis relay arus yang bekerja dengan karakteristik waktu ditentukan oleh penggunaan saturasi magnet atasnya. Hal ini memastikan tidak adanya kenaikan lebih lanjut, disaat arus meningkat mencapai titik tertentu, dan peningkatan arus lebih lanjut pada saat ini tidak akan mempengaruhi kinerja relay. Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengaman yang berbeda yaitu : a.Pengaman hubung singkat Fasa Relay yang mendeteksi adanya arus fasa. Relay ini disebut juga dengan relay fasa karena relai ini dialiri arus fasa, maka setting arussnya (Is) harus lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = Arus nominal peralatan terlemah) b. Pengamanan hubung tanah

116

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Ada keadaan dimana arus gangguan satu fasa tanah lebih kecil daripada arus bebannya. Hal ini disebabkan karena gangguan tanahnya melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi sehingga pentanahan netral sistemnya melalui impedansi atau tahanan yang tinggi, atau bahkan tidak diketanahkan. Apabila demikian, relay pengaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Agar relay sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Sehingga relay ini dialiri oleh arus netralnya. Arus netral merupakan jumlah dari arus ketiga fasanya (berdasarkan komponen simetris). Sedangkan arus urutan nol dirangkaian primernya baru akan dapat mengalir jika ada jalur kembali melalui kawat netral melewati tanah.

Gambar 6.6. Sambungan Relay GFR dan 2 OCR.

6.4.2. Relay Penutup Balik (Autoreclosing Relay)

117

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Relay penutup balik adalah relay yang bekerja untuk memberikan perintah close ke pemutus tenaga (PMT). Memblok dead time beberapa waktu setelah PMT masuk, untuk memberikan kesempatan memulihkan tenaga setelah melakukan siklus reclosing. Bila terjadi gangguan pada saluran udara tegangan tinggi maka relay proteksi akan bekerja memberikan perintah trip ke PMT, pada saat yang sama juga menginisiasi relay penutup balik untuk bekerja memberikan perintah close ke PMT dengan waktu tunda yang cepat. Pada saluran tegangan tinggi sering terjadi gangguan satu fasa ke tanah yang sifatnya temporer, sehingga perlu dipasang relay penutup balik agar kontinuitas pelayanan dapat dibuat maksimal. Bila terjadi gangguan relay jarak akan bekerja memberikan perintah trip ke PMT dan pada saat yang sama juga menginisiasi relay penutup balik dengan memberikan tegangan positip ke dead time (DT). Kontak DT akan menutup dan akan memberikan perintah close ke closing coil PMT, bersamaan dengan ini DT juga menginisiasi BT, sehingga akan membuka kontaknya untuk memberikan perintah blok, dan setelah t2 maka BT akan reset. Apabila gangguan hilang, maka sistem akan normal kembali, dan bila gangguan tetap maka PMT akan ditripkan oleh relay jarak, karena masih di blok maka relay penutup balik tidak dapat melakukan penutupan dan PMT akan lockout. Apabila gangguan muncul setelah t2 maka relay penutup balik akan menutup kembali (Siklus reclosing). Hanya dapat memberikan perintah reclose 1 kali saja, baru dapat melakukan reclose lagi bila waktu blocking telah berakhir.

6.4.3. Relay Under frekuensi

118

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Besaran input dari relay frekuensi adalah tegangan sistem yang diambil dari trafo tegangan (PT), dan relay ini memonitor besaran frekuensi system. Relay yang digunakan adalah underfrequency relay (81), untuk mengamankan sistem dari beban berlebih. Jika underfrequency relay bekerja, maka beberapa feeder akan mengalami trip dan ketika frekuensi kembali berada di atas setting relay, breaker akan menutup kembali secara otomatis. Relay ini terdiri dari dua kumparan yaitu W1 dan W2 yang dihubungkan paralel dan disambung ke tegangan sistem, melalui impedansi yang dapat diatur frekuensinya. Torsi yang ditimbulkan pada mangkok akan menggerakkan kontak searah atau berlawanan arah jarum jam tergantung apakah frekuensi sesaat lebih besar atau kurang dari frekuensi setingnya. Karakteristik relay ini dipengaruhi oleh besarnya tegangan sistem.

6.5. Koordinasi sistem proteksi over current relay pada substation central duri feeder 16.

119

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 6.7. sistem proteksi di Feeder 16 Central Duri Gangguan pada sistem tenaga listrik dapat bersumber dari internal sistem, dan tidak sedikit pula yang berasal dari lingkungan sekitar (alam). Gangguan dapat timbul di lokasi manapun dan dengan tipe gangguan apapun. Secara umum koordinasi sistem proteksi arus lebih pada system kelistrikan PT.CPI dapat dideskripsikan sebagai berikut. Apabila terdapat arus lebih dalam system yang berasal dari lokasi sumur minyak (well), maka Fuse pada trafo distribusi disetiap well akan bekerja sesuai dengan fungsinya yaitu mengamankan trafo dari arus lebih yang disebabkan oleh gangguan hubung singkat antar fasa atau sebagai pengaman hubung tanah bagi system yang ditanahkan langsung. Apabila besar arus gangguan melebihi kemampuan Fuse, fuse akan break yang menandakan fuse tidak mampu menangani arus lebih pada system karena telah melebihi kapasitas kerjanya.. Karena fuse gagal dalam pengaman, arus lebih tersebut akan tetap ada dan besar

120

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

arusnya akan berkemungkinan meningkat seiring waktu. System proteksi berikutnya akan ditangani oleh recloser. Recloser akan bekerja sesuai fungsinya yaitu mengisolasi gangguan aga rtidak meluas. Dengan system kerja 4 kali trip dan 3 kali reclose, recloser dapat mengangani gangguan antar fasa maupun gangguan pada kawat fasa dengan netral. Namun perlu diperhatikan mengenai hubungan antar recloser dalam satu lokasi feeder yang melayani jaringan tersebut. Sistem proteksi pada jalur recloserrecloser tersebut memiliki tingkatan sesuai setting waktu terhadap arusnya. Sehingga apabila gangguan sudah tidak mampu ditangani oleh satu reloser maka recloser setingkat diatasnya yang akan menangani gangguan tersebut. Proteksi yang setingkat diatas recloser adalah proteksi yang terdapat pada feeder, maka apabila recloser sudah tidak dapat menagani gangguan, maka proteksi jaringan akan diambil alih oleh feeder. a. Proteksi arus lebih pada gangguan yang terdapat di trafo distribusi sumur minyak (well) Gangguan pada trafo distribusi sumur minyak dapat saja terjadi. Secara umum gangguan pada trafo bias berasal dari luar sistem (eksternal) atau dalam sistem (internal). Gangguan dari luar yang dapat menimbulkan arus lebih pada trafo yaitu surja petir ataupun gangguan binatang seperti ular, monyet ataupun gangguan dari ranting pepohonan. Gangguan yang berasal dari binatang atau tumbuhan merupakan bagian gangguan antar fasa. Petir juga termasuk gangguan eksternal yang biasanya menyerang line, namun karena di trafo terdapat

121

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

grounding sehingga gangguan oleh petir dapat teratasi. Sedangkan gangguan dari dalam system dapat disebabkan oleh dua hal utama, yaitu: 1. Dikarenakan karena adanya penurunan kualitas minyak (dielectric strength), sehingga pompa bukan lagi menyedot minyak dan air, melainkan cenderung menyedot pasir (sands) hal ini membuat trafo bekerja keras. Apabila terus menerus terjadi, keadaan ini akan menimbulkan gangguan beban berlebih (Over load) yang akan

menimbulkan arus lebih dikumparan sekundernya. Gangguan ini dapat diatasi dengan Fuse sebagai system proteksi pada trafo distribusi tersebut. 2. Dikarenakan Low megger. Trafo akan bekerja secara normal apabila pemeliharaan (maintenance) dan pengukuran rutin diperhatikan, terutama pada minyak trafo. Karena minyak trafo adalah media pemindah panas (disirkulasi) dan berfungsi pula sebagai isolasi (daya tembus tegangan tinggi). Sebagian besar trafo tenaga, kumparan dan inti nya direndam dalam minyak trafo, terutama pada trafo-trafo tengaga yang berkapasitas besar. Pengukuran tahanan isolasi dilakukan dengan meggeryang bertujuan untuk mengetahui tahanan isolasi trafo. Dari hasil pengukuran tadi, didapatkan nilai yang mempresentasikan kondisi isolasi trafo apakah keadaanya kering atau tidak. Dari nilai ini juga diketahui apakah ada bagian-bagian yang terhubung singkat.

122

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gangguan-gangguan pada trafo distribusi yang menyebabkan arus lebih akibat hubung singkat dan over load, berpotensi merusak/membakar isolasi

kumparan dan membuat temperature trafo meningkat. Fuse digunakan sebagai system pengaman apabila terjadi gangguan-gangguan seperti yang telah dijelaskan diatas. Ukuran Fuse yang digunakan PT.CPI berbeda-beda, hal ini dikarenakan ukuran Fuse mengikuti ukuran trafonya. Semakin besar HP dari suatu trafo maka semakin besar pula ukuran Fusenya. Ukuran fuse yang dipakai di lokasi sumur minyak (well) berkisar dari 11K sampai dengan 50K, mengikuti tipe trafo yanbg digunakan. Daftar ukuran fuse dengan trafo yang digunakanj dapat dilihat pada table di bab lampiran. Sistem kerja Fuse hanya sekali dipakai, apabila telah memproteksi suatu gangguan maka Fuse akan break dan tidak digunakan kembali. Apabila fuse telah break maka system akan terisolir dari system utama, dan menyebabkan shutdown pompa sumur minyak. Sehingga gangguan dari trafo distribusi pada satu well tidak meluas ke well sekitarnya, namun gangguan yang terdapat pada trafo yang kapasitasnya besar mampu sampai membuat recloser sampai mendeteksi dan ikut bekerja system proteksi. Makin besar kapasitas suatu trafo, maka semakin tinggi tingkat Fuse yang melindungi. Sehingga semakin besar pula nilai batasan arus lebih pada setting Fuse. Hal ini yang membuat Fuse pada trafo distribusi berkapasitas besar kurang sensitive dan setting waktu terhadap arusnya mendekati recloser. Secara otomatis, gangguan yang terjadi pada trafo berkapasitas besar tidak hanya mampu dirasakan Fuse saja, namun dapat juga dirasakan recloser.

123

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

b.

Proteksi arus lebih pada gangguan yang terdapat pada jalur recloser Recloser akan bekerja sebagai pengaman apabila gangguan terdapat pada

saluran listrik diantara recloser dengan fuse-fuse pada sumur minyak (well). Recloser juga mengalami trip apabila terdapat gangguan pada trafo yang kapasitasnya cukup besar. Gangguan sering terjadi pada saluran udara, gangguan terhadap wiring yang dikarenakan binatang ataupun angin, isolasi yang rusak, dan sebagainya akan menimbulkan hubung singkat antar fasanya ataupun fasa dengan netral. Sedangkan gangguan alam seperti petir mengakibatkan arus lebih pada system pentanahannya, terutama apabila Lightning Arrester tidak bekerja dengan baik. Sistematika kerja recloser apabila terdapat gangguan maka recloser akan trip dalam setting lama waktu tertentu (biasanya 15detik), sampai gangguan dapat hilang dengan sendirinya sebelum 15 detik, system akan bekerja kembali seperti biasa (reclose). Namun apabila telah lebih dari 15 detik gangguan tersebut tetap ada, maka recloser akan trip kembali. Begitu seterusnya hingga 3 kali reclose. Apabila gangguan belum juga usai, maka trip yang ke-4 recloser akan lockout yang berarti system sudah terisolir dan recloser tidak akan reclose kembali, sampai petugas men-reset relay dan menyingkirkan gangguan dari system.

124

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

c.

Proteksi arus lebih pada gangguan yang terdapat pada jalur feeder Tiap feeder memiliki relay arus lebih yang akan memerintahkan circuit

breaker untuk trip ketika terdapat gangguan hubung singkat atau over load yang berpotensi menimbulkan arus berlebih di jalur utama setiap feeder. Umumnya circuit breaker yang digunakan adalah tipe vakum (Vacuum Circuit Breaker). Kebanyakan gangguan yang terjadi pada saluran udara baik transmisi maupun distribusi lebih dari 80% bersifat temporer. Gangguan yang bersifat temporer dapat diakibatkan oleh binatang, tumbuhan, petir dan sebagainya. Gangguan temporer yang sering terjadi adalah adanya ular ataupun monyet yang memanjat tiang listrik dan membuat hubungan singkat kabel-kabel antar fasa maupun dengan kabel netralnya. Apabila Kabel udara tanpa isolasi itu bersentuhan, maka akan terjadi hubung singkat dan mengalir arus dari fasa satu ke fasa lainnya, keadaan ini membuat arus yang mengalir berlebih bdi salah satu fasanya yang disebut Unbalance System. Karena unbalance system, maka nilai arus system telah berada diatas nilai arus setting pada relay over current. Inilah yang membuat relay overcurrent bekerja untuk memerintahkan circuit breaker trip. Setelah circuit breaker trip dan tidak ada tegangan pada saluran, binatang disingkirkan agar tidak terjadi hubung singkat kembali. Maka arus lebih pun telah hilang dari saluran saat CB feeder kembali menutup (reclose) serta CB tidak akan kembali trip lagi dan operasi pun kembali normal. Oleh karena itu tidak dipungkiri pula maintenance dari saluran distribusi juga penting untuk mencegah terjadinya gangguangangguan temporer.

125

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Fuse juga dipakai didekat CB feeder. Fuse ini hanya digunakan apabila ada maintenance atau perbaikan pada CB. Apabila ada perbaikan ataupun maintenance, beban harus dialihkan. Dimana proses pengalihan beban tersebut harus dilakukan tanpa tegangan. Prosedur yang harus dilakukan pertama kali adalah dengan men-tripkan pemutus tenaga (CB) secara terkontrol oleh pusat pengatur beban. Lalu disconnecting switch yang ada dekat CB dibuka, disusul dengan memasukkan system ke jalur Fuse selama maintenance dan perbaikan berlangsung. Para pekerja harus memastikan bahwa sistem yang telah dipisahkan tersebut telah bebas dari tegangan sebelum mereka melakukan pekerjaan dengan memasang temporary grounding.

126

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 . KESIMPULAN Selama melakukan kerja praktek, penulis dapat menyimpulkan : 1. PT. Chevron Pacific Indonesia adalah Perusahaan minyak terbesar yang beroperasi di Indonesia dan memilki sistem kelistrikan yang sangat handal walaupun mencakup daerah yang luas. 2. Sistem pembangkit yang digunakan di PT. CPI adalah sistem pembangkit tenaga gas dengan pertimbangan penyediaan bahan bakar, kemudian operasi dan perawatan, serta pemanfaatan panas gas buang turbin gas. 3. Dalam upaya pemanfaatan gas buang dari pembangkit listrik tenaga gas, PT. CPI telah mengimplementasikan system Co-Gen dengan menggunakan Waste Heat Recovery Steam Generator (WHRSG). 4. Sistem kelistrikan di PT. CPI mengikuti standar kelistrikan di Amerika dengan menggunakan listrik dengan frekuensi 60 Hz dan tegangan dari pembangkit 13,8 KV. 5. Sistem pengendalian dan pemantuan tenaga listrik di PT. CPI dengan mengguanakan SCADA telah dapat meningkatkan mutu dan keamanannya serta mengurangi kerugian-kerugian pada jaringan transmisi dan distribusi.

127

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

6.

Koordinasi sistem proteksi relay arus lebih pada jaringan distribusi tenaga listrik di PT. CPI memiliki tingkatan atau sistem berlapis.

7.

Peralatan proteksi yang digunakan pada PT. CPI seperti rele terus mengalami kemajuan yaitu dengan diterapkannya rele digital contoh: SR 745, SR 760 (berbasis microprosesor).

7.2. SARAN Setelah melakukan kerja praktek dan melihat data-data yang dimiliki perusahaan ini maka penulis menyarankan : 1. Dengan perubahan beban yang semakin, kompleks maka diperlukan studi dan evaluasi yang terus-menerus terhadap sistem kelistrikan PT. Chevron Pacific Indonesia. Terutama untuk menyesuaikan dengan system proteksi yang akan diterapkan baik mengenai jenis peralatan maupun setting-nya. 2. Perlunya analisa pengoperasian dan pemeliharaan yang lebih optimal lagi untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak dikehendaki dalam sistem kelistrikan PT CPI. 3. perkembangan perangkat perangkat keras dan perangkat lunak serta perkembangan teknologi dewasa ini, menuntut adanya sebuah sistem proteksi yang handal di PT. CPI, karena daerah Riau termasuk daerah yang tingkat gangguan petirnya tinggi. 4. Pertahankan prestasi yang telah dicapai di bidang keselamatan kerja (HES).

128

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

DAFTAR PUSTAKA

Aris munandar, Artono. "Teknik Tenaga Listrik" Jilid III. Gardu induk. Penerbit PT. Pradnya Paramita: Jakarta.1993

Departemen Power Generation & Transmission (PG&T). Modul 3. PT.CPI. 2006

http://www.scribd.com/doc/28539309/Relay.

J.Burke, James. " Power Distribution Engineering Fundamentals and Applications ".Penerbit Marcel Dekker, Inc : New York. 1994

Kadir, Abdul, Transmisi Tenaga Listrik. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press) : Jakarta. 1998

Protection-workshop-distribution-protect. ppt

PT Jalamas Berkatama. Sistem Tenaga Listrik. Ppt

T.S. Hutauruk, Transmisi Daya Listrik Penerbit Erlangga: Jakarta. 1991

129

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

LAMPIRAN
1. PG&T fuse size of transformer
13800 Volt Three Phase Single Phase FLA 0.02 0.21 0.31 0.42 0.63 1.05 1.26 1.57 1.88 2.09 2.61 3.14 4.18 4.71 5.23 6.28 8.37 9.41 10.4 6 12.5 5 14.6 4 16.7 3 18.8 3 20.9 2 23.0 1 25.1 0 31.3 8 41.8 4 K 1 2 2 3 3 3 3 3 4 6 8 8 8 10 12 12 15 20 20 25 25 25 30 40 50 SF 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.4 0.6 0.7 0.7 1.0 1.4 1.4 2.1 3.1 3.1 3.5 5.2 7.0 7.8 7.8 10.4 10.4 10.4 14.0 14.0 14.0 21.0 32.0 FLA 0.04 0.36 0.54 0.72 1.09 1.81 2.17 2.72 3.26 3.62 4.53 5.43 7.25 8.15 9.06 10.87 14.49 16.30 18.12 K 2 2 3 4 6 6 8 10 10 12 15 20 20 25 25 40 40 40 SF 0.2 0.2 0.3 0.4 0.6 1.0 1.6 1.6 2.1 2.1 3.5 4.2 6.3 7.0 7.8 10.4 10.4 14.0 14.0 -

N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

KV A 0.5 5 7.5 10 15 25 30 37.5 45 50 62.5 75 100 112. 5 125 150 200 225 250 300 350 400 450 500 550 600 750 100 0

POWE R HP 20 24 30 36 40 50 60 80 90 100 120 160 180 200 240 280 320 360 400 440 480 600 800

130

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

29 30 31

150 0 200 0 250 0

1200 1600 2000

62.7 6 83.6 7 104. 59

65 80 10 0

46.0 -

2.

Koordinasi pada Tx,CB F60 CD#16, Recloser RC 09-M1-16 & REC 09-M4-01 dan Fuse 1 &3.

131

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3.

Koordinasi setting waktu respon terhadap arus gangguan pada CB F60 CD#16, Recloser RC 09-M1-16 & REC 09-M4-01.

132

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PG&T Scope Coverage

133
Chevron 2005 PG&T - Operation Overview 4

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

CPI Integrated Power System


ASSETS:
CPI Integrated Power System Organizational Capability : CPI Employee : 240 Labor Contract : 120 Gas Turbines : CDGT : 5 Units DGT : 1 Unit MGT : 11 Units NDC : 3 Units 100 MW 20 MW 229 MW 300 MW

PUSIN G PIN ANG DAM AR

Simplified One Line Diagram of CPI Power System


BANGK O UJUNG T ANJUN G BENAR T. MED AN BUAY A ANT AR A SO. B AL AM RANT AUB AIS

HRSG : CDGT : 5 Units 50 MBWPD NDC : 3 Units 350 MBWPD Load : Average : ~ 440 MW Peak : ~ 460 MW Power Lines : ~ 3,000 km
ND : COGEN kV Line ~ 128 km POWER PLANT kV Line : ~ 700 km 300 MW, 375 44 kV Line MBCEPD : ~ 105 km ND = North Duri km 13.8 kV Line : ~ 2,000 230 KV Switchyard 4.16 kV Line : ~ 63 km

DUMAI

KUTU

SE. B AL AM SERUNI

KERAN G SINT ONG NO. M ENG G AL A BAT AN G TELIN G A PAGER PUNCAK SO. MEN GG AL A SIKL ADI ROKAN KOPAR JOR AN G PELI T A KULIN

ND. CO GENI

CE. DURI BAG ANB EL AD A

PINANG ROKIRI NELLA

PET ANI PEM AT AN J GAMBON BEKAS AP PINGGIR SAN GSAM MAND AR TAL AS AMI

S. BALAM
PUTIH

RANGAU PUDU

SIMPLIFIED ONE LINE DIAGRAM230 115 OF CPI POWER SYSTEM


N. SEB ANG A PAK

DURI
PUNGUT

SEB ANG A INT AN PEN AS A

GAT AM

JIN GG A KEL ABU HIT AM

PED AD A BENUA

BANGKO W ADUK
RINTIS

SAB AK

OKI ASIH MINDAL

TANDUN AYU GARUK NUSA

DUSUN

ND-CD 115 kV Tie Line Others

SINTONG
LIND AI NINIK LAN GG AK OS AM KASIK AN PAIT AN SURAM TER ANT AM TOPAZ

BATANG PETANI PEMATANG


KOT AG AR O

LIBO

PUSAK A 115

KV
DORAL

RANGAU

KOT AB AT AK

MINAS

NIL AM BERUK N.E.

PEMATANG MAIN
PET AP AH AN

CENTRAL DURI POWER PLANT 105 MW ZAMRUD 55 MBCEPD

: Substation ND Dist. TX Subs. SCADA Infra-metric Disturbance Rec. Day Core Cam
230 KV KBJ

: 48 Units : 8,600 Units : 1 MST & 48 RTU : 2 Units : 48 Units : 1 unit

ROKAN MENGGALA

RUMBAI PEKANBARU
SO. BEKASAP BEKASAP

BERUK

BUNGSU BES AR

115 KV

DURI POWER PLANT 21 MW


PUNGUT KB J
115 KV

Chevron 2005

PG&T - Operation Overview

KBJ 230/115 kV Switchyard


115 KV

LIBO SURAM PETAPAHAN

KOTABATAK

4B 5B

3D

NEW KOTABATAK

4D 6D 6DN MB#19 PEDADA

CPP-BOB
BERUK

PUSAKA

ZAMRUD 8C 8D

M INAS POWER PLANT 232 MW

134
7

Chevron 2005

PG&T - Operation Overview

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SCADA System

Organizational Capability

Hot Line Work 13.8, 44 kV - 1977 Internal capability of conducting hot line work at 13.8 KV and 44 KV lines, i.e.: install re-closer / LA, replace insulators, insert pole, branching line

Replacing Replacing insulator insulator at at 44 44 KV KV pole pole


Chevron 2005 PG&T - Operation Overview 8

Inserting Inserting pole pole at at 13.8 13.8 KV KV line line


Chevron 2005 PG&T - Operation Overview

135
11

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Organizational Capability
Hot Line Work 115 kV - 1986

Organizational Capability

Hot Line Work 230 kV Barehand - 2002

Replacing Replacing insulator insulator at at 115KV 115KV poles poles


Chevron 2005 PG&T - Operation Overview 12

136
Chevron 2005 PG&T - Operation Overview 13

PT. Chevron Pacific Indonesia


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

20.5 km

Nella Junction
15 km

Bangko 28 MVA
13 km 11.4 km

Sintong 10 MVA
13.5 km

Pina ng 7 MVA

Balam 28 MVA

Mengg ala 14 MVA 2.2


km 4.5 km

Batang 7 MVA

CPI Power System ONE LINE DIAGRAM Updated : 24 February 2003


Dumai North Duri 2x28 MVA
10 km

Rokan 28 MVA

Pematang Main 37 MVA


3.7 km

35.6 km 31.2 km 34 km 11.5 km

Central Duri Power Plant 105 MW

18.1 km

Petani Ranga Pematan g u 14 10 MVA 10 MVA MVA


9.1 km

Gambar

South Rumbai

4B: 3D: 2x28 2x28 MVA MVA 4D: 5B: 22 Pusak Zamru Petapah 2x28 S + a d an MVA Bekasap 28 10 6DN: 25 14 6D: 22 10 MVA keadaan Salah satu contoh pekerjaan dalam bertegangan (hotline work) pada saluran transmisi 230 KV 7 MVA MVA MVA Sura + MVA + m 28 MVA 28 7 North MVA 17.5 MVA Rumbai East 1.3 km 5.6 km 6 N.O. Pedad km Rumbai km a 3.5 km 1 km 8D: 22 + 8C: 7 MVA Minas Power Plant 2x28 2x28 100 MW MVA MVA
25.5 km 38 km 4.7 km 20.4 km 3.1 km 4.4 km 6.76 km 14 km 6.5 km 12.1 km 10 km 4.8 km 5.7 km

Bekasap Main 37 MVA Bekasap Bekasap TX-A 28 MVA 10 MVA

1.3 km

Duri Cogen Plant 300 MW

Pungut 7 MVA Libo 10 MVA Kotabata k 10 MVA


27.5 km 34.6 km

8.4 km 24 km 27 km

8.4 km 51 km 8.5 km

Duri Power Plant 92 MW Kota Batak Junction

70 km 68 km

70 km 12.5 km

Beruk 14 MVA

14.6 km 12.6 km

137

You might also like