Professional Documents
Culture Documents
KAUM MUSLIMIN
NASEHAT UNTUK IKHWAN DAN AKHWAT
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz
2
"Artinya : Sesungguhnya manusia, apabila melihat
kemungkaran dan tidak berupaya untuk merubahnya,
dikhawatirkan Allah akan menyegerakan hukuman bagi
mereke secara umum".
"Artinya : Ad-dien itu adalah nasihat, ad-dien itu adalah
nasihat, ad-dien itu adalah nasihat'. (Nasihat artinya
sucinya hati atau ikhlas). Maka bertanyalah sahabat,
'Untuk siapa Ya Rasulullah ?'. Nabi menjawab : 'Untuk
Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan Imam-imam kaum
muslimin, serta kaum muslimin semuanya".
Berkata Jarir bin Abdullah Al-Bajaliy Radhiyallahu anhu.
"Artinya : Aku membai'at Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam untuk menegakan shalat, menunaikan zakat dan
nasehat untuk setiap muslim".
Disyari'atkan bagi setiap muslim manakala mendengar
ajaran yang berfaedah agar menyampaikannya kepada
yang lain, demikian pula muslimat agar supaya
menyampaikan kepada yang lain, manakala mendengar
ilmu yang bermanfaat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi,
"Sampaikan ajaran dariku sekalipun hanya satu ayat".
Adalah Nabi manakala berkhotbah di hadapan manusia
beliau bersabda : "Hendaklah orang yang menyaksikan
(hadir) menyampaikan kepada yang tidak hadir,
adakalanya seorang penyampai ajaran (mubaligh) tidak
lebih menguasai dari yang sekedar mendengar".
Sabdanya lagi :
"Artinya : Barangsiapa meniti jalan dalam rangka mencari
ilmu maka Allah akan permudah baginya jalan menuju
jannah".
Termasuk dalam hadits ini adalah, bagi siapa saja yang
datang ke masjid, atau tempat yang terdapat disana
halaqah ilmu dan pengajaran ilmu yang bermanfaat. Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan
kabaikan, maka Allah fahamkan dia terhadap agama.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
3
"Artinya : Allah pasti melihat dengan kasih sayang-Nya
terhadap seseorang yang mendengar perkataanku (Nabi),
lalu meresponnya dengan baik kemudian
melaksanakannya sebagaimana yang di dengar,
adakalanya pembicara (mubaligh) itu lebih pandai
daripada pendengar adakalanya mubaligh itu
menyampaikan kepada yang lebih pandai darinya".
"Artinya : Tidalah suatu kaum itu berkumpul di rumah-
rumah Allah, kemudian mereka membaca kitabullah dan
saling mengajarkan di antara mereka kecuali rasa tenang
akan turun kepada mereka, mereka akan Allah dengan
rahmat dan akan dikelilingi Malaikat serta mereka diingat
Allah tentang apa-apa yang ada di sisi-Nya".
Ini menunjukkan disyariatkannya berlomba dalam halaqah
ilmu, menaruh perhatian besar terhadapnya, dan tamak
untuk berkumpul dalam rangka tilawatul qur'an dan saling
mengajarkannya.
Diantaranya ialah mendengarkan acara-acara keagamaan,
penyampaian hadits-hadits yang bermanfaat, penyiaran
tilawah qur'an yang dipandu oleh mereka yang dipandang
mampu dalam bidang ilmu agama dan bashirah (hujjah)
serta kebaikan aqidah.
Sebagaimana sudah dimaklumi, bahwa Allah Subhanahu
wa Ta'ala menciptakan jin dan manusia untuk beribadah
kepada-Nya. Ibadah, sudah semestinya dilakukan
berdasarkan ilmu. Manusia tidak akan mengerti hakekat
ibadah yang telah dibebankan kepadanya kecuali dengan
belajar dan mendalami agama. Allah berfirman :
"Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (Adz-
Dzariyat : 56).
Ibadah yang bagaimanakah yang diwajibkan kepada kita
untuk mempelajari dan mempelajarinya ? Yaitu segala
sesuatu yang disyari'atkan Allah dan dicintainya untuk
dilakukan hamba-Nya, seperti shalat, zakat, shiyam dan
selainnya. Kemudian Allah berfirman :
4
"Artinya : Dan orang-orang yang membayar zakat".
Zakat adalah haqqul mal, Allah mewajibkan kepada setiap
muslim untuk mengeluarkan zakat dari sebagian hartanya
kepada yang berhak menerima. Allah mewajibkan bagi
pembayar zakat agar ikhlas karena Allah berharap pahala-
Nya serta takut terhadap hukumannya. Allah berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin". (At-taubah : 60).
Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya :
"Artinya : Mereka mentaati Allah dan Rasul-Nya".
Setelah Allah menyebutkan shalat, zakat, loyalitas diantara
kaum mukmin, amar ma'ruf nahi mungkar, Allah
berfirman :
"Artinya : Mereka mentaati Allah dan Rasul-Nya".
Yaitu, (taat) dalam segala sesuatu, seperti taat dalam
masalah amar ma'ruf nahi mungkar, shalat dan zakat.
Pendek kata, mentaati Allah dalam segala hal.
Demikian sifat mukminin dan mukminat, yaitu mereka
selalu mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam setiap perintah
dan larangan-Nya dimanapun mereka berada. Agama
seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan ketaatan
yang utuh kepada-Nya.
Allah berfirman :
"Artinya : Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat
karunia Allah".
Kemudian Allah menjelaskan bahwasanya orang-orang
yang istiqamah dalam agamanya, menunaikan kewajiban
terhadap Allah, mentaati-Nya dan mentaati Rasulullah
Shallalalhu 'alaihi wa sallam, mereka itulah yang berhak
mendapat karunia di dunia dan di akhirat karena
ketaatannya kepada Allah, keimanan dengan-Nya serta
pelaksanaan kewajiban terhadap-Nya.
Hal itu juga menunjukkan bahwa sesungguhnya bagi
orang yang berpaling, lalai dan orang-orang yang
mengabaikan kewajiban, maka bagi mereka sama halnya
5
dengan menyodorkan dirinya untuk di adzab Allah dan
dimurkai-Nya.
Rahmat Allah bisa diperoleh dengan amal shalih dan
kesungguhan dalam mentaati Allah dan menegakkan
perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berpaling serta
mengikuti hawa nafsu atau setan, maka baginya naar pada
hari kiamat.
Allah berfirman :
"Artinya : Adapun orang-orang yang melampui batas, dan
lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka
sesungguhnya narlah tempat tinggal(nya). Dan adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka
sesungguhnya janahlah tempata tinggal(nya)". (An-Naziat
: 38-41).
Kita memohon kepada Allah dengan Asma'ul Husna-Nya
dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, semoga Allah
menunjukkan kita dan segenap kaum muslimin kepada
ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, semoga Allah
memperbaiki hati kita dan amal kita sekalian, semoga
Allah memberi rezeki berupa kemampuan melaksanakan
Tawashau bil haq dan tawashau bish shabr, tolong
menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, mengutamakan
akhirat atas dunia, mempunyai keinginan untuk tetap
memiliki keselamatan hati dan amal, ambisi untuk
bermanfaat bagi kaum muslimin di manapun mereka
berada.
Kita memohon kepada Allah semoga Dia memenangkan
agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya, membimbing para
pemimpin kaum muslimin keseluruhan, memperbaiki hati
dan amal mereka, memberi mereka pemahaman agama
dan kelapangan hati untuk berhukum dan memutuskan
perkara dengan syari'at-Nya, tetap istiqamah di jalan-Nya.
Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi kita dan
seluruh kaum muslimin di segala penjuru dari berbagai
macam fitnah dan ujian, menghinakan musuh-musuh
6
Islam di manapun mereka berada, membatasi ruang
lingkup kekuasaan mereka, serta menolong ikhwan-
ikhwan kita para mujahidin fie sabilillah di setiap tempat.
Sesungguhnya Allah pemimpin kaum muslimin dan Maha
Kuasa atasnya.
Wa shalallahu wasallam 'ala nabiyina Muhammadin wa
alihi shahbihi ajma'iin.
Hukum ISBAL
(menjulurkan Kain/pakaian di bawah
mata kaki)
7
Berlebihan dalam memanjangkan pakaian
bagi laki-laki tidak dibenarkan dalam Islam.
Maka kita sebagai orang yang mengaku
muslim tidak selayaknya sengaja
mengulurkan pakaian bawah (celana) kita dari
batas yang ditentukan. Unsur kesengajaan
inilah yang dilarang, baik disertai
kesombongan (kebanggaan atas mode)
ataupun tidak, karena Rasulullah melarangnya
tetapi tentunya tidak sama antara dosa Isbal
(memanjangkan) yang disertai kesombongan
dan Isbal yang tidak disertai kesombongan.
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekalian tidak
dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan setinggi gunung.” (Al
Israa: 37)
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang menjulurkan
pakaiannya (sampai menutupi mata
8
kaki) karena sombong, maka Allah tidak
akan memandangnya pada hari
kiamat.” (HR. Bukhari & Muslim)
9
pedih.” Rasulullah mengulang-ngulang
perkataannya itu tiga kali. Abu dzar
berkata, “Sungguh celaka dan rugi
mereka itu ! siapa gerangan mereka itu,
wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda:
“ (1) Al Musbil (Orang yang
memanjangkan pakaiannya sampai
menutupi mata kaki.) (2) Al Mannan
(orang yang suka memberi sesuatu, tapi
suka mengungkit-mengungkit
pemberiannya) (3) dan orang yang
melariskan barang dagangannya
dengan sumpah bohong.” (HR. Muslim,
Abu dawud dan lainnya)
10
Jika seseorang berkata: “Saya Isbal
tanpa kesombongan.” Kita katakan
kepadanya bahwa isbal itu sendiri –
meskipun tanpa niat sombong –
merupakan kesombongan, karena model
pakaian seperti itu penuh dengan
unsure kesombongan. Apalagi jika
mengikuti trend mode orang kafir.
3. Rasulullah r bersabda :
“Dan Hindarilah meng-isbalkan kain,
karena hal itu termasuk kesombongan
dan sesungguhnya Allah tidak suka
kesombongan.”
(HR Abu Daud dan Tirmidzi dengan
sanad shahih, Tirmidzi berkata: “Hadits
Hasan Shahih”)
11
(Hadits shahih, silakan lihat di dalam
kitab Fathul Bari)
12
(HR Bukhari)
Jadi, panjang maksimal pakaian (bawah)
laki-laki muslim adalah sampai mata
kaki saja, tidak boleh lebih dari itu.
13
hendak menegur seseorang yang
mengisbalkan pakaiannya.
14
3. menurut kaidah bahwa pada
asalnya , suatu larangan
menunjukkan pengharaman,
berdasarkan sabda Rasulullah j :
“Apabila aku perintahkan kamu dengan
suatu perintah, maka datangi
(patuhilah) perintah itu semampu kalian,
dan apabila aku larang kamu terhadap
sesuatu, maka tinggalkanlah larangan
itu.” (HR Bukhari dan Muslim)
15
maka itu bagiannya ada di neraka.
Barangsiapa yang emnjulurkan sarung
(kain)nya karena sombong maka Allah
tidak akan melihatnya di hari kiamat.”
(HR Ahmad, Abu Daud dengan sanad
shahih, Ibnu Majah, dan Malik)
E. Syubhat
16
pakaian yang melebihi mata kaki.
Janganlah kita mencari-cari alasan
dengan meninggalkan dalil-dalil yang
jelas dan shahih.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang yang mengharap
rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat.”
(Al Ahdzb: 21)
17
kedua mata kakinya, Rasulullah j langsung
mengatakan kepadanya.” Apakah kamu
tidak mendapatkan contoh dalam diri
saya?” (HR Tirmidzi dan An Nasa’i)
18
pakaiannya di atas mata kakinya bahkan
sampai separuh betis.
(“Bahwasanya pakaian beliau Rasulullah j
sampai setengah betis.” HR Ahmad dan
Tirmidzi di dalam kitab Asy Syama’il dan
selain keduanya, hadits ini shahih)
Oleh
Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil
MUKADIMAH
Artikel ini diambil dari sebagian kecil Tanda-Tanda
Kiamat Shugro, yang dimaksud dengan tanda-tanda
kiamat shugro (kecil) ialah tanda-tandanya yang kecil,
bukan kiamatnya. Tanda-tanda ini terjadi mendahului hari
kiamat dalam masa yang cukup panjang dan merupakan
berbagai kejadian yang biasa terjadi. Seperti, terangkatnya
ilmu, munculnya kebodohan, merajalelanya minuman
keras, perzinaan, riba dan sejenisnya.
19
merupakan seruan untuk bersiap-siap mencari bekal
setelah mati nanti karena kiamat itu telah dekat dan telah
banyak tanda-tandanya yang nampak.
________________________________
22
[6] Bukhari menyebutkan hadits ini dalam Shahih-nya dan
berhujjah dengannya, tidak sekedar menjadikannya syahid
(saksi atau pendukung terhadap hadits lain yang semakna),
dengan demikian maka hadits tersebut adalah shahih tanpa
diragukan lagi.
KATA PENGANTAR
Ibnu Abbas berkata : "Janganlah kalian
mencaci maki atau menghina para shahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Sesungguhnya kedudukan salah seorang dari
mereka bersama Rasulullah sesaat itu lebih
baik dari amal seorang dari kalian selama 40
(empat puluh tahun)". (Hadits Riwayat Ibnu
Batthah dengan sanad yang shahih. Lihat
Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 469, Takhrij
Syaikh Al-Albani).
Menjunjung tinggi nama baik shahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan
kewajiban syar'i dan merupakan tuntunan
agama. Memberikan penghormatan,
keridhaan, serta pujian kepada mereka adalah
salah satu prinsip dasar dari prinsip-prinsip
aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
24
Tulisan di bawah ini sengaja kami angkat
dengan maksud untuk Meluruskan Cerita
Tentang Tsa'labah bin Hathib, dimana
sebagian dari kaum muslimin sering
membawakan riwayat Tsa'labah untuk contoh
kebakhilan, tanpa berusaha untuk merujuk
atau memeriksa kembali kebenaran dari
riwayat tersebut.
25
Kemudian ia berkata, demi Dzat yang
mengutusmu dengan benar, seandainya
engkau memohonkan kepada Allah agar aku
dikaruniai harta (yang banyak) sungguh aku
akan memberikan haknya (zakat/sedekah)
kepada yang berhak menerimanya. Lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berdo'a : 'Ya Allah, karuniakanlah harta
kepada Tsa'labah'.
Kemudian ia mendapatkan seekor
kambing. Lalu kambing itu tumbuh beranak
sebagaimana tumbuhnya ulat. Kota Madinah
terasa sempit baginya. Sesudah itu, ia
menjauh dari Madinah dan tinggal di satu
lembah (desa). Karena kesibukannya, ia hanya
berjama'ah pada shalat Dhuhur dan Ashar
saja, dan tidak pada shalat-shalat lainnya.
Kemudian kambing itu semakin banyak, maka
mulailah ia meninggalkan shalat berjama'ah
sampai shalat Jum'ah pun ia tinggalkan.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bertanya kepada para
shahabat : "Apa yang dilakukan Tsa'labah ?"
Mereka menjawab : "Ia mendapatkan seekor
kambing, lalu kambingnya bertambah banyak
sehingga kota Madinah terasa sempit baginya
...." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam mengutus dua orang untuk mengambil
zakatnya seraya berkata : "Pergilah kalian ke
tempat Tsa'labah dan tempat fulan dari Bani
Sulaiman, ambillah zakat mereka berdua".
Lalu keduanya pergi mendatangi Tsa'labah
untuk meminta zakatnya. Sesampainya di
sana dibacakan surat dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Serta merta
26
Tsa'labah berkata : "Apakah yang kalian minta
dari saya ini pajak atau sebangsa pajak ? Aku
tidak tahu apa yang sebenarnya yang kalian
minta ini !.
Lalu keduanya pulang dan menghadap
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tatkala
beliau melihat keduanya (pulang tidak
membawa hasil), sebelum berbicara, beliau
bersabda : "Celaka engkau, wahai Tsa'labah !
Lalu turun ayat :
"Artinya : Dan diantara mereka ada
yang telah berikrar kepada Allah :
'Sesungguhnya jika Allah memberikan
sebahagian karunia-Nya kepada kami,
pastilah kami akan bersedekah dan
pastilah kami termasuk orang-orang
yang shalih. Maka setelah Allah
memberikan kepada mereka sebahagian
dari karunia-Nya, mereka kikir dengan
karunia itu dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu
membelakangi (kebenaran)". (At-Taubah
: 75-76).
Setelah ayat ini turun, Tsa'labah datang
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia
mohon agar diterima zakatnya. Beliau
langsung menjawab : "Allah telah melarangku
menerima zakatmu". Sampai Rasul shallallahu
'alaihi wa sallam wafat, beliau tidak mau
menerima sedikitpun dari zakatnya. Dan Abu
Bakar, Umar, serta Usman-pun tidak mau
menerima zakatnya di masa khilafah mereka.
KETERANGAN :
Hadits ini sangat Lemah Sekali.
27
Dalam sanad hadits ini ada dua rawi yang
lemah :
1. Ali bin Yazid, Abu Abdil Malik, seorang rawi
yang sangat lemah.
Imam Al-Bukhari dalam kitabnya berkata
: "Ali bin Yazid, Abu Abdil Malik Al-Alhany
Ad-Dimasyqy adalah rawi munkarul
hadits". (Lihat : Adh Dhu'afaa'us
Shaghiir No. 255).
Imam Nasa'i berkata : "Ia meriwayatkan
dari Qasim (bin Abdur Rahman), ia
matrukul hadits". (Lihat : Adh-Dhua'faa
wal Matrukiin No. 455).
Imam Daruquthny berkata : "Ia seorang
matruk (yang ditinggalkan)".
Imam Abu Zur'ah berkata : "Ia bukan
orang yang kuat". (Periksa : Mizanul
I'tidal 3:161, Taqribut Tahdzib 2:46, Al-
Jarhu wat Ta'dil 6:208, Lisanul Mizan 7
:314).
2. Mu'aan bin Rifaa'ah As-Salamy,
seorang rawi yang lemah.
Ibnu Hajar berkata : "Ia rawi lemah dan
sering memursalkan hadits". (Periksa :
Taqribut Tahdzib :258).
Kata Imam Adz-Dzahabi : "Ia tidak kuat
haditsnya". (Periksa Mizanul I'tidal
4:134).
28
Al-Iraqy berkata : "Riwayat ini Dha'if".
(Lihat Takhrij Ahadist Ihya Ulumudin
3:272)
Ibnu Hajar Al-Asqalany berkata :
"Riwayat tersebut Dha'if dan tidak boleh
dijadikan hujjah". (Lihat : Fathul Bari 3
:266).
Ibnu Hamzah menukil perkataan Baihaqi
: "Dha'if". (Lihat Al-Bayan wat Ta'rif 3:66-
67).
Al-Manawi berkata : "Dha'if" (Lihat :
Faidhul Qadir 4:527).
29
"Artinya : Tidak akan masuk Neraka
seseorang yang ikut serta dalam perang
Badar dan perjanjian Hudaibiyah".
(Hadits Riwayat Ahmad 3:396).
SIKAP KITA
Sesudah kita mengetahui kelemahan
riwayat ini maka tidak halal bagi kita
membawakan riwayat Tsa'labah bin Hathib
untuk contoh kebakhilan, karena bila kita
bawakan riwayat itu berarti :
1. Kita berdusta atas nama Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam.
2. Kita menuduh shahabat ahli Surga
dengan tuduhan yang jelek.
3. Kita berdusta kepada orang yang kita
sampaikan cerita tersebut kepadanya.
Ingat, kita tidak boleh sekali-kali
mencela, memaki atau menuduh dengan
tuduhan yang jelek kepada para shahabat
Rasululluh shallallahu 'alaihi wa sallam.
Beliau bersabda :
"Artinya : Barangsiapa mencela
shahabatku, maka ia mendapat laknat
dari Allah, malaikat dan seluruh
manusia". (Hadits Riwayat Thabrani)
Wallaahu a'lam bish shawaab
30
Muqaddimah
31
taufik dan pertolongan untuk menggapai semua kebaikan
dan menolak setiap kemudharatan.
Pasal pertama :
Orang baik dan orang jahat juga orang mu'min dan orang
kafir, sama-sama berpotensi untuk belajar dan bisa berani.
Juga sama-sama mempunyai potensi kejiwaan yang dapat
melunakkan dan meringankan hal-hal yang menakut-kan.
Hanya saja, seorang mu'min mempunyai keunggulan
dengan imannya, kesabaran dan tawakkalnya kepada
Allah serta harapannya untuk mendapatkan pahala dari
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hal-hal inilah yang
menambah rasa keberaniannya, memperingan beban
takutnya juga me-ringankan musibah yang menimpanya.
Seperti difirman-kan Allah Subhanahu wa Ta'ala:
36
Selain itu dia akan mendapatkan pertolongan Allah
Subhanahu wa Ta'ala dan 'kebersamaanNya'. Dan hal itu
dapat menghancurkan perasaan takutnya. Allah Subha-
nahu wa Ta'ala berfirman:
37
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala
menginformasikan bahwa hal-hal yang disebutkan tadi
semuanya akan bernilai kebaikan bagi orang yang
melakukannya. Dan sebuah kebaikan biasanya
mendatangkan kebaikan serta menolak keburukan.
Seorang mu'min yang hanya mengharapkan pahala Allah
Subhanahu wa Ta'ala akan mendapatkan balasan yang
besar yang di antaranya adalah dalam bentuk hilangnya
kesedihan, musibah, dan hal-hal yang mengganggu
lainnya.
Pasal kedua :
40
Pasal ketiga :
41
Bahkan, bila ada musibah yang menimpa hamba lalu dia
hadapi dengan kesabaran, rela dan sikap menerima, maka
akan ringanlah bebannya. Sementara, harapannya
mendapatkan pahala Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
ibadahnya kepada Allah dengan menjalankan perintah
bersabar dan rela, akan mengubah sesuatu yang pahit
menjadi manis. Manisnya pahala membuatnya lupa akan
pahitnya sikap sabar.
Pasal keempat :
Pasal kelima :
Siap Mental
44
Termasuk faktor-faktor yang bermanfaat meng-hilangkan
kegelisahan dan kesedihan, saat ditimpa musibah adalah:
"Berusaha meringankannya dengan cara memperkirakan
kemungkinan terburuk yang bakal terjadi kemudian
mempersiapkan mental untuk menghadapinya." Bila
sudah dipikirkan, hendaklah berusaha meminimalisir
persoalan sesuai kemampuannya. Dengan kesiapan mental
berikut usaha yang maksimal, akan hilanglah kesedihan-
nya. Sebaliknya, berusaha untuk meraih kebaikan dan
menolak kemudharatan, semampu yang dia lakukan.
Pasal keenam :
45
Salah satu cara ampuh untuk pengobatan pe-nyakit
saraf/kejiwaan bahkan juga penyakit-penyakit fisik, adalah
dengan menghadirkan: "Hati yang kuat, tegar dan tidak
terpengaruhi oleh ilusi dan khayalan pikiran-pikiran
negatif." Sebab, bila seseorang sudah mau menerima
khayalan-khayalan, hatinya memberikan reaksi terhadap
berbagai pengaruh dari luar, seperti perasaan takut akan
penyakit dan lain sebagainya, atau perasaan marah dan
merasa terganggu sekali karena hal-hal yang menyakitkan
atau karena memikirkan musibah yang akan menimpa atau
kenikmatan yang akan hilang; semua itu akan meneng-
gelamkannya dalam kesedihan, penyakit rohani maupun
jasmani dan menghancurkan jiwanya. Dampak buruk dan
bahayanya sudah banyak diketahui oleh orang-orang.
46
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkannya." (Ath-Thalaq: 3)
Pasal ketujuh :
Tidak Membenci
47
perilakunya, dia tentu menyukai (perilakunya) yang lain."
(HR. Muslim)
Pertama
Kedua
48
Banyak orang mempunyai idealisme tinggi, mental
mereka siap untuk sabar dan tenang menghadapi berbagai
cobaan dan musibah besar. Akan tetapi mereka menjadi
gelisah dan keruh perasaannya ketika menghadapi
masalah-masalah kecil. Penyebabnya, karena mereka
hanya mempersiapkan mental untuk menghadapi masalah-
masalah besar dan tidak untuk menghadapi masalah kecil.
Ternyata hal itu membahayakan dan mempengaruhi
ketenangan mereka. Orang yang benar-benar kuat adalah
orang yang mempersiapkan dirinya menghadapi masalah-
masalah kecil dan besar sekaligus, serta memohon per-
tolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia juga
mengharap agar urusannya tidak diberikan kepada dirinya
sendiri walaupun hanya sekejap mata. Saat itulah masalah
kecil dan besar mudah dihadapi, sementara jiwanya
tenteram dan hatinya tenang.
Pasal kedelapan :
49
Seorang hamba --apabila ditimpa dengan musibah atau
takut akan sebuah musibah-- hendaklah membanding-kan
antara nikmat-nikmat yang dia dapatkan, baik dalam
urusan agama atau dunia dengan musibah yang sedang
menimpanya. Dengan membandingkannya akan jelas
baginya betapa banyak nikmat yang dia dapatkan dan
tertutupilah musibah yang menimpanya.
51
Jadikanlah hal-hal yang bermanfaat itu selalu berada di
depan mata kita, dan hendaklah kita berusaha untuk
melakukannya. Janganlah kita menoleh pada hal-hal yang
tidak berguna yang dapat mengundang kesedihan dan
kesusahan. Jadikanlah ketenangan dan konsentrasi jiwa
sebagai penolong kita untuk melakukan hal-hal yang
penting.
52
Keutamaan Sabar Menghadapi Cobaan
Majdi As-Sayyid Ibrahim
Kata Pengantar
WahaiUkhtiMukminah.!
54
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah
orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-
Nya.
55
Dari Shuhaib radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
59
"Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman. 'Apabila Aku
menguji hamba-Ku (dengan kebutaan) pada kedua
matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti
kedua matanya itu dengan sorga". (Ditakhrij Al-Bukhari
7/151 dalam Ath-Thibb. Menurut Al-Hafidz di dalam Al-
Fath, yang dimaksud habibatain adalah dua hal yang
dicintai. Sebab itu kedua mata merupakan anggota badan
manusia yang paling dicintai. Sebab dengan tidak adanya
kedua mata, penglihatannya menjadi hilang, sehingga dia
tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya
senang, dan tidak dapat melihat keburukan sehingga dia
bisa menghindarinya.)
60
(merahasiakan) shadaqah, menyembunyikan kelebihan
dan menyembunyikan sakit".
Ukhti Muslimah!
62