You are on page 1of 5

Komunikasi adalah salah satu wujud kebudayaan.

Sebab, komunikasi hanya bisa terwujud setelah sebelumnya ada suatu gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu. Jika komunikasi itu dilakukan dalam suatu komunitas, maka menjadi sebuah kelompok aktivitas (kompleks aktivitas dalam lingkup komunitas tertentu). Dan pada akhirnya, komunikasi yang dilakukan tersebut tak jarang membuahkan suatu bentuk fisik misalnya hasil karya seperti sebuah bangunan. Bukankah bangunan didirikan karena ada konsep, gagasan, kemudian didiskusikan (dengan keluarga, pekerja atau arsitek) dan berdirilah sebuah rumah. Maka komunikasi, nyata menjadi sebuah wujud dari kebudayaan. Dengan kata lain, komunikasi bisa disebut sebagai proses budaya yang ada dalam masyarakat. Jika ditinjau secara lebih kongkrit, hubungan antara komunikasi dengan isi kebudayaan akan semakin jelas : 1. Dalam mempraktekkan komunikasi manusia membutuhkan peralatan-peralatan tertentu. Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara seperti mulut, bibir dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran.Ada kalanya dibutuhkan tangan dan anggota tubuh lain (komunikasi non verbal) untuk mendukung komunikasi lisan. Ditinjau secara lebih luas dengan penyebaran komunikasi yang lebih luas pula, maka digunakanlah peralatan komunikasimassaseperti televisi,suratkabar, radio dan lain-lain. 2. Komunikasi menghasilkan mata pencaharian hidup manusia. Komunikasi yang dilakukan lewat televisi misalnya membutuhkan orang yang digaji untuk mengurusi televisi. 3. Sistem kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi, misalnya sistem hukum komunikasi. Sebab, komunikasi akan efektif manakala diatur dalam sebuah regulasi agar tidak melanggar norma-norma masyarakat. Dalam bidang pers, dibutuhkan jaminan kepastian hukum agar terwujud kebebasan pers. Namun, kebebasan pers juga tak serta merta dikembangkan di luar norma masyarkat. Di sinilah perlunya sistem hukum komunikasi. 4. Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan bahasa sebagai alat penyampai pesan kepada orang lain. Wujud banyaknya bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa bahasa sebagai isi atau wujud dari komunikasi. Bagaimana penggunaan bahasa yang efektif, memakai bahasa apa, siapa yang menjadi sasaran adalah manifestasi dari komunikasi sebagai proses budaya. Termasuk di sini juga ada manifestasi komunikasi sebagai proses kesenian misalnya, di televisi ada seni gerak (drama, sinetron, film) atau seni suara (menyanyi, dialog). 5. Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari komunikasi. Bagaimana mungkin suatu komunikasi akan berlangsung menarik dan dialogis tanpa ada dukungan ilmu pengetahuan? Ilmu pengetahuan ini juga termasuk ilmu tentang

berbicara dan menyampaikan pendapat. Bukti bahwa masing-masing pribadi berbeda dalam penyampaian,gaya, pengetahuan yang dimiliki menunjukkan realitas tersebut. Komunikasi sebagai proses budaya tak bisa dipungkiri menjadi obyektivasi antara budaya dengan komunikasi. Proses ini meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam proses budaya. Komunikasi adalah proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuah proses kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan. Sesuatu dikatakan komunikasi jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Kebudayaan juga hanya bisa disebut kebudayaan jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yang membentuk sebuah sistem.

Berikut ini sejumlah dampak negatif (efek buruk) yang bisa ditimbulkan akibat radiasi yang berlebihan dari ponsel dan menara BTS: Peningkatan risiko kanker otak pada anak-anak dan remaja hingga 400 persen akibat penggunaan ponsel. Makin muda usia pengguna, makin besar dampak yang ditimbulkan oleh radiasi ponsel. Pada orang dewasa, radiasi ponsel juga berbahaya. Penggunaan ponsel 30 menit/hari selama 10 tahun dapat meningkatkan risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak yang bisa menyebabkan tuli). Medan elektromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi seperti ruam dan gatal-gatal. Penggunaan ponsel lebih dari 30 menit/hari selama 4 tahun bisa memicu hilang pendengaran (tuli). Radiasi ponsel yang terus menerus bisa memicu tinnitus (telinga berdenging) dan kerusakan sel rambut yang merupakan sensor audio pada organ pendengaran. Frekuensi radio pada ponsel juga mempengaruhi kinerja alat-alat penunjang kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung. Akibatnya bisa meningkatkan risiko kematian mendadak. Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan, frekuensi radio yang digunakan (900 MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di lapisan mata sehingga memicu kerusakan kornea. Radiasi ponsel juga berbahaya bagi kesuburan pria. Menurut penelitian, penggunaan ponsel yang berlebihan bisa menurunkan jumlah sperma hingga 30 persen. Frekuensi radio pada ponsel bisa menyebabkan perubahan pada DNA manusia dan membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan karsinogen atau senyawa yang dapat memicu kanker. Emisi dan radiasi ponsel bisa menurunkan kekebalan tubuh karena mengurangi produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan persendian serta memicu rematik. Resiko kanker di kelenjar air ludah dapat meningkat akibat penggunaan ponsel secara berlebihan. Produksi homon stres kortisol meningkat pada penggunaan ponsel dalam durasi yang panjang. Peningkatan kadar stres merupakan salah satu bentuk respons penolakan tubuh terhadap hal-hal yang membahayakan kesehatan. Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan sistem syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang kerusakan itu dapat mempercepat kepikunan. Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan hidup. Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau kehilangan arah sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan arah pulang menuju ke sarang.

Ternyata, menurut beberapa ahli, penggunaan ponsel secara berlebihan dapat memicu timbulnya dampak buruk pada kesehatan dan tingkah laku manusia akibat radiasi yang ditimbulkan. Sudah saatnya kita menggunakan ponsel sesuai kebutuhan dan jangan sampai memakainya dengan berlebihan, terutama pada anak-anak dan remaja.

Kepribadian Anak Dampak negatif penggunaan handphone yang paling mencolok pada anak adalah perubahan tingkah laku. Tentu saja hal ini juga akan berujung pada kepribadian anak tersebut. Terlalu sering menggunakan handphone(terlebih handphone pintar) yang memiliki beberapa aplikasi dan fitur menarik, membuat anak tidak terlalu peka terhadap lingkungan. Beberapa hal yang menjadi isu dalam hal ini antara lain adalah kepercayaan diri, kemampuan berkomunikasi, manajemen waktu, hingga hubungan antara anak dengan orang tua. Jika komunikasi antara anak dan orang tua lebih banyak menggunakan handphone, dalam hal ini SMS, chatting atau telepon, maka dampak negatif penggunaan handphone seperti ini tentu saja dapat berimbas buruk pada hubungan orang tua dan anak. Kesehatan Seorang Doktor dari Sahlgren Academy di Swedia bernama Gaby Badre, M.D, Ph.D pernah melakukan penelitian mengenai dampak negatif penggunaan handphone bagi kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badre ini lebih khusus mengenai dampak sebuah ponsel ke pola tidur seseorang. Badre menemukan bahwa ketika seorang anak menggunakan telepon dan GSMsecara berlebihan akan mengakibatkan kesulitan tidur pada malam hari. Tentunya hal ini nantinya akan berdampak pada tingkat kelelahan dan stress. Selain itu, banyak terdapat juga penelitian yang mengungkapkan mengenai dampak buruk penggunaan handphone karena adanya radiasi sinyal RF. Radiasi ini bisa meningkatkan potensi terkena kanker, terutama pada anak-anak. Namun untuk yang satu ini memang masih banyak perbedaan di kalangan akademisi. Terdapat pula sebagian besar lainnya yang telah mengungkapkan hasil penelitian yang mengatakan bahwa sebuah handphone tak akan menimbulkan penyakit kanker. Korban Bullying Dalam sebuah kabar terbaru yang diungkapkan oleh lembaga penelitian bernama Openet mengungkapkan bahwa hampir 41% anak pernah menjadi korban cyber bullying. Dampak negatif penggunaan handphone ini terjadi melalui jaringan telepon. Survei tersebut dilakukan oleh Openet terhadap 503 pengguna ponsel di Amerika yang berusia antara 13 hingga 17 tahun. Jadi, apakah Anda masih tertarik untuk memberikan sebuah handphone kepada anak-anak? Mungkin alangkah baiknya kepada para orang tua, untuk sesekali mengontrol penggunaan handphoneyang digunakan oleh anak Anda. [IB]

You might also like