Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1 A. B. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 1 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................... 1
B. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF PERENCANAAN .................................................................................................................................... 4 C. MEMAHAMI PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA .................................. 6
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan publik khususnya pemerintahan maupun privat (usaha swasta) selalu diperlukan barang/jasa baik untuk keperluan operasional yang bersifat rutin seperti bahan baku, bahan penolong (supplies), suku cadang, barang jadi, dan barang modal (kapital) seperti bangunan, mesin dan peralatan lainnya. Kebutuhan barang/jasa tidak dapat dihindarkan untuk menjaga kelancaran operasional dan untuk menjamin pertumbuhan, dimana untuk mendapatkannya tidak dapat diperoleh secara instan, tetapi diperlukan tenggang waktu. Tenggang waktu tersebut dimulai dari saat melakukan pemesanan, waktu untuk memproduksinya, waktu untuk mengantarkan barang, bahkan sampai dengan waktu untuk memproses barang di gudang hingga siap digunakan oleh pemakainya. Diberbagai negara maju seperti di Amerika dan negara yang tergabung dalam Komunitas Eropa, tidak kurang dari 20% GDP dialokasikan untuk pengadaan barang/jasa, sedangkan di Indonesia tiap tahunnya tidak kurang dari 30% APBN dialokasikan untuk pengadaan barang/jasa. Oleh sebab itu, sistem pengadaan publik yang transparan, non diskriminasi, berkeadilan, efektif dan efisien sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Salah satu isu dan permasalahan pokok dalam penyelenggaraan pengadaan publik yang diakui oleh berbagai kalangan baik dari masyarakat bahkan dari pemerintah adalah praktek diskriminatif, kecurangan, dan korupsi yang terjadi tidak hanya di negara berkembang seperti di dalam pengadaan pemerintah di Indonesia, tetapi juga diberbagai negara maju. Menurur Christopher & Gross (2006), sebenarnya isu dan permasalahan ini telah mendapat perhatian masyarakat internasional sejak tahun 60an, dan berbagai upaya telah dilakukan untuk mencari solusinya. Kesepakatan pertama lahir tahun 1979 pada Putaran Tokyo (Tokyo Round) dengan dikeluarkannya Government Procurement Agreement (GPA) sebagai suatu kesepakatan yang bersifat plurilateral yang mul mulai diberlakukan pada 1 Januari 1981. B. RUMUSAN MASALAH 1. Prinsip pengadaan barang/jasa 2. Efektivitas kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah dalam perspektif perencanaan 3. Memahami perencanaan dan kebijakan pengadaan barang/jasa
BAB II PEMBAHASAN
2. Adil: tidak diskriminatif dalam memberikan perlakuan bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara atau alasan apa pun. 3. Bertanggung jawab: mencapai sasaran baik fisik, kualitas, kegunaan, maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebijakan serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa 4. Efektif: sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para pihak terkait 5. Efisien: menggunakan dana, daya, dan fasilitas secara optimum untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan biaya yang wajar dan tepat pada waktunya.
c. Etika Pengadaan
Semua fungsi/pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa wajib mematuhi etika sebagai berikut 1. Melaksanakan tugas secara tertib, penuh rasa tanggung jawab, demi kelancaran, dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/ jasa. 2. Bekerja secara profesional dengan menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian, dan menjaga informasi yang bersifat rahasia 3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan persain gan tidak sehat, penurunan kualitas proses pengadaan, dan hasil pekerjaan. 4. Bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kewenangannya. 5. Mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan. Pengadaan barang/jasa publik (public procurement) merupakan pengadaan barang yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang baik dari segi penggunanya, pelaksana pengadaan, dan sumber dananya. Aktivitas pengadaan tidak terbatas pada proses pengadaan, namun cakupan aktivitas pengadaan meliputi lima kegiatan utama yaitu rencana pengadaan, proses pengadaan, penerimaan dan penyimpanan, serta pemakaian dan manajemen aset, dan tiga transaksi, yaitu transaksi pembelian barang/ jasa (kontrak), transaksi penerimaan barang/jasa, dan transaksi pengeluaran atau penggunaan barang/jasa.
Untuk meningkatkan efifiensi, efektivitas dan akuntabel dalam penggunaan keuangan negara yang dibelanjakan melalui proses pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan upaya untuk menciptakan kondisi yang diinginkan, sehingga diperoleh barang/jasa pemerintah yang terjangkau dan berkualitas serta dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran tugas tugas umum pemerintah dan pelayanan umum. Sejauh ini upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah baru terbatas pada usaha perubahan kelembagaan dari Panitia Pengadaan Barang/Jasa menuju Unit Layanan Pengadaan (ULP) serta aplikasi e-procurement dan e-announcement, melalui sistem pengadaan barang / jasa pemerintah yang dikelola secara elektronik berbasis web. Memang tidak salah inovasi ide-ide baru tersebut akan dijalankan. Namun upaya tersebut akan jauh lebih baik dan efektif apabila mengoptimalkan fungsi-fungsi perencanaan sebagai berikut :
1.
Sebagai Alat Pedoman Pencapaian Tujuan Menetapkan seting tujuan merupakan hal mendasar yang akan menjadi pedoman dan
karakteristik sebagai sarana pertumbuhan organisasi. Menetapkan tujuan yaitu memutuskan target pencapaian tujuan jangka pendek atau jangka panjang dalam skope yang jelas, tetapi desain spesifik sub tujuan dalam pembuatan rencana operasional dengan strategi. Tujuan dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti : menyusun alternative kebijakan atau tindakan yang mugkin dapat dipilih, menilai dan membandingkan untung ruginya setiap alternative kegiatan, memilih dan menetapkan satu alternative yang paling cocok atau baik diantara alternative tersebut. 2. Sebagai Alat Koordinasi Kegiatan Perencanaan memiliki fungsi untuk mengkoordinasikan usaha-usaha dalam suatu organisasi, atau pekerjaan yang dilakukan oleh individu dan kelompok. Masing-masing individu atau kelompok memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda. Agar tujuan dan kepentingan itu tidak keluar dari tujuan organisasi, maka perlu dilakukan koordinasi. 3. Sebagai Alat Untuk Evaluasi Kinerja Keberhasilan yang dicapai pada masa lalu akan menjadi standar kinerja untuk masa yang akan datang. Standar itu biasanya disusun dalam suatu rumusan tujuan organisasi. Tanpa perencanaan, standar perfoma mungkin menjadi tidak rasional, subjektif, dan tak
terarah sehingga sulit untuk mencapainya. Oleh karena itu agar arah kebijakan umum pengadaan barang / jasa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ritz Mengatakan Kesuksesan pengadaan barang / jasa adalah tujuan dari semua pihak yang terlibat didalam proyek pengadaan barang / jasa tersebut . Masterman juga menyatakan bahwa tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna adalah bagaimana kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh penyedia barang / jasa sesuai dengan biaya yang dianggarkan dan kualitas pekerjaan yang sesuai. Lebih lanjut Soeharto juga menyatakan bahwa tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna adalah kegiatan pengadaan barang / jasa tersebut dapat cepat selesai minimal tidak melewati anggaran, berfungsi sesuai dengan harapan dan minimal sesuai spesifikasi. Sedangkan tujuan-tujuan
tersebut hanyalah tersedia pada fungsi perencanaan yang benar-benar dijadikan sebagai pembaharuan new public management.
mengarahkan usaha Sumber Daya Manusia, menjamin dan memonitor tercapainya penyelesaian tugas dengan sempurna serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan. Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan 4 (empat) tujuan perencanaan :
Memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non manajerial ; Mengurangi ketidakpastian ; Meminimalisir pemborosan ; Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevaluasian.
Dengan demikian, tanpa perencanaan organisasi akan kehilangan arah dan sulit untuk mengantisipasi ancaman perubahan lingkungan ( Amirullah dan Rindyah, 2002:50-51). c. Konsep Kebijakan publik
Kebijakan publik merupakan hasil keputusan yang dibuat oleh Pemerintah dan ditujukan kepada masyarakat atau pihak-pihak tertentu, baik dari kalangan pemerintah sendiri maupun dari kalangan swasta. Definisi singkat dan jelas disampaikan oleh Thomas R.Dye dalam Howlett dan Ramesh (1995:4), yang berbunyi : Anything a government choose to do ornot to do ( Sesuatu yang dipilih oleh pemerintah untuk dilaksanakan atau tidak dilaksananakan). Mengingat bahwa lingkungan sosial bersifat dinamis dan komplek dengan beragam kepentingan ada didalamnya, dan pihak pihak terlibat dalam kebijakan juga memiliki berbagai kepentingan, maka proses pembuatan kebijakan sering melalui tarik-menarik kepentingan yang kontradiktif penuh dengan perdebatan akan kebenaran menurut pandangan masing-masing pihak yang terlibat didalam perumusan maupun pelaksanaan kebijakan tersebut. Fox dan miller (1995:112) mengatakan, Kebijakan adalah : Suatu Paradoks dimana terdapat beberapa kebenaran kontradiktif yang timbul menurut pandangan masing-masing pihak. Lebih lanjut Fox dan Miller mengatakan bahwa kebijakan ini merupakan kegiatan politis yang didalamnya penuh dengan kepentingan dimana masing-masing pihak di masyarakat saling
mempengaruhi satu sama lain. Inilah fakta yang menunjukan betapa eratnya hubungan kebijakan dengan politik, karena kebijakan selalu terkait dengan kepentingan kelompok di masyarakat. d. Konsep Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Pengadaan barang / jasa atau yang lebih dikenal dengan lelang banyak dilakukan pada semua pihak dari pemerintah maupun swasta. Pengadaan barang / jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN,APBD Propinsi dan APBD Kabupaten, baik yang dilaksanakan secara swakelola ataupun oleh penyedia barang / jasa yang dilakukan secara pihak swasta,dibedakan dengan biaya yang dikeluarkan secara pribadi maupun oleh pihak swasta untuk proses pelanggan barang / jasa, dan kesemuanya ini telah diatur berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perpres nomor 54 Tahun 2010. Adapun maksud dan tujuan pengadaan barang / jasa menurut Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010 adalah : 1. Untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barang / jasa yang sebagaian atau seluruhnya didanai dari APBN / APBD Propinsi atau APBD Kabupaten. 2. Agar pelaksanaan dilakukan secara efesien, efektif, terbuka,dan dan bersaing, transparan, adil / tidak diskriminatif, dan akuntabel. Kedudukan pengguna barang / jasa adalah kepala kantor / satuan kerja / pemimpin bagian proyek / pengguna anggaran daerah / pejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang / jasa dalam lingkungan unit kerja / proyek tertentu.). Sedangkan penyedia barang ./ jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang / layanan jasa. Selanjutnya dalam Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010 ditegaskan bahwa dalam pengadaan barang / jasa pemerintah, penyedia pengadaan wajib menerapkan efesien, efektifitas, terbuka dan bersaing, transparasi, berkeadilan tidak berdiskriminatif serta akuntabel. Sehingga wajar jika kebijakan umum tentang pengadaan barang / jasa pemerintah, diarahkan kepada : a). Peningkatan penggunan produksi dalam negeri . b). Peningkatan peran serta usaha kecil . c).
Meningkatkan profesionalisme. d). peningkatkan penerimaan negara. e). penumbuhan peran serta usaha nasional. f ) Pengharusan pengumuman secara terbuka. Dalam rangka memenuhi arah kebijakan umum pengadaan barang / jasa, maka pengguna barang / jasa, penyedia barang / jasa dan apara pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang / jasa harus mematuhi etika sebagai berikut : 1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketetapan tercapainya tujuan pengadaan barang / jasa. 2. Bekerja secara professional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang / jasa yang seharusnya dirahasiakan untyuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang / jasa. 3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat. 4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak. 5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang / jasa (conflict of interest). 6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Negara dalam pengadaan barang / jasa. 7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang atau kolusi dengan tujuan untuk menciptakan good and cleen governance Secara tehnis factor keberhasilan pengadaan barang / jasa terdiri dari empat sasaran yaitu ketetapan waktu, biaya yang sesuai anggaran, kualitas yang memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, dan terjaminya keselamatan kerja. Pengadaan barang / jasa yang sukses tidaklah mudah didapat karena banyaknya kepentingan dari pihak-pihak utama yang terrlibat dalam pengadaan. Kepentingan-kepentingan seperti kepentingan owner yang meliputi ketetapan waktu, biaya dan fungsinya seperti yang diharapkan. Ritz (1994) Mengatakan Kesuksesan pengadaan barang / jasa adalah tujuan dari semua pihak yang terlibat didalam proyek pengadaan barang / jasa tersebut. Adapun yang terlibat antara lain
9
pengguna barang / jasa dan konsultan atau manager konsultasi. Berdasarkan kualifikas sesuai persyaratan bagi penyedia barang / jasa yang telah ditentukan oleh pengguna tetap menjadi prioritas usaha dari semua pihak yang terlibat dalam pengadaan barang / jasa dan segala daya yang dikerahkan untuk mencapain hal Menurut beberapa peneliti, pengguna barang / jasa mempunyai kebutuhan / tujuan tertentu terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Masterman menyatakan ( 1994, Bent 1984, Curtis et al 1994 dalam Hatush dan Skitmore,1997. a ) Tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna adalah bagaimana kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh penyedia barang / jasa sesuai dengan biaya yang dianggarkan dan kualitas pekerjaan yang sesuai. Soeharto (1995) berpendapat lain tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna adalah kegiatan pengadaan barang / jasa tersebut dapat cepat selesai minimal tidak melewati anggaran, berfungsi sesuai dengan harapan dan minimal sesuai spesifikasi.
10
1. Kesimpulan
Perencanaan hanya kata-kata yang manis diucapkan tapi sulit untuk diterapkan. Paradigma ini hampir sudah membudaya sehingga esensi dan tujuan perencanaan semakin hari semakin abu-abu, dan berdampak pada pencapaian kinerja pengadaan barang/jasa yang tidak optimal; Pengadaan barang / jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN,APBD Propinsi dan APBD Kabupaten, baik yang dilaksanakan secara swakelola ataupun oleh penyedia barang / jasa diatur berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perpres nomor 54 Tahun 2010. Secara garis besar proses pengadaan barang/jasa pemerintah diawali oleh : a). Kebutuhan barang/jasa b) Optimalisasi fungsi perencanaan c) Rencana Kerja Anggara/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (RKA/DPA) d) Pengadaan Barang/Jasa
11
12