You are on page 1of 20

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2008


Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur Boediono Miranda S. Goeltom Hartadi A. Sarwono Siti Ch. Fadjrijah S. Budi Rochadi Muliaman D. Hadad Ardhayadi Mitroatmodjo Budi Mulya Gubernur Deputi Gubernur Senior Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3 II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ................................. 5 Inflasi .......................................................................................... 6 Nilai Tukar Rupiah ........................................................................ 8 Kebijakan Moneter .................................................................... 10 Strategi Kebijakan ................................................................ 10 Suku Bunga .......................................................................... 10 Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 11 Pasar Modal ......................................................................... 12 Kondisi Perbankan ................................................................ 15 III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 17

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER


Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari Kamis, 5 Juni 2008, memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 8,50%. Kenaikan BI Rate ini ditetapkan setelah mencermati perkembangan terkini baik perekonomian global maupun domestik. Masih tingginya harga komoditas energi dan bahan pangan dunia serta dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan tekanan pada inflasi di tahun 2008.Bank Indonesia (BI) juga melihat bahwa tren peningkatan permintaan domestik turut memberikan tekanan pada inflasi inti. Inflasi pada tahun 2008 kemungkinan akan meningkat pada kisaran 11,5-12,5% (yoy). Namun, BI memperkirakan bahwa dengan berbagai kebijakan yang telah dan akan dilakukan, baik oleh BI maupun Pemerintah, inflasi akan kembali mengarah ke satu digit di tahun 2009 pada kisaran 6,5% 1%. Bank Indonesia akan memfokuskan pada upaya meredam dampak tidak langsung dari kenaikan harga BBM dan pangan. Untuk itu, Bank Indonesia akan terus menerapkan strategi kebijakan yang optimal yang diterjemahkan dalam operasional kebijakan moneter melalui pengelolaan likuiditas dalam bentuk Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan berbagai instrumen lain seperti instrumen intervensi valuta asing guna mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan. Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia akan melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Dengan perubahan tersebut, BI akan menjaga pergerakan suku bunga PUAB O/N di sekitar level BI Rate. Sementara itu, suku bunga SBI lelang ditetapkan berdasarkan bunga pasar yang wajar (fair market value). Penerapan inflation targeting framework dalam rezim nilai tukar mengambang bebas akan tetap menjadi pegangan Bank Indonesia. Upaya menjaga volatilitas nilai tukar merupakan unsur penting dari kebijakan tersebut dalam menurunkan tekanan inflasi. Inflasi Indeks Harga Komoditas (IHK) Mei 2008 secara bulanan berada jauh di atas pola historisnya dan meningkat menjadi 1,41% dari 0,57% pada bulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi Mei 2008 secara tahunan tercatat sebesar 10,38% atau meningkat signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu sebesar 8,96%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

year-to-date sampai dengan Mei 2008 telah mencapai 5,47%. Kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir bulan laporan memberi dampak yang signifikan pada peningkatan laju inflasi Mei 2008. Aksi menaikkan harga berbagai komoditas menjelang kenaikan harga BBM berkontribusi terhadap tingginya inflasi Mei 2008. Mengingat bahwa dampak kenaikan BBM diperkirakan belum sepenuhnya terefleksi pada inflasi di bulan Mei 2008 maka tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM diperkirakan masih akan berlanjut di beberapa bulan berikutnya.
Meski dihadapkan pada tekanan inflasi yang tinggi, Bank Indonesia mencermati bahwa perekonomian Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2008 yang tumbuh cukup tinggi sebesar 6,3%. Angka pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh konsumsi dan kinerja ekspor. Di sisi lain, kenaikan harga beberapa komoditas pertanian dan barang tambang di pasar internasional memberikan sumbangan pada meningkatnya ekspor. Kenaikan harga tersebut didukung pula oleh permintaan yang masih tinggi dari negara-negara emerging market. NPI diprakirakan mencatat kinerja yang baik terutama disumbang oleh neraca transaksi berjalan. Surplus transaksi berjalan triwulan II-2008 diprakirakan tetap tinggi mencapai USD2,6 miliar atau 2,3% dari PDB. Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2008 Bank Indonesia memprakirakan NPI berpotensi mencatat surplus sedikit lebih rendah dari perkiraan semula. Namun, faktor tingginya harga komoditas internasional masih mendukung kinerja ekspor. Masih kuatnya kinerja NPI mengindikasikan bahwa perekonomian kita memiliki ketahanan dan selanjutnya akan berdampak positif terhadap kestabilan nilai tukar rupiah. Cadangan devisa sampai dengan akhir Mei 2008 tercatat masih tinggi mencapai USD57,5 miliar. Sementara itu, nilai tukar rupiah selama Mei 2008 relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Industri perbankan secara umum masih menunjukkan kinerja dan ketahanan yang baik. Pelaksanaan fungsi intermediasi yang terus meningkat sebagian besar didanai dari kredit. Kredit perbankan pada April 2008 meningkat Rp22,9 triliun (2,1%) dari Rp.1.080,1 triliun menjadi Rp.1.103,1 triliun. Secara year-on-year (April 2008-April 2007), kredit meningkat Rp.247,7 triliun atau sekitar 29%. Sekitar 71% dari total kredit ini dialokasikan kepada Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Dana Pihak Ketiga (DPK) pada periode yang sama meningkat 1,1% dari Rp1.466,2 triliun (Maret 2008) menjadi Rp1.481,8 triliun (April 2008).

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

Kenaikan kredit yang lebih besar dari kenaikan DPK pada bulan tersebut menyebabkan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan meningkat dari 73,7% pada Maret 2008 menjadi 74,4% pada April 2008. Sementara itu, rasio Non-Performing Loan (NPL) perbankan baik gross maupun net mengalami sedikit peningkatan masing-masing dari 4,33% menjadi 4,39%, dan dari 1,78% menjadi 1,83%. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap melaksanakan kebijakan moneter secara konsisten dan terukur untuk mengamankan arah perkembangan inflasi sebagaimana tersebut di atas. Bank Indonesia juga akan selalu berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah dalam menyikapi berbagai dinamika perekonomian dalam dan luar negeri.

II. PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER


Asesmen makroekonomi selama Mei 2008 menunjukkan perlambatan ekonomi dengan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga. Laju inflasi IHK dan inflasi inti secara tahunan mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Peningkatan inflasi IHK pada Mei 2008 didorong oleh kebijakan Pemerintah meningkatkan harga BBM bersubsidi, selain masih berlanjutnya tekanan inflasi impor pada bulan laporan. Dari sisi nilai tukar, nilai rupiah selama Mei 2008 bergerak sedikit melemah baik secara rata-rata maupun point to point. Kinerja NPI yang membaik memberikan dukungan yang solid terhadap stabilitas nilai tukar rupiah di tengah berkembangnya gejolak pasar keuangan global. Dari sisi moneter, kendati level BI Rate tetap, penurunan tingkat suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman masih terus berlanjut sampai dengan April 2008. Sementara itu, BI Rate mulai direfleksikan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) berbagai tenor. Kondisi tersebut selanjutnya ditransmisikan pada pertumbuhan deposito yang menurun dan kredit yang tumbuh akseleratif sejalan dengan aktivitas perekonomian aktual dan optimismenya ke depan. Di sektor pasar keuangan, kinerja pasar saham menguat dibandingkan dengan bulan sebelumnya terutama disebabkan oleh respon positif pasar terhadap berbagai perkembangan domestik yang terjadi. Sementara itu, rata-rata volume harian perdagangan SUN selama Mei 2008 menunjukkan peningkatan, sedangkan frekuensi transaksinya mengalami penurunan.

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

Inflasi
%, yoy %, yoy 42
IHK Inti (exclusion) 17,68 Volatile Food Adm Prices (RHS) 14,6

Laju inflasi IHK Mei 2008 mencapai 10,38% (yoy), meningkat cukup tinggi bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 8,96% (yoy) (yoy). Peningkatan inflasi IHK tersebut terutama bersumber dari komponen inflasi yang bersifat nonfundamental, yaitu inflasi administered price dan volatile food (Grafik 2.1). Peningkatan inflasi administered price terutama didorong oleh kebijakan Pemerintah meningkatkan harga BBM bersubsidi rata-rata 28,7% per 24 Mei 2008 dan kelangkaan komoditas energi yang masih terus berlanjut. Namun demikian, dampak kenaikan BBM baru sebagian terefleksi pada inflasi Mei 2008 sehingga tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM diperkirakan masih akan muncul kembali pada inflasi Juni 20081 . Sementara itu, peningkatan inflasi volatile food terutama terkait dengan peningkatan ekspektasi inflasi para pedagang sebagai dampak tidak langsung peningkatan harga BBM dan meningkatnya biaya distribusi. Di samping itu, masih berlanjutnya dampak peningkatan harga komoditas pangan internasional juga memberikan tekanan pada inflasi volatile food. Dari sisi fundamental, peningkatan ekspektasi inflasi dan masih adanya dampak inflasi impor mendorong peningkatan laju inflasi inti. Kelompok yang mengalami inflasi tertinggi dan menjadi penyumbang utama inflasi Mei 2008 adalah kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 18,18% (Grafik 2.2). Kelompok lainnya yang memberikan sumbangan cukup tinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar dengan inflasi sebesar 8,63%. Secara tahunan, laju inflasi volatile food meningkat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Inflasi volatile food meningkat dari 14,95% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 17,68% (yoy), secara bulanan inflasi volatile food juga meningkat dari 0,29% menjadi 1,73%. Peningkatan inflasi tersebut terkait dengan dampak pengumuman (announcement effect) dari dampak lanjutan kenaikan harga BBM yang bersumber dari peningkatan ekspektasi inflasi para pedagang, kenaikan biaya distribusi dan masih berlanjutnya dampak peningkatan harga komoditas pangan internasional. Pada Mei 2008, komoditas yang terutama memberikan sumbangan pada inflasi kelompok tersebut antara lain beras (0,13%), minyak goreng (0,02%), daging ayam ras (0,11%), dan bawang merah (0,06%).

21 19 17 15 13 11 9 7 5

32 22

8,33 10,38 8,69

12 2 -8

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2006

2007

2008

Grafik 2.1. Disagregrasi IHK

Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga Kesehatan Sandang Perumahan, Listrik, Air, Gas, dan Bahan Bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Bahan Makanan

2,09 9,17 8,18

sumbangan (yoy) inflasi (yoy)

10,88 8,63 9,58 18,18

-0,02 1,98 3,98 5,98 7,98 9,98 11,98 13,98 15,98 17,98 %

1 Hal ini terkait dengan metode perhitungan oleh BPS yang didasarkan pada rata-rata harga selama 1 bulan.

Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok (Mei 2008, m-t-m)

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

Pada kelompok administered prices, laju inflasi mencapai 8,33% (yoy), jauh meningkat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu sebesar 5,58% (yoy). Secara bulanan, inflasi administered prices meningkat cukup tinggi menjadi 2,84% dari 1,58% pada bulan sebelumnya. Peningkatan laju inflasi administered price tersebut terutama terkait dengan kebijakan Pemerintah meningkatkan harga BBM bersubsidi untuk premium dan solar (di luar minyak tanah). Peningkatan harga tersebut memberikan sumbangan inflasi pada kelompok ini sebesar 0,3%. Kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan harga minyak tanah sebesar 25% direspon dengan peningkatan harga minyak tanah di tingkat pengecer di beberapa kota, namun dengan persentase yang relatif lebih kecil. Peningkatan harga minyak tanah tersebut diperkirakan juga akibat kelangkaan minyak tanah terkait dengan kurang mulusnya program konversi minyak tanah ke gas elpiji. Sementara itu, kenaikan harga BBM bersubsidi telah memicu kenaikan tarif angkutan dalam kota. Namun, kenaikan tarif tersebut masih rendah sehingga sumbangan inflasinya pun masih relatif kecil yaitu sebesar 0,03%. Komoditas lain yang turut memberikan sumbangan inflasi adalah harga gas elpiji terkait kelangkaan pasokan gas elpiji kemasan 3 kg dan 12 kg, dan harga rokok kretek serta rokok kretek filter terkait masih berlanjutnya penyesuaian tarif spesifik rokok dan ad volarum per 1 Januari 2008. Dari sisi fundamental, laju inflasi inti mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebelumnya. Pada Mei 2008, inflasi inti mencapai 8,69% (yoy) atau meningkat dari 8,22% (yoy) pada bulan sebelumnya, Secara bulanan, inflasi inti mencapai 0,76%, meningkat dari 0,34% pada bulan sebelumnya. Peningkatan laju inflasi inti terutama didorong oleh meningkatnya ekspektasi inflasi dan masih berlanjutnya dampak inflasi impor. Di samping itu, nilai tukar yang sedikit melemah juga sedikit memberikan tekanan dari sisi eksternal. Dampak masih tingginya harga komoditas internasional tersebut tercermin pada inflasi Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) impor yang masih berada dalam tren meningkat (Grafik 2.3). Dapat ditambahkan, masih berlanjutnya dampak peningkatan harga komoditas internasional antara lain terlihat pada masih meningkatnya harga komoditas turunan tepung terigu seperti mie, donat, roti manis, roti tawar masing-masing sebesar 0,01%. Di sisi lain, harga emas internasional yang sedikit menunjukkan penurunan membantu menahan tekanan inflasi (emas domestik memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,03%).

%, yoy 30 25 20 15 10 5 0 -5 -10 -15


Apresiasi Depresiasi Depresiasi/Apresiasi Rp/USD (skala kiri) Inflasi IHPB Impor (skala kiri) Inflasi Komoditas Impor

%, yoy 20

15

10

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Grafik 2.3. Nilai Tukar vs Inflasi Barang Impor dan Core Traded

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

Kondisi ekspektasi inflasi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan ekspektasi inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi, masih tingginya harga komoditas internasional, dan adanya kelangkaan minyak tanah. Kecenderungan peningkatan ekspektasi inflasi tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia, yaitu Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE) untuk 3 bulan dan 6 bulan ke depan yang secara umum menunjukkan tren meningkat (Grafik 2.4 dan 2.5).

Indeks

Indeks 190

150

180 170

140

160 150
6 bln yad 3 bln yad (RHS)

130

140 130

120

2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4

2003

2004

2005

2006

2007 2008

Nilai Tukar Rupiah


Nilai tukar rupiah sepanjang Mei 2008 bergerak melemah, baik secara rata-rata maupun point to point. Secara rata-rata, rupiah melemah 0,78% dari Rp9.209/USD menjadi Rp9.281/USD (Grafik 2.6). Di akhir periode laporan, rupiah ditutup melemah 0,87% (p-t-p) dari Rp9.241/USD pada akhir April 2008 menjadi Rp9.322/USD. Pelemahan nilai rupiah tersebut disertai peningkatan volatilitas dari 0,21% pada bulan sebelumnya menjadi 0,50% (Grafik 2.7). Faktor-faktor yang turut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah domestik. Dari sisi global, selama Mei 2008 berasal dari sisi global dan domestik berlanjutnya kenaikan harga minyak berdampak luas pada mata uang global. Mata uang regional melemah akibat meningkatnya trade deficit dan berimbas terhadap mata uang rupiah (Grafik 2.8). Sementara itu, dari sisi domestik, kenaikan harga minyak dunia memengaruhi munculnya kekhawatiran terhadap sustainabilitas fiskal, meningkatnya ekspektasi inflasi, serta ekspektasi meningkatnya permintaan valas untuk kebutuhan impor minyak. Namun demikian, nilai tukar rupiah masih dapat bergerak stabil sejalan dengan cukup kuatnya fundamental domestik, imbal hasil yang masih menarik, serta masih terjaganya faktor risiko. Dari sisi domestik, faktor risiko secara keseluruhan masih terjaga meski faktor risiko eksternal masih tinggi dan fluktuatif. Indikator risiko yang tercermin dari yield spread antara global bond Indonesia dengan obligasi Pemerintah Amerika Serikat (US T-Note) bergerak stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari 279 bps menjadi 277 bps (Grafik 2.10). Baik yield global bond Indonesia dan yield US T-Note sama-sama mengalami peningkatan masing-masing sebesar 34bps dan 35bps seiring dengan menguatnya ekspektasi inflasi. Sementara itu, indikator risiko lainnya yaitu premi swap di akhir periode laporan mulai stabil yang

Grafik 2.4. Ekspektasi Harga Konsumen

Indeks 165 155 145 135 125 115 105


1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 3 bln yad 6 bln yad

2003

2004

2005

2006

2007 2008

Grafik 2.5. Ekspektasi Harga Pedagang

Rp/USD 9600 9400 9200 9000 8800 8600


1 29 26 26 23 21 18 16 13 10 8 5 3 31 28 25 24 21 19 Jan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Des Jan Feb Mar Apr Mei 2007 2008 Kurs Harian Rata-rata Bulanan Rata-rata Tahunan

9322 9.281

Grafik 2.6. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

Volatilitas, % 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 -

Kurs, Rp/USD 9600


9322

9400 9200 9000

menandakan meredanya tekanan ekspektasi depresiasi nilai tukar rupiah (Grafik 2.11). Dari sisi eksternal, indikator spread Emerging Market Bond Index Global (EMBIG) tampak masih tinggi meski arahnya sudah mulai menunjukkan perbaikan risiko. Dilihat dari sisi imbal hasil, selisih suku bunga dalam negeri (DN) dan luar negeri (LN) yang mencerminkan imbal hasil investasi dalam rupiah masih dalam tren meningkat. Hal tersebut sejalan dengan suku bunga DN yang masih meningkat meski suku bunga LN diperkirakan cenderung stabil untuk beberapa bulan ke depan. Indikator imbal hasil rupiah atau selisih suku bunga DN-LN atau uncovered interest rate parity (UIP) bergerak meningkat dari 5,17% menjadi 5,87%, lebih tinggi dibandingkan dengan negara regional lainnya. Sementara itu, indikator ketertarikan SUN (yield spread obligasi Pemerintah Indonesia - SUN domestik dan US T-Note) sedikit menurun dari 9,14% pada April 2008 menjadi 8,75% di akhir Mei 2008. Jika dibandingkan dengan imbal hasil beberapa negara kawasan regional (antara -0,086% sampai dengan 4,868%), maka imbal hasil rupiah sebesar 8,75% masih jauh lebih tinggi (Grafik 2.12). Imbal hasil yang lebih tinggi menandakan investasi dalam denominasi rupiah masih lebih menarik dibandingkan dengan investasi dalam denominasi mata uang lain. Dari sisi fundamental, kinerja NPI serta upaya stabilisasi Bank Indonesia tetap solid memberikan dukungan bagi stabilitas nilai tukar rupiah. Pertumbuhan ekonomi tampak masih cukup tinggi pada level 6,28% untuk kuartal I-2008. Kinerja NPI triwulan I-2008 diprakirakan mengalami surplus cukup tinggi terutama bersumber dari transaksi berjalan sejalan dengan dukungan harga komoditas ekspor Indonesia. Sementara itu, kinerja transaksi modal dan finansial mengalami perbaikan seiring dengan rencana penerbitan obligasi valas Pemerintah di Juni 2008 serta tetap terjaganya minat investor asing terhadap aset domestik. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa hingga akhir Mei 2008 berada pada level USD57,5 miliar atau setara dengan 4,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) Pemerintah. Sementara itu, iklim perdagangan global yang ditandai dengan masih tingginya harga minyak dunia dan harga komoditas terutama bahan pangan, perkebunan serta komoditas industri berbasis sumber daya alam turut mendorong kinerja ekspor Indonesia. Faktor tingginya harga tersebut diperkirakan mampu menutupi terbatasnya pertumbuhan volume ekspor beberapa komoditas utama nonmigas Indonesia. Nilai ekspor Indonesia pada April 2008

Volatilitas Rata-rata Volatilitas Kurs Harian (Rp/USD) - rhs

8800 8600 8400


0,50

8200 8000

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

2007

2008

Grafik 2.7. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Indeks 120
IDR JPY KRW SGD THB

115 110 105 100 95 90 85


PHP CNY MYR 107,62 105,74 104,56 102,23 100,80 94,32 90,30

1 11 21 31 10 20 1 11 21 31 10 20 30 10 20 30 Jan Jan Jan Jan Feb Feb Mar Mar Mar Mar Apr Apr Apr Mei Mei Mei

2008
1 Jan 2008 = 100 Peningkatan indeks = apresiasi mata uang thd USD

Grafik 2.8. Pergerakan Mata Uang Dunia dan Regional

PHP THB SGD KRW JPY EUR IDR -5,00


-4,67 Depresiasi

-3,37 -2,51 -2,34 -1,53 -0,34 -0,13 Apresiasi -1,29 -1,70 -0,21 Point to point Rata-rata -1,29 -0,87 -0,78

-2,33

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00 %

Grafik 2.9. Apresiasi/Depresiasi Rata-Rata Nilai Tukar Mei 2008 dibandingkan dengan April 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

mencapai USD10,97 miliar atau mengalami penurunan sebesar 7,78% dibandingkan dengan ekspor Maret 2008. Sementara itu, bila dibandingkan dengan ekspor April 2007 mengalami peningkatan sebesar 23,09%. Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada April 2008 mencapai USD11,50 miliar atau meningkat 14,86% dibandingkan dengan impor Maret 2008.

Rp/USD 9.700

% 3,00

9.500 9.300 9.100 8.900 8.700


IDR/USD Yield Spread Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

2,77

2,50
9322

2,00 1,50 1,00 0,50 2007 2008

Kebijakan Moneter

8.500

Strategi Kebijakan
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 6 Mei 2008 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 8,25%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap kondisi makroekonomi Indonesia serta mencermati dan mempertimbangkan perkembangan dan prospek ekonomi global, regional dan domestik. Tekanan terhadap inflasi yang semakin kuat terutama bersumber dari berbagai faktor eksternal terkait dengan tingginya harga komoditas di pasar internasional dan faktor internal terkait dengan masih tingginya konsumsi barang nonpangan. Mencermati hal tersebut, upaya koordinasi antara segenap komponen kebijakan menjadi sangat penting untuk dilakukan agar risiko memburuknya perekonomian nasional dapat ditekan pada tingkat yang minimal. Dalam hal ini, Bank Indonesia senantiasa akan menyesuaikan BI Rate berdasarkan arah perkembangan inflasi, dalam rangka menjaga ekspektasi ke depan. Selain itu, Bank Indonesia juga akan selalu berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah dalam menyikapi berbagai dinamika perekonomian dalam dan luar negeri.

Grafik 2.10. Yield Spread Government Bond RI dan AS

% 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 -2,0


Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Premi 1 M Premi 6 M Premi 3 M Premi 12 M

2006
Sumber : Reuters (diolah)

2007

2008

Grafik 2.11. Premi Swap Berbagai Tenor

% 10

Suku Bunga
BI Rate mulai direfleksikan pada perkembangan suku bunga PUAB tenor. Pada Mei 2008 di tengah naiknya BI Rate dan pentahapan berbagai tenor implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, rata-rata tertimbang suku bunga PUAB O/N juga mengalami peningkatan dan bergerak relatif dekat dengan BI Rate. Kondisi ini mengindikasikan semakin meningkatnya kepastian harga dan likuiditas perbankan sejalan dengan beberapa perubahan di sisi operasional kebijakan yang baru dilakukan sejak 21 Januari 2008.

8 6

Indonesia Thailand

Malaysia Singapore

Filipina

8,752

4.958

4 2 0 -2 -4
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei 1,098 -0,075 -0,065

2006

2007

2008

Grafik 2.12. Perbandingan Yield Spread Beberapa Negara

10

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

% 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0

BI Rate Kredit Modal Kerja

Pnjaminan Dep Kredit Investasi

Deposito 1 bulan Kredit Konsumsi

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2004

2005

2006

2007

2008

Grafik 2.13. Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Sementara itu, perkembangan suku bunga deposito relatif stabil stabil. Pada April 2008, tidak berubahnya BI Rate diikuti dengan relatif stabilnya suku bunga deposito. Tingkat suku bunga deposito bank umum 1 bulan, baik secara counter rate maupun rata-rata tertimbang (weighted average), tercatat relatif stabil. Di sisi lain, suku bunga kredit masih terus mengalami penurunan sebagaimana tercermin pada Base Lending Rate (BLR) yang turun sebesar 8bps menjadi 12,75% pada April 2008. Selain BLR, suku bunga kredit lainnya pun menurun dengan besaran yang bervariasi. Penurunan suku bunga terbesar disumbang oleh kredit investasi yang diikuti oleh kredit konsumsi. Hal ini berkebalikan dengan kondisi di bulan sebelumnya dimana pada saat itu suku bunga konsumsi menurun lebih besar dibandingkan suku bunga investasi. Pada April 2008, suku bunga kredit investasi menurun sebesar 12bps menjadi 12,47% sedangkan suku bunga konsumsi menurun sebesar 9bps menjadi 15,74% (Tabel 2.1). Sementara itu, suku bunga kredit modal kerja meskipun mengalami sedikit peningkatan namun masih lebih rendah dibandingkan dengan Desember 2007. Suku bunga kredit modal kerja pada April 2008 tercatat sebesar 12,93% atau meningkat sebesar 5 bps (Grafik 2.13).

Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga


Suku Bunga (%) Mei BI Rate Penjaminan Deposito Dep 1 bulan (Weighted Average) Dep 1 bulan (Counter Rate) Base Lending Rate Kredit Modal Kerja (KMK) Kredit Investasi (KI) Kredit Konsumsi (KK) 8,75 8,75 7,59 7,62 13,87 14,06 14,16 17,09 Jun 8,50 8,50 7,46 7,49 13,72 13,88 13,99 16,91 Jul 8,25 8,25 7,26 7,36 13,62 13,71 13,82 16,68

2007
Ags 8,25 8,25 7,16 7,20 13,42 13,66 13,75 16,70 Sep 8,25 8,25 7,13 7,15 13,31 13,31 13,45 16,47 Okt 8,25 8,25 7,16 7,15 13,21 13,16 13,28 16,33 Nov 8,25 8,25 7,18 7,13 13,13 13,16 13,19 16,39 Des 8,00 8,25 7,19 7,09 13,12 13,00 13,01 16,13 Jan 8,00 8,25 7,07 6,97 13,14 12,99 12,81 16,04 Feb 8,00 8,00 6,95 6,90 12,92 12,96 12,71 15,96

2008
Mar 8,00 8,00 6,88 6,84 12,83 12,88 12,59 15,83 Apr 8,00 8,00 6,86 6,85 12,75 12,93 12,47 15,74 Mei 8,25 8,25 n.a 6,84 12,77 n.a n.a n.a

Dana, Kredit, dan Uang Beredar


BI Rate yang tetap direspon dengan pertumbuhan DPK yang meningkat. Pada April 2008, DPK mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 14,0%, mulai meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 13,5%. (Grafik 2.14). Kondisi tersebut terutama dikontribusi oleh pertumbuhan deposito

11

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

sebesar 7,5% (yoy). Pertumbuhan deposito tersebut bersumber pada deposito milik Badan Usaha Milik Swasta dan perorangan. Sejalan dengan deposito, tabungan dan giro juga mengalami kenaikan sebesar 28,3% (yoy) dan 11,7% (yoy). Stabilnya BI Rate diikuti dengan pertumbuhan kredit yang masih akseleratif. Efek tunda kebijakan moneter masih berlangsung di pasar kredit, sebagaimana tampak pada pertumbuhan tahunan kredit pada April yang mencapai 29,0%, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 28,1% (Grafik 2.15). Hingga April 2008, posisi kredit tercatat sebesar Rp 1.103,1 trilliun. Berdasarkan penggunaannya, kenaikan pertumbuhan tahunan kredit pada bulan laporan khususnya terjadi pada kredit modal kerja yang diikuti oleh kredit investasi. Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi relatif lebih stabil. Likuiditas perekonomian tumbuh bervariasi namun secara historis masih tetap tinggi. Pada April 2008, M1 tumbuh 21,6% lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 22,8%, sedangkan M2 tumbuh sedikit lebih tinggi mencapai 16,3% dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,3%. Sementara itu secara riil2 , pertumbuhan M1 dan M2 menjadi masing-masing sebesar 12,6% dan 7,3%, dari sebesar 14,6% dan 7,2% pada Maret 2008 (Grafik 2.16). Dengan perkembangan tersebut maka secara rata-rata likuiditas perekonomian masih tetap tumbuh tinggi dari historisnya. Kondisi tersebut sekaligus dapat menggambarkan potensi tekanan inflasi ke depan yang bersumber dari sisi permintaan. Di sisi lain, pengganda uang M2 cenderung bergerak melambat dan diikuti dengan tren meningkatnya preferensi terhadap likuiditas seperti tercermin pada rasio uang kartal terhadap simpanan (Grafik 2.17). Sementara itu, preferensi likuiditas yang meningkat terkait erat dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian yang memerlukan ketersediaan uang kartal untuk kepentingan transaksi.

22 17 12 7 2 -3 -8
Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Giro (Rp dan Va) Simpanan Berjangka (Rp dan Va) Tabungan (Rp dan Va) Total (Rp dan Va)

2005

2006

2007

2008

Grafik 2.14. Perkembangan Dana

(%, y-o-y)

30 27 24 21 18 15 12 9 6 3
Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Total DPK Total Kredit Jan Apr

2005

2006

2007

2008

Grafik 2.15. Perkembangan Dana vs Kredit

%, y-o-y 30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0 -3 -6 -9 -12
M1 Riil Currency Riil M2 Riil

Pasar Modal
Persepsi pasar terhadap resiko ketidakpastian ke depan mulai membaik sehingga mampu mengangkat kinerja IHSG. Pada akhir Mei 2008, IHSG ditutup pada level 2,444 atau naik 6,07% dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Grafik 2.18). Penguatan IHSG tersebut disebabkan oleh

1 357 91 13 57 91 13 57 911 35 79 11 35 79 11 357 91 13 57 91 13 57 911 3

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007 2008

Grafik 2.16. Pertumbuhan Riil M1 dan M2


2 Dihitung terhadap inflasi aktual.

12

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

M2/M0 5,9 5,7 5,5 5,3 5,1 4,9 4,7 4,5 4,3
1 3 5 7 C/DPK (RHS) 9 11 1 3 5 7 MM2 (M2/M0) 9 11 1 3

C/DPK 14 12 10 8 6 4 2 0

respon positif pasar terhadap berbagai perkembangan yang terjadi, antara lain pengumuman angka PDB Indonesia triwulan I 2008 yang relatif baik, kebijakan BI menaikkan BI Rate (25bps) serta kejelasan rencana kenaikan BBM oleh pemerintah yang mengakhiri spekulasi tentang arah kebijakan makroekonomi ke depan.

5 7 9 11 1 3

2005

2006

2007

2008

Grafik 2.17. Perkembangan Angka Pengganda Uang

Rebound IHSG juga didorong oleh terus membaiknya kondisi pasar keuangan global. Bahkan rebound IHSG tersebut merupakan yang terbesar diantara beberapa bursa lainnya. Hal ini mulai mengindikasikan bahwa faktor domestik berpengaruh lebih signifikan dibandingkan dengan faktor eksternal. Hal yang patut diwaspadai adalah sensitivitas IHSG terhadap semua informasi yang terdapat di pasar. Dengan kondisi demikian, pada Mei 2008 IHSG kembali tercatat sebagai bursa dengan kinerja terbaik.
Pada Mei 2008, pelaku asing kembali masuk secara signifikan meskipun hanya selektif pada saham-saham di sektor tambang, keuangan dan agrobisnis. Membaiknya interest rate differential, PER serta faktor risiko lainnya menjadi salah satu faktor meningkatnya net beli asing di pasar saham. Namun demikian, beberapa faktor seperti risiko inflasi, tingginya harga minyak, serta pelemahan nilai tukar menjadi faktor yang menahan penguatan IHSG lebih lanjut. Dalam situasi saat ini, pelaku asing cenderung lebih selektif dalam pembelian saham dengan intensi pada saham-saham yang relatif undervalued dan di sektorsektor tertentu. Net beli investor asing di pasar saham pada Mei 2008 terus meningkat hingga Rp1,7 triliun dari bulan sebelumnya sebesar Rp1,4 triliun (Grafik 2.19). Sejalan dengan hal itu, kapitalisasi BEI juga tercatat meningkat menjadi sebesar Rp1,844 triliun pada akhir Mei 2008. Meskipun begitu, data KSEI menunjukkan porsi kepemilikan asing pada Mei 2008 berada pada level yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu sebesar 59,8%. Di pasar SUN, yield SUN mulai menurun sejalan dengan mulai membaiknya faktor risiko khususnya domestik. Yield SUN mulai menurun, khususnya untuk jangka menengah yang selama ini mengalami kenaikan tinggi. Yield rata-rata per Mei 2008 tercatat sebesar 12,4%. Dari sisi likuiditas, tercatat rata-rata volume harian perdagangan SUN selama Mei 2008 mencapai Rp5,65 triliun atau naik dari posisi April yang mencapai Rp4,96 triliun. Namun disisi lain, frekuensi perdagangan SUN selama Mei 2008 justru turun menjadi sebesar 273 kali dari posisi April 2008 yang mencapai 447 kali (Grafik

IHSG 3.000 2.800 2.600 2.400 2.200 2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000
IHSG BI Rate

BI Rate % 13,50 12,75 12,00 11,25 10,50 9,75 9,00 8,25


Data Per 30 Mei 08

7,50 2007 2008

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

2006
Sumber: CEIC

Grafik 2.18. IHSG dan BI Rate

Miliar Rp 7.000 5.669,5 5.216,9 6.000 5.000 3.379,1 4.347,4 3.295,2 4.000 3.054,3 2.590,2 3.000 1.775,7 1.989,8 1.973,3 2.000 1.127,6 1.465,9 846,5 670,4 631,1 1.000 552,4 -1.000 -2.000 -3.000 (2,684.2) -4.000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

2007

2008

Grafik 2.19. Net Beli Asing Saham

13

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

2.20). Perkembangan terakhir yield SUN cenderung fluktuatif, searah dengan ekspektasi inflasi ke depan terkait inflasi Mei 2008. Walaupun relatif membaiknya pasar SUN lebih karena faktor domestik, beberapa faktor eksternal juga cukup kondusif berpengaruh terhadap meningkatnya kinerja SUN. Faktor-faktor domestik diantaranya adalah membaiknya risiko fiskal dan arah kebijakan ekonomi ke depan yang antara lain ditandai dengan peningkatan BI Rate sebesar 25bps dalam rangka menjaga ekspektasi inflasi ke depan. Sementara itu, dari sisi eksternal kondisi tersebut tercermin dari makin lebarnya interest rate differential 3 dan menurunnya risiko emerging market (EMBIG). Namun demikian, faktor-faktor seperti tekanan inflasi, pelemahan nilai tukar, serta masih lebarnya spread SUN-PUAB masih membayangi pergerakan harga di pasar SUN. Pelaku asing kembali masuk ke pasar, seiring dengan membaiknya SUN. Keberhasilan pelaku asing dalam melakukan kinerja pasar SUN pembelian selektif SUN seri Variabel Rate (VR) dan Zero Coupon (ZC), serta penerapan strategi perdagangan jangka pendek yang diikuti dengan membaiknya kondisi SUN mempengaruhi perilaku investor selain bank untuk membukukan net beli. Pada Mei 2008, net beli SUN Asing tercatat sebesar Rp5,8 triliun4 , bersama-sama dengan Asuransi, Reksadana, Dana Pensiun, Sekuritas dan lainnya yang masing-masing membukukan net beli masing-masing sebesar Rp0,63 triliun, Rp0,93 triliun, Rp0,37 triliun, Rp.0,08 triliun dan Rp0.16 triliun (Grafik 2.21). Sebagai counterpart, kelompok Bank Rekap dan Bank non Rekap dan merupakan penjual terbesar SUN yang masing-masing mengalami net jual sebesar Rp1,35 triliun dan Rp6,6 triliun. Posisi Asing mencapai Rp91,6 triliun. Potensi penawaran lelang SUN yang cenderung turun dan diperburuk oleh masih relatif tingginya yield SUN pada akhirnya makin membatasi APBN. Namun disisi lain, risiko fiskal cenderung turun seiring pembiayaan APBN dengan kejelasan Pemerintah dalam rencana menaikan BBM. Searah dengan kondisi tersebut penawaran yang masuk masih oversubscribe dengan kecenderungan meningkat dibandingkan dengan bulan

Vol (Rp t) 10,0


Avg Vol Avg Frek

Frek 500 400 300 200 100


Data Per 30 Mei 2008

8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 2005 2006

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

2007

2008

Grafik 2.20. Rata-rata Harian Perdagangan SUN

Vol (Rp t) 46 34 22 10 -2 -14 -26 -38 -50


(6,60) B.Rekap B. non Asuransi Dapen Non-Res Rekap Reksadana Sekuritas BI Dll (1,35) 0,63 0,93 0,37 Beli Jual Net 0,08 0,10 0,00 5,84

3 Fed Fund Rate turun 25bps menjadi sebesar 2% per 30 April 2008. 4 Net beli asing dan perubahan posisi asing terkadang menimbulkan angka yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh penggunaan data harga SUN yang berbeda. Net beli asing menggunakan harga SUN pada beberapa periode penutupan akhir minggu sedangkan posisi SUN hanya menggunakan perode akhir bulan.

Grafik 2.21. Aktivitas Beli-Jual SUN Mei 2008

14

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

% 14 13 12 11 10 9 8 7 6
Data Per 30 Mei 2008

%
> 7 Tahun (Remaining Maturity) 5-7 Tahun (Remaining Maturity) <5 Tahun (Remaining Maturity) Seri Benchmark BI Rate (RHS)

III

14 13 12 11 10 9 8 7

II

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

2007

2008

Grafik 2.22. Perkembangan Yield SUN

sebelumnya. Dengan masih relatif tingginya yield SUN (rata-rata tertimbang yield yang dimenangkan mencapai 12,5%) dan upaya mengoptimalkan penerimaan dari SUN, Pemerintah pada akhirnya menerima diatas target indikatif walaupun dengn konsekuensi harga mahal (Grafik 2.22). Penawaran yang masuk adalah sebesar Rp20,9 triliun (SUN dan SPN) sementara pemerintah hanya menerima Rp15,4 triliun. Seiring dengan perkembangan tersebut pembiayaan netto pada APBN-P hanya mencapai 38,5% per Mei 2008. Dalam rangka merespon kondisi tersebut, Pemerintah secara konsisten terus melakukan diversifikasi jenis instrumen maupun sasaran investor investor. Langkah tersebut tampaknya cukup mendapat respons positif dalam rangka memenuhi target pembiayaan defisit APBN 2008. Risiko fiskal yang belum sepenuhnya pulih dikhawatirkan akan berdampak kembali pada sektor keuangan. Pertumbuhan reksadana juga terkendala akibat turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana pendapatan tetap, suatu kondisi yang tidak jauh berbeda dengan April 2008. Rebound sektor keuangan pada akhirnya mampu mengangkat NAB reksadana mencapai level tertinggi sejak crash pada tahun 2005. NAB reksadana mencapai Rp95,2 triliun per Mei 2008 atau merupakan yang tertinggi selama tahun 2008. Kenaikan NAB tersebut lebih karena faktor repricing SUN yang mulai membaik dan juga rebound kinerja saham. Di sisi lain, aktiva pasar obligasi korporasi kembali menurun setelah sebelumnya sempat membaik seiring dengan menurunnya risiko ketidakpastian perekonomian ke depan. Sektorsetor yang paling marak diperdagangkan adalah sektor telekomunikasi, perbankan, dan keuangan. Aktivitas perdagangan masih didominasi oleh obligasi-obligasi dengan tenor pendek. Pada akhir Mei 2008, kekhawatiran terhadap inflasi ke depan pascakenaikan BBM pada akhirnya menekan aktivitas di pasar obligasi korporasi.

Kondisi Perbankan
Pada April 2008, kondisi perbankan menunjukkan perkembangan yang stabil. Fungsi intermediasi perbankan menunjukkan performa yang tetap baik seperti tercermin pada posisi kredit yang terus meningkat mencapai Rp1.103,1 triliun atau secara tahunan tumbuh sebesar 29% (Tabel 2.2). Demikian pula dengan total aset yang turut meningkat mencapai Rp1.949,3 triliun atau tumbuh 13,8% secara tahunan. Indikator perbankan lainnya menggambarkan kondisi yang relatif stabil. Net Interest Income (NII) tercatat stabil dari bulan sebelumnya sebesar Rp8,6 triliun.

15

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) pada April 2008 relatif sama dengan bulan sebelumnya sebesar 4,4% (gross) dan 1,8% (net). Dari sisi modal, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) dan Return On Asset (ROA) relatif stabil dari bulan sebelumnya, masing-masing sebesar 18,4% dan 2,6%.

Tabel 2.2 Kondisi Umum Perbankan


Indikator Utama
Total Aset DPK Kredit LDR NPLs Gross NPLs Net CAR NIM (T Rp) (T Rp) (T Rp) (%) (%) (%) (%) (%)

2007 Apr
1.713,1 1.299,8 855,4 65,8 6,7 3,2 21,2 0,5

2008 Sep
1.850,5 1.400,6 956,7 68,3 5,8 2,6 20,0 0,5

Mei
1.720,9 1.305,9 865,6 66,3 6,7 3,1 21,4 0,5

Jun
1.770,8 1.353,7 904,1 66,8 6,4 2,9 20,7 0,5

Jul

Ags

Okt

Nov

Des
1.986,5 1.510,7 1.045,7 69,2 4,6 1,9 19,3 0,5

Jan
1.940,3 1.471,2 1.031,1 70,1 4,8 2,0 20,1 0,5

Feb
1.940,7 1.474,5 1.045,9 70,9 4,8 2,1 19,2 0,5

Mar
1.944,7 1.466,2 1.080,1 73,7 4,3 1,8 18,6 0,5

Apr
1.949,3 1.481,8 1.103,1 74,4 4,4 1,8 18,4 0,5

1.801,1 1.820,4 1.379,2 1.392,6 915,6 66,4 6,5 3,0 20,5 0,5 936,8 67,3 6,3 2,8 20,3 0,5

1.862,7 1.895,0 1.419,4 1.437,5 980,1 1.004,6 69,0 5,6 2,5 19,8 0,5 69,9 5,4 2,3 19,5 0,5

16

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

III. RESPON KEBIJAKAN MONETER


Setelah mencermati perkembangan terkini baik perekonomian global maupun domestik, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 5 Juni 2008 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin atau 0,25% menjadi 8,5%. Masih tingginya harga komoditas energi dan bahan pangan dunia serta dampak kenaikan harga BBM memberikan tekanan pada inflasi di tahun 2008. Bank Indonesia juga melihat bahwa tren peningkatan permintaan domestik turut memberikan tekanan pada inflasi inti. Menghadapi tekanan inflasi yang demikian tinggi di tahun 2008, Bank Indonesia akan memfokuskan pada upaya meredam dampak tidak langsung dari kenaikan harga BBM dan pangan. Untuk itu, Bank Indonesia akan memanfaatkan secara optimal seluruh piranti moneter yang ada, baik melalui BI Rate, pengendalian volatilitas nilai tukar, penyerapan ekses likuiditas, optimalisasi Operasi Pasar Terbuka (OPT), maupun kebijakankebijakan lainnya. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap melaksanakan kebijakan moneter secara konsisten dan terukur untuk mengamankan arah perkembangan inflasi sebagaimana tersebut di atas. Selain itu, Bank Indonesia juga akan selalu berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah dalam menyikapi berbagai dinamika perekonomian dalam dan luar negeri.

17

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2008

Indikator Terkini
SEKTOR KEUANGAN
SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 1 bln 1) Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum

2007 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan

2008 Feb Mar Apr Mei

9,50 9,25 9,00 9,00 8,75 8,50 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,00 8,00 7,93 7,96 7,99 8,31 9,50 8,10 8,10 8,10 7,83 7,83 7,83 7,83 7,83 7,83 7,83 7,83 7,83 8,01 8,04 8,04 8,44 8,64 8,43 8,13 7,93 7,59 7,46 7,26 7,16 7,13 7,16 7,18 7,19 7,07 6,95 6,88 6,86 9,26 8,83 8,52 8,30 8,06 7,87 7,69 7,51 7,44 7,41 7,40 7,42 7,40 7,36 7,26 7,23 5,93 5,96 7,12 8,12 7,26 6,17 6,11 5,88 6,56 5,95 6,95 5,77 6,57 7,57 7,99 7,87 8,08 1.757,258 1.740,971 1.830,924 1.999,167 2.084,324 2.139,278 2.348,673 2.194,339 2.359,206 2.643,487 2.688,332 2745,826 2627,251 2721,944 2447,299 2304,516 2444,349

274.714 270.114 272.239 273.911 278.992 289.727 291.431 298.039 310.265 313.499 311.172 379.582 332.437 322.001 325.044 324.186 344.840 346.573 341.833 351.259 352.629 381.376 397.823 402.035 411.281 414.996 424.435 460.842 420.298 411.327 419.746 427.028 130.666 128.408 129.618 131.672 137.359 146.715 144.179 149.194 160.327 156.955 161.272 183.419 166.950 165.633 164.995 171.049 214.174 218.165 212.215 219.587 215.270 234.661 253.644 252.841 250.954 258.041 263.163 277.423 253.348 245.694 254.751 255.979 1.363.907 1.366.820 1.375.947 1.383.577 1.393.097 1.451.974 1.472.952 1.487.541 1.512.756 1.530.145 1.556.200 1.643.203 1.588.962 1.596.090 1.586.795 1.608.874 1.019.067 1.020.247 1.034.114 1.032.318 1.040.468 1.070.598 1.075.129 1.085.506 1.101.475 1.115.149 1.131.765 1.182.361 1.168.664 1.184.763 1.167.049 1.181.846 835.491 842.299 848.885 844.532 836.374 858.033 867.371 878.550 884.063 896.515 913.037 966.454 950.688 950.840 940.225 954.472 508.125 515.375 519.514 512.972 505.675 510.664 511.704 513.310 511.003 514.110 520.837 533.376 531.336 531.242 523.520 532.425 327.366 326.924 329.371 331.560 330.699 347.369 355.667 365.240 373.060 382.405 392.200 433.078 419.352 419.598 416.705 422.047 183.576 177.948 185.229 187.786 204.094 212.565 207.758 206.956 217.412 218.634 218.728 215.907 217.976 233.923 226.824 227.374 1.180.331 1.188.872 1.190.718 1.195.791 1.189.003 1.239.409 1.265.194 1.280.585 1.295.344 1.311.511 1.337.472 1.427.296 1.370.986 1.362.167 1.359.971 1.381.500 818.883 769.294 828.197 777.942 846.028 794.714 858.825 806.733 871.773 818.606 909.330 854.986 920.981 865.105 942.103 886.736 962.153 907.260 984.837 1.009.712 1.040.996 1.026.218 1.040.616 1.075.500 1.102.596 930.152 953.259 995.111 980.261 995.323 1.029.172 1.054.747

333.995 177.875 -

HARGA
Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy)
1,04 6,26 0,62 6,30 0,24 6,52 -0,16 6,29 0,10 6,01 0,23 5,77 0,72 6,06 0,75 6,51 0,80 6,95 0,79 6,88 0,18 6,71 1,10 6,59 1,77 7,36 0,65 7,40 0,95 8,17 0,57 8,96 1,41 10,38

SEKTOR EKSTERNAL
Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
9.090 6.931 5.335 40,06 9.160 6.957 5.360 42,35 9.118 7.799 5.757 43,68 9.083 7.560 5.604 45,53 8.828 8.000 6.153 46,55 9.054 7.896 6.155 47,19 9.186 8.015 6.364 47,80 9.410 7.953 6.621 47,34 9.137 7.561 5.853 48,30 9.103 8.125 6.015 48,90 9.376 7.916 6.799 48,84 9.419 8.434 5.856 50,98 9.291 8.957 7.826 49,06 9.051 8.356 7.419 48,93 9.217 9.091 7.980 50,27 9.234 8.572 8.983 50,21 9.318 48,98

INDIKATOR KUARTALAN
Tw. I
Pertumbuhan PDB (%, yoy) Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor
5,13 3,75 1,38 28,95 11,85 4,85 4,97 5,57 0,94 -49,05 11,35 9,25

2006*
Tw. II Tw. III Tw. IV TOTAL Tw. I
5,90 2,84 0,76 -1,54 8,28 10,85 6,03 3,53 6,83 -1,03 6,62 9,15 5,51 3,91 2,46 -13,37 9,41 8,58 6,09 4,57 7,00 -105,11 8,12 8,51 6,41 4,60 6,94 -72,01 9,84 6,53

2007*
Tw. II Tw. III Tw.IV TOTAL
6,51 5,30 10,37 -63,54 6,92 6,98 6,25 5,11 12,07 65,77 7,27 13,60 6,32 4,90 9,16 -96,86 8,02 8,89

2008
Tw. I
6,28 5,31 13,30 35,01 15,03 16,78

Tw. II

* angka sementara * angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

18

You might also like