You are on page 1of 8

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam

konsep mendasar.[1] Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimeneksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Etimologi Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab , yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari katakata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf". Klasifikasi Plato (sebelah kiri) dan Aristotle (kanan), menurut lukisan Raffaelo Sanzio pada tahun 1509 Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama , menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat Timur

Tengah. Sementara, menurut latar belakang agama, filsafat dibagi menjadi: filsafat Islam, filsafat Budha, filsafat Hindu, dan filsafat Kristen. Filsafat Barat Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi filsafat orang Yunani kuno. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Rne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi. Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti pengetahuan). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika. Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya. Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya. Filsafat Timur Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah

dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat an sich masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Sidharta Budha Gautama/Budha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong. Filsafat Timur Tengah Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafah mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran dan Averroes. Filsafat Islam Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dibahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya. Filsafat Kristen Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen

tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura Pengertian Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan Pengertian Filsafat Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Pengertian filsafat menurut para tokoh : 1. Pengertian filsafat menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan 2. Menurut Plato ( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada 3. Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda. 4. Marcus Tullius Cicero (106 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya. 5. Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya. Ciri-ciri berfikir filosfi : 1. Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi. 2. Berfikir secara sistematis. 3. Menyusun suatu skema konsepsi, dan 4. Menyeluruh.

Tiga persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah : 1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika 2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi. 3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat. Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah: 1. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis. 2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif. 3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi. 4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia. Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah : 1. Sebagai dasar dalam bertindak. 2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan. 3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik. 4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. Pengertian Pengetahuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah: 1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.

2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai. 3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus bahasa indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar. Pengertian Ilmu pengetahuan Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi. Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari.

Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat. Dalam filsafat ilmu terdapat tiga aspek yang juga perlu kita pelajari, yaitu: 1. Aspek Ontologi Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang ada. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Dalam aspek Ontologi diperlukan landasanlandasan dari sebuah pernyataan-pernyataan dalam sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metafisika. Selain Metafisika juga terdapat sebuah asumsi dalam aspek ontologi ini. Asumsi ini berguna ketika kita akan mengatasi suatu permasalahan. Dalam asumsi juga terdapat beberapa paham yang berfungi untuk mengatasi permasalahanpermasalahan tertentu, yaitu: Determinisme (suatu paham pengetahuan yang sama dengan empiris), Probablistik (paham ini tidak sama dengan Determinisme, karena paham ini ditentukan oleh sebuah kejadian terlebih dahulu), Fatalisme (sebuah paham yang berfungsi sebagai paham penengah antara determinisme dan pilihan bebas), dan paham pilihan bebas. Setiap ilmuan memiliki asumsi sendiri-sendiri untuk menanggapi sebuah ilmu dan mereka mempunyai batasan-batasan sendiri untuk menyikapinya. Apabila kita memakai suatu paham yang salah dan berasumsi yang salah, maka kita akan memperoleh kesimpulan yang berantakan. 1. Aspek Epistemologi Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Pengetahuan adalah jarum sejarah yang selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman. Semakin banyak ilmu yang kita pahami, semakin banyak khasanah kita. Dan pengetahuan inilah yang menjadi batasan-batasan kita dalam menelaah suatu ilmu. Hal ini yang mengakibatkan ilmu zaman dahulu dan zaman sekarang berbeda. Misalnya, ditinjau dari segi ilmu teknologi. Teknologi zaman dahulu dan zaman sekarang sangat berbeda jauh. Maka ilmu untuk menyikapi

fenomena ini juga akan ikut berkembang dan semakin bertambah. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor. Analogi, analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Silogisme, silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus. Premis Mayor, premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan kepastian. Premis Minor, premis minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil-dalilnya. Contohnya, premis mayor : semuaorang akhirnya akan mati. premis minor : Hasan adalah orang 1. Aspek Aksiologi Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang untuk apa ilmu itu digunakan. Menurut Bramel, dalam aspek aksiologi ini ada Moral conduct, estetic expresion, dan sosioprolitical. Setiap ilmu bisa untuk mengatasi suatu masalah sosial golongan ilmu. Namun, salah satu tanggungjawab seorang ilmuan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang menemuannya, sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan tersebut. Dan moral adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak orang yang meminta permintaan, moral adalah sebuah tuntutan. Ilmu bukanlah sekadar pengetahuan (knowledge). Ilmu memang berperan tetapi bukan dalam segala hal. Sesuatu dapat dikatakan ilmu apabila objektif, metidis, sistematis, dan universal. Dan knowledge adalah keahlian maupun keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman maupun pemahanan dari suatu objek. Sains merupakan kumpulan hasil observasi yang terdiri dari perkembangan dan pengujian hipotesis, teori, dan model yang berfungsi menjelaskan datadata. PARADIGMA DALAM ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA Paradigma adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga menjadi sumber hukum, metode, dan penerapan ilmu yang menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

Paradigma kemudian berkembang menjadi sebuah sumber nilai, kerangka berpikir, orientasi dasar, dan sumber asas. Singkatnya, paradigma adalah sesuatu yang dapat dibuktikan oleh panca ibdra manusia PARADIGMA Ilmu adalah pengertahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan tersebut. Ilmu biasanya mempelajari tentang aspek kehidupan manusia, hubungan namusia dan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan Humaniora adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang diciptakan manusia dan dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan alam. Yang dimaksud dengan pertentangan disini adalah apabila kita mempelajari asal-usul manusia, kita akan mengatakan manusia itu berasal dari Tuhan atau manusia itu ciptaan dari Tuhan saat kita meninjau dari Humaniora, dan kita akan mengatakan manusia itu berasal dari revolusi kera saat kira meninjau dari ilmu pengetahuan alam. Pada dasarnya saat kita mempelajari sesuatu dengan humaniora tidak ada yang mampu menyangkal, karena humaniora dapat mempertanggungjawabkan hasil dari sebuah pernyataannya.Hubungan antara paradigma dan humaniora adalah paradigma merupakan dasar dari humaniora agar tidak melenceng.. Humaniora dapat membagi manusia menjadi beberapa tahap, yaitu homo animal, homo erektus, homo safien, homo faber, homo luden, human, human being. Humaniora berfungsi meminimalis probabilitas negatif. Paradigma dan ilmu sosial saling berkaitan, ilmu sosial adalah sebuah kaidah yang mendasari setiap disoplin ilmu. Ilmu selalu bersifat empiris. Dan untuk membuktikan kebenaran sebuah ilmu tersebut dibutuhkan sebuah paradigma sebagai acuan dasar kebenarannya. Ilmu sosial dan humaniora pun juga mempunyai hubungan, yaitu keduanya sebagai kaidah dasar cara bernalar. . Falsafah Islam di Barat Pergolakan pemikiran dikalangan umat Islam ternyata tidak hanya sebatas didaerah kelahirannya, akan tetapi di daerah perantauan pun mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Terbukti dengan lahirnya tokoh pemikir terkemuka dibidang kajian falsafah dari daratan Cordova Spanyol. Ilmu

falsafah berkembang di spanyol dirintis oleh Bin Massarroh (883-931 H). berkembang pesat sesudah zaman Umawiyah II. Failasuf yang terkenal Ibn Bajjah dengan karyanya The Rule of Sollitary . Ibn Thufail (1105-1185 M) dengan keryanya Hayy bin Yaqzhan, serta Ibn Rusyd dengan karyanya Tahafut al-Tahafut.[1] Nama lengkapnya adalah Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd (ibn Rusyd: 520H/1126M) yang merupakan pemikir yang sangat Aristotelian. Kritik yang di usungnya dialamatkan kepada para pemikir Islam di bagian Timur semisal al-Kindi, al-Farabi dan Ibn Sina atas pemikirannya yang mencampurbaurkan ajaran-ajaran dari unsur Platonis, Neo-Platonis dan Aristotelian. Hal demikian itu dikarenakan bahwa ibn Rusyd merupakan tokoh yang sangat fanatik kepada pemikirannya Aristoteles, semisal ia sangat mengagumi hasil karya Aristo yaitu ilmu mantik yang ia menanggapinya sebagai suatu karya maha agung yang membawa manusia kepada jalan kebenaran. Sama halnya dengan para failasuf timur sebelumnya, ibn Rusyd juga membuka wacana konseptual tentang keserasian antara falsafah dengan agama. Hal demikian dilakukannya kerena banyaknya serangan-serangan pedas yang dilakukan oleh para kaum theology dan faqih. Dia menyadari bahwa telah menjadi tugasnya lah membela para failasuf dalam menangkis seranganserangan keras itu, terutama setelah mereka dikutuk oleh al-Ghazali dalam karyanya ketidak logisan para failasuf risalah ibn Rusyd yang berjudul: Fashl al-Maqal Fi Ma Bain al-Hikmah wa al Syari`ah Minal Ittishal merupakan suatu pembelaan bagi falsafah sepanjang falsafah tersebut serasi dengan agama.[2] Kemudian disebutkan pula bahwa ibn Rusyd tetap dinilai sebagai failasuf yang paham keagamaannya paling mendekati golongan ortodoks.[3] 2. Falsafah Islam di Timur Setelah dari Barat kita beralih ke Timur. Dunia intelektual Islam memiliki sudut keistimewaan baik itu bagi umat Islam sendiri maupun bagi orangorang yang berasal dari non-Islam yang dengan semangat mempelajarinya (missioneris). Berawal dari gelombang Hellenistis yang merupakan

gerbang awal lahirnya Falsafah Islam yang diawali dengan kegiatan penerjemahan kitab-kitab Yunani kuno yang telah beralih bahasa kebahasa Suryani ke dalam bahasa Arab yaitu pada zaman kekuasaan `Abbasiyah yang dipimpin oleh al-Ma`mun, dimana kegiatan penerjemahan besar-besaran itu dilakukan di wisma kearifan (Bait al-Hikmah) sebagai sentral kajian ilmiah, dari tradisi kajian inilah lahir para failasuf terkemuka seperti alKindi, al-Razi, al-Farabi, ibn Sina (di Timur), ibn Bajjah, ibn Tufail dan ibn Rusyd (di Barat).[4] Namun demikian, gelombang Hellenisme tersebut merupakan suatu pengalaman yang tercampur antara manfaat dan madlarat bagi kaum muslimin.[5] Kemudian, ketika pemikiran Islam khususnya Falsafah sudah menjadi sebuah tradisi baru, corak pemikiran para peminatnya (failasuf) secara garis wilayah terbagi menjadi dua, yaitu di Timur dan di Barat. Falsafah Islam pertama lahir di bagian Timur atau kawasan zajirah Arab, yaitu ketika Abu Ya`kub ibn Ishaq al-Kindi (al-Kindi) merumuskan falsafah secara sistematis yang kemudian dia dikenal dengan sebutan Failasuf Arab. Corak pemikirannya bersipat Aristotelian dan banyak karya-karya Aristo yang dialih bahasakan kedalam bahasa Arab seperti mengenai logika, struktur ilmu pengetahuan, kosmologi dan risalah tentang akal. Al-Kind pun mencoba untuk merumuskan suatu sistem keselarasan antara agama dan falsafah, agama yang bersipat ilahiyah melalui jalan wahyu diartikan sebagai sistem sosial yang dibuat oleh penganutnya yang berporos pada kekuatankekuatan non-empirik yang dipercaya dan didayagunakan untuk mecapi keselamatan bagi penganutnya.[6] Sedangkan falsafah arah kebenarannya melalui rule logika dan rasio. Akan tetapi bagi Al-Kind keduanya mengarah kepada pencarian kebenaran dengan kata lain keduanya sama-sama mengarah kepada kebenaran, lebih lanjut dia menegaskan bahwa kebenaran falsafah berlandaskan akal pikiran sedangkan kebenaran agama derlandaskan kepada wahyu.[7] Tradisi Falsafah Islam di Timur juga melahirkan sosok yang sangat monumental yang berpengaruh di dunia intelektual baik di Timur maupun di Barat, yaitu Abu Nasr al-Farabi (al-Farabi: 258 H/870 M). Ia merupakan penerus dari perjuangan al-Kindi, al-Farabi dinobatkan sebagai

al-Mu`allim al-Tsani (guru kedua) karena bagi mereka Aristoteles dianggap sebagai al-Mu`allim al-Awwal (guru pertama). Jabatan itu di nisbatkan kepadanya dikarenakan al-Farabi merupakan peletak logika dan metafisika Islam. Pemikir Islam yang muncul selanjutnya adalah Abu `Ali al-Husayn ibn `Abdullah ibn Sina (Ibnu Sina) yang merupakan penerus dari pemikiran al-Farabi. Hal demikian dikarenakan bahwa ketika Ibn Sina mencoba untuk membaca karya Aristo sebanyak 40 kali tetapi beliau tidak paham, akan tetapi berkat risalah pendek yang ditulis oleh al- Farabi beliau dapat memahami alur pemikirannya. Ibnu Sina merupakan peletak dasar bangunan Neo-Platonis atas dasar kosmologi Aristotelian, yang menjelaskan pembagian alam menurut sistem emanasi. Ia juga merupakan failasuf muslim pertama yang mencoba untuk menjelaskan konsep rasionalisasi dari kenabian, yang baginya sosok seorang Nabi itu dimungkinkan adanya.[8] Dari mulai al-Kindi sampai ibnu Sina, memiliki kesinambungan yang sangat jelas antara satu dengan yang lainnya. Bahwa yang satu mempengaruhi corak pemikiran Failasuf selanjutnya. Kemudian setelah itu muncul sosok pemikir ulung yang membantah struktur pengetahuan falsafah yaitu Abu Hamid ibnu Muhammad al-Ghazali (al-Ghazali: 505 H/1111 M). Ia mengkritik secara tajam para tokoh pemikir sebelumnya yaitu diantaranya Ibnu Sina. Sekalipun ia menghujat secara kritis Falsafah, akan tetapi kritikannya itu bernuansa Filosofis. Kritik dari al-Ghazali itu bertujuan untun membela dan membangkitkan lagi semangat keagamaan bagi para umat muslim, dan jangan terlalu memfokuskan diri dalam kajian falsafah. Terbukti bahwa al-Ghazali mengarang sebuah kitab yang berjudul Tahafut al-Falalasifah dan dilanjutkan dengan mengarang kitab monumentalnya yaitu Ihya `Ulum al-Din. Pengertian Filsafat Barat: Pencarian hakikat kebenaran yang berasal dari barat dengan berdasarkan pada aql semata. Barat di sini secara geografis dan kebudayaan adalah Romawi dan Yunani, bukan Amerika. Hanya saja,

sekitar abad 13 M, pemikiran ini mulai dikembangkan oleh Eropa, seperti Amerika. - Pengertian Filsafat Timur: Pencarian hakikat kebenaran yang berasal dari belahan bumi timur dengan bersumber pada aql dan metafisik (wahyu dan non wahyu). Timur secara geografis dan kebudayaan mencakup; Arab, China, India, Turki, Persia, dan lain-lain. Selain itu, dalam perkembangannya, Filsafat Barat lebih banyak digunakan di sebagian negara dibandingkan Filsafat Timur. Hal itu disebabkan oleh metodologi Filsafat Barat yang selalu membukukan dan mendokumentasikan peradaban yang mereka miliki, lain halnya dengan Filsafat Timur. Filsafat dalam Perspektif Islam Pada masa Khalifah Al-Mamun, mulai ada perkembangan ilmu diantaranya menerjemahkan filsafat dalam bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Namun Barat melakukan tuduhan kepada Islam, diantara tuduhan-tuduhan Barat kepada Islam adalah sebagai berikut: Barat menganggap Filsafat Islam sebagai lanjutan dari Filsafat Yunani sehingga disebut Filsafat Arab. Barat menganggap Filsafat Islam itu terinspirasi dari Yahudi dan Nasrani. Sesungguhnya filsafat Islam merupakan hakikat pencarian kebenaran yang konsepnya bersumber dari wahyu. Filsafat Pendidikan Islam Tujuan filsafat pendidikan Islam adalah menjadikan para pembelajar itu memahami keIslamannya secara komprehensif, baik pendidik, peserta didik, atau pun materi atau system didiknya. Sekulerisasi pendidikan itu terjadi sejak adanya revolusi industri yang menerapkan konsep pendidikan modern. Konsep ini kemudian menghasilkan sikap apriori terhadap agama. Karena mereka membatasi keseharian mereka dengan nilai-nilai agama. Dalam Pendidikan Islam, antara dien dengan kehidupan sehari-hari seseorang itu tidak dapat dipisahkan. Persamaan Falsafat di Barat dan di Timur Mengenai Persamaan falsafah dibarat dan timur, berangkat dari pendidikan di timur menekankan bagaimana untuk menjalani proses kehidupan yang bermakna dalam membentuk kesempurnaan hidup. Dan juga pendidikan di

barat pula berfokuskan kepada proses pembelajaran di institusi seperti sekolah untuk menjadikan murid mendapat pengetahuan dan mengaplikasinya secara berkesan. Dan juga mengenai falsafah pendidikan timur juga berfokus kepada nilai-nilai murni dan bagaimana ilmu yang diperolehi membawa kesan dalam kehidupan.kalau falsafah pendidikan Barat menekankan nilai sesuatu ilmu sebagai keperluan untuk membedakan taraf individu dengan individu yang lain.1[2] C. Perbedaan Falsafah Timur dan Barat. Mengenai Perbedaan filsafat barata dan timur, Filsafat Barat dan Filsafat Timur tampaknya sangat berbeda sebab berkembang di dalam budaya yang sangat berbeda, dan sepanjang sejarah tidak terlalu banyak pertemuan di antara keduanya, kecuali di dalam filsafat Islam. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada persamaan di antara keduanya. Filsafat barat sejak masa Yunani telah menekankan akal budi dan pemikiran yang rasional sebagai pusat kodrat manusia. Filsafat timur lebih menekankan hati daripada akal budi, sebab hati dipahami sebagai instrumen yang mempersatukan akal budi dan intuisi, serta intelegensi dan perasaan. Tujuan utama berfilsafat adalah menjadi bijaksana dan menghayati kehidupan, dan untuk itu pengetahuan harus disertai dengan moralitas. Sebagai contoh al-Kindi mengatakan bahwa filasafat adalah ilmu yang termulia serta terbaik dan yang tidak bias di tinggalkan oleh setiap orang yang berpikir.Kata-kata ini di tujukan kepada mereka yang menentang adanya filsafat dan mengingkarinya karena mereka menganggap sebagai ilmu kafir dan menyiapkan jalan kepada kekafiran.sikap inilah yang selalu mereka jadikan rintangan bagi filsuf-filsuf islam, terutama pada masa ibn Rusyd. Oleh karena itu para filosof barat terpengaruh oleh filsafnya Aristoteles, dan juga plato. Mengenai sikap terhadap alam filsafat Barat menjadikan manusia sebagai subyek dan alam sebagai obyek sehingga menghasilkan eksploitasi berlebihan atas alam. Sementara itu, filsafat Timur menjadikan harmoni antara manusia dengan alam

sebagai kunci. Manusia berasal alam namun sekaligus menyadari keunikannya di tengah alam.2[3] Oleh karena itu filsafat timur selalu dipandang dengan filsafat barat, secara geografis atau topologis, filsafat timur adalah filsafat berfikir yang pada umumnya berlaku atau dihidupi oleh orang-orang dari belahan timur dunia ini, sedangkan sebaliknya kalau filsafat barat pada umumnya dihidupi orang-orang dunia barat, seperti dunia Anglo-saxon(Inggris, Irlandia, Skotlandia, Amerika serikat dan juga kanada) Contohnya: Amerika pada Umumnya, dalama memadang filsafat ini kita melihat berbagai pandangan dan juga pemahaman orang-orang barat tentang dunia, manusia dan realitas hidup mereka. Kalau kita mau meneropong pandanganpandangan atau pola pikir dan pola tingkah laku orang-orang dibelahan dunia timur, maka jelas kita bahwa akan menemukan berbagai macam filsafat, karena dunia timur itu sedri terdri dari sekian banyak bangsa, negara, klompok etnis, agama, baik pandangan hidup, kebudayaan dan juga peradapan didunia timur itu sendri. Oleh karena itu dalam perbedaan peradapan dan juga pandangan itu sendri maka akan menemukan perbedaan dalam berbagai sestem itu, baik nilai, ciri, dan juga karakter, ini amat jelas diperlihatkan dalam variasi cara pandang dan cara fikir.3[4] Filsafat berfikir Berfikir disini dalam arti aktif, kalau seperti itu berarti mengonfrontasikan dri dengandunia diluar dari dunia timur, oleh karena itu, filsafat berfikir orrang timur haruslah dilihat dalam jalur bagaimna orang timur melihat dunianya; bagai mana mereka melihat dri mereka sendri dan sesama, dan bagai mana mereka meihat sesama dan percaya serta menggantungkan seluruh dri mereka pada suatu wujud ilahi yang dianggap menjadi pencipta segala sesuatu, dari persepektif ini dalam filsafat timur jelas bersifat sangat huan

dan religius. Paham regilius kosmis sungguh menguasai seluruh kata kehidupan oarang timur, Karena itu pendekatan Emosional sepritual jauh lebih kuat dibandingkan dengan pendekatan rasional-teoretis seperti didunia barat. Justru didunia timur paham komis dan kosmologis amat kuat seperti paham-paham regilius, seperti apa yang kita temukan dala hinduisme, buddhisme, konfusianisme, taoisme, agama-agama Arkhais, Aliran kebatinan dan lain sebagainya. Kalau dunia Batar malah sebaliknya

You might also like