Professional Documents
Culture Documents
Kabupaten Bengkalis adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau dengan ibukota Bengkalis yang berada di Pulau Bengkalis, terpisah dari Pulau Sumatera.Luas wilayah Kabupaten Bengkalis 11.481,77 Km, terdiri dari pulau-pulau dan lautan. Tercatat sebanyak 26 pulau utama disamping pulau-pulau kecil lainnya yang berada di wilayah Kabupaten Bengkalis dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 sejumlah 658.034 jiwa. Wilayah Kabupaten Bengkalis terletak pada bagian pesisir Timur Pulau Sumatera antara 2 30' Lintang Utara - 0 17' Lintang Utara dan 100 52' Bujur Timur 102 10 Bujur Timur. Kabupaten Bengkalis memiliki batas-batas : Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Siak. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Karimun (Prov Kep Riau). Bengkalis mempunyai iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh iklim laut, dengan temperatur 260C 320C. Musim hujan terjadi sekitar bulan September Januari dan musim kemarau terjadi sekitar bulan Februari hingga Agustus. Bengkalis merupakan daerah yang terdiri dari dataran-dataran rendah, dengan ketinggian rata-rata sekitar 1-6,1 m di atas permukaan laut. Di daerah ini juga terdapat beberapa sungai, tasik (danau), serta 26 Pulau besar dan kecil. Pulau-Pulau besar itu adalah Pulau Rupat (1.524,84 km2), Pulau Tebing Tinggi (1.436,83 km2), Pulau Bengkalis (938,40 km2), Pulau Rangsang (922,10 km2), Pulau Padang dan Merbau (1.348,91 km2). Jika dirinci luas wilayah menurut kecamatan dan dibandingkan dengan luas Kabupaten Bengkalis, Kecamatan Pinggir merupakan kecamatan yang terluas yaitu 2.503,47 Km2 (21,80%) dan kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Rangsang Barat dengan luas 241,60 Km2 (2,10%). Jarak terjauh antara ibukota kecamatan dengan ibukota Kabupaten Bengkalis adalah ibukota Kecamatan Pinggir yaitu desa Pinggir dengan jarak lurus 135,50 KM. Dan jarak terdekat selain Kecamatan Bengkalis adalah ibukota Kecamatan Bantan, yaitu desa Selat Baru dengan jarak lurus 10,75 KM
Kabupaten Bengkalis mempunyai letak yang sangat strategis, karena dilalui oleh jalur perkapalan internasional menuju ke Selat Malaka. Bengkalis juga termasuk dalam salah satu program Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT) dan Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT). Pantai Pasir Panjang di Pulau Rupat Berlokasi di Selat Malaka dan merupakan pantai kebangaan dari 3 daerah di Pulau Rupat, yaitu Tanjung Medang, Tanjung Rhu, dan Tanjung Punak. Tempat ini dapat dicapai dengan boat kecil yang dikenal dengan nama pompong dari Dumai. Perjalanan akan memakan waktu selama 15 menit dengan boat dan 45 menit dengan kendaraan beroda dua (ojek). Jalur ini dilalui oleh boat nasional dan pengunjung internasional karena keindahan pantai Rupat dan pemandangan laut yang nyaman. Rencananya akan dibangun jembatan sepanjang 50 km untuk menghubungkan pulau ini dengan Malaka Malaysia. Di pulau Rupat juga dapat ditemukan komunitas suku terbelakang yang disebut dengan suku Akit yang melakukan berbagai atraksi untuk menghibur pengunjung.
Pulau Rupat berada di sebelah timur Pulau Sumatera dengan luas wilayah 1,524.55 km2. KTM Pulau Rupat terdiri dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Rupat dan Kecamatan Rupat Utara. Kecamatan Rupat meliputi 10 desa/kelurahan dan Kecamatan Rupat Utara meliputi 5 desa/kelurahan. Profil Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Pulau Rupat
Kecamatan Rupat Desa/Kelurahan Batu Panjang Hutan Panjang Makeruh Pangkalan Nyirih Pergam Sei Cingam Sukarjo Mesim Tanjung Kapal Teluk Lecah Terkul Kadur Tanjung Medang Tanjung Punak Teluk Rhu Titi Akar Jumlah Luas Ha 13,868.13 16,358.76 2,784.14 5,962.11 5,657.54 2,838.78 1,392.77 31,324.87 12,525.38 9,113.13 4,872.39 2,656.76 2,860.60 2,987.54 36,838.74 152,041.64 % 9.12 10.76 1.83 3.92 3.72 1.87 0.92 20.60 8.24 5.99 3.20 1.75 1.88 1.96 24.23 100
Rupat Utara
Geologi
Formasi-formasi utama yang menyusun Pulau Rupat terdiri dari formasi Endapan Permukaan Muda (Qh) dan Formasi Endapan Permukaan Tua (QP).
Sistem Lahan
Pulau Rupat tersusun atas 8 (delapan) sistem lahan, yaitu sistem-sistem lahan Beliti, Gambut, Kahayan, Kajapah, Mendawai, Muara Beliti, Puting, dan Sungai. Sistem lahan yang memiliki luasan terbesar adalah sistem lahan Mendawai (A11), yaitu seluas 48,954.69 hektar atau 32.20% dari keseluruhan luas Pulau Rupat. Sistem lahan ini merupakan rawa-rawa gambut dangkal.
Satuan Lahan
Satuan lahan di Pulau Rupat dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok satuan lahan, yaitu kelompok satuan lahan kubah gambut (D) dengan areal terluas adalah kubah gambut oligotropik air tawar (38.430,94 ha) dan kelompok satuan lahan marin (B) yang meliputi 41,85% luas Pulau Rupat.
Jenis Tanah
Jenis tanah di Pulau Rupat dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah kelompok tanah mineral dengan tingkat perkembangan muda, baik dengan ciri hidromorfik maupun tanpa ciri hidromorfik. Seluas 52.613,46 Ha kelompok kedua adalah kelompok tanah-tanah organik, atau secara populer sering disebut sebagai tanah gambut seluas 88.409,62 Ha.
Liputan Lahan
Liputan lahan Pulau Rupat mencakup 7 (tujuh) jenis liputan lahan, yaitu Sungai / Danau, Hutan, Pemukiman, Perkebunan, Rawa, Sawah Irigasi, dan Tanah Ladang.
Iklim
Tipe iklim Jumlah curah hujan Temperatur udara Tekanan udara rata-rata : : : : Tropis 2,356 mm/tahun 25,5-26,4 oC 1.010,5
Hidrologi
Pulau Rupat memiliki 6 buah sungai, yaitu Sungai Senebak, Sungai Raya, Sungai Rempang, Sungai Nyiur, Sungai Sair dan Sungai Penonton. Lebar Sungai berkisar antara 8 - 15 m dengan kedalaman 0,5 1,5 m. Debit sesaat diperkirakan berkisar antara 3,6 6,0 m3/dtk, dengan dasar sungai berlumpur, pasir dan kwarsa. Potensi sedimentasi seluruh sungai berkisar antara 8,09 31,6 ton/tahun.
Oseanografi
Kedalaman perairan di sekitar Selat Rupat terdapat palung-palung yang relatif terjal. Perairan di sebelah barat, yaitu yang mengarah ke Selat Malaka memiliki dataran bawah lautnya relatif datar. Kedalaman perairan sebelah timur, selatan dan utara Pulau Rupat berkisar antara 10 sampai 30 m, sedangkan kedalaman perairan di sebelah timur laut dan timur berkisar antara 30 sampai >50 m. Kedalaman perairan tertinggi adalah 27 m terletak di Selat Rupat.
2. KONDISI SOSIAL-DEMOGRAFIS
Jumlah Penduduk
Total seluruh jumlah penduduk Pulau Rupat di dua kecamatan adalah sebanyak 42.077 Jiwa, yang meliputi 9.057 KK. jumlah penduduk pria dan wanita yang relatif seimbang di seluruh Pulau Rupat.
Aspek Sosial-Budaya
Pada umumnya, struktur komunitas masyarakat di Pulau Rupat masih mempertimbangkan status sosial. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa pada umumnya, pegawai negeri/ABRI mendapat penghargaan dari masyarakat karena dianggap sangat menentukan dan berjasa dalam kegiatan pemerintahan. Pedagang pengumpul (tokeh) juga mendapatkan penghargaan dari masyarakat karena ia memiliki kekayaan yang berpengaruh dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Sedangkan, kepala suku, tokoh agama, dan cerdik cendekia mendapat penghargaan dari masyarakat karena dapat membuat keputusan dan mempengaruhi tatanan hidup yang berlaku dalam masyarakat.
Di Pulau Rupat terdapat lima suku/etnis yaitu suku Melayu, Jawa, Cina, Batak, suku Akit. Dari kelima etnis tersebut, suku Akit lihat gambar merupakan penduduk asli di Pulau Rupat. Masing-masing suku tersebut tidak memiliki perbedaan dalam hal kemasyarakatan, dan saling berbaur satu sama lain. Sistem kekerabatan masyarakat masih cukup erat. Budaya gotong-royong masyarakat di Pulau Rupat masih ada, di antaranya seperti pada saat membersihkan jalan desa, parit desa, dan sebagainya yang sifatnya untuk kepentingan (fasilitas) umum. Adat istiadat yang dianut penduduk setempat pada umumnya adalah budaya Melayu. Di dalam kehidupan sosialnya, terdapat seseorang yang dituakan sebagai kepala adat yang disebut Kebatinan. Kepala adat salah satunya mempunyai tugas memimpin upacara-upacara adat seperti perkawinan, sunatan, tindik, dan lain-lain. Untuk memfasilitasi berlangsungnya kegiatan adat telah dibangun gedung pertemuan yang diberi nama Lembaga Adat Melayu. Mata Pencaharian sebagian besar penduduk (70%) bekerja di bidang perikanan laut baik sebagai nelayan maupun buruh nelayan. Selain itu, beberapa penduduk bermata pencaharian sebagai petani (kebun karet), buruh tani, wirausaha (dagang dan wirausaha), PNS dan sebagainya.
3. KONDISI PEREKONOMIAN
Secara umum perekonomian Pulau Rupat mengalami defisit dalam hubungan perdagangan dengan luar daerah. Kebutuhan rumah tangga, barang-barang hasil olahan pabrik dan produksi industri sepenuhnya datang dari luar seperti Bengkalis atau Dumai maupun Malaka. Sedangkan hasil bumi Pulau Rupat pada masa lalu adalah kayu hasil tebangan sedangkan pada masa ini tinggal getah karet Usaha perikanan yang dilakukan masih berskala local dan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Banyaknya jumlah nelayan yang beroperasi di Selat Malaka dan terbatasnya daerah operasi (fishing ground) telah menyebabkan daerah operasi yang semakin padat (overfishing). Akibatnya, hasil tangkapan ikan setiap nelayan menjadi semakin sedikit, yang menyebabkan pekerjaan nelayan pada saat ini tidak dapat diandalkan sebagai matapencaharian pokok. Karena itu, sebagian nelayan ada yang melakukan usaha sampingan di bidang tanaman pangan, perkebunan, beternak sapi, babi, kambing, ayam atau mengembangkan usaha lain.
Panjang total jalan utama adalah 143,43 km. Fisik jalan yang telah disemen sepanjang 40 km. Jalanan dengan pengerasan tanah sepanjang 10 km. Sarana transportasi darat pada umumnya menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Hanya ada satu atau dua buah buah mobil di pulau ini. Sarana pendaratan ikan dan pelabuhan berjumlah 2 buah, yaitu satu di Kecamatan Rupat Utara dan satu di Kecamatan Rupat. Selain itu, sarana pelabuhan rakyat ditemui hampir di semua desa pesisir Pulau Rupat. Sarana transportasi laut digunakan untuk angkutan penumpang maupun barang. Angkutan penumpang misalnya adalah dalam bentuk speed-fiber dengan kapasitas angkut sekitar 30 - 40 orang. Transportasi ini melayani jalur Tanjung Medang Titi Akar - Hutan Samak - Dumai. Transportasi kapal barang adalah menggunakan kapal motor pompong, yang mengangkut bahan makanan pokok dan material bangunan dari luar pulau.
Listrik
Sebagai sumber penerangan di Pulau Rupat, khususnya di pusat-pusat aktual, baik di Rupat Utara maupun di Rupat Selatan, secara umum telah menggunakan listrik. Meskipun demikian, belum semua rumah penduduk dapat dialiri oleh listrik. Hal yang masih menjadi hambatan untuk penerangan ini adalah, listrik tidak hidup selama 24 jam. Listrik hanya hidup dari jam 18.00 sore sampai dengan jam 07.00 pagi. Hal ini disebabkan karena daya terpasang tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada. Sumber listrik ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang terdapat di Tanjung Medang, Batu Panjang dan Teluk Lencah. Dengan keterbatasan tersebut, masih banyak perumahan penduduk yang belum dapat dialiri listrik, meskipun meteran sudah terpasang. Oleh karena itu, beberapa perumahan penduduk juga masih ada yang menggunakan minyak tanah sebagai sumber penerangan. Di Rupat Utara, pelayanan penerangan dikelola oleh PLN sub-ranting Tanjung Medang melalui 3 buah biro instalatur.
Pendidikan
Di Pulau Rupat terdapat sarana pendidikan sampai jenjang SLTA. Jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dikelola, baik oleh pemerintah maupun swasta. Sementara itu, jenjang pendidikan yang lebih tinggi hanya disediakan oleh pemerintah (sekolah negeri). Keadaan ini menggambarkan rendahnya tingkat partisipasi penduduk di kedua kecamatan yang ada di Pulau Rupat akan pendidikan. Karenanya, banyak anak usia sekolah yang melanjutkan pendidikannya d i luar Pulau Rupat atau bahkan di luar Kabupaten Bengkalis. Jumlah Gedung Sekolah di KTM Pulau Rupat
Kecamatan Rupat Rupat Utara JUMLAH Negeri 27 9 36 SD Swasta 2 2 4 SLTP Negeri Swasta 4 2 1 6 1 SLTA Negeri Swasta 1 1 2 Jumlah 34 15 49
Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Pulau Rupat terdiri dari jumlah Puskesmas sebanyak 2 unit di kota kecamatan, puskesmas pembantu sebanyak 8 unit, dan klinik KB 2 unit.
10
Sarana lbadah
Jenis sarana ibadah yang terdapat di Pulau Rupat (gereja dan wihara, selain masjid, langgar dan mushalla) menggambarkan keragaman agama yang dianut oleh penduduk. Tempat-tempat ibadah ini umumnya dalam keadaan sangat baik. Di Batu Panjang dan Tanjung Medang, sudah terdapat Masjid Raya yang dapat dikategorikan cukup besar.
Telekomunikasi
Pada saat ini di Pulau Rupat belum ada prasarana telepon kabel. Namun demikian, sinyal telepon seluler dari beberapa operator seluler sudah dapat menjangkau pulau ini, sehingga komunikasi dengan telepon seluler juga relatif sudah banyak dilakukan penduduk.
11
Luas (ha) 34,401.0 10,043.9 18,006.2 61,062.0 2,876.2 18,605.6 3,403.5 369.9 148,795.3
Luas (ha) 12,658.5 32,171.7 21,303.5 5,001.6 47,466.0 25,844.1 728.8 2,935.8 699.9 3,949.0 313.8 841.0 153,913.5
12
II
13
Air Bersih
Kebutuhan air bersih bagi Pulau Rupat secara garis besar dibedakan menjadi 2 kategori utama, yaitu untuk kegiatan rumah tangga dan untuk kegiatan non rumah tangga. Untuk kegiatan rumah tangga, kebutuhan adalah sebesar 3.040.160 liter/hari. Untuk kegiatan non rumah tangga, kebutuhan adalah sebesar 912.048 liter/hari. Pada tahun 2021 kebutuhan rumah tangga adalah sebesar 5.312.800 liter/hari, sedangkan untuk kegiatan non-rumah tangga adalah sebesar 1.593.840 liter/hari. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut, terdapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu: Penggunaan air baku dari Sungai Raya, untuk wilayah-wilayah perencanaan sekitar Pangkalan Nyirih, Tanjung Makeruh, Sungai Cingam dan sebagian lokasi transmigrasi Morong Timur. Penggunaan air baku Sungai Sahir untuk lokasi transmigrasi Morong Barat dan Titi Akar. Penggunaan IPAG untuk sebagian lokasi Morong Barat dan sebagian lokasi Morong Timur. Penggunaan polder sistem untuk lokasi Morong Barat Daya. Daerah yang sumber airnya berasal dari tanah gambut, diperlukan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Gambut disertai dengan pembuatan waduk penampungan air hujan.
Listrik
Perkiraan kebutuhan energi listrik pada tahun 2021 di Pulau Rupat sebesar 16.71 MVA. Kebutuhan listrik ini mencakup kegiatan permukiman yang memerlukan tambahan kebutuhan listrik sebesar 12,64 MVA. Untuk kebutuhan komersial adalah sebesar 1,26 MVA dan untuk kebutuhan fasilitas sosial sebesar 0.63 MVA. Untuk melayani kebutuhan listrik bagi seluruh penduduk serta kegiatan kegiatan lainnya yang direncanakan di Pulau Rupat seperti kegiatan pariwisata, industri, dan lain-lain, maka pada akhir tahun rencana penyediaan kebutuhan listrik sebesar 30 MVA beserta jaringannya.
14
Telekomonukasi
Pengembangan telekomunikasi diarahkan dengan menggunakan teknologi berbasis CDMA. Pembangunan jaringan ini dapat dikembangkan terutama pada pusat-pusat pengembangan di Pulau Rupat, kemudian selanjutnya meluas sehingga seluruh desa yang ada di Pulau Rupat. Untuk itu maka target utama dari pembangunan jaringan telekomunikasi ini adalah pada setiap desa yang berada di Pulau Rupat telah tersedia BTS (Base Transmitter System).
Pengelolaan Sampah
Aktivitas di Pulau Rupat pada Tahun 2021 akan memproduksi sampah sebesar 815.620 m3 per hari. Kerja sama antara berbagai stakeholders serta peran serta dari masyarakat sendiri dalam pengelolaan persampahan merupakan salah satu syarat agar pengelolaan yang dilakukan dapat berhasil.
Pendidikan
Untuk kebutuhan pada tahun 2021 maka berdasarkan jumlah penduduk yang ada dari hasil proyeksi akan diperlukan adanya kebutuhan fasilitas pendidikan sejumlah 53 TK, 27 SD, 5 SMP (15 lokal) dan 3 SMA (10 lokal).
Kesehatan
Puskesmas Pembantu telah terdapat pada tiap-tiap desa yang ada di KTM. Pembangunan Puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap disertai dengan tenaga medis setingkat dokter akan dilaksanakan di daerah yang menjadi pusat KTM ataupun pusat-pusat perkembangan wilayah (Pangkalan Nyirih dan Tanjung Medang).
Jaringan Jalan
Pengembangan jaringan jalan di Pulau Rupat di arahkan pada peningkatan jalan yang telah ada dengan konstruksi beton dan pengembangan jaringan jalan baru. Pembangunan jalan yang direncanakan adalah jalan dengan lebar jalan 15 meter dengan badan jalan memiliki lebar 7 m. Jalan seperti ini diharapkan akan dapat melayani aktivitas ekonomi seperti pengangkutan/perpindahan barang dan orang secara baik.
15
Pelabuhan
Pembangunan dermaga terkait dengan KTM sangat diperlukan khususnya pada Sungai Morong dengan alternatif di Pangkalan Nyirih ke arah (timur) muara dari sungai Morong sebagai dermaga utama untuk pengembangan alternatif kotanya untuk mendukung daerah hinterland. Pengembangan pelabuhan memerlukan penyediaan ruang untuk alat angkut tersebut, tempat berhenti (untuk bongkar muat), mengatur kegiatan perangkutan, menentukan tempat perhentian, lokasi untuk berproduksi dan lebih jauh melakukan tempat pengolahan ikan sampai dengan pengalengan ikan.
16
5. INSTITUSI PENGELOLA
Dalam aspek perencanaan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bengkalis mempunyai peranan strategis, sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam melakukan sinkronisasi dan memadukan perencanaan sektoral yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam di wilayahnya. Sedangkan sektor transmigrasi berperan sebagai penyedia tenaga kerja produktif (transmigran) sesuai kultur dan kehidupan ekonomi setempat, perangkat pelatihan yang sesuai, dan perencanaan teknik permukiman. Pembangunan KTM Pulau Rupat merupakan program pembangunan multi sektor yang tidak dapat dilaksanakan hanya oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, melainkan harus pula didukung oleh sektor-sektor terkait lainnya, masyarakat, dan investor. Pembangunan KTM Pulau Rupat harus terintegrasi dengan pembangunan daerah secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pembagian peran antar sektor dan antar pemangku kepentingan (stakeholder).
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27