You are on page 1of 5

ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI

BAB I
PENDAHULUAN
Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Diyakini menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Ajaran Islam menunjukkan gambaran yang ideal tentang bagaimana seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan ini lebih bermakna. Di dalam penyampaian arti dari agama islam tersebut tentu tidak akan terlepas dari ajaran agama itu sendiri (Doktrinal), dan juga di dalam perjalananya terdapat hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat yakni masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat (Sosial). Tak hanya itu, pemahaman masyarakat tentu tak selalu melalui pemahaman tekstual, atau pemahaman dari sumber agama islam itu sendiri namun juga melewati realitas sosial yang berupa perilaku masyarakat yang memerlukan agama bersangkutan (Budaya). Namun dewasa ini terdapat banyak penyimpangan yang terjadi didalam memahami Islam dengan sudut pandang yang sempit, sehingga terkadang mengesampingkan keadaan sosial dan budaya masyarakat tempat agama itu didakwahkan yang mungkin disebabkan kurangnya pemahaman studi islam secara mendalam, yang kemudian menyebabakan islam tak lagi terlihat sebagai agama yang rohmatan lil-alamin, karena dipandang sebagai agama yang hanya memerhatikan kelompok dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya penulis berusaha menjelaskan agama islam sebagai sasaran studi, yang hendaknya tidak dipelajari secara dangkal. Berikut hal-hal yang perlu disampaikan: 1. Islam sebagai sasaran Studi Doktrinal 2. Islam sebagai sasaran Studi Sosial 3. Islam sebagai sasaran Studi Budaya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam Sebagai Sasaran Studi Doktrinal
Kata doktrin berasal dari bahasa Inggris doctrine[1] yang berarti ajaran. Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doktrinal yang berarti yang dikenal dengan ajaran atau bersifat ajaran. Sedangkan studi doktrinal berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi doktrinal tersebut. Ini berarti dalam studi doktrinal kali ini yang dimaksud adalah studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam. Islam didefinisikan oleh sebagian ulama adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Berdasarkan pada definisi Islam, maka inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud adalah Al-Quran dan Al-Sunnah. Dari kedua sumber itulah ajaran Islam diambil. Namun meski kita mempunyai sumber, ternyata dalam realitasnya ajaran Islam yang digali dari dua sumber tersebut memerlukan keterlibatan ulama dalam memahami dua sumber ajaran tersebut. Keterlibatan tersebut dalam bentuk Ijtihad. Dengan Ijtihad maka ajaran berkembang. Karena ajaran Islam yang ada di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis besar atau global Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang tidak secara terang disebut di dalam dua sumber itu didapatkan dengan cara Ijtihad. Untuk penelitian agama yang sasarannya adalah agama sebagai doktrin, agama sebagai teologi tidak terbatas hanya sekedar menerangkan hubungan antara manusia dengan tuhan (transendental) saja, tetapi tidak terelakan adalah melibatkan kesadaran berkelompok (sosiologis), kesadaran pencairan asal usul agama (antropologi), pemenuhan kebutuhan untuk membentuk kepribadian yang kuat dan ketenangan jiwa (psikologis) bahkan ajaran agama tertentu dapat di teliti sejauh mana keterkaitan ajaran etikanya dengan corak pandangan hidup yang memberi dorongan yang kuat untuk memperoleh derajat kesejahteraan hidup yang optimal (ekonomi). Namun apabila pandangan agama sebagai doktrin yang sakral, suci dan tabu, maka tertutup untuk kajian-kajian atau penelitian. Sebelum mendekati agama, memang amat perlu mengetahui sasaran yang akan didekati, yaitu agama atau kepercayaan yang terjadi karena adanya di pandang mahakuasa menjadi sumber segala sesuatu. Dalam berbagai disiplin ilmu sosial dipelajari adanya dua macam agama yaitu: a.Agama Alam atau disebut juga agama suku bangsa primitif, disebut juga innerweltlicreligion seperti Animisme, Dinamisme, Polytheisme dan ada yang menyebut dengan agama leluhur, kepercayaan nenek moyang; paganisme, syamanisme. b. Agama profetis, yang biasa juga di sebut agama samawi, yaitu agama yang di turunkan oleh khalik (pencipta) melalui utusan atau nabi-Nya kepada manusia.[2]
[1] yang b. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1990 [2] Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 1999

Masalah keagamaan, merupakan masalah yang selalu hadir dalam sejarah kehidupan manusia sepanjang zaman dan sama dengan masalah kehidupan lainnya. Fenomena keagamaan yang berakumulasi pada pola prilaku manusia dalam kehidupan beragama adalah perwujudan dari sikap dan prilaku manusia yang menyangkut dengan hal-hal yang di pandang sakral, suci, keramat yang berasalan dari suatu kegaiban. Sedangkan ilmu pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan sosial dengan caranya masingmasing atau metode, teknik dan peralatannya, dapat mengamati secara cermat perilaku manusia itu, hingga menemukan segala unsur yang menjadi komponen terjadinya perilaku tersebut.

B. Islam Sebagai Sasaran Studi Sosial


Islam sebagai sasaran studi sosial ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai gejala sosial. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan demikian yang menjadi obyek dalam kaitan dengan Islam sebagai sasaran studi sosial adalah Islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi fenomena Islam. Menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala sosial pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat. Jika Islam dijadikan sebagai sasaran studi sosial, maka harus mengikuti paradigma positivisme yaitu dapat diambil gejalanya, dapat diukur, dan dapat diverifikasi.[3] Dari pandangan tentang agama sebagai gejala budaya dan sebagai gejala sosial, elemenelemen yang harus di ketahui dalam Islam adalah persoalan teologi, komsmologi, dan antropolgi, yang tentu menyangkut dengan persoalan sosial kemanusian dan budaya.

C. Islam Sebagai Sasaran Studi Budaya


Pada awalnya, ilmu hanya ada dua yaitu: ilmu kealaman dan ilmu budaya. Ilmu kealaman, seperti fisika, kimia, biologi dan lain-lain mempunyai tujuan utama mencari hukum-hukum alam, mencari keteraturan-keteraturan pada alam. Sebaliknya ilmu budaya mempunyai sifat tidak berulang tetapi unik. Menurut M.Antho Mudzar, di antara penelitian kalaman dan budaya, terdapat penelitianpenelitian ilmu-ilmu sosial. Suatu penemuan, baru dikatakan atau dianggap sebagai ilmu apabila memenuhi syarat yaitu : a. Dapat di amati (observable) b. Dapat diukur (measurable) c. Dapat dibuktikan (verifiable)[4] Menurut beberapa para ahli, ada 5 (lima) bentuk gejala agama yang perlu diperhatikan, apabila kita hendak mempelajari atau meneliti suatu agama, yaitu: 1. Scripture, naskah-naskah atau sumber ajaran dan simbol- sombol agama. 2. Para penganut, pimpinan, pemuka agama, menyangkut dengan sikap, perilaku dan penghayatan para penganut nya. 3. Ritus-ritus, lembagalembaga, ibadat-ibadat, seperti sholat, haji, puasa, perkawinan dan waris. 4. Alat-alat, seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
[3] Mudzhar, M.Atho, Pendekatan Studi Islam, dalam Teori dan Praktek , Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1998 [4] Mudzhar, M.Atho, Pendekatan Studi Islam, dalam Teori dan Praktek , Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1998

5.

Organisasi-organisasi keagamaan, tempat para penganut agama berkumpul dan berperan, seperti Nahdatul Ulama Muhammadiyah, gereja katholik, Protestan, Syiah, Sunni dan sebagainya.[5] Dalam penelitian naskah atau sumber-sumber ajaran agama yang pernah diteliti adalah persoalan filologi dan kemudian adalah isi dari naskah yang ada. Misalnya saja, membahas Al-Quran dan isinya, kritik atas terjemahan orang lain, kitab tafsir atau penafsiran seseorang, kitab hadis, naskah-naskah sejarah agama dan sebagainya. Dalam konsep Islam sebenarnya tidak ada hal-hal atau benda-benda yang dianggap sakral atau suci. Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model yaitu tekstual dan konstekstual. Tekstual artinya memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan konstekstual berarti memahami Islam lewat realitas sosial yang berupa perilaku masyarakat yang memerlukan agama bersangkutan. Studi budaya diselenggarakan dengan penggunaan cara-cara penelitian yang diatur oleh aturan-aturan kebudayaan yang bersangkutan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan mengiterprestasi lingkungan yang dihadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan tindakantindakan yang diperlukan.

[5] Sanaky, Hujair. AH, http://sanaky.com/islam-sebagai-sasaran-studi-danpenelitian/, di tambahkan pada tanggal 17 Oktober 2010, pukul 13:09

BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah penyusun uraikan bahwa : 1. Islam sebagai sasaran studi doktrinal Studi doktrinal berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi doktrinal tersebut. Ini berarti dalam studi doktrinal kali yang dimaksud adalah studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam. Ajaran Islam itu berupa wahyu dari Allah, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. 2. Islam sebagai sasaran studi sosial Islam sebagai sasaran studi sosial ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai gejala sosial. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat. 3. Islam sebagai sasaran studi budaya Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model yaitu tekstual dan konstekstual. Tekstual artinya memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan konstekstual berarti memahami Islam lewat realitas sosial yang berupa perilaku masyarakat yang memerlukan agama bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1990.

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta >: PT. Raja Grafindo, 1999. Mudzhar, M.Atho, Pendekatan Studi Islam, dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1998. Sanaky, Hujair. AH, http://sanaky.com/islam-sebagai-sasaran-studi-dan-penelitian/, di tambahkan pada tanggal 17 Oktober 2010, pukul 13:09.

You might also like