Professional Documents
Culture Documents
1
yang baik. Inilah salah satu akhlak politik yang diajarkan oleh Islam.
2
dimaafkan. Hal ini terjadi karena di Mekah Islam belum menjadi sebuah masyarakat.
Tetapi ketika di Madinah, orang yang menghina Nabi Muhammad SAW dihukum
bunuh. Imam al-Syaukani dalam Nailul Athār Jilid VII, h. 213-115 mengemukakan
hadis riwayat Ali bin Abi Thalib yang berbunyi, “Bahwa ada seorang wanita Yahudi
yang sering mencela dan menjelek-jelekkan Nabi SAW, lalu perempuan itu dicekik
sampai mati oleh seorang laki-laki. Ternyata Rasulullah SAW menghalalkan
darahnya” (HR. Abu Daud). Riwayat ini dikemukakan untuk menunjukkan bahwa
dalam politik itu ada etika sehingga cara mengkritik yang merongrong kewibawaan
suatu pemerintahan adalah sebuah pembangkangan yang bisa mendorong pada
tindakan makar. Kritik haruslah disampaikan secara konstruktif dan dengan alasan-
alasan yang rasional serta mengedepankan etika moral sehingga ia berguna bagi
perubahan-perubahan kebijakan pemerintahan.
Selanjutnya, dalam pemerintahan para Khulafā’ al-Rāsyidin juga telah
menampilkan sebuah etika pemerintahan. Supremasi hukum ditegakkan dan
kepentingan rakyat dikedepankan. Masa pemerintahan Khulafā’ al-Rāsyidin dinilai
banyak sejarahwan sebagai paling etis, bermoral, dan demokratis meski ada sejumlah
kelemahan-kelemahan. Namun kelemahan-kelemahan itu ditutup oleh kecemerlangan
etis yang menghadirkan keadilan dan rasa aman. Pengakuan ini, misalnya, diakui oleh
sejarahwan non-Muslim seperti Robert N. Bellah dan Wilfred Cantwell Smith.
Pelajaran praktik politik dalam sejarah Islam di atas harus menjiwai moral
masyarakat Indonesia. Para pemimpin bangsa harus mengusung tema-tema moral dan
etika sebagai dasar kepemimpinan politik. Dengan dasar etika, sebuah kepemimpinan
akan menampilkan keadilan, keluhuran budi, kepekaan terhadap rakyat, dan memiliki
visi kesejahteraan bagi semua.
3
baik dan pemerintah bersama DPR telah berusaha menyempurnakannya.
Dalam konteks umat Islam sebagai mayoritas, praktik politik belum
menyuguhkan kebajikan-kebajikan moral bagi umat. Praktik politik masih terus
dinodai oleh praktik-praktik korupsi yang akut. Sehingga umat Islam tidak
memperoleh pelajaran moral dalam masalah politik.
Karena itu, umat Islam terus bersama kekuatan bangsa yang lain termasuk
pemerintah mendukung proyek pemberantasan korupsi dan penegakan hukum. Selain
itu, umat Islam menginginkan agar partai-partai politik yang ada menjiwai moral
masyarakat pemilihnya. Keunggulan etika para pemimpin akan membentengi moral
masyarakat sehingga rakyat menaruh kepercayaan tinggi pada para pemimpinnya.
Jadi, pembangunan moral dan etika politik harus lahir dari para pemimpin.
Umat atau rakyat yang memiliki kearifan-kearifan tradisi dan moral agama harus terus
dikuatkan lagi melalui keteladanan para pemimpinnya. Dari sinilah sebutan bangsa
relijius yang melekat pada bangsa kita akan menemukan kekuatannya baik di tingkat
sosial masyarakat maupun di tingkat praktik politik. Jika demikian, misi Nabi
Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak masyarakat terus berlangsung di
dalam hiruk-pikuk politik Tanah Air. Kita pun menjadi optimis bahwa hajat politik
Pemilu 2009 dengan seluruh tahapannya akan berjalan lancar dengan topangan etika
politik yang luhur. Wallāhu A’lamu Bil-Shawāb.