You are on page 1of 25

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

BAB II

II.1. Kerangka Kerja Penyusunan Masterplan Kesehatan di Kabupaten Buleleng diawali dengan melihat kondisi masa kini dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Bertolak pada kondisi faktual tersebut, ditemukan sejumlah masalah kesehatan yang perlu dan mendesak diselesaikan. Secara singkat alur pikir dan pendekatan dalam penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut:

II.2. Tahap Pekerjaan II.2.1 Tahap persiapan Pokok pekerjaan yang dilakukan adalah : a. Persiapan dasar, berupa : pemahaman terhadap KAK, literatur, peta dasar dan persiapan bahan-bahan lainnya; b. Persiapan teknis berupa penyiapan daftar pertanyaan (kuisioner, blanko) peta wilayah kota dan kawasan, peralatan survey lainnya yang akan digunakan untuk pekerjaan di lapangan; c. Inventarisasi data/informasi yang telah dimiliki. Dalam tahap persiapan ini hal-hal yang akan dilakukan oleh konsultan mencakup : penyusunan metode pelaksanaan kegiatan, pembentukan tim pelaksana, pembuatan surat tugas, studi

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

a. Persiapan Administrasi Persiapan administrasi untuk memulai pekerjaan ini adalah mempersiapkan semua surat-menyurat yang meliputi : Surat pengantar dari pihak proyek kepada masing-masing instansi untuk pengumpulan data. Surat tugas untuk personil sebagai pegangan untuk personil. b. Mobilisasi Personil dan Peralatan Mobilisasi personil dan peralatan dilakukan setelah kegiatan penyusunan jadwal pelaksanaan, jadwal penugasan personil selesai sehingga diketahui kapan tenaga ahli dan peralatan perlu mobilisasi. c. Penyusunan Metodologi dan Kerangka Kerja Persiapan teknis yang perlu dilakukan adalah penjelasan oleh Ketua Tim mengenai penyamaan persepsi dan standar yang dipakai antara Ketua Tim dan anggota tim, sehingga tidak akan terjadi kesalahanpahaman dalam pelaksanaan nantinya. Persiapan lainnya yaitu penyusunan metodologi dan kerangka kerja sebagai dasar untuk penetapan metode dan tahapan-tahapan dari pelaksanaan pekerjaan nantinya. Penyusunan metodologi dan kerangka kerja ini juga meliputi penyusunan : Bagan alir pekerjaan Jadwal pelaksanaan pekerjaan Bagan organisasi pelaksanaan pekerjaan Jadwal penugasan personil Jadwal penggunaan alat d. Tahap Koordinasi dan Konsultasi Pada tahapan ini Konsultan diwajibkan secara aktif melakukan koordinasi dengan Tim Teknis dan Instansi Teknis Kabupaten terkait sehingga dapat dicapai keluaran yang memadai, dengan dimungkinkan pula untuk melakukan konsultasi dengan asosiasi profesi terkait dan instansi pemerintah setempat/SKPD atau instansi lain.

II.2.2 Tahap Pengumpulan data

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

a. Mengumpulkan data/informasi lapangan secara lengkap melaui survey instansional dengan cara merekam/mencatat data sekunder yang ada di masing - masing instansi. b. Observasi lapangan, wawancara dan penyebaran kuisioner untuk memperoleh dan menguji data termasuk pelibatan masyarakat agar diperoleh informasi yang senyatanya (primer). Pada tahap pengumpulan data melalui survey instansi dapat dbuat suatu desain survey dimana data yang ingin didapatkan lebih terarah. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pekerjaan ini meliputi : (1) Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Participant Observation Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb. Non Participant Observation Berlawanan dengan Participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dan lain-lain. (2) Wawancara

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif). Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, meliputi : Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden. (3) Metode Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka). Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masingmasing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

II.2.3 Analisis Gambaran Keadaan dan Kecenderungan 1. Gambaran Kesehatan Wilayah Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Human Development Index (HDI) atau disebut pula Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 100,0 dengan kategori sebagai berikut : Tinggi Menengah Atas Menengah Bawah Rendah Berikut komponennya Perkembangan Nilai Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Buleleng
No. (1) 1 2 3 4 5 Tahun (2) 2007 2008 2009 2010 2011 Daya Beli Masyarakat (Rp.) (3) 625.520 629.770 633.400 634.020 637.030 3.159,740 631.948 Angka Melek Huruf (%) (4) 87,60 87,60 87,74 88,46 88,63 440,03 88,01 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) (5) 6,73 6,89 7,09 7,29 7,36 35,36 7,07 Angka Harapan Hidup (Tahun) (6) 68,65 68,78 68,96 69,15 69,34 344,88 68,98 IPM (7) 69,15 69,67 70,24 70,69 71,12 350,87 70,17 IPM Prov. Bali (8) 70,53 70,98 71,52 72,28 72,84 358,15 71,63

: IPM lebih dari 80,0 : IPM antara 66,0 79,9 : IPM antara 50,0 65,9 : IPM kurang dari 50,0 perrkembangan IPM Kabupaten Buleleng beserta komponen-

Jumlah Rata-rata

Sumber : Bappeda Kab. Buleleng, Tahun 2011

Jika dibandingkan dengan standar peringkat kinerja pembangunan manusia yang digunakan PBB tampak bahwa IPM Kabupaten Buleleng sudah memasuki kriteria menengah atas, dengan nilai IPM antara 69,15-71,12. Kedepan IPM Kabupaten Buleleng perlu lebih didongkrak secara signifikan karena masih tertinggal dengan daerah-daerah lain di Bali, terutama pada indikator rata-rata lama sekolah yang baru mencapai 7,36 tahun dan angka harapan hidup yang baru mencapai 69,34 tahun pada tahun 2011. 2. Kondisi Kesehatan Kabupaten Buleleng Kesehatan merupakan salah satu tolok ukur dalam mendukun pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sehingga untuk itu pembangunan sektor kesehatan

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah.

Dalam rangka meningkatkan

pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Buleleng, pemerintah disamping secara berkesinambungan melaksanakan pembinaan kesehatan, juga membangun dan menyiapkan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, baik yang dibangun oleh pemerintah maupun dari pihak swasta serta menyiapkan tenaga medis maupun non medis. Pembangunan sarana prasana kesehatan ini terus ditingkatkan, khusus dalam meningkatkan pelayanan RSUD Singaraja, telah dibangun Ruang Bedah Sentral dan ICU. Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan RSUD Singaraja dimaksudkan untuk mampu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat Buleleng yang selama ini sering berobat ke Denpasar, demikian juga untuk menampung pasien-pasien dari perbatasan kabupaten (Karangasem, Bangli dan Tabanan). Adapun data fasilitas kesehatan di Buleleng tersaji pada Tabel berikut: Tabel 2.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Buleleng Fasilitas Kesehatan No Kecamatan Rumah Sakit 1 5 6 Puskesmas 2 3 2 2 2 3 2 2 2 20 Puskesmas Pembantu 5 7 9 9 12 6 7 12 8 75 Poliklinik 2 2

1. Gerokgak 2. Seririt 3. Busungbiu 4. Banjar 5. Sukasada 6. Buleleng 7. Sawan 8. Kubutambahan 9. Tejakula Kabupaten Buleleng

Sumber: Buleleng Dalam Angka Tahun 2012

Tenaga Medis dan Para Medis merupakan sumber daya manusia bidang kesehatan yang sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan. sebaran tenaga kesehatan secara rinci tersaji pada tabel berikut: Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Kab. Buleleng Sebaran tenaga kesehatan sangat mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan. Adapun jumlah dan

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Kecamatan Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah

Dokter Umum 3 3 2 4 3 5 2 3 3 28

Dokter Gigi 2 3 1 1 2 3 2 1 2 17

Paramedis Bidan 13 23 17 22 19 35 17 13 22 186 Perawat 23 21 22 15 12 35 15 17 16 173

Sumber : Buleleng Dalam AngkaTahun 2012

Pelaksanaan program kegiatan masyarakat seperti :

pembangunan kesehatan ini telah mampu

meningkatkan drajat/kualitas kesehatan masyarakat, tercermin dari indikator kesehatan 1. Angka kematian bayi mencapai 7,9 per 1000 kelahiran hidup, jauh dibawah angka Provinsi Bali yang sebesar 17 per 1000 kelahiran hidup. 2. Angka kematian ibu melahirkan hanya 9 orang dari 9.422 kelahiran, sedangkan angka rata-rata nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. 3. Jumlah kasus Demam Berdarah rata-rata 200 penderita pertahun secara signifikan belum dapat ditekan, namun Angka Kematian oleh karena Demam Berdarah (CFR) dapat ditekan dari tahun ketahun, 4. Tingkat kesembuhan penyakit TB Paru 89,1 % diatas target Nasional 85,71 % 5. Kasus Kurang Energi Protein (KEP) pada balita dari tahun ketahun dapat ditekan dari 9,17% menjadi 8,32% meskipun masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 9,34% Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan selain diukur dari nilai Angka Usia Harapan Hidup, juga dapat dilihat dari Angka Kelangsungan Bayi Hidup dan Persentase Balita Gizi Buruk. Nilai indikator-indikator tersebut tersaji pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2007-2011 No. Indikator Kesehatan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

(1) 1. 1.1 1.2 1.3 2. 3. 3.1

(2) Angka kelangsungan hidup Bayi: Angka kematian bayi/Infant Mortality Rate (IMR) /1000 KH Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu Jumlah kelahiran bayi pada tahun tertentu Angka usia harapan hidup (thn) Persentase balita gizi buruk (%) Jumlah balita gizi buruk (balita)

(3) 7,1

(4) 5,36

(5) 4,96

(6) 2,81

(7) 5,6

76 3 68,65 0,4 11

77 83 68,78 0,01 3

68 62 68,96 0,01 7

99 51 69,15 0,02 12

66 84 69,34 0,03 7

Sumber : Dinkes Kab. Buleleng, 2011

Pada tabel di atas tampak bahwa Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup berfluktuasi selama lima tahun terakhir, dengan kisaran antara 2,81-7,1. Nilai angka kematian bayi tersebut cukup memprihatinkan. Selain menghadapai pesoalan masih cukup tingginya Angka Kematian Bayi, Kabupaten Buleleng juga masih menghadapi permasalahan berupa adanya balita menderita gizi buruk. Oleh karena itu dalam lima tahun kedepan, Angka Kematian Bayi dan indikator-indikator kesehatan lainnya akan diupayakan diperbaiki secara signifikan melalui perbagai upaya preentif, preventif maupun kuratif, dengan mendekatkan pelayanan kesehatan paripurna kepada seluruh masyarakat dan memaksimalkan upaya kesehatan lingkungan. 3. Analisis Kecenderungan Analisis Kecenderungan perkembangan kesehatan di kabupaten Buleleng dapat ditentukan dengan menggunakan analisis sebagai berikut: a. Analisa Sosial Kependudukan (1) Analisis Sosial Analisis sosial bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran mengenai permasalahan sosial yang ada di kawasan perencanaan. Dalam analisis sosial, komponen, sub-komponen, dan parameter yang dikaji adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 2.4. Tabel 2.4 Komponen dan Parameter Analisa Sosial Komponen Parameter

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Komponen 1. Demografi

Parameter a. Struktur Penduduk Komposisi penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan, agama; Kepadatan penduduk. b. Proses Penduduk Pertumbuhan penduduk; Tingkat kelahiran; Tingkat kematian bayi; Pola migrasi (sirkuler, komuter, permanen). c. Tenaga Kerja Tingkat partisipasi angkatan kerja; Tingkat pengangguran.

2. Ekonomi

a. Ekonomi Rumah Tangga Tingkat pendapatan; Pola nafkah ganda. b. Ekonomi Sumber Daya Alam Pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam; Pola pemanfaatan sumber daya alam ; Pola penggunaan lahan; Nilai tanah dan sumber daya alam lainnya ; Sumber daya alam milik umum (common property). c. Perekonomian Lokal dan Regional Kesempatan kerja dan berusaha; Nilai tambah karena proses manufaktur; Jenis dan jumlah aktifitas ekonomi non-formal; Distribusi pendapatan; Efek ganda ekonomi (multiplier effect). Produk Domestik Regional Bruto; Pendapatan Asli Daerah; Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; Fasilitas umum dan fasilitas sosial; Aksesibilitas wilayah.

(2)

Analisis Kependudukan Analisis ini diarahkan untuk memperkirakan distribusi penduduk, dalam rangka penyediaan kebutuhan fasilitas sosial ekonomi, disamping untuk mengetahui perubahan-perubahan pada struktur penduduk, seperti tingkat pertumbuhan

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

angkatan kerja, tingkat perubahan berdasarkan mutasi (kelahiran, kematian, kedatangan, dan perpindahan) dan sebagainya. Adapun model analisa yang digunakan untuk memproyeksi atau memprediksi penduduk kawasan perencanaan sampai akhir tahun antara lain : Model Bunga Berganda Metode ini menggunakan patokan pertumbuhan rata-rata pada kurun waktu 5 10 tahun. Pertumbuhan penduduk diproyeksikan dengan menggunakan dasar bunga berganda (bunga majemuk) dengan angka pertumbuhan yang sama setiap tahun. Rumus : Pn = Pa (1 + r)n Dimana : Pn = Pa = N = R = jumlah penduduk tahun n jumlah penduduk tahun awal jumlah tahun perencanaan tingkat prosentase pertumbuhan penduduk

Model Regresi Analisis ini didasarkan pada data pola pertumbuhan penduduk pada 5 10 tahun yang lalu yang didekati dengan salah satu pola regresi, yaitu linier, logaritma, eksponensial, dan regresi berpangkat.

(a). Linier Regresion


Rumus : Pn = Po + F (x); F(x) = a(n) Pn = Po + a(n) Dimana : Pn = jumlah penduduk tahun yang akan datang (n), F(x) = pertambahan penduduk selama tahun n a = koefisien/rata-rata persentasi pertambahan Pt+x = a + b(x) Dimana : Pt+x = jumlah penduduk pada tahun t+x a,b = konstanta x = jumlah selang tahun dari tahun dasar t n = sampel pengamatan a = P. X2 - P. PX N X2 (X)2 b = NPX - X . P NX2 (X)2

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

(b). Logarithmic Regresion


Rumus : Y = A + B ln X Dimana : A = konstanta B = koefisien regresi X = tahun Y = Jumlah Penduduk

(c).

Exponential Regresion Rumus : Y = A . 1 B.X Dimana : A B X Y = konstanta = koefisien regresi = tahun = Jumlah Penduduk

(d). Power Regresion


Rumus : Y=A.XB Dimana : A = konstanta B = koefisien regresi X = tahun Y = jumlah penduduk b. Analisa Sarana dan Prasarana Kesehatan Identifikasi sarana prasarana kesehatan dianalisis berdasarkan data sebaran prasarana kesehatan masyarakat per kecamatan dan peta tematik sarana prasarana kesehatan masyarakat tahun terakhir. Standar perhitungan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu kepada SNI-03-17332004. Standar kebutuhan dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam tabel berikut. Tabel 2.5 Standar Kebutuhan dan Pelayanan Sarana Kesehatan Masyarakat Jumlah Penduduk pendukung (jiwa) Kebutuhan Per Kriteria Satuan Sarana Luas Luas Standar Lantai Lahan d Radius Lokasi dan Min. Min. (m2/jiw Pencapaia a) Penyelesaian (m2) (m2) n

No

Jenis Sarana

Ket.

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

No

Jenis Sarana

1.

Posyandu

Jumlah Penduduk pendukung (jiwa) 1.250

Kebutuhan Per Kriteria Satuan Sarana Luas Luas Standar Lantai Lahan d Radius Lokasi dan Min. Min. (m2/jiw Pencapaia a) Penyelesaian (m2) (m2) n 36 60 0,048 500 Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya. 150 300 0,12 1.000 m Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya. Dapat dijangkau dengan kendaraan umum -idem-

Ket.

2.

Balai Pengobata n Warga

2.500

3.

BKIA/Klini k Bersalin

Dapat bergabung dengan balai warga atau sarana hunian/rum ah. Dapat bergabun g dalam lokasi balai warga.

30.000

1.500

3.000

0,1

4.000 m

4.

5.

Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobata n Puskesmas Lingkunga dan Balai Pengobatan n

6. 7.

Dapat bergabun g dalam lokasi kantor 120.000 420 1.000 0,008 3.000 m -idemDapat kelurahan bergabun g dalam lokasi kantor Tempat 5.000 18 1.500 m -idemDapat Praktek bersatu kecamata Dokter dengan n Apotik/Ru 30.000 120 250 0,025 1.500 m -idemrumah mah Obat tinggal/te mpat usaha/apo Data sarana prasarana kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan dianalisis tik menggunakan analisis deskriptif meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka untuk evaluasi ketersediaan sarana prasarana kesehatan masyarakat. Tentang penetapan pertimbangan mayor dan minor, dapat dikembangkan suatu alasan yang rasional seperti ketersediaan lahan, aksesibilitas, hubungan fungsional, guna lahan yang ada, status lahan, ketersediaan lahan, nilai lahan dan masih dapat dikembangkan lebih luas lagi. Kemudian dari faktor-faktor tersebut untuk kemudahan penilaiannya dapat dikuantitatifkan dengan menggunakan bobot sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Untuk kondisi yang baik menggunakan bobot 5, sedang 3 dan jelek 1, pembobotan ini bisa diberlakukan untuk pertimbangan utama

30.000

150

300

0,006

1.500 m

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

dan pertimbangan pelengkap. Selanjutnya setelah dilakukan pembobotan, dijumlahkan bobot keseluruhan untuk mengetahui bobot totalnya. Maka selanjutnya dibuat rangking atas calon-calon lokasi tersebut. Yang bernilai (bobot) paling tinggi menunjukkan rangking yang paling tinggi pula sebagai calon lokasi terpilih untuk ditempati suatu jenis fasilitas. Berikut contoh perhitungan dalam menentukan fasilitas kesehatan :

Tabel 2.6 Contoh Perhitungan Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Dasar Pertimbangan Kec.1 Kel.1 Kel.2 Kel.3 Kel.1 Kec.2 Kel.2 Kel.3 Kel.4 Kel.5 Kec.3 Kel.1 Kel.2 Kel.3 1 5 Keb. Tahun Pryksi (unit)

Fasilitas Kesehatan

Bobot Keberadaan taman/open space Pertimbangan Utama Ketersediaan lahan Keberadaan lingkungan permukiman/peruma han Keberadaan warung taman/ 5 3 3 3 1 5 1 3 3 3 3 3 5 1 5 3 5 3 3 5

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Keberadaan lingkungan Keberadaan prasarana dasar

jalan 1

Pertimbangan Pelengkap

Kesesuaian dengan keg. Lain sekitarnya Status lahan Nilai lahan Keberadaan lahan 5 produktif (sawah) Bobot Total Rangking 3 3 3 5 3 5 5 5 5 5

c.

Analisis Tingkat Pelayanan Kesehatan Menurut pendapat Wirick yang dikutip oleh Tetty (2006) terdapat 4 (empat) faktorfaktor yang memengaruhi permintaan pelayanan kesehatan yaitu : Kebutuhan, seseorang yang menderita suatu penyakit akan mencari pelayanan atau pemeriksaan medis. Kesadaran akan kebutuhan tersebut, seseorang harus tahu dan memahami bahwa ia membutuhkan pelayanan medis. Kemampuan finansial harus tersedia untuk memperoleh pelayanan yang dibutuhkan. Tersedia fasilitas dan sarana pelayanan.

Menurut Anderson (1968) dalam Notoatmodjo (2007), bahwa beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah : Komponen yang memengaruhi (predisposing), ada banyak orang memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan layanan lebih banyak dari pada individu lainnya, dimana kecenderungan ke arah penggunaannya bisa diketahui dengan

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

karakteristik individu yang ada sebelumnya dengan permulaan episode tertentu penyakit tersebut. Orang-orang tidak secara langsung tertentu yang karakteristik ini lebih layanan memungkinkan memanfaatkan layanan kesehatan walaupun karakteristiknya bertanggungjawab terhadap pemanfaatan kesehatan. Karakteristik demikian mencakup demografi, struktur sosial, dan variabel-variabel keyakinan bersikap. Usia dan jenis kelamin, misalnya diantara variabel-variabel demografis, adalah hal yang sangat terkait dengan kesehatan dan kesakitan. Namun, semua ini masih dianggap menjadi kondisi memengaruhi kalau sejauh usia tidak dianggap suatu alasan untuk memperhatikan perawatan kesehatan. Lain lagi orang-orang pada kelompok usia berbeda memiliki jenis berbeda dan jumlah kesakitan dan akibat pola berbeda dalam perawatan kesehatan. Kesakitan yang lalu dimasukkan dalam kategori ini karena ada bukti jelas bahwa orang-orang yang telah mengalami masalah kesehatan di masa lampau adalah mereka yang kemungkinan mempunyai sifat menuntut terhadap sistem perawatan kesehatan di masa mendatang. Variabel-variabel struktur sosial mencerminkan lokasi (status) individu dalam masyarakat sebagaimana diukur melalui karakteristik seperti pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, bagaimana gaya hidup individu, kondisi fisik serta lingkungan sosial dan pola perilaku yang akan menghubungkan dengan pemanfaatan layanan kesehatan. Karakteristik demografis dan struktur sosial juga terkait dengan sub komponen ketiga kondisi yang memengaruhi sikap atau keyakinan mengenai perawatan kesehatan, dokter, dan penyakit. Apa yang seorang individu pikir tentang kesehatan pada hakekatnya bisa memengaruhi kesehatan dan perilaku kesakitan. Seperti halnya variabel-variabel lain yang memengaruhi, keyakinan kesehatan tidak dianggap menjadi suatu alasan langsung terhadap pemanfaatan layanan namun betul-betul bisa berakibat pada perbedaan dalam kecenderungan ke arah pemanfaatan layanan kesehatan. Misalnya, keluarga yang sangat yakin dalam hal kemanjuran pengobatan dokter mereka akan mencari dokter seketika dan memanfaatkan lebih banyak layanan daripada keluarga yang kurang yakin dalam hasil pengobatan tersebut. Komponen pemungkin (enabling), walaupun individu akan lebih cenderung

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

memanfaatkan layanan kesehatan, harus pula banyak perangkat yang wajib tersedia bagi mereka. Kondisi yang memungkinkan suatu keluarga bisa bertindak menurut nilai atau memenuhi kebutuhan terkait layanan kesehatan pemanfaatannya dianggap sebagai faktor pemungkin. Kondisi pemungkin menyebabkan sumberdaya layanan kesehatan tersedia wajib bagi individu. Kondisi pemungkin bisa diukur menurut sumberdaya keluarga seperti pendapatan, tingkatan pencakupan asuransi kesehatan. Atau sumber lain dari pembayaran pihak ketiga, apakah individunya memiliki sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala, dan akses kesumberdaya menjadi hal sangat penting. Terlepas dari sifat-sifat keluarga, karakteristik pemungkin tertentu pada komunitas dimana keluarga tersebut hidup bisa juga memengaruhi pemanfaatan layanan. Satu karakteristik demikian adalah pokok dari fasilitas kesehatan dan petugas dalam suatu komunitas. Apabila sumberdaya menjadi melimpah dan bisa dipakai tanpa harus bertunggu, maka semuanya bisa dimanfaatkan lebih sering oleh masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi, orang bisa berharap orang-orang yang mengalami pendapatan rendah agar menggunakan lebih banyak layanan kesehatan medis. Ukuran lain sumberdaya masyarakat mencakup wilayah negara bagian dan sifat pola pedesaan dan perkotaan dari Variabel-variabel ini akan dikaitkan norma-norma masyarakat dimana keluarga tinggal. dengan pemanfaatan dikarenakan

setempat menyangkut bagaimana pengobatan sebaiknya

dipraktekkan atau melombai nilai- nilai masyarakat yang memengaruhi perilaku individu yang tinggal di masyarakat tersebut. Komponen tingkatan kesakitan (illness level), ada faktor memengaruhi dan pemungkin, individu atau keluarganya harus merasa kesakitan ataupun kemungkinan kejadiannya dalam hal pemanfaatan layanan kesehatan akan terjadi. Tingkatan kesakitan memperlihatkan penyebab paling langsung pemanfaatan layanan kesehatan. Ukuran kesakitan dievaluasi adalah upaya mendapatkan masalah pesakitan sesungguhnya yang individu alami dan secara klinis tetapkan nilai kesulitan dari kesakitan tersebut.

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (1999) dapat disebabkan oleh : Jarak yang jauh (faktor geografi) Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi) Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi) Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh : Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan Tempat pelayanan yang tidak strategis sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan. Keterjangkauan informasi Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada (Depkes, 1999). Demand (permintaan) adalah pernyataan dari kebutuhan yang dirasakan yang dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan membayar. Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat permintaan pemanfaatan pelayanan kesehatan telah digolongkan oleh beberapa ahli dalam beberapa model, yaitu : Menurut Wolinsky (2000) telah menggolongkan menjadi beberapa model

berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor penentu, yaitu : Model Demografi (Demographic Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah : umur, jenis kelamin, status perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan, derajat kesakitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan diasumsikan akan berhubungan dengan seluruh variabel di atas. Variabel yang digunakan dalam model ini adalah variabel yang berasal dari dalam individu sendiri (intrinsic), yang secara langsung akan memengaruhi kebutuhan seseorang yang apabila direalisasikan dalam perbuatan akan menjadi permintaan.

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Model Struktur Sosial (Social Structure Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah : pendidikan, pekerjaan dan suku bangsa atau etnis. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah suatu aspek gaya hidup (life style) seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial psikologisnya. Seseorang yang sedang sakit perut (diare) mencari pengobatan dengan cara tradisional (memakan daun sirih atau bawang dengan minyak). Sesuai dengan kebiasaan yang ada di desa tersebut sedangkan orang lain yang memiliki latar belakang pendidikan SLTA juga menderita diare merasakan membutuhkan pertolongan dokter dan langsung pergi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan. Sehingga latar belakang sosial seseorang sangat berpengaruh pada kebutuhan seseorang dan pada akhirnya memengaruhi juga tingkat penggunaan pelayanan kesehatan.

Model Sosial-Psikologis (Social Psychological Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah sikap dan keyakinan (belief) individu. Variabel sosial psikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori, yaitu (1) kerentanan terhadap penyakit atau sakit yang dirasakan, (2) keseriusan penyakit atau parahnya penyakit yang diderita, (3) keuntungan yang diharapkan dalam mengambil tindakan untuk mengatasi penyakit atau sakitnya, dan (4) kesiapan tindakan individu seperti contoh berikut : (1) seseorang ibu mengetahui anak rentan terhadap penyakit TBC paru, (2) proses tersebut dianggap sebagai suatu yang serius, (3) Ibu membawa anaknya ke dokter spesialis paru dan mendapatkan pertolongan yang memadai untuk mengatasi penyakitnya, (4) tindakan ibu didasari oleh pengetahuan yang dimilikinya.

Model Sumber Daya Keluarga (Family Resources Model) Model yang digunakan dalam model ini adalah pendapatan keluarga, biaya pengobatan cakupan asuransi kesehatan, keanggotaan dalam asuransi kesehatan. Variabel ini digunakan untuk mengukur kemampuan membayar (daya beli tingkat ekonomi) individu atau keluarga.

Model Sumber Daya Masyarakat (Community Resources Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber dalam masyarakat yang dapat dicapai (accessible), pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber dalam masyarakat.

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Model Organisasi (Organization Model) Menurut Kenneth dan Anne Mils yang dikutip Ascorbat (2000), mengemukakan bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan terdiri atas kebutuhan yang tidak dirasakan dan kebutuhan yang dirasakan (felt need). Kebutuhan yang dirasakan membuat individu mengambil kebutuhan untuk mencari pelayanan kesehatan atau tidak. Ekspresi dari felt need terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan penggunaan dari pelayanan kesehatan atau demand dari pelayanan kesehatan. Model sistem kesehatan mengintegrasikan ke enam model di atas menjadi satu yang sempurna. Dengan demikian apabila hendak dilakukan analisa terhadap penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan maka akan diperhitungkan keenam model di atas (Notoatmodjo, 2003). Departemen of Health Education and Well Fare, USA yang dikutip oleh Lapau (1997) telah menerbitkan sebuah buku yang berisi faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu : (1) Faktor Regional dan Residence Regional misalnya : wilayah Sumut, Aceh, dan lain-lain. (2) Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan Tipe dari organisasi, antara lain : rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan lain-lain. Kelengkapan program kesehatan. Tersedianya fasilitas dan tenaga medis. Teraturnya pelayanan. Hubungan penderita. Adanya asuransi. antara dokter/tenaga kesehatan lainnya dengan

(3) Faktor adanya fasilitas kesehatan lainnya (4) Faktor-faktor Faktor agama. dari sosio konsumen yang yang menggunakan pemanfaatan umur, jenis kelamin,

pelayanan kesehatan meliputi : demografis meliputi status perkawinan, besar keluarga, kebangsaan, dan suku bangsa, serta

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Faktor sosio psikologis yang meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelayanan kesehatan sebelumnya. Faktor ekonomis yang meliputi status sosio ekonomi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Jarak dapat digunakan pelayanan kesehatan meliputi jarak antara rumah penderita dengan tempat pelayanan kesehatan. Kebutuhan (need) yang meliputi morbidity, gejala penyakit yang dirasakan penderita, status terbatasnya keaktifan yang kronis, hari-hari di mana tidak dapat melakukan tugas dan diagnosa.

Menurut Arrow yang dikutip Tjiptoherijanto (1994), hubungan antara keinginan sehat dan permintaan (demand) akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya adalah karena misalnya persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan permintaan (demand) dan penggunaan pelayanan kesehatan. Menurut Djojosugito (2001), ada beberapa faktor yang memengaruhi dalam penggunaan pelayanan kesehatan diantaranya : (1) Faktor sistem pelayanan kesehatan seperti kelengkapan program, tersedianya tenaga dan fasilitas medis, teraturnya pelayanan dan hubungan antara dokter/tenaga kesehatan lainnya dengan penderita. (2) Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan meliputi status sosial ekonomi seperti pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan. d. Analisis Evaluasi Program Pembangunan Kesehatan Menurut Tyler yang dikutip Arikunto (2004), evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan program sudah terealisasikan, secara singkat evaluasi program merupakan upaya untuk mengukur pencapaian program, yaitu mengukur sejauh mana sebuah kebijakan dapat terimplementasikan. Arikunto (2004) mengemukakan evaluasi program dapat dikategorikan

menjadi empat jenis yaitu :

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Evaluasi reflektif, digunakan untuk mengevaluasi kurikulum sebagai suatu ide. Evaluasi rencana, merupakan jenis evaluasi yang banyak dilakukan orang terutama setelah banyak inovasi diperkenalkan dalam pengembangan program.

Evaluasi proses, disebut dengan implementasi program. Menggunakan istilah proses dimaksudkan untuk memperkuat pengertian program sebagai suatu proses, evaluasi proses dianggap lebih memberi kedudukan yang sama antara dimensi program sebagai ide, rencana, hasil, dan program sebagai suatu kegiatan. Evaluasi proses membuat perhatian evaluator diarahkan tidak saja kepada apa yang terjadi dengan program sebagai kegiatan, tetapi evaluasi telah pula mencoba melihat mengenai berbagai faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program sebagai kegiatan pelayanan petugas, fasilitas, faktor pekerjaan, pengetahuan, dan lintas sektoral.

Evaluasi hasil, merupakan jenis evaluasi program yang paling tua atau evaluasi identik. Sumber kegagalan program ada tiga kemungkinan. Kemungkinan pertama, pelaksanaan program menyimpang dari rencana program. Kemungkinan kedua, rencana program yang mengandung kesalahan (kesalahan asumsi atau konsep dasar, kesalahan menterjemahkan konsep) dijadikan rencana program operasional. Kemungkinan ketiga, berasal dari luar rancangan program, misalnya kendala dari jajaran birokrasi, kekurangmampuan tenaga praktisi. Dunn (2003), mengemukakan suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan, termasuk penggunaan intuisi dan pengungkapan pendapat dan mencakup tidak hanya pengujian kebijakan dengan memilah-milahkannya ke dalam sejumlah komponen-komponen tetapi juga perancangan dan sintesis alternatif-alternatif baru. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dapat direntangkan mulai penelitian untuk menjelaskan atau memberikan pandangan- pandangan terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang terantisipasi sampai mengevaluasi suatu program.

e.

Analisis Peluang dan Kendala (SWOT)

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Analisa ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan analisis terhadap peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi, sebagai hasil intraksi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi pembangunan kesehatan daerah Kabupaten Buleleng. Pengaruh hasil interaksi lingkungan internal juga perlu diidentifikasi dan dianalisis berupa kekuatan dan kelemahan. Dengan demikian, setelah analisis SWOT dilakukan, maka dirumuskanlah masalah-masalah pokok yang harus dijadikan dasar dalam penentuan sasaran, strategi dan rencana aksi/taktik. Tabel 2.7 Matriks Analisa SWOT

INTERNAL AUDIT STRENGTHS KEKUATAN EKSTERNAL AUDIT OPPRTUNITIES KESEMPATAN THREATS ANCAMAN
ST WT SO WO

WEAKNESS KELEMAHAN

SO ST

: :

memanfaatkan kekuatan secara maksimal untuk meraih peluang. memanfaatkan kekuatan secara maksimal untuk mengantisipasi ancaman, dan berusaha menjadikannya sebagai peluang.

WO : WT :

meminimalkan kelemahan, untuk meraih peluang. meminimalkan kelemahan untuk menghindar dari ancaman.

Strategi pembangunan kesehatan daerah dirumuskan berdasarkan SWOT dan sasaran yang ingin dicapai, dan penetapannya terutama didasarkan pada pertimbangan biaya dan manfaat, serta kemampuan sumberdaya untuk melaksanakannya. II.2.4 Perumusan Program Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 dan Undang Undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

Dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), status kesehatan merupakan salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan perkapita. Sehingga pembangunan kesehatan merupakan suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam mendukung percepatan pembangunan. Dalam pembangunan kesehatan, Pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Dengan demikian perlu disediakan tenaga kesehatan yang berkualitas, biaya operasional kegiatan, sarana fisik dan peralatan kesehatan, obat-obatan, perbekalan kesehatan dan kebutuhan lainnya, untuk mendukung kegiatan program kesehatan yang berpihak kepada masyarakat. 1. Program Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya obat di fasilitas pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau oieh masyarakat. 2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan Desa. Adapun output/keluaran yang ingin dicapai adalah Semua Puskesmas mampu melaksanakan 6 jenis pelayanan kesehatan dasar/kesehatan wajib. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Buleleng, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, kesehatan anak usia sekolah dan remaja, usia lanjut, serta kesehatan jiwa masyarakat. 3. Program Pengawasan Obat dan Makanan Program ini bertujuan untuk menjamin keamanan ketersediaan obat dan makanan difasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan pemberdayaan konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan, meningkatkan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya yang beredar di masyarakat, dan jaminan keamanan tersedianya obat dan makanan di fasilitas pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau oieh masyarakat. 4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Sasarannya adalah meningkatkan dan

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

mengembangkan media promosi dan informasi sadar hidup sehat dan melaksanakan penyuluhan hidup sehat kepada pegawai kesehatan dan masyarakat.
5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita pada keluarga miskin, melalui peningkatan kesadaran gizi di tengah keluarga, melalui program kadarzi, mengaktifkan posyandu dan menjalin kerjasama lintas sektor dalam upaya penanggulangan masalah gizi. Sasaran program adalah Keluarga, institusi pelayanan kesehatan posyandu dan kader. 6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Program ini bertujuan untuk pencegahan dan penanggulangan dan menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas kegiatan program penyakit menular adalah Malaria, Demam Berdarah Dengue, Diare, Polio, Filaria, Kusta, Tuberkulosis Paru, HIV/AIDS, Pneumonia dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi dan penyakit-penyakit yang termasuk KLB. Pencegahan, penanggulangan faktor resiko, Imunisasi, penemuan dan tatalaksana penderita, surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah. 7. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Program ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dalam hal ini adalah sunatal masal. Prioritas program ini diharapkan dapat meringankan beban kepada masyarakat kurang mampu. 8. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Umum/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Ibu dan Anak Program ini bertujuan untuk pembangunan rumah sakit demi meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan perorangan, terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, yang dijamin pemerintah melalui program JAMKESMAS, peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan upaya kesehatan perorangan tingkat Puskesmas. 9. Program Pengadaan Buleleng Emergency Service Buleleng Emergency Service merupakan program Pemerintah Kabupaten Buleleng yang bertujuan memberikan pelayanan kegawatdaruratan medis yang terjadi di masyarakat di wilayah Kabupaten Buleleng secara cepat dan tepat. Tujuan dari adanya BES ini adalah terwujudnya suatu sistem yang dapat memberikan pelayanan penanganan kegawatdaruratan medis yang terjadi di masyarakat secara terintegrasi dengan lintas sektor terkait, sehingga dapat mengurangi risiko kematian, kecacatan dan komplikasi yang tidak perlu terjadi sebagai akibat kegawatdaruratan medik yang terlambat ditolong

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Daerah Kabupaten Buleleng

ataupun salah pertolongan sebelum fase hospital, baik dalam kejadian sehari-hari maupun dalam kondisi bencana. Kegawatdaruratan Medis adalah keadaan gangguan kesehatan yang memerlukan penanganan segera yang ditandai dengan gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah/ perdarahan dan gangguan kesadaran termasuk pada kehamilan dan persalinan. Jenis kegawatdaruratan yang bisa diberikan bantuan rujukan adalah gangguan kesehatan yang berkaitan dengan gangguan sirkulasi darah/ perdarahan, gangguan pernafasan serta gangguan kesadaran termasuk masalah kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan dengan indikasi medis pasien gawat darurat.

You might also like