Professional Documents
Culture Documents
KIMIA DASAR I
Disusun oleh:
LABORATORIUM FISIKA
S1 TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2009
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
Disusun Oleh :
Belly Lesmana
NIM : 08.01.007
Disetujui oleh :
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati dan penuh suka cita, dan
sebagai perwujudan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala petunjuk,
rahmat dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada penyusun sehingga
dapat menyelesaikan laporan praktikum Kimia Dasar I, yang merupakan salah
satu syarat yang ada dalam kartu rencana studi.
Selama menyelesaikan penulisan laporan ini, mulai dari persiapan hingga
selesai, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan kali ini atas bantuan dan dorongan moril maupun materiil penyusun
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sangat mendalam kepada :
1. Ibu Selvia Sarungu’, ST. selaku dosen untuk mata kuliah Kimia Dasar I.
2. Rekan-rekan kelompok yang mau bekerja-sama saat mengerjakan praktikum
di laboratorium.
3. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan perhatian.
Dalam penulisan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya waktu, penanggapan dan pengetahuan yang ada pada diri
penyusun.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
2.6. Pembahasan ......................................................................... 15
2.7. Kesimpulan dan Saran ......................................................... 15
2.7.1. Kesimpulan .............................................................. 15
2.7.2. Saran......................................................................... 16
2.8. Lampiran .............................................................................. 17
vi
4.7.2. Saran......................................................................... 33
4.8. Lampiran .............................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA
vii
BAB I
REAKSI PENETRALAN
1
Tabel 1.1
Berbagai jenis asam dan reaksi ionisasinya
Rumus Asam Nama Asam Reaksi Ionisasi Valensi Sisa Asam
Asam Organik
(asam mineral)
HF Asam fluorida HF H+ + F- 1 F-
HCl Asam klorida HCl H+ + Cl- 1 Cl-
HBr Asam bromida HBr H+ + Br - 1 Br -
HI Asam iodida HI H+ + I- 1 I-
HCN Asam sianida HCN H+ + CN- 1 CN-
H2S Asam sulfida H2S 2H+ + S2- 2 S2-
HNO2 Asam nitrit HNO2 H+ + NO2- 1 NO2-
HNO3 Asam nitrat HNO3 H+ + NO3- 1 NO3-
H2SO3 Asam sulfit H2S03 2H+ + SO32- 2 SO32-
H2SO4 Asam sulfat H2S04 2H+ + S042- 2 SO42-
H3PO3 Asam fosfit H3PO3 2H+ + HPO32- 2 PO32-
H3PO4 Asam fosfat H3PO4 3H+ + PO43- 3 PO43-
H2CO3 Asam karbonat H2CO3 2H+ +CO32- 2 CO32-
HClO4 Asam perklorat HClO4 H+ + ClO4- 1 ClO4-
Asam Organik
HCOOH Asam format HCOOH H+ + 1 HCOO-
(asam semut) HCOO-
CH3COOH Asam asetat CH3COOH H+ + 1 CH3COO-
(asam cuka) CH3COO-
C6H5COOH Asam benzoat CH3COOH H+ + 1 C6H5COO-
C6H5COO-
H2C204 Asam oksalat H2C2O4 2H+ + C2O42- 2 C2O42-
2
M(OH)x (aq) Mx+ (aq) + xOH- (aq)
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut
valensi basa. Beberapa contoh basa Arrhenius diberikan pada tabel 1.2:
Tabel 1.2.
Beberapa contoh basa dan reaksi ionisasinya
Rumus Basa Nama Basa Reaksi Ionisasi Valensi
NaOH Natrium NaOH Na+ + OH- 1
hidroksida
KOH Kalium hidroksida KOH K+ + OH- 1
Mg(OH)2 Magnesium Mg(OH)2 Mg2+ + 2OH- 2
hidroksida
Ca(OH)2 Kalsium Ca(OH)2 Ca2+ + 2OH- 2
hidroksida
Sr(OH)2 Stronsium Sr(OH)2 Sr2+ + 2OH- 2
hidroksida
Ba(OH)2 Barium hidroksida Ba(OH)2 Ba2+ + 2OH- 2
Al(OH)3 Aluminium Al(OH)3 Al3+ + 3OH- 3
hidroksida
Fe(OH)2 Besi (II) Fe(OH)2 Fe2+ + 2OH- 2
hidroksida
Fe(OH)3 Besi (III) FE(OH)3 Fe3+ +3OH- 3
hidroksida
3
2. Menurut Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry
+
H
Asam adalah donor proton sedangkan basa adalah akseptor proton. Jadi,
dari persamaan sebelumnya, H2O berlaku sebagai basa karena menerima
proton (H+) dari HCl. Konsep asam – basa dari Bronsted – Lowry ini lebih
luas daripada konsep asam – basa milik Arrhenius, karena:
a. Konsep asam – basa dari Bronsted – Lowry tidak terbatas dalam
pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam – basa dalam pelarut
lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
b. Asam dan basa dari Bronsted – Lowry tidak hanya berupa molekul
tetapi dapat juga berupa kation atau anion. Komsep asam – basa dari
Bronsted – Lowry dapat menjelaskan, misalnya, sifat asam dari
NH4Cl, yang besifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat
melepas proton.
H3N : + H+ NH4+
Lewis mendefinisikan asam dan basa berdasarkan serah terima
pasangan elektron sebagai berikut:
Asam : Akseptor pasangan elektron
Basa : Donor pasangan elektron
Jadi, pada persamaan diatas, NH3 adalah suatu basa karena memberi
pasangan elektron, sedangkan ion H+ adalah suatu asam karena
menerima pasangan elektron. Konsep asam – basa Lewis dapat
menjelaskan reaksi – reaksi yang bernuansa asam – basa meskipun
4
tidak melibatkan proton (ion H+), misalnya reaksi antara oksida basa
dan oksida asam.
Jika larutan asam dan basa dicampurkan dalam perbandingan
yang tepat, larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas suatu
zat pelarut dan suatu zat terlarut, dalam kehidupan sehari – hari larutan
sering diartikan sebagai campuran yang berbentuk cair. Pada
pencampuran larutan HCl dan larutan NaOH adalah,
Tabel 1.3.
Rumus Beberapa Garam
Ion Positif
K+ Ba2+ Fe3+
Ion Negatif
NO3- KNO3 Ba (NO3)2 Fe (NO3)3
2-
SO4 K2SO4 BaSO4 Fe2 (SO4)3
PO43- K3PO4 Ba3 (PO4)2 FePO4
Tabel 1.3.
Trayek perubahan warna beberapa indikator
Trayek Perubahan
Indikator Asam Basa
Warna
Metil Jingga 2,9 – 4,0 Merah Kuning
Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah Kuning
Berontimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning Biru
Phenolphthalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna Merah muda
5
Reaksi penetralan dibagi atas 4 yaitu:
1. Asam + Basa Garam + Air
Contoh:
HCl + NaOH NaCl + H2O
2HNO3 + Mg(OH)2 MgNO3 + 2H2O
H2CrO4 + 2KOH K2Cr + 2H2O
Sifat-sifat
6
b) Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila
asamnya asam kuat. Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan
kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.
c) Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan
elektrolit.
Sifat kimia
HA + H2O A- + H3O+
Asam kuat mencakup asam halida - HCl, HBr, dan HI. (Tetapi, asam
fluorida, HF, relatif lemah.) Asam-asam okso, yang umumnya
mengandung atom pusat ber-bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi
oksigen, juga cukup kuat; mencakup HNO3, H2SO4, dan HClO4.
Kebanyakan asam organik merupakan asam lemah.
7
Larutan asam lemah dan garam dari basa konjugatnya membentuk
larutan penyangga.
Penggunaan asam
8
1.4. Prosedur Percobaan
1. Masukkan 5ml HCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan
pipet skala dan tambahkan 2 tetes phenolpthalien
2. Tambahkan 5ml NaOH 0,1 M dengan menggunakan tetes skala ke dalam
tabung reaksi tersebut. Amati perubahan warna yang terjadi.
Tabel 1.5.
Hasil Pengamatan
Larutan Terjadi Reaksi Perubahan Kimia
Ya Tidak
HCl + pp ° Tetap berwarna putih bening
HCl + pp + NaOH ° Bagian atas putih susu
Bagian bawah putih keruh
1.6. Pembahasan
Reaksi Penetralan adalah reaksi antara asam dan basa, asam adalah zat
yang terdapat dalam air, yang dapat memberikan ion Hidrogen (H+) atau ion
Hidronium (H3O+) bila dilarutkan dalam air. Sedangkan Basa adalah zat dalam
air menghasilkan ion hidrokis atau zat dapat dapat memperbesar konsentrasi
ion OH dalam air. Pada percobaan kali ini, digunakan dua buah larutan yang
berbeda, satu bersifat asam dan yang satu lagi bersifat basa. Juga digunakan
phenolphthalien (pp) sebagai indikator apakah terjaid perubahan warna saat
reaksi penetralan antara kedua larutan tersebut ketika dicampurkan.
Perhatikan tabel 1.5 di atas! Pada campuran asam klorida (HCl) dengan
phenolphthalein, tidak menyebabkan adanya perubahan. Larutan tersebut tetap
berwarna putih bening. Namun, setelah ditetesi larutan NaOH, warna yang
tadinya putih bening kini berubah. Terdapat batasan, dimana bagian atas
berwarna putih susu dan bergelembung. Sedangkan dibagian bawah tampak
berwarna putih keruh. Adanya gelembung, membuktikan bahwa saat kedua
9
larutan tersebut dicampurkan, terjadi reaksi penetralan dimana larutan HCl 0,1
M bersifat asam dan larutan NaOH 0,1 M bersifat basa.
1.7.2. Saran
a. Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya peralatan – peralatan
yang telah disiapkan di laboratorium dibersihkan terlebih dahulu.
b. Senantiasa hati – hati dalam menggunakan peralatan yang ada.
c. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dilakukan pengulangan
pada percobaan tersebut.
10
1.8. Lampiran
Gambar Alat Peraga
Gambar 2.1.
Tabung Reaksi
Gambar 2.2.
Gelas Ukur
Gambar 2.3.
Pipet Tetes
11
BAB II
REAKSI ENDAPAN
12
dicampurkan tadi bisa saja menjadi larutan jenuh, yaitu saat hasil kali [Ag+]
[Cl-] sama dengan nilai Ksp AgCl. Jadi, pada penambahan larutan Ag+ ke
dalam larutan Cl- dapat terjadi 3hal sebagai berikut:
- Jika [Ag+] [Cl-] < Ksp AgCl larutan tidak jenuh
- Jika [Ag+] [Cl-] = Ksp AgCl larutan tepat jenuh
- Jika [Ag+] [Cl-] > Ksp AgCl terjadi pengendapan
atau
Pencampuran elektrolit ada yang berbentuk endapan ada pula yang
tidak, bergantung pada komsentrasi ion-ion dipangkatkan koefisiennya.
Contohnya : endapan AxBy, dapat terbagi menjadi 3 kemungkinan, yaitu:
a. Jika [Ay+] x [Bx-]y > Ksp AxBy (pencampuran menghasilkan endapan)
b. Jika [Ay+] x
[Bx-]y = Ksp AxBy (pencampuran belum menghasilkan
endapan, tapi keadaan seperti ini disebut tepat jenuh karena akan mulai
mengendap)
c. Jika [Ay+] x
[Bx-]y < Ksp AxBy (pencampuran belum menghasilkan
endapan)
NB : Dalam perhitungan, harus digunakan konsentrasi setelah pencampuran.
Jadi, secara umum apakah suatu larutan berada dalam keadaan tidak jenuh,
tepat jenuh, atau terjadi pengendapan, dapat ditentukan dengan memeriksa
nilai Qc nya dengan ketentua sebagai berikut:
- Jika Qc < Ksp, larutan tidak jenuh dan masih bisa ditambah lagi
- Jika Qc = Ksp, larutan tepat jenuh
- Jika Qc > Ksp, terjadi pengendapan
Berdasarkan rumus tersebut, kita dapat mengetahui hubungan antara Ksp dan
pengendapan. Untuk garam yang harga x dan y nya sama, semakin besar
harga Ksp maka garam tersebut semakin sukar mengendap. Sedangkan
semakin kecilharga Ksp maka semakinmudah untuk mengendap.
13
Contoh:
Ksp Ag asetat = 2 x 10-3
Ksp secara perhitungan Ag asetat
= [Ag+] [CH3COO]
= [0,12] [9,5 x 10-4]
= 1,1 x 10-4
Jadi, 1,1 x 10-4 < Ksp Ag asetat (2 x 10-3) maka tidak terjadi suatu endapan.
14
2.5. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1.
Reaksi Endapan
No. Larutan Endapan Warna Endapan
Ya Tidak
1. Zn SO4 + NaOH ° Berwarna putih
2. CuSO4 + NaOH ° Berwarna biru
3. FeCl3 + NaOH ° Berwarna hijau lumut
2.6. Pembahasan
Berdasarkan tabel 2.1. di atas, jika dibutuhkan persamaan reaksinya dapat
ditulis sebagai berikut:
- ZnSO4 + NaOH Na2SO4 + Zn(OH)2
- CuSO4 + NaOH Na2SO4 + Cu(OH)2
- FeCl3 + NaOH 3NaCl + Fe(OH)3
15
c. Jika konsentrasi ion dan kation lebih besar dari Ksp maka akan
terjadi endapan dan jika sebaliknya pula jika konsentrasi ion dan
kation lebih kecil dari Ksp maka tidak akan terjadi endapan.
2.7.2. Saran
a. Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya peralatan – peralatan
yang telah disiapkan di laboratorium dibersihkan terlebih dahulu.
b. Senantiasa hati – hati dalam menggunakan peralatan yang ada.
c. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dilakukan pengulangan
pada percobaan tersebut.
16
2.8. Lampiran
Gambar3.1.
Cawan Porselen
Gambar 3.2.
Pipet tetes
17
BAB III
KECEPATAN REAKSI
18
n = jumlah mol (mol)
V = volume (liter)
b. Laju Reaksi
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi yang sedang
berlangsung, bisa juga didefinisikan sebagai banyak mol zat yang berubah
dalam satuan waktu tertentu. Dalam perhitungan kimia banyak digunakan
zat kimia berupa larutan atau gas dalam ruang tertutup.
c. Teori Tumbukan
Terjadinya suatu reaksi diakibatkan adanya tumbukan partikel –
partikel (bisa berupa molekul atau atom) zat yang bereaksi. Tumbukan
yang menghasilkan reaksi adalah tumbukan antar partikel yang
mempunyai energi lebih besar daripada energi minimum yang dibutuhkan
untuk berlangsungnya suatu reaksi. Tumbukan ini disebut juga tumbukan
efektif, sedangkan energi minimum yang diperlukan untuk berlangsungnya
suatu reaksi disebut energi pengefektifan (aktivitas).
d. Faktor yang mempengaruhi
1. Luas Permukaan
Semakin besar luas permukaan zat maka zat makin cepat zat itu
beraksi. Tumbukan antar partikel zat terjadi pada permukaan zat itu,
semakin banyak bagian zat bertumbukan semakin banyak pula
kemungkinan terbentuknya zat baru.
2. Konsentrasi
Semakin besar konsentari zat (pekat) yang kita reaksikan maka senakin
besar kecepatan reaksinya. Hal ini karena semakin besar konsentrasi
semakin banyak jumlah partikel zat. Sehingga kemungkinan terjadinya
tunbukan semakin besar. Konsentrasi zat pereaksi besar sekali
pengaruhnya pada kecepatan reaksi. Reaksi berjalan dengan cepat pada
awal reaksi akan semakin lambat seteah waktu tertentu akan berhenti
pada waktu tak terhingga.
19
3. Suhu
Semakin memperbesar suhu maka mengakibatkan reaksi berlangsung
lebih cepat. Umumnya reaksi menjadi lebih cepat bila dipanaskan
karena biasanya terjadi tumbukan antar molekul / partikel zat. Dengan
memperbesar suhu maka mengakibatkan reaksi berlangsung lebih
cepat. Umumnya reaksi menjadi lebih cepat bila dipanaskan karena
biasanya terjadi tumbukan antar molekul / partikel zat.
4. Penambahan Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat atau memperlambat suatu
reaksi tetapi tidak ikut bereaksi, penambahan katalis pada reaksi dapat
munurkan energi pengaktifan, sehingga terjadi tumbukan efektif
semakin banyak Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat atau
memperlambat suatu reaksi tetpi tidak ikut bereaksi. Penambahan
katalis pada reaksi dapat menurunkan energi pengaktifan, sehingga
tumbukan yang terjadi semakin banyak.
5. Tekanan
Perlahan jika ditekan volumenya tidak berubah, jadi konsentrasi relatif
tetap, tekanan berpengaruh pada kecepatan reaksi terutama pada reaksi
fase gas.
20
b. Jika reaksi dimuai dengan konsentrasi satu uuntuk suatu pereaksi
setelah pereaksi berlangsung konsentrasi berubah.
Untuk suatu reaksi harga k konstanta jika suhu konstan jika suhu
dinaikkan, maka harga k berubah (bertanbah). Untuk gas yang
berpengaruh adalah tekanan.
Pengetahuan tentang laju reaksi sangat diperlukan, misalnya dalam
penentuan tentang sangat diperlukan,misalnya dalam berlangsung sesuai
yang diharapkan, dengan mengetahui factor yang mempengaruhi laju
reaks, kita dapat membuat suatu kondisi agar suatu reaksi yang seharusnya
terjadi dapat dihambat (cegah) atau ditiadakan sama sekali, misalnya untuk
membuat suatu produk industri yang lebih tahan lama, efisien,
produktifitas dan kinerja yang memuaskan.
Rumus :
V = + [B] / t Perubahan konsentrasi B dalam waktu tertentu
V = - [B] / t Pengurangan konsentrasi A dalam waktu tertentu.
dimana : V = Kecepatan Reaksi
[B] = Konsentrasi A mol / t
[A] = Konsentrasi B mol / t
t = waktu (s)
21
3.4. Prosedur Percobaan
a. Isi sebuah gelas kimia 1ml (20 tetes) larutan HCl 2 M.
b. Letakkan gelas kimia di atas sepotong kertas putih yang telah diberi tanda
huruf A.
c. Tambahkan ke dalam gelas kimia 5ml larutan Na2S2O3 0,1 M.
d. Catat waktu yang diperlukan sejak penambahan Na2S2O3 sampai huruf A
tidak terlihat lagi.
3.6. Pembahasan
Larutan HCl 2 M yang disediakan berwarna putih bening, setelah kita
tambahkan larutan Na2S2O3 0,1 M, larutan tersebut berubah menjadi berwarna
putih susu. Sehingga huruf A yang diletakkan dibawah gelas kimia yang berisi
larutan tersebut hilang (tidak tampak lagi) selama 1’14 s (1 menit 14 sekon).
Saat kedua larutan tersebut dicampurkan ke dalam gelas kimia akan terjadi
reaksi atau tumbukan antar partikel. Hasil yang terjadi adalah larutan berubah
warna menjadi pekat sehingga yang tadinya huruf A yang ada dibawah gelas
kimia awalnya tampak jelas, kini menjadi tidak tampak lagi juga
menghasilkan aroma yang sangat menusuk.
22
3.7. Kesimpulan dan Saran
3.7.1. Kesimpulan
a. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain; luas
permukaan, konsentrasi, suhu, penambahan katalis, tekanan.
b. Laju reaksi menyatakan ukuran kelajuan berlangsungnya reaksi
kimia
c. Laju reaksi dapat dipercepat dengan cara memperbesar konsentrasi
pereaksi, menaikan suhu, memperkecil ukuran zat padat dan
menggunakan katalisator.
d. Konsentrasi larutan mempengaruhi waktu berlangsungnya reaksi.
e. Saat terjadi reaksi, terjadi perubahan warna dan aroma yang
menusuk.
f. Semakin besar luas permukaan (gelas kimia) yang digunakan maka
semakin cepat juga reaksi berlangsung.
3.7.2. Saran
a. Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya peralatan – peralatan
yang telah disiapkan di laboratorium di bersihkan terlebih dahulu.
b. Jangan menghirup langsung aroma dari tiap larutan atau yang
sedang berlangsung (bereaksi).
c. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dapat dilakukan pengulangan
pada percobaan tersebut.
23
3.8. Lampiran
Gambar Alat Peraga
Gambar 4.1.
Gelas Kimia
Gambar 4.2.
Gelas Ukur
A
Gambar 4.3.
Kertas Putih dengan huruf A
24
Gambar 4.4.
Stopwatch
25
BAB IV
SISTEM KOLOID
26
3. Sistem koloid fase padat-gas (aerosol padat)
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan
pendispersinya berupa gas. Contohnya asap dari pembakaran sampah, atau
asap dari kendaraan bermotor. Partikel padat yang berada di udara disebut
partikular padat. Sistem dispersi zat padat di udara disebut aerosol padat.
Sebenarnya, istilah aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem
dispersi zat cair di dalam medium gas sehingga tidak perlu disebut aerosol
cair.
4. Sistem koloid fase cair-gas (aerosol)
Sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase
pendispersi berupa gas. Contohnya adalah kabut (fog) dan awan. Partikel-
partikel zat cair terdispersi di udara di sebut partikulat cair. Beberapa
contoh aerosol, antara lain: hairspray, obat nyamuk semprot, parfum, cat
semprot, dan lain-lain. Pada produk–produk tersebut digunakan zat
pendorong (propellant) berupa senyawa klorofluokarbon (CFC)
5. Sistem koloid fase cair-cair (emulsi)
Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair
dan medium pendispersinyajuga berupa cairan. Contohnya air dan minyak.
Keduanya tidak dapat bercampur terkecuali jika ditambahkan suatu
penghubung yaitu detergen.
6. Sistem koloid fase cair-padat (emulsi padat)
Sisitem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat
cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Contohnya: keju, mentega,
mutiara.
7. Sistem koloid fase cair-gas (busa)
Sistem koloid ini terbentuk dari fasependispersi berupa gas dan medium
berupa zat cair. Jika anda mengocok larutan tersebut terdapat rongga yang
terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase gas dalam medium cair.
Contohnya: sabun, detergen, protein, dan tenin.
27
8. Sistem koloid fase gas-padat (busa padat)
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium
pendispersi berupa zat padat yang dikenal dengan istilah busa padat,
sedangkan dispersi gas dalam medium cair disebut busa. Contoh fase busa
padat adalah karet busa dan batu apung.
Tabel 4.1.
Jenis – jenis koloid
No. Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Contoh
1. Padat Gas Aerosol Asap, debu
2. Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat
3. Padat Padat Sol Padat Gelas berwarna hitam,
intan hitam
4. Cair Gas Aerosol Kabut, awan
5. Cair Cair Emulsi Susu, santan, minyak
ikan
6. Cair Padat Emulsi Padat Jelly, mutiara, opal
7. Gas Cair Buih Buih sabun, krim
kocok
8. Gas Padat Buih Padat Karet busa,batu apung
28
Sifat – sifat khas koloid :
a. Efek tyndall
Efek tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
b. Gerak brown
gerak brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.
c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat absorbsi (penyerapan) terhadap
partikel atau ion senyawa yang lain. Penyerapan pada permukaan ini disebut
absorbsi (harus dibedakan dengan absorbsi yang berarti penyerapan sampai ke
bawah permukaan).
Contoh:
- koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya ion H+
- koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaanya menyerap ion S2
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk
koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan,
dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
e. Koloid liofil dan koloid liofoh
Koloid ini terjadi pada sol (fase padat – cair). Koloid liofil merupakan sistem
koloid yang afinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersi,
contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat. Sedangkan koloid liofoh adalah sistem
koloid yang afinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya,
contoh: sol belerang, sol emas.
29
2. Cara dispersi
Prinsipnya: Partikel dasar Partikel koloid
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik /kimia:
a. Cara mekanik : dari gumpalan partikel yang besar kemudian dihaluskan
dengan cara penggerusan atau penggilingan.
b. Cara busur bredig : digunakan untuk membuat sol-sol garam.
c. Cara peptisasi : pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat perneptisasi (pemecah)
30
4.4. Prosedur Percobaan
a. Masukkan 5 ml minyak tanah dan 10 ml air kedalam tabung reaksi.
Biarkan sampai terjadi pemisahan antara kedua cairan.
b. catat waktu yang diperlukan untuk pemisahan tersebut.
c. pada tabung yang berisi minyak dan air tersebut, tambahkan sedikit bubuk
deterjen dan kocok. Catat waktu pemisahan.
d. bandingkan waktu yang diperlukan untuk pemisahan saat ditambahkan
dengan deterjen dan tanpa penambahan deterjen.
4.6. Pembahasan
5 ml minyak tanah yang yang telah dicampurkan dengan air ( H2O ),
waktu yang diperlukan setelah terjadi pencampuran dan pemisahan adalah
47,49 detik. Setelah penambahan bubuk detergen ke dalam campuran minyak
tanah dan air ( H2O ) dan setelah dikocok, waktu (t) yang diperlukan untuk
terjadi pemisahan adalah 1 menit 57 detik. Pada percobaan ini pengukuran
waktu harus dilakukan dengan teliti dan cermat, sehingga pengukurannya
dapat tepat dan akurat.
Dalam hal ini minyak tanah dan air tidak tercampur, hal ini menandakan
syarat terjadinya emulsi bahwa kedua jenis zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi terbentuk karena pengaruh pengemulsi ( emulgator ). Jika campuran
minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang akan
segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi jika sebelum dikocok
31
ditambahkan detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang disebut
EMULSI. Air bersifat polar tidak dapat bercampur minyak yang bersifat non
polar, untuk dapat mengemulsikan air dan minyak tanah, harus ada zat
penghubung antara keduanya. Zat penghubung ini harus memiliki gugus polar
(gugus yang dapat larut dalam air) juga harus memiliki gugus non polar
(gugus yang dapat larut dalam minyak) sehingga zat penghubung tersebut
dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan minyak tanah.
32
4.7.2. Saran
a. Sebelum memulai praktikum, sebaiknya peralatan – peralatan yang
telah disiapkan di laboratorium dibersihkan terlebih dahulu.
b. Lakukan dengan cermat dalam menghitung waktu selama proses
pemisahan.
c. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, ulangi percobaan tersebut.
4.8. Lampiran
Gambar Alat Peraga
Gambar 5.1.
Rak Tabung Reaksi
Gambar 5.2.
Tabung Reaksi pada Rak
33
Gambar 5.3.
Gelas Ukur
Gambar5.4.
Pipet Tetes
Gambar 5.5.
Sendok
34
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Drs. Michael, M.Si. 2002. Kimia 2A untuk SMA kelas XI, Jakarta: Erlangga
Purba, Drs. Michael, M.Si. 2002. Kimia 2B untuk SMA kelas XI, Jakarta: Erlangga
www.ayobelajar.com
www.e-dukasi.net