You are on page 1of 125

Perpecahan dan Integrasi, Perkembangan Gerakan Darul Islam di Indonesia dan Jaringannya di Asia Tenggara, 1962-2006

Al Chaidar Dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Aceh

Latar Belakang Gerakan Darul Islam (DI) atau dikenal dengan Negara Islam Indonesia (NII) adalah sebuah gerakan politik bersenjata yang sangat berpengaruh di Indonesia dari tahun 1949 hingga sekarang. DI muncul pertama kalinya di Jawa Barat dan dalam perkembangannya kemudian gerakan ini menjangkau berbagai daerah: Jawa Tengah (1950), Kalimantan Selatan (1951), Sulawesi Selatan (1952) dan Aceh (1953). Darul Islam, sebenarnya, sudah muncul semenjak tahun 1948 dan belum benar-benar berakhir hingga saat sekarang ini. Bahkan, untuk konteks kekinian, ada indikasi yang sangat kuat bahwa Darul Islam muncul lagi dalam berbagai bentuk dan nama serta dalam berbagai model dan metode pergerakan. Kemunculan kembali Darul Islam ini menunjukkan adanya kelanjutan (continuity) dari sebuah gerakan ideologi yang tak pernah mati. Kemunculan kembali DI atau NII ini terutama karena banyaknya keinginan untuk melanjutkan perjuangan menegakkan negara Islam di Indonesia, selain sebagai upaya untuk memperebutkan posisi Imam atau kepala negara. Akibatnya, keinginan ideal untuk menegakkan negara Islam berubah menjadi upaya praktis memperebutkan posisi sebagai Imam di dalam struktur organisasi gerakan ini sehingga beberapa tokoh yang memiliki konstituennya sendiri mengklaim diri sebagai imam dengan segala justifikasinya masing-masing. Maka bermunculanlah berbagai faksi di dalam tubuh organisasi pergerakan bawah tanah terbesar di Indonesia ini. Secara teoritis, faksionalisme adalah bentuk pergerakan yang mempunyai tujuan dan akar politik dan ideologi yang sama namun muncul banyak perbedaan kecil yang sebenarnya tidak signifikan 1. Kebanyakan
1

Tentang faksionalisme, lihat Tanh Ti Anh, Politik Faksionalisme di Viet Nam, (terj.), Jakarta: Grafiti Pers, 1987.

perbedaan ini berkaitan dengan masalah kepemimpinan internal dan tokoh-tokoh pergerakan kemudian mengambil jalan lain yang dianggap lebih tepat untuk melanjutkan misi dan visi organisasi atau pergerakan. Sebagaimana akan dibahas di dalam tulisan ini, kelanjutan Negara Islam Indonesia pasca S.M. Kartosoewirjo bertendensi kuat ke arah sistem politik faksionalisme. Di dalam konteks DI, faksionalisme ini terjadi karena adanya peristiwaperistiwa penting yang menggambarkan dinamika konflik internal pergerakan selain kelanjutan resistensi politik umat Islam sebagai perjuangan untuk mempertahankan eksistensi Negara Islam Indonesia pada generasi penerusnya. Tetapi di sisi lain, pada periode pasca perang (1949-1962), para tokoh utama pengikut S.M. Kartosoewirjo membuat struktur NII yang kemudian mengalami perubahan dan perpecahan ke dalam beberapa faksi dan perubahan pola pikir dan metode penafsiran sejarah, ayat dan hadist. Banyaknya faksi-faksi dalam kalangan internal pergerakan DI ini bersifat arbitrer dalam pengertian bahwa satu sama lain saling mengklaim yang paling berhak mewarisi panji kepemimpinan Negara Islam Indonesia pasca S.M. Kartosoewirjo. Kelanjutan Negara Islam Indonesia pasca S.M. Kartosoewirjo ditandai oleh dua fenomena menarik: perpecahan dan integrasi; ada persatuan atau integrasi antar berbagai faksi dan terjadinya berbagai perpecahan atau konflik suksesi keimaman atau karena efek dari berbagai peristiwa kekerasan yang muncul dalam perjalanan NII. Perpecahan bermula dari munculnya kelompok fillah dan kelompok sabilillah. Fillah bermakna sipil setelah kekalahan perang yang dialami oleh DI mulai tahun-tahun 1960-an, sedangkan sabilillah adalah kelompok yang hendak melanjutkan perang bersenjata dengan cara gerilya. Kelompok fillah mengambil metode dakwah dan tarbiyah (pendidikan) sebagai jalan jihadnya. Sedangkan kelompok sabilillah mengambil jalan perang sebagai jihadnya. Pada tahun-tahun awal 1970-an kedua kelompok ini berdebat tentang cara-cara melanjutkan perjuangan NII sepeninggal S.M. Kartosoewirjo. Kelompok pertama lebih banyak menyampaikan konsep-konsep, sementara kelompok kedua menuntut pelaksanaan dari kata-kata. Kelompok pertama pada tataran wacana dan lebih mengembangkan dakwah dan keilmuan yang abstrak, sedangkan kelompok kedua lebih menekankan pada aksi fisik yang nyata. Namun, perdebatan ini lebih sering kemudian diakhiri dengan tarik-

menarik klaim siapa yang paling sah dan konstitusional dalam memegang tampuk kepemimpinan pergerakan. Persoalan kepemimpinan adalah problem internal yang tidak pernah selesai di dalam setiap pergerakan Islam di manapun di dunia ini. Kepemimpinan adalah isu sentral yang sangat dominan dalam menentukan apakah seseorang sudah berada pada tanzim (organisasi) yang benar dan bagi pengikutnya (atau sering disebut dengan istilah ummat) menjadi persoalan pilihan jalan hidup. Bagi pemimpin tiap-tiap faksi menjadi dasar yang tegas dalam menetapkan setiap keputusan yang syari (sah secara hukum Islam). Untuk menganalisis isu kepemimpinan ini, ada beberapa jejak untuk dijadikan rujukan tentang estafet kepemimpinan perjuangan NII, yaitu rujukan kepada klausal peraturan pemerintah (Maklumat Komandemen Tertinggi No. 11) di mana memuat azas Sapta Palagan2 dengan KPSI3 yang berlaku secara otomatis garis kepemimpinan tersebut. MKT 11 ini juga memuat tentang azas Purba Wisesa (kekuasaan otomatis), yang berarti bahwa kepemimpinan akan diakui oleh orang-orang yang terdekat dengan S.M. Kartosoewirjo. Tetapi azas yang menjadi acuan ini pada prakteknya tidak begitu diketahui oleh sebagian pengikut NII karena minimnya pemahaman para anggota jamaah (yang dalam diskursus mereka disebut sebagai warga) maupun masul (aparat) tentang ketatanegaraan NII dan mekanismenya, sehingga tidak dapat dengan cepat mengadakan konsolidasi pada tingkat KPSI khususnya dalam pengaturan perumusan strategi. 4 Perencanaan strategis pergerakan DI dimulai ketika terjadi kontak antara Hasan Anwar5 dengan Abu Hasan6 di Sulawesi. Hasan Anwar memulai dialog sensitif ini dengan mengambil pengandaian bahwa shalat sendirian memang sah, namun lebih baik kalau dalam sebuah jamaah, setiap jamaah shalat mestilah ada imamnya, dan dalam doktrin politik Islam, setiap ada imam mestilah ada baiat (sumpah setia). Pertemuan di Sulawesi ini berkoinsidensi dengan peristiwa penting lainnya yang bersifat rahasia, Forum Majlis Syuro NII di Makassar. Dengan kehadiran Hasan Anwar ini bersamaan dengan sedang berlangsungnya Forum Majelis Syura NII di Sulawesi
2

Sapta Palagan adalah Tujuh Wilayah Perang, sebuah struktur pemerintahan NII yanglebih bersifat militeristik daripada sipil. 3 KPSI adalah singkatan dari Komandemen Perang Seluruh Indonesia. 4 Wawancara Bapak Toni dengan Abu Hasan di Jakarta, 18 Oktober 1999.
5

Hasan Anwar, seorang Petugas KUKT Sulawesi-Jawa Barat. Semasa DI/TII tu run gunung Hasan Anwar ditawan bersama Imam Kartosoewirjo, ia berhasil lolos. 6 Abu Hasan, seorang Petugas KUKT Aceh Sulawesi.

menjadikan pembicaraan isu kelanjutan kepemimpinan sebagai tema yang sangat penting dan kontroversial. Segera saja seluruh peserta memikirkan persoalan estafet kepemimpinan DI yang belum tuntas. Ibarat kereta api, DI bagaikan gerbong tanpa lokomotif; bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya. Pembicaraan kepemimpinan ini menjadi topik pembahasan utama dalam agenda elit politik untuk perencanaan strategis kelanjutan perjuangan DI/TII. Kehadiran Hasan Anwar dalam Forum Majelis Syura itu juga menyampaikan amanah S.M. Kartosoewirjo sebagai Imam pada saat-saat terakhir di penjara sebelum menjalani eksekusi tahun 1962. Amanah itu berisikan ajakan kepada setiap mujahid 7 untuk tetap berpegang kepada peraturan pemerintah NII 8 dan perjuangan harus tetap dilanjutkan sesuai dengan Sapta Palagan. Dan juga mengenai penggantian pimpinan perjuangan agar tetap dilanjutkan berdasarkan KPSI dan medan jihad tidak boleh sampai terputus. 9 Sehingga dengan ini terbukti bahwa jaringan DI di Sulawesi setelah tertawannya S.M. Kartosoewirjo tidak pernah berhenti dan terus dilanjutkan, walau Kahar Muzakar telah meninggal. Pada tataran ini, gerakan DI adalah gerakan dengan jaringan nasional (atau setidaknya pada saat itu bersifat interinsuler) yang melintasi batas-batas etnik, bahasa dan budaya lokal. Usaha lainnya adalah dengan dilanjutkannya kerja keras dalam membuka hubungan interinsuler antara Jawa Barat-Aceh, yang mana diutusnya wakil dari Aceh ke Jawa Barat, kemudian kunjungan dari Aceh ini mendapatkan kunjungan balasan dari Jawa Barat. 10 Gerakan yang bersifat inter-cultural ini mampu menyambungkan keinginan universal Islam tanpa sekat-sekat perbedaan kultural. Mereka diterima oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh 11 di Beureueneun12, Aceh tahun 1967. Langkah-langkah ini adalah usaha awal penyusunan kembali strategi jihad yang dipersiapkan untuk menyambut revolusi Islam menuju Futuh Mekkah13 di Indonesia.
7 8
9

Mujahid adalah orang yang ber jihad di jalan Allah. Dalam konteks DI, setiap anggota,aparat dan pemimpinnya adalah mujahid. Lihat Maklumat Komandemen Tertinggi (MKT) No. 11 dalam Al Chaidar,Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo, (Jakarta: Darul Falah, 2000). Wawancara dengan Abu Hasan di Jakarta, 18 Oktober 1999.

10

Utusan dari Jawa Barat ini terdiri dari Pejabat NII (menteri keuangan), Djadja Sudjai(ADI/AKT), KSKW1, Wakil KPWB Kadar Solihat. 11 Teungku Muhammad Daud Beureueh pada waktu itu menjabat selaku KPWB NegaraBagian Aceh Negara Islam Indonesia (NBA-NII). Lihat Nazaruddin Sjamsuddin , PemberontakanKaum Republik, Darul Islam Aceh (1953-1967), (terj.), Jakarta: Grafiti Pers, 1985. 12 Beureuneun adalah sebuah kota radikal di Kabupaten Pidie, 150 km dari ibukota Banda Aceh
13

Futuh Mekkah adalah sebuah istilah untuk revolusi yang mengawali kejatuhan kotaMekkah ke bawah kekuasaan kaum Muslim di zaman nabi Muhammad. Istilah ini dipakai untuksituasi kejatuhan Jakarta kepada kekuasaan kaum

Usaha-usaha ini kemudian dilanjutkan dengan Perencanaan Program 1967-1973. Program ini juga mendapat sambutan dari tokoh-tokoh Islam14 yang ada di tingkat elit politik Republik Indonesia. Tetapi program ini mengalami kebocoran karena ketidak percayaan dan ketidak pahaman sebagian para mujahidin DI. Karena itu, pada tahun 1973 Atjeng Kurnia mengambil inisiatif berangkat untuk menjumpai Teungku Muhammad Daud Beureueh untuk mendapatkan penjelasan program yang dimaksud, tetapi Teungku Muhammad Daud Beureueh tidak memberikan penjelasan yang memadai kepada Atjeng Kurnia. Konsekuensinya, pertemuan ini membawa penilaian negatif Atjeng Kurnia, sehingga isu ini dibawa ke forum di Jawa Barat bahwa ada hal-hal yang sengaja ditutuptutupi bagi sebagian anggota DI lainnya. Selanjutnya usaha-usaha program mengalami kebocoran yang tidak pada tempatnya dengan mengikut sertakan beberapa tokoh DI yang dianggap sudah indisipliner, yaitu Adah Djaelani. Pada sisi lain, di kalangan ummat atau warga NII belum banyak mengetahui dan memahami tentang perangkat-perangkat peraturan kenegaraan di tingkat pusat, dan kurangnya kontak dan informasi pada masa itu sehingga terjadi kesalahpahaman perjuangan. Seperti yang dituturkan oleh Pak Ridwan dengan mengambil peristiwa yang terjadi di Brebes, Jawa Tengah, mulai tahun 196215. Sewaktu ramai beredar sejumlah selebaran (pamflet-pamflet) yang dibuat oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) tertempel di batang-batang pohon yang berisikan seruan dan ajakan agar pasukan TII 16 untuk menghentikan tembak-menembak (cease-of-fire) dengan pihak TNI sehubungan dengan kabar bahwa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo selaku Imam NII tengah mengadakan perundingan dengan pihak RI. Karena kekurangan informasi dan kontak, atas tersebarnya pamflet-pamflet ini membuat kalangan pejuang DI/TII dilematis. Di satu sisi mereka harus terus melanjutkan pertempuran sementara di sisi lain harus menghormati pembicaraan damai yang sedang berlangsung. Panglima Divisi II TII Jawa Timur, Haji Ismail Pranoto (populer dengan nama singkatan Hispran) beserta satu kompi pasukan yang mengiringinya, ia dan rombongan bermaksud hendak mengecek
Darul Islam di Indonesia yang belum terwujudhingga sekarang ini. Antara lain Muhammad Natsir, Burhanuddin Harahap, Syafruddin Prawiranegara, dll. 15 Wawancara dengan Bapak Ridwan di Jakarta, 8 Oktober 1999. 16 TII (Tentara Islam Indonesia), pasukan utama Darul Islam.
14

kebenaran isi selebaran tersebut, untuk maksud tersebut dia meninggalkan ribuan pasukannya di wilayah Jawa Tengah. Dalam perjalanan Hispran mampir ke Brebes. Di Brebes ini, Hispran dijumpai oleh lima orang prajurit yang mengatakan bahwa sejumlah pasukan di bawah pimpinan Saiful, Digdo, Hispuri, Rakum di Watugeni, pasukan yang telah ditinggalkan Hispran mempercayai isi selebaran, mereka tengah bergerak menuju Tegal. Masalah komunikasi yang kurang menyebabkan disinformasi yang kemudian berakibat kalahnya TII di Jawa Timur. Sementara itu, situasi yang berkembang sangat cepat sedemikian rupa, Hispran berpedoman atas wasiat Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo bahwa: (1) suatu ketika akan terjadi wahyu anggening, yaitu kelak akan terjadi badai angin topan yang menyapu seluruh para mujahid, yang membuat kondisi kawan menjadi lawan, mujahid menjadi bukan mujahid, bukan mujahid menjadi mujahid, panglima menjadi prajurit, prajurit menjadi panglima. Dan untuk ini, jika Ridwan memerintahkan kalian untuk turun menghentikan jihad, maka sejak itu anggap saja Imam itu iblis dan kalian langsung tembak saja Imam itu, (2) harus diingat kalau mujahid ingkar dari jihad, maka ia akan menjadi iblis, lebih jahat daripada TNI, (3) harus juga diingat kalau kalian kehilangan kekuatan, kalian hanya tinggal mempunyai gigi satu saja, selama Pancasila masih ada, berarti gigi satu itu gunakan untuk menggigit musuh. Bila kalian berada di suatu wilayah atau di mana saja kamu berada, di sanalah kamu berjihad. Tidak terbatas oleh teritorial, (4) Kalau kalian berada dalam kondisi jihad, maka rasa aman adalah racun. Begitu pesan imam yang disampaikan Hispran. Dari wacana pesan imam tersebut, warga NII kemudian mengembangkan suatu etos berjuang yang unik: (1) tidak pernah berhenti berjihad; (2) TNI adalah musuh; (3) Pancasila adalah thagut (berhala); (4) selalu awas. Namun, jika pesan itu dipersepsikan secara berlebihan, maka akan muncul konsekuensi negatif dari etos bergerak: (1) tidak mempercayai teman; (2) bisa memindahkan pergerakan ke mana saja, di luar Indonesia sekalipun; (3) bisa saling membunuh sesama pejuang atau teman seperjuangan; (4) berbiaya tinggi karena harus berpindah tempat setiap waktu. Pesan ini jika salah ditafsirkan pun bisa menjadi penyebab munculnya perpecahan (faksi-faksi) di dalam tubuh DI.

Perpecahan juga disebabkan oleh munculnya faksi-faksi yang dalam sejarahnya ada yang bersedia turun gunung (menyerah) dan kelompok yang tidak bersedia turun gunung. Misalnya dalam kasus pasukan di Brebes yang telah bersepakat tidak mau turun gunung tidak mempercayai selebaran yang disebarkan oleh pihak TNI. Kyai Maskur, seorang anak buah Hispran KW-2 Jawa Tengah 17, mungkin ia di bawah tekanan pihak TNI mengultimatum Hispran, Bahwa kalau kalian tidak mau turun, mereka akan kerahkan pasukan yang telah turun bersama alat-alat negara RI yang telah ada. Untuk ultimatum ini Hispran menjawab, Silahkan kalian kerahkan semua, bagi Ridwan hanya Allah dan para malaikat-Nya saja. Kalau kalian hendak turun silahkan. Dari lima orang yang membawa berita kemudian bergabung kembali dengan Hispran kecuali satu pimpinan pasukan, yaitu Rakum. Tak lama kemudian pasukan TNI melakukan operasi-operasi penyisiran18 , hingga pasukan terpencar karena terdesak sampai ke lereng-lereng bukit selama dua bulan. Kasus ini terjadi, pada waktu S.M. Kartosoewirjo sebagai Imam NII tertawan, karena konsolidasi dan koordinasi jihad tidak secara langsung terselesaikan karena pada zaman itu sarana komunikasi yang tidak memungkinkan terjadinya komunikasi antar pimpinan komando militer sehingga tidak dengan cepat menyelesaikan situasi. Di banyak kasus setelah tertawannya Imam S.M. Kartosoewirjo sumber daya manusia pada tingkat komandan yang memahami sistem komandemen yang berlaku hanya tinggal sedikit. Pemahaman ini sebenarnya sangat penting untuk mencegah strategi desepsi dari pihak TNI yang memakai cara-cara disinformasi untuk menyesatkan orientasi para pejuang DI. Hingga tahun 1963 pasukan yang telah terpencar ini bertemu kembali. Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan para komandan batalyon, komandan kompi dan para ajudannya. Pertemuan rahasia ini dihadiri oleh delapan komandan di bawah pimpinan Hispran: komandan batalyon Haji Annas, ajudannya Aspri (Salman Al Farisi), komandan kompi Kastulani. Pertemuan rahasia ini dijaga ketat oleh pasukan yang terdiri dari sejumlah 100 prajurit orang ini berpencar. Hingga tahun 1967 mereka bertemu dengan jumlah 12 orang. Inilah peristiwa reintegrasi pasukan DI pertama di bawah komando Hispran. Komando inilah yang masih teguh dalam
17

KW (Komandemen Wilayah), setingkap pemerintahan provinsi.

18

Operasi ini bernama kode sandi Pagar Betis (human shield) yang menggunakanrakyat sebagai tameng untuk menyisir daerah-daerah persembunyian orang-orang DI.

prinsip militernya hingga kemudian Jamaah Islamiyyah sekarang ini.

berubah

menjadi

tanzim

Sementara itu, sejumlah pasukan lain yang belum turun gunung 19 masih bergerilya di tempat-tempat lain di Jawa tengah. Bagi mereka, turun gunung dijemput lawan atau ditawan, sesuatu yang berada di luar angan-angan mereka: mereka ingin pulang dijemput sanak saudara dan orang-orang terkasih, menjadi pahlawan yang membebaskan, bukan menjadi tawanan. Namun pada akhirnya ada beberapa di antara mereka yang turun gunung karena koordinasi dan kondisi perjuangan sudah mengalami kekalahan di berbagai lini pertempuran. Beberapa dari mereka yang menyerah, ternyata mengalami kurangnya kaderisasi setelah turun gunung, maka KW-2 Jawa Tengah kemudian menyusun usaha-usahanya dan turut serta dalam usaha-usaha konsolidasi sampai tahun 1973. Menyerah diikuti perubahan strategi perjuangan, dari jihad menjadi dakwah dan tarbiyah. Sementara itu tahun 1968-1969 di Jawa Barat, Atjeng Kurnia menghimpun kembali bekas-bekas panglima, seperti Adah Djaelani, Ateng Djaelani, Muhammad Hatam, itu direalisasikan dalam satu wadah PRTI (Persiapan Resimen Tentara Islam) dengan 10 kader, yakni: Tahmid (pimpinan PRTI), Maman Tsani SH (bawahan Tahmid yang mewakili generasi muda), Sambas Suryana, Ir. Atjeng Sutisna, Ubad, Budiarto, Nanang, Ridwan, Ayep (adik istri Atjeng Kurnia). PRTI pertama mempunyai tugas internal, yakni memperingatkan kembali eksponen-eksponen TII termasuk anak-anaknya jangan sampai tidak tahu perjuangan orang tuanya. Usaha selama satu tahun ini dievaluasi, tidak ada penambahan kader yang signifikan. Hambatan-hambatan itu di antaranya adalah lambatnya komunikasi pesan dan perintah dari atas ke bawah: kalau mendatangi komandan regu, komandan regu menjawab ia tidak diperintahkan oleh komandan peleton, kalau mendatangi komandan peleton, ia menjawab ia tidak diperintahkan oleh komandan kompi, kalau mendatangi komandan kompi, ia menjawab ia tidak diperintahkan oleh komandan resimen, dst. Dari jawaban-jawaban yang diterima, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi inti masalah adalah orangtua20. Lalu pihak generasi muda mendatangi eksponeneksponen panglima dengan mengajukan pertanyaan, sanggupkah
19

Turun gunung adalah istilah lain untuk menyerah. Yang dimaksud dengan orang tua di sini adalah generasi awal yang hidup danberjuang bersama-sama dengan SM Kartosoewirjo atau ikut berjuang pada periode yang samanamun tidak pernah bertemu SM Kartosoewirjo.

20

orang tua untuk meneruskan perjuangan atau tidak, bahkan mereka meminta jawaban di atas kertas agar jelas, agar mereka dapat bergerak dengan leluasa dan tiada penghalang dari orang tua. Waktu itu seluruh orangtua menyatakan sanggup dengan segala konsekwensinya.21 Diadakannya pertemuan dengan eksponen-eksponen angkatan pertama pejuang DI dengan anak-anak DI/TII (generasi kedua) secara internal dimungkinkan terjadi karena Danu Muhammad Hasan mengusulkan agar pertemuan itu terbuka sifatnya, karena untuk mengumpulkan sekian ribu para mujahid sangat sulit. Pada waktu itu Pak Danu dinas pada Opsus dengan Ali Moetopo, mereka mengadakan pertemuan reuni disarankan oleh Pak Danu untuk mengambil uang untuk keperluan tersebut dari kantor Bakin di Matraman. Pertemuan diselenggarakan atas sponsor Bakin 22. Maka pada 24 April 1971, pertemuan diselenggarakan di rumah Danu Muhammad Hasan di Jalan Madrasah 240 Bandung. Berlangsungnya acara pertemuan itu selama tiga hari tiga malam. Pembicara di antarannya waktu itu adalah Hispran, Jaja Sudjadi (eksponen Majelis Keuangan NII), Kadar Solihat (eksponen komandan resimen, anak buah Agus Abdullah), istri Kadar Solihat, Maman Tsani (mewakili anak-anak DI/TII). Namun dibalik pertemuan reuni itu sisi lain yang dapat ditangkap, seluruh eksponen NII mengadakan koordinasi kembali secara internal. Dari pertemuan itu mulai adanya pembagian-pembagian tugas, khususnya yang bertugas melakukan kontak komunikasi NII, seperti pengangkatan tugas-tugas Kuasa Usaha. Siapa yang bertugas di Sukabumi, Tasikmalaya, Jawa Timur, dll dibagi secara managerial. Selanjutnya diadakan pertemuanpertemuan rutin di rumah Pak Danu Muhammad Hasan. Tahun 1973 terbentuk susunan komando23 dengan mengakui pimpinan komando

21

Wawancara dengan Bapak Ridwan di Jakarta, 8 Oktober 1999.

22

Sementara di pihak Badan Intelejen (Bakin) Ali Moertopo dengan program Opsusnyamempunyai rencana sendiri terhadap mantan para pejuang Darul Islam dengan memakai istilah Komando Jihad : (1) menghimpun mantan pejuang Darul Islam guna menangkal merebaknyapengaruh faham komunisme semenjak Amerika dikalahkan oleh Khmer Merah di perangVietnam, (2) kepentingan pribadi Ali Moertopo, (3) menjaring pergerakan Darul Islam. 23 Terbentuk susunan komando ini dinilai kontroversial di kalangan intern Darul Islam sendiri. Terbentuk susunan komando secara resmi sudah rampung jauh-jauh hari sebelumnya,setelah adanya kontak antara DI/TII Jawa Barat dan Aceh di Beureueneun, Aceh tahun 1967.tanpa sepengetahuan Danu Muhammad Hasan dan Adah Djaelani, karena Danu MuhammadHasan dan Adah Djaelani baru aktif kembali tahun 1973. Di mana hasil pertemuan di Aceh itumenyusul terbentuknya struktur susunan komandemen dengan pimpinan tertuju kepadaTeungku Muhammad Daud Beureueh. Tahun 1975, susunan komandemen seluruh Jawa punrampung. Tetapi kemudian rencana-rencana yang disusun mengalami kebocoran kepada Bakin. Wawancara dengan Bapak Toni di Jakarta, 19 Oktober 1999.

tertingginya, yaitu Teungku Muhammad Daud Beureueh 24 menjabat sebagai KPSI (Komando Perang Seluruh Indonesia) 25. Tahun 1975 susunan komando khususnya untuk seluruh Jawa 26 sudah rampung terbentuk. Aceng Kurnia diangkat sebagai panglima wilayah Jawa Barat, yang pada waktu itu Jawa Barat terbagi menjadi 3 bagian; (1) Panglima Divisi I Aceng Kurnia, Panglima II Gubernurnya Ules Sujai, (2) Panglima Periangan Bagian Timur, Mia Ibrahim dan untuk Daerah Banten dan Bogor, Uci Nong. Dan, (3)Jawa Timur, Hasan dan Idris. Jawa Tengah, Panglima I Saiful Imam untuk bagian selatan, Panglima II Sutiko Abdurrahman untuk bagian Surakarta, Panglima III Haji Paleh untuk bagian barat, Panglima IV Seno (alias Basyar atau Abdul Hakim) untuk bagian Semarang. Tahun 1975 hanya Blitar yang belum ada calon bupatinya pada waktu itu.27 Tetapi di balik itu munculnya kecurigaan dalam susunan struktur di Jawa Barat ini atas diaktifkannya Ateng Djaelani dan Zainal Abidin dalam struktur Dewan Imamah, sehingga mereka berdua mempunyai wewenang mengangkat serta mem-baiat para panglima dan komandan. Kecurigaan ini datang dari Jawa Tengah menyangkut keberadaan Ateng Djaelani dan Zainal Abidin yang sudah dicurigai sebagai pihak yang berkhianat 28. Sehingga penyusunan di Bandung barisan terpecah, yaitu kelompok Sabilillah yang menyetujui penyusunan kembali struktur, walau struktur itu disponsori Ali Moertopo29. Pada periode ini, perjuangan DI lebih banyak menghasilkan pengkhianat daripada pahlawan. Pembentukan struktur baru ini diprakarsai oleh kalangan yang tergabung dalam wadah Sabilillah, di mana Adah Djaelani Tirtapraja sebagai pimpinan tertinggi seluruh Jawa, Panglima Jawa-Madura adalah Danu Muhammad Hasan, dan wakil panglima Hispran (Haji Ismail Pranoto). Di sini, sangat besar kemungkinan terjadinya
24

Hanya saja Teungku Muhammad Daud Beureueh pernah mengatakan kepada DjadjaSudjai di Beurueneun tahun 1967, Ummat yang memilih mam. Kalau saya sanggup sebagaiKPSI. Tetapi karena Teungku Muhammad Daud Beureueh mempunyai pengaruh sangatdiperhitungkan baik oleh kawan maupun lawan, maka ia diangkat sebagai Imam. Wawancaradengan Bapak Toni di Jakarta, 19 Oktober 1999. 25 Wawancara dengan Bapak Ridwan di Jakarta, 8 Oktober 1999.
26

Forum pembentukkan struktur di tahun 1975 itu khusus untuk kalangan Jawasehingga tak melibatkan pulau-pulau di luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.Lagi pula Ateng Djailani wewenangnya hanya berada di Jawa Barat. Wawancara dengan BapakRidwan di Jakarta, 8 Oktober 1999. 27 Wawancara dengan Bapak Ridwan di Jakarta, 8 Oktober 1999.
28

Ateng Djaelani dan Zainal Abidin menyudahi jihad dengan menyerahkan diri padaTNI pada tahun 1960 dan ikut merekayasa sistem Operasi Pagar Betis dengan Ibrahim Haji dariKodam Siliwangi. Wawancara dengan Bapak Ridwan di Jakarta, 8 Oktober 1999. 29 Wawancara dengan Bapak Ridwan di Jakarta, 8 Oktober 1999.

perpecahan. Tahun-tahun 1970-an adalah tahun-tahun yang sulit bagi DI: banyak yang bersatu, untuk kemudian berpecah-belah. Dunia pergerakan, selain terlihat sebagai dunia yang penuh dengan rapat-rapat rahasia, juga terbentuknya banyak forum. Forum NII Jawa Barat misalnya, menunjukkan suatu dinamika tersendiri dari kaum pergerakan. Forum sering diwarnai protes dari utusan-utusan dari Jawa Timur, di mana protes tersebut mempertanyakan: (1) Keberadaan Danu yang aktif dengan Ali Moertopo, dan (2) Keberadaan Ateng Djaelani dan Zainal Abidin dalam struktur kepengurusan, mengingt masa lampau mereka berdua telah mengkhianati Imam di tahun 1960 dengan menyerahkan diri kepada musuh dari medan jihad. Tetapi protes tersebut dapat ditanggapi oleh Danu Muhammad Hasan yang mengatakan bahwa setiap orang mempunyai salah dan untuk taubat melalui kesalahannya. Bagi orang yang pernah mengkhianti jihad maka taubatnya adalah kembali jihad. Kalau tolak taubat jihadnya, ke mana ia akan mendapatkan taubatnya. Sedangkan taubat jihad ibarat lubang jarum. Sedangkan Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Kalau tutup pintu taubatnya, maka berarti menutup pintu taubatnya. Setelah jawaban yang diberikan oleh Danu itu, tak ada pertanyaan protes lagi.30 Yang menarik adalah apa yang terjadi terhadap Danu Muhammad Hasan. Ia adalah tokoh yang konsisten berjuang, namun terjepit di antara paksaan untuk bekerja-sama dengan pihak RI dan tudingan dari teman-teman seperjuangannya sebagai orang yang berkhianat. Padahal ia adalah tokoh dengan setting sosial-politik yang rumit dan terjepit. Ia masih tetap konsisten dengan perjuangan menegakkan negara Islam, sampai kapan pun. Tentang keberadaan dirinya, Danu Muhammad Hasan menyatakan, bahwa ia akan membawa Ali Moertopo ke dalam Islam, sebenarnya ia sendiri berkeberatan bersama Ali Moetopo, tetapi ia berpengharapan Ali Moertopo dapat diajak bergabung jika dia mau, kalau tidak maka Ali Moertopo akan saya bunuh dari dekat. Danu mempunyai anggapan demikian terhadap Ali Moertopo, dengan latar belakang pernah di tahun 1966 mempunyai jasa, ketika dari komandan-komandan batalyon ke atas mau dilenyapkan oleh Soeharto. Ali Moertopo mencegah, Sebelum bekas DI/TII dihancurkan, saya lebih dulu dihancurkan. Danu ternyata tertipu dengan bahasa Ali Moertopo dengan rencana
30

Wawancara dengan Bapak Ridwan di Jakarta, 8 Oktober 1999.

Pancing dan Jaring31 -nya sebagai upaya guna menjaring anggotaanggota NII.32 Ketika itu tahun 1975, seperti yang disampaikan KSM (Komite Solidaritas Muslim)33, Ali Moertopo memanfaatkan para eksponen pejuang DI/TII ini bekerjasama dengan ABRI dalam mengantisipasi adanya bahaya laten komunis dari Vietnam (karena saat itu Vietnam menang perang melawan Amerika Serikat) dan kemungkinan bangkitnya kekuatan komunis di Indonesia. Kerjasama itu adalah memobilisasi massa Islam, menyusun kekuatan bersama-sama dengan kekuatan ABRI untuk menghadapi munculnya bahaya komunisme. Ternyata itu semua cuma isapan jempol, dan sematamata merupakan tipu daya dan jebakan Ali Moertopo karena sesungguhnya secara resmi ABRI tak mempunyai kebijaksanaan seperti itu. Setelah penggalangan massa Islam terbentuk, Hispran 34 dan massanya ditangkap aparatur keamanan atas informasi dan instruksi Ali Moertopo, dengan tuduhan hendak membentuk dewan revolusi, yang bertujuan melakukan makar terhadap pemerintahan yang sah, sekaligus bertujuan mendirikan negara Islam. Kelompok ini kemudian dijuluki Komando Jihad oleh Ali Moertopo. Padahal tidak satu pun tindakan kekerasan yang dilakukan kelompok ini selain penggalangan massa, sebagaimana diminta Ali Moertopo. Dengan adanya penangkapan massal yang dilakukan di Jawa Timur dan di Sumatera, di mana kejadian-kejadian penangkapan itu mengarahkan massa dalam jumlah yang besar yang berinduk ke Jawa Barat. Ateng Djaelani dan Zainal Abidin dipanggil Kodam Siliwangi35 untuk diinterogasi dan Ateng Djaelani dan Zainal Abidin membocorkan rencana-rencana dan susunan struktural tersebut kepada Himawan Sutanto. Himawan Sutanto pun mendapatkan banyak manfaat dari informasi tersebut. Namun, leliku perjuangan politik itu lebih banyak mendatangkan masalah ketimbang hasil perolehan rekruitmen anggota baru. Ide untuk mengubah strategi pergerakan pun muncul.
31

Salah satu teori yang biasa dipraktekkan dalam dunia intelijen yang artinya mengajakorang untuk ikut dalam sebuah proyek, tapi orang yang bersangkutan kelak akan dijerumuskandan dikorbankan. 32 Wawancara dengan Bapak Ridwan di Jakarta, 8 Oktober 1999.
33 34

Gatra , 11 Juli 1998, hlm. 10 dan 12.

Hispran tertangkap di Blitar, Jawa Timur tahun 1977. Selanjutnya, Hispran dan seluruh anak-buahnyayang berjumlah ribuan orang, tersebar di Jawa dan Sumateradijebloskan ke penjara. Hispran pun divonis seumur hidup, dan sempat menjalani hukumanselama 18 tahun penjara, sebelum meninggal dunia di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang padatahun 1995. Wawancara dengan Pak Ridwan di Jakarta, 8 Oktober 1999. Lihat juga kabar dimailing list Indonesia-L yang ditulis oleh Dolok, dolok@goplay.com , Rabu, 06 Oktober 1999,15:24:46 0800. 35 Panglima Kodam Siliwangi dijabat Himawan Sutanto pada waktu itu.

Perubahan strategi dari pergerakan bawah tanah ke sistem terbuka baru sebatas wacana karena terhalang oleh banyaknya penangkapan dan penghilangan paksa yang dilakukan oleh aparat TNI. Dengan demikian maka terjadilah penangkapan besar-besaran. Danu Muhammad Hasan dikenakan hukuman selama 10 tahun penjara. Dodo Muhammad Darda 16 tahun 36. Pengaruh operasi ini membawa dampak mengakibatkan sejumlah para tokoh Darul Islam non-struktural bentukan Ali Moertopo juga ikut ditangkap dan dipenjarakan, yakni dihijrahkan Teungku Daud Beureueh ke Jakarta37 , Haji Saleh, Jubli, Idris (di Jawa Tengah), Hasan (panglima Jawa Timur), Gaos Taufiq (di Sumatera), Bardan Kindarto (di Palembang), Timsar Zubil (di Medan), Abdul Qadir Baradja (di Lampung), dll. Yang tertangkap ini pun saling menyalahkan dan yang belum menemui jawaban mengapa sampai tertangkap akhirnya mencoba mengira-ngira siapa yang telah membocorkan rahasia. Sementara Ateng Djaelani dan Zainal Abidin tidak dihukum. Yang tidak dihukum ini kemudian menjadi sasaran tuduhan bahwa mereka telah berbuat khianat. Sedangkan Adah Djaelani, Ules Sujai, Aceng Kurnia, Tahmid Basuki Rahmat, Toha Mahfudz, Sutiko Abdurrahman Saiful Imam, Seno (alias Basyar atau Abdulhakim) lolos dari penangkapan. Dalam masa ini, akibat banyaknya intelektual yang berhijrah hasil perkembangan dakwah perjuangan NII dan untuk mendukung program Adah Djaelani membentuk KW-IX tahun 1978, sebagai pengembangan wilayah baru dan daerah modal38. KW-IX adalah daerah utama (ummul quro) NII yang senantiasa menjadi wacana dalam pergerakan. Sebagai ummul quro KW-IX berada di ibu-kota RI (Jakarta) dan daerah-daerah satelit
36

Wawancara dengan Bapak Toni di Jakarta, 19 Oktober 1999. Penculikan Teungku Muhammad Daud Beureueh ini dilakukan di rumahnya pada waktu subuh oleh serombongan petugas yang terdiri dari; seorang Komandan Kodim AcehPidie, Letkol Nyak Umar, seorang Jaksa dari Pengadilan Negeri Surabaya, seorang dokter militerdari rumah sakit Sigli Letkol dr Zakaria Latief (terakhir Ka Kesdam I Iskandar Muda), dansejumlah anggota tentara. Mereka meminta kesaksian Teungku Muhammad Daud Beureueh atas perkara Hispran dengan tuduhan terlibat dalam aksi Komando Jihad . Tak lama kemudian lengan kiri Teungku Daud Beureueh ditusuk dengan jarum injeksi oleh dr Zakaria Latief yang berisikanobat bius sebanyak dua kali sehingga Teungku Daud Beureueh pingsan dan tubuhnya dibawamasuk ke dalam mobil dan di-hijrah-kan ke Jakarta secara paksa dengan helikopter. Kejadianperistiwa penculikan itu disaksikan oleh isteri Teungku Muhammad Daud Beureueh sendiri dirumahnya. Tetapi sebenarnya jalur resmi Jakarta sudah lama ada pada waktu sebelumnya, karenawilayah Jakarta termasuk ke dalam Batalyon 12 Resimen II KW1 yang dipimpin oleh Abdul Latif(menantu dari Kamran (seorang Panglima Angkatan Bersenjata NII)), dan lagi pula Abdul Latifsendiri pun menentang pembentukan KW9 ini. Jadi kesimpulannya Pembentukkan KW9 telahmelenceng dari kesepakatan yang telah dibuat tahun 1973. Perselisihan pendapat dan fahaminilah keluarga besar jama'atul mujahidin Darul Islam pecah. Pertama, pembunuhan terhadapDjadja Sudjadi. Kedua, kepemimpinan Adah Djaelani merupakan coup decute etat ataskepemimpinan pasca Teungku Muhammad Daud Beureueh. Ketiga, strategi perjuangan jihadsesungguh bukan konsep program jangka pendek ala Adah Djaelani. Kelompok Fillah ini jugatidak menyetujui pembentukkan struktur yang pihak penyelenggaranya disponsori Bakin.

37

38

di sekitarnya yang penuh dengan pusat-pusat industri dan komersial lainnya. Diharapkan kemudian ummul quro ini menjadi penopang ekonomi bagi berjalannya mesin pergerakan di daerah-daerah. Awal Mula Perpecahan Darul Islam Setelah meninggalnya Proklamator Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo, banyak peristiwa-peristiwa penting sebagai kelanjutan resistensi politik Umat Islam dan juga perjuangan Negara Islam Indonesia pada generasi penerusnya. Setelah berakhirnya rezim kekuasaan Orde Lama, pemerintah Orde Baru dan Angkatan Darat dari awalnya telah menyadari betul mengenai adanya kemungkinan naiknya pamor politik umat Islam. Berawal ketika jatuhnya kekuatan PKI yang telah gagal dalam aksi kudetanya kemudian secara formal diperkuat dengan keputusan politis yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang pembubaran partai PKI, secara tidak langsung telah mengangkat citra politik Islam di pentas perjuangan nasional. Yang mana kekita itu dari setiap partai politik Islam banyak mengecam dan mengutuk terhadap perlakuan PKI dan mereka menuntut pemerintah untuk segera menyelesaikan kasus PKI ini, sehingga dengan demikian di dalam struktur peta kekuatan politik Indonesia saat itu terjadilah ketidakseimbangan (imbalance). Gejala yang muncul dari adanya kekalahan PKI membuat Politik Umat Islam sedang mendapat angin, dan ditangkap gejala tersebut oleh pemerintah dengan satu prediksi bahwa politik umat Islam memiliki kecenderungan hendak memperkuat posisinya. Di mana kekuatan tersebut yang akan menghancurkan cita-cita nasionalis sekuler yang telah menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Dan hal itu disadari betul oleh Angkatan Darat, bahwa di dalam kalangan umat Islam masih terdapat bibit-bibit ekstrimisme yang amat potensial yang suatu saat bisa muncul kepermukaan.39 Maka pada tanggal 21 Desember 1966 diumumkannya suatu pernyataan politik oleh perwira-perwira tentara Angkatan Darat bahwa mereka "akan mengambil tindakan tegas terhadap siapapun, dari pihak mana pun, dan golongan apa pun yang akan menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 seperti yang telah dilakukan oleh
39

Pemerintahan Orde Baru melihat bahwa umat Islam merupakan suatu ancaman yangdapat mengganggu stabilitas ekonomi dan politik yang sedang dijalankannya dalammemodernisasikan Indonesia. Oleh karena itu mereka menamakannya dengan terminologiekstrimis kanan terhadap umat Islam, selain PKI sebagai ekstrimis kiri yang merupakan bahayalaten yang dapat mengancam eksistensi pemerintahan Orde Baru.

Pemberontakan Partai Komunis di Madiun, Gestapu, Darul Islam ...dan Masyumi-Partai Sosialis Indonesia...." 40 Untuk hal tersebut di atas banyak sekali rekayasa politik yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru melalui operasi badan intelejennya terhadap umat Islam di segala segmen kehidupan. Selama masih bertumbuhnya kekuatan-kekuatan politik umat Islam, selama itu pula gerakan tersebut dapat mengganggu jalannya roda pemerintahan Orde Baru yang sedang mencari jati dirinya, sehingga sangat diperlukan sekali peredaman bahkan pemusnahannya. Dimana dan sampai kapan pun, selama Islam diyakini oleh ummatnya sebagai minhajul hayat 41 , satu-satunya jalan kehidupan yang harus ditegakkan, selama itu pula kekuatan-kekuatan kaum kafir dan musyrik akan menjalin kerjasama bahu membahu dalam menekan laju Islam42 . Dan kemungkinan yang terburuk yang akan didapat oleh umat Islam dari adanya kerjasama tersebut adalah bagaimana mereka membasmi para pejuang Islam dengan kekuatan senjata yang didukung oleh pasukan militer. Politik rekayasa di dalam tubuh pemerintah Orde baru telah mewarnai corak kekuasaan rezim Suharto. Ditandai dengan pelarangan rehabilatasi nama partai Masyumi, pengangkatan elit politik dari golongan nasrani sampai kepada adanya penyederhanaan partai yang bertujuan depolitisasi massa, yang dari program tersebut cukup efektif memarjinalkan posisi politik Islam. Demikianlah mereka berdaya upaya agar jangan sampai Islam memainkan peran dalam panggung politik Indonesia. Untuk mengantisipasi setiap kekuatan arus politik Islam ini, pemerintah Orde Baru dan kaum misionaris menjalankan beberapa pola aksi melalui badan intelejennya. Sasaran pertama yang mereka goyang dengan jalan rekayasa politik adalah partai Parmusi (Partai Muslimin Indonesia)43, Pemerintah melakukan rekayasanya terhadap
40 41

Allan A. Samson, Islam di Indonesian Politics, dalam Asian Survey , Desember 1968,sebagaimana dikutip oleh B.J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia , (terj.), Jakarta: Grifiti Pres,hlm. 158. Banyak ayat-ayat Quran yang mendasari sikap ini: Sesungguhnya Dien (sistemkehidupan) yang diridhoi Allah hanyalah Islam ..(S.3:19), Mencari selain Islam sebagai Dien,tertolak disisi Allah (S.3:85). Islam harus dimenangkan di atas segala konsep hidup yang lain (S.9:33, 40). Kecuali apabila ummat Islam, bersikap lunak, meninggalkan jihad, maka barulahmerekapun akan bersikap lunak pada muslimin (S.68:9).
42 43

Bagi kalangan DI, apa yang terjadi adalah sesuatu yang lumrah: dan mereka tidakakan henti-hentinya memerangi kamu, selagi mereka mampu (S.2:217) Partai Masyumi didirikan pada tanggal 7 April 1967. Ketika didirikannya,dimaksudkan sebagai kelanjutan partai Masyumi namun dengan nama lain. Partai ini menjadiwadah aspirasi politik golongan Islam modernis dengan basis massa dari bekas-bekas partaiMasjumi yang ketika itu sudah dibubarkan oleh rezim Soekarno.

Parmusi karena melihat bahwa di dalam partai Masyumi masih banyak bercokol para politikus Islam yang mempunyai militansi Islam sehingga berpotensi untuk membangkitkan kembali misi Islam dalam ajang pemilu dengan menjadikan umat Islam sebagai basis pendukungnya. Oleh karena itu, Pemerintah Orde Baru mengambil satu kebijakan terhadap partai ini. Pada tanggal 5 Februari 1968, Jenderal Suharto memberitahukan bahwa Pemerintah menyetujui pembentukan Partai Parmusi, namun Pemerintah tidak mengizinkan seorang pun kepada pemimpin bekas partai Masyumi memegang peranan dalam kepengurusan partai tersebut 44, Dan kepada mereka dihimbau untuk menunggu sampai selesainya pemilihan umum. Begitu juga tentang RUU Perkawinan, pada tanggal 31 Juli 1973, ketika pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perkawinan kepada DPR. Kemudian RUU tersebut mendapat reaksi keras dari umat Islam. Puncaknya, lebih dari 300 mahasiswa muslim menyerbu ke DPR dan membuat kerusakan ketika Menteri Agama Mukti Ali sedang membacakan jawaban pemerintah dalam sidang pleno DPR. Di samping itu pemerintah Orde Baru melakukan manuver politiknya terhadap Islam tradisional seperti organisasi NUyang nota bene memiliki banyak pengikutnya, badan intelejen yang diwakili oleh Opsus melakukan intrik politiknya dengan menciptakan organisasi massa GUPPI45 (Gabungan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam), dengan pimpinannya yang bernama Ramadi46 ,dalam penggalangan rakyat. Mereka berharap dengan melalui organisasi yang dibentuk, kekuatan umat Islam dapat ditekan. Selanjutnya, setelah bergabungnya umat Islam dalam mesin giling GUPPI ini, dengan sistematis badan intelejen menggarap massa Islam tradisional tersebut untuk ditariknya sebagai penyokong dan pembela Golkar. Demikianlah pemerintah Orde Baru menerapkan strategi kebijakannya, yang intinya adalah bagaimana 47 mengendalikan umat Islam.
44 45

Panji Masyarakat no. 35, November 1968, Prawoto Mangkusasmito menerangkanpertemuan dengan Soeharto yang berlangsung pada tanggal 5 Februari 1968. GUPPI (Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam) merupakan sebuah organisasikemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan Islam yang didirikan oleh sekelompokulama NU di Sukabumi pada tahun 1950. Tapi di zaman Nasakom organisasi ini boleh dikatakannyaris mati karena masalah kesulitan dana dan mendapat tekanan dari PKI. Setelah G-30-S/PKI,GUPPI mulai didekati Soedjono dan Ali untuk ditarik ke dalam Golkar. Lihat Heru Cahyono, Pangkokamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 1974 , (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1998). Ramadi adalah seorang bekas kolonel di bidang hukum militer. Ia dikenal dekatdengan Soedjono Hoemardani. Saat menganggur, Ramadi ditarik Soedjono untuk menjadipimpinan Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI). Organisasi ini akan dijadikanmesin politik guna menyedot massa Islam tradisional bergabung dengan Golkar. Heru Cahyono, Pangkokamtib.....,Ibid. Heru Cahyono, Pangkokamtib.....,Ibid .

46

47

Begitu juga badan intelejen dengan program Opsusnya melakukan hal yang sama terhadap mantan para pejuang Darul Islam, mereka membuat rekayasa-rekayasa yang canggih terhadap para pejuang Darul Islam dengan pola "Pancing dan Jaring", para pejuang itu dikumpulkan dalam satu wadah dan kemudian dikorbankan dengan melalui berbagai peristiwa berdarah. Seolah-olah bahwa para pejuang Islam selalu ingin mengadakan konfrontasi dengan pihak ABRI dan penguasa, dengan tindakan pengacauan, pemberontakan dan lain sebagainya. Dengan terciptanya suasana persinggungan itu maka apa yang menjadi keinginan para penguasa dzalim terkabul, ya'ni membuat umat Islam merasa alergi terhadap Negara Islam dan selalu menutup diri bila diceritakannya. Sungguh perbuatan yang sangat keji, seperti kekejian yang dilakukan oleh raja Fir'aun ketika pada masa Nabi Musa a.s. 48 Kejadian rekayasa ini merupakan gambaran yang terang dari pemerintah Orde Baru, bahwa mereka tidak ingin sama sekali resistensi politik Islam yang diperjuangkan oleh umat Islam pada umumnya dan para pejuang Darul Islam khususnya untuk mengembangkan ideologi Islam di percaturan politik. Yang mereka kehendaki adalah bahwa Islam hanya sebatas ritualitas belaka tanpa ikut campur dalam urusan negara. Demikianlah rencana makar yang sedang diperjuangkan oleh thagut, untuk memberdayakan umat Islam sebagai alat komoditas politik bagi manusia-manusia yang jahil (bodoh). Yang paling giat dan menonjol dalam usahanya untuk melaksanakan devide et impera nya terhadap umat Islam` di dalam perjuangan suci Darul Islam adalah Ali Moertopo 49. Menurut hemat dia, siapa
48

Untuk melihat bagaimana kekejian yang dilakukan oleh Fir'aun terhadap rakyatnyaQ.S : 28:4 "Sesungguhnya Fir'aun telah berlaku sewenang-wenang di muka bumi: (1) Diamenjalankan politik de vide et impera terhadap penduduknya, dengan menjadikan merekabeberapa golongan/kelompok; (2) Setelah terjadinya beberapa kelompok, dia mengadakantindakan represif kepada kelompok yang anti kebijakannya; (3) Dan terhadap kelompok yangkontra itu, dia mengadakan aksi pembegalan; (4) Akan tetapi terhadap kelompok yang pro statusquo , dia membiarkan tumbuh subur bak cendawan bahkan mendukungnya dengan memberikan baik materi maupun fasilitas. Sesungguhnya tindakan Fir'aun itu terbilang tindakan orangperusak". Wawancara dengan Rahmat Gumilar, Bandung, 8 Agustus 2003.

49

Pada waktu itu Ali Moertopo menjabat sebagai Asisten Pribadi Presiden. Dia memilikiwatak berani dan suka nekad, serta arogan. Dalam setiap melakukan aksinya ia selalu memakai jabatannya sebagai alat untuk melumpuhkan

dan darimana orang tidak menjadi masalah, bila mau diajak bekerjasama maka akan dirangkulnya untuk bersama-sama melaksanakan program setan Opsus. Salah satu modus operasi Ali Moertopo adalah dengan mengumpulkan para advonturir yang rakus kekayaan untuk dilibatkan dalam setiap aksi Opsus. Dengan keahliannya50 dalam merangkul massa, dia banyak sekali memanfaatkan kekuatan-kekuatan Islam bukan hanya terhadap para pejuang Darul Islam tetapi juga terhadap kekuatan-kekuatan bekas Permesta, Masyumi. Berbagai cara pendekatan dia tempuh termasuk juga menginsentifkan material kemudian setelah mereka terbujuk lalu dimasukkannya ke dalam "kandang" yang telah mereka siapkan. Dengan teori 'penggalangan' dimana dalam teori itu menggariskan bahwa tidak adanya kawan dan lawan,Ali Murtopo menjalankan taktik dan strateginya dalam memupuk kekuatan-kekuatan tersebut demi kepentingan politiknya. Sudah sejak awal tahun 1970-an, Ali Moertopo mengadakan jalinan kerjasama dengan sejumlah pejuang DI/TII. Ketika itu Ali Moertopo giat pergi ke Jawa Barat untuk menarik mereka ke Jakarta,yang sebelumnya para pejuang tersebut masih di bawah binaan Kodam Siliwangi Bandungantara lain yaitu Dodo Kartosuwiryo, sebagian lagi adalah seperti Adah Jaelani, Danu Muhammad Hasan. Namun garis kebijakan yang telah dibuat oleh Ali Moertopo untuk mendekati para pejuang DI/TII itu menimbulkan permasalahan di dalam tubuh Bakin. Sesungguhnya, biar bagaimanapun yang namanya perjuangan Islam itu seharusnya tidak membutuhkan jalinan kerjasama dengan penguasa yang dzalim. Bahkan seharusnya ada yang tampil dari orang pemberani menyatakan kebenaran di depan penguasa tiran. Sebagaimana sabda Rasulullah. "Afdhalu Jihad qulil haq 'inda sulthonin jair" (Seutama-utama Jihad adalah Katakanlah kebeneran itu kepada penguasa yang lalim). Dengan digelarnya Opsus oleh pemerintah, dikalangan petinggi militer sendiri banyak yang merasa heran dan kaget, kenapa berani-beraninya Ali Moertopo merangkul para pejuang Darul Islam tersebut. Menurut pengakuan Ketua Bakin Sutopo Juwono, ia sudah beberapa kali memperingatkan Ali agar jangan main-main dengan para pejuang
kekuatan politik Islam, disamping itu dia masihmemiliki alat sendiri yang diberinya nama Operasi Khusus (Opsus). Posisi Ali Moertopo yangpunya dua topi sebagai Opsus dan Aspri membuat ia tidak bisa diserang dari manamana,walaupun dari tubuh militer Republik sendiri. Heru Cahyono, Pangkokamtib...,Ibid, hlm. 50 Ali Moertopo sangat dikenal oleh anak buahnya sebagai tokoh yang lihai dalambidang penggalangan. Berkat kepiawaiannya Ali Moertopo disebut-sebut sebagai tokoh intelijenpaling canggih setelah Zulkifli Lubis, bapak intelijen RI. Ali Moertopo punya "murid", yakni BeniMoerdani, yang sama hebatnya dengan sang guru. Hanya saja karena Beny beragama Kristenmaka geraknya menjadi terbatas. Banyak orang percaya, hingga sekarang belum ada yang bisamenandingi ketiga orang tersebut. Heru Cahyono, Pangkokamtib...,Ibid, hlm.

Darul Islam. Sebab katanya, bisa jadi para pejuang Darul Islam nantinya suka macam-macam, karena merasa punya jasa ikut menghancurkan PKI segala macam, nanti mereka bisa menagih janji. Maka lebih baik jangan. Adanya peringatan tersebut pada dasarnya memberikan isyarat kepada Ali bahwa satu di antara dua kemungkinan pasti terjadi tentang para pejuang Darul Islam: satu kemungkinan bahwa para pejuang Darul Islam itu akan memperalat Opsus; atau sebaliknya, Opsus memperalat mereka. Dengan adanya peristiwa perselisihan didalam tubuh militer Republik Indonesia kelihatannya bahwa kekuasaan Orde Baru bersatu, secara lahiriyah terlihat kompak dengan kerjasamanya untuk menekan resistensi politik Islam, tetapi sesungguhnya di dalam tubuh mereka sendiri terdapat permusuhan dan pertentangan intern yang sangat hebat. Hati mereka terpecah belah tidak dalam persatuan dan kesaatuan, jiwa para militer mereka kosong dari aqidah Islamiah, bahkan nyaris seperti yang digambarkan oleh Kartosoewirjo dahulu. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ramadi 51, bahwa banyak para pejuang Darul Islam yang hilir-mudik di rumahnya, di antaranya Danu, Dodo M. Darda Kartosoewirjo. Ada pula nama-nama dengan panggilan khas, seperti Ki Acun atau Ki Mansyur. Menurut penuturan dari salah seorang anak buah Ali Moertopo di Opsus, dukungan yang diperlihatkan para pejuang Darul Islam terhadap Opsus sangat kuat. Saking kuatnya mereka lalai akan tugas dan fungsi yang diamanahkan oleh pendahulu mereka. Kehadiran Opsus dengan segala programnya, rupanya telah dan selalu menjebak para pejuang Darul Islam, dengan iming-iming bahwa mereka akan siap membantu dalam pendirian kembali Negara Islam. Para pejuang Darul Islam percaya betul atas "ucapan" Ali Moertopo tersebut. Di mata mereka, apabila Ali Moertopo menang maka ia akan mendirikan negara Islam. Sungguh satu dusta telah dilakukan oleh orang kafir untuk menutup-nutupi tujuannya, biar siapapun orangnya kalau tetap menjalankan roda pemerintahan jahiliyah, maka hukum-hukum Islam tidak akan pernah
51

Ramadi kelahiran Pontianak 12 Maret 1912. Waktu dalam pemeriksaan dia sudahberusia ia berumur 61 tahun, ketika berdomisili di Jakarta dia tinggal di Jalan Timor no. 14, Jakarta. Dalam kaitannya dengan gerakan Opsus, ia banyak berhubungan dengan SoedjonoHoemardani. Ia waktu diperika masih menjabat sebagai komisaris PT Ravitex dari tahun 1972dan anggota MPR dari Golkar sedari tahun 1971. Disebutkan lagi, di tahun 1973 ia diberiinstruksi oleh Soedjono Hoemardani untuk menetralisasi UU Perkawinan. Tahun 1974 Soedjonomemerintahkan Ramadi untuk menyelidiki bekas-bekas tokoh PSI dan Masjumi yang punyaitikad tidak baik terhadap pemerintah. Heru Cahyono, Pangkokamtib...,Ibid, hlm. 296.

diberlakukan. Tipu daya orang kafir telah masuk ke dalam jiwa para pejuang, sehingga mereka lebih mempercayakan orang kafir sebagai teman setianya untuk bersama-sama berkoalisi menegekkan kembali Negara Islam. Pada sekitar tahun 1978, berdasarkan cerita seorang pejuang Darul Islam, bahwa Ali Moertopo sangat berambisi untuk menjadi wakil presiden. andai saja Ali Moertopo berhasil menjadi wapres maka yang menjadi sasaran berikutnya adalah Presiden Soeharto, ditambahkannya, Ali Moertopo selanjutnya akan menetralisasi keadaan dengan cara apa pun sehingga Ali Moertopo bisa duduk dikursi kepresidenan. Program Opsus yang diketuai oleh Ali Moertopo ini, pada permulaan Orde Baru memang sangat berfungsi dalam reformasi politik (political reform), guna memperkuat poros Pancasila dan UUD 45, juga menetralisasi kekuatan politik umat Islam melalui usaha rekayasa politiknya terhadap semua orsospol dan organisasi kemasyarakatan dan profesi.52 Yang menjadi target politik dari Ali Moertopo dengan menciptakan gagasan tersebut adalah bagaimana menguasai badan intelijen Negara untuk menjalankan roda pemerintahan Orde Baru yang sedang dalam perkembangannya. Namun karena adanya kendala didalam tubuh Opsus yang disebabkan banyak berkumpul segala aliran disana, sehingga pada akhirnya Ali mempunyai kesimpulan bahwa Opsus tidaklah efektif. Memang disatu sisi bisa berkumpulnya segala aliran di Opsus menandakan akan kapasitas Ali Moertopo. Tetapi dari sisi organisasi, keberadaan Opsus sangat rentan terhadap timbulnya pertikaian yang dibawa oleh setiap aliran yang ada. Masing-masing interest itu kemudian saling berhadapan di dalam tubuh Opsus sendiri (intemal fighting). Untuk memperlihatkan kelemahan dari strategi Ali Moertopo perlu dikutip sebuah peribahasa, Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Ia melakukan kekeliruan ketika tidak mendasarkan operasi intelijennya pada anggota organik, tapi acap kali justru lebih mempercayai anggota jaring seperti Aulia Rahman,

52

Heru Cahyono, Pangkokamtib..., Ibid

Leo Tomasoa, Bambang Trisulo. Atau lebih percaya pada Liem Bian Khoen, maupun para pejuang Darul Islam. Dalam dunia intelijen, membina jaringan merupakan salah satu hal yang penting, sehingga selain memiliki anggota organisasi yang resmi, intelijen juga mengembangkan anggota jaringan (yang tak resmi) di mana-mana. Tergantung pada sasaran apa yang hendak dicapai. Namun, rahasia-rahasia operasi Ali agaknya lebih banyak diketahui oleh anggota jaring daripada anggota organik. Akibatnya permainan Ali dibongkar oleh anggota-anggota jaringnya sendiri. Di dalam hal ini Ali Moertopo dikritik kurang mematuhi hukum-hukum manajemen intelijen yang menyebutkan: tidak boleh terlalu percaya pada anggota jaring! Mungkin ia mau berimprovisasi, atau bermaksud nyleneh. Di samping itu Anggota jaring dikenal pula memiliki disiplin yang rendah sehingga biasanya mereka gampang buka kartu, membuka belang intelijen yang mestinya dirahasiakan. Jadi tidaklah mengherankan bila rahasia keterlibatan Ali dibongkar sendiri oleh bekas-bekas anak buah jaringnya di dalam tahanan. Ramadi cs, mungkin lantaran tidak tahan tekanan hidup di tahanan, maka mereka mengungkap semua permainan Ali Moertopo. Mereka ramairamai "bernyanyi". Sebaliknya, anggota organik umumnya lebih terdidik, lebih disiplin dan teguh dalam memegang rahasia. Anggota organik juga dapat berlindung di balik suatu peraturan yang tidak mengizinkan mereka membuka rahasia. Perbedaannya yang lain antara anggota organik dengan anggota jaring ialah anggota organik mengetahui tugasnya secara menyeluruh, sementara anggota jaring biasanya hanya tahu per sektor. Misalnya, seseorang anggota jaring ditugaskan membina ulama, maka ia tahunya hanya soal ulama. Lain itu tidak. Menjelang akhir 1970-an banyak yang ditangkapi dari sejumlah pejuang DI/TII binaan Ali Moertopo seperti, Adah Djaelani Tirtapradja, Danu Mohammad Hassan, serta dua putra Kartosoewiryo Dodo Muhammad Darda dan Tahmid Rahmat Basuki. Ketika pengadilan para mantan tokoh DI/TII itu digelar pada tahun 1980, maka terungkaplah apa yang sebenarnya target dari digelarnya aksi lapangan tersebut. Dan dengan adanya hal itu dicurigai sebagai upaya untuk memojokkan posisi umat Islam. Sebagai salah satu bukti adalah dalam kasus persidangan Danu Mohammad Hassan. Pada saat dia dalam persidangan dia mengaku

sebagai orang Bakin. Mungkin inilah akibat yang harus dialami oleh para pejuang Darul Islam setelah mengadakan kerjasamanya dengan organisasi Opsus. Peristiwa pahit yang dialami oleh para mujahid NII sejak tahun 1970an, penyebab utamanya yaitu telah kehilangan rujukan, sehingga telah menyimpang dari hukum / perundang-undangan, sehingga pula mengangkat kepemimpinan diluar jalur Konstitusi NII. Sebab, jika pengangkatan Imam NII tidak berdasarkan undang-undangnya, maka bisa saja terkendalikan oleh intelijen kuffar, dan pasti didalamnya terjadi kekacauan. Dalam keadaan Darurat Perang dimana wilayah NII dikuasai oleh musuh, maka musuh pun bisa membuat rekayasa pemimpin NII palsu. Karena tanpa undangundang itu secara hukum tidak ada perbedaan mengenai figur seseorang dengan yang lainnya, sehingga tidak ada perbedaan pula antara nilai yang tidak menyerah dengan yang sudah menyerah kepada musuh. Tanpa undang-undang itu orang tidak bisa membedakan mana pemimipin NII yang sebenarnya dan mana pemimpin NII sempalan. Sesungguhnya perjuangan NII dari mulai diproklamasikan tahun 1949 hingga tahun 1962 tidak ada kelompok-kelompok dalam perjuangan menggalang Negara Karunia Allah ini. Tetapi apa yang kemudian lahir sesudahnya adalah terjadinya perselisihan pendapat dan faham tentang siapakah yang berhak dan pantas untuk melanjutkan tugas suci sebagai pemimpin. Munculnya bibit perselisihan sekitar tahun 1974 1979, dimana ketika mujahidin NII pecah kedalam tiga kelompok. Hal demikian diakui oleh Adah Djaelani dalam kesaksiannya dalam sidang pengadilan.Menurut saksi, organisasi NII di Indonesia ada tiga kelompok yaitu; Kelompok yang Imam-nya Daud Beureuh, wakilnya saksi, kelompok yang Imam-nya Djadja Sudjadi (Garut Timur) dan kelompok Imam-nya H.Sobari (Rajapolah , Tasik Malaya). Sebab-sebab terjadinya pengelompokkan karena masing-masing ingin memisahkan diri dengan alasan seperti dikatakan oleh saksi: H. Sobari menganggap kami yang menyerah tahun 1962 sebagai pengkhianat sehingga ia membentuk NII sendiri53, sedangkan kelompok Djadja Sudjadi menyayangkan kami mengangkat Imam orang Sumatera sehingga ia membentuk NII sendiri. Kelompok Djadja Sujadi dikenal dalam wadah Fillah. Sedangkan yang lainnya dikenal dalam wadah Sabilillah.
53

Pikiran Rakyat 8 April 1982

Pada sekitar tahun 90-an, kembali muncul perselisihan faham dalam pergerakan Darul Islam, setelah Adah Jaelani melimpahkan kekuasaan kepada Abu Toto (Toto As-Salam) sebagai Warasatul Mafasid (pewaris orang-orang yang membuat kerusakan). Sebenarnya Toto As-Salam ini tidak pernah terdaftar sebagai anggota DI, namun menggunakan nama NII. Dengan segala kemampuan "intelektual jahili" yang dimilikinya, dia melanjutkan warisan kepemimpinan mengatasnamakan NII dan membawahi jamaah sekitar 50.000 orang untuk menghambur-hamburkan harta umat demi kepentingan dirinya dan orang yang turut sepaham dengannya. dengan penuh semangat pengabdian jahiliyahnya menghambur-hamburkan harta umat demi kepentingan dirinya dan orang yang turut sepaham dengannya. Maka apa yang dikenal dan diyakini oleh sementara orang hari ini tentang Negara Islam Indonesia yang diproduk oleh kaki tangan Pemerintah RI, hanyalah merupakan rekayasa sesat dan menyesatkan (dhoollun wa mudhillun) dari tingkah polah oknumoknum fasikun yang tidak bertanggung jawab terhadap nilai-nilai suci yang terkandung dalam Alquran, Al Hadist dan Qanun Asasi Negara Islam Indonesia. Prosedur syari'ah dan manhaj harakah yang telah digariskan pun banyak yang dilanggar dan diacuhkan, sehingga timbullah tajassus (saling mencari kesalahan ) diantara kalangan penerus perjuangan Darul Islam untuk menganggap bahwa pihaknyalah yang paling benar menurut ukuran masingmasing pemimpinnya serta para pengikutnya, dan bukan berdasarkan Quran dan Sunnah Nabi s.a.w. bukan pula menurut Undang-Undang NII. Sebagai sunnatullah yang berlaku sepanjang sejarah kehidupan manusia di muka bumi, perburuan harta dan kekuasaan, hari ini mewarnai juga dalam perjuangan kaum fasikun dalam melanjutkan estafeta tugas suci yang telah Allah amanahkan untuk umat Islam Indonesia. Bahkan sudah terjadi rekayasa dengan 'kaum kuffar' untuk mengaburkan harakah Darul Islam yang nantinya dari usahausaha tersebut, akan mencemarkan nama baik perjuangan NII hingga umat Islam "kembali menjadi kafir" dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dirancang oleh Setan. Sebagian pejuang Darul Islam sudah lari dari garis-garis dasar perjuangan yang telah ditetapkan oleh Negara Islam Kartosoewirjo yaitu: " tegaknya li'ilai kalimatillah fil ardhi".

Kemudian ditambahkan tentang penjelasan maksud tersebut oleh Kartosoewirjo, dengan satu penjelasan yang sangat rinci yang antara lain berbunyi: "Selain dari pada itoe, dari pada isi dan djiwa Firman Allah terloekis diatas, bolehlah kiranja ditarik dan dipetik peladjaran daripadanja, jang menoendjoekkan akan pentingnja kedoedoekan, peranan dan foengsi Pimpinan dimasa Perang, dimasa Revolusi. Tegasnja: Pimpinan jang djoedjoer dan ichlas, benar dan adil serta tegas, tapi bidjaksana. Ialah Pemimpin jang sanggoep hidoep dan berdjoeang bersama-sama raiat, sehidoep semati, senasib-sepenanggoengan, dan timboel-tenggelam bersama-sama bawahan dan raiat, jang mendjadi tanggoeng-djawabnja, didoenia hingga diachirat". 54 Peristiwa pahit yang dialami oleh kaum Nabi Musa AS 55, yaitu dengan dipusingkan oleh Allah karena tidak maunya mereka masuk ke Baitul Maqdis, padahal Allah telah menjanjikan hal tersebut untuk kaum Nabi Musa, ternyata dialami juga oleh pejuang NII sekarang ini, Mungkin sebagai sunnatullah pula, bahwa hal tersebut diturunkan kepada mereka semua sebagai bahan tadabbur dan tafakkur untuk tetap istiqomah dan hanif melaksanakan tugas menegakkan kalimatullah. Tidak seperti mereka yang pada tahun 1962 menyerahkan diri kepada musuh. Jangan diulangi agar diri tidak dicatat dalam sejarah sebagai orang-orang yang menyerah kepada musuh. Jalan keluar dari perpecahan adalah kembali kepada Konstitusi / perundang-undangan NII. apapun yang sudah menimpa warga NII, persatuan pada akhirnya akan terwujud, jika sudah menemukan kembali alat pemersatunya, yakni merujuk kepada M.K.T. No.11 tahun 1959 mengenai estapeta Imam dalam Darurat Perang, yang merupakan peninggalan Dewan Imamah NII. Sebagai embriyonya, yaitu setelah Abdul Fattah Wirananggapati keluar dari penjara musuh tahun 1982, mengadakan penggalangan terhadap para mujahid untuk merujuk kepada perundang-undangan NII. Hasil dari penggalangan itu terjalinlah kepemimpinan NII dengan rujukan hukum yang jelas. Solusi kembali kepada undang undang ini membuat kader kader
54 55

Penjelasan no. 4, Op.cit. Tentang peristiwa Nabi Musa AS dengan kaumnya lihat Q.S. 5:23-26.

mujahid bersikap demikian ketat dalam memelihara nilai hukum. Ketika Abdul Fattah Wirananggapati ditawan tahun 1991-1996, dan pada saat itu kepemimpinan atas perintah Abdul Fattah Wirananggapati beralih pada mujahid yang bebas di luar. Kepemimpinan ini atas kesepakatan Dewan Imamah dikembalikan padanya setelah Abdul Fattah bebas. Namun ketika belakangan terbukti bahwa dirinya yang telah diangkat sebagai Imam itu memberikan pernyataan pernyataan bernada negatif saat diwawancarai oleh wartawan dari Majalah Ummat 56 . Dewan imamah menyidangkan kasus ini, kemudian memberhentikannya pada awal tahun 1997. Adanya badan usaha yang menopang perjuangan, maka penggalangan NII berkembang semakin pesat meliputi banyak propinsi. Aksi Kekerasan Gerakan Darul Islam Selama 1962-2003, Indonesia sudah mencatat puluhan kali ledakan bom terjadi dalam skala kecil dan besar, setengahnya terjadi di Jakarta. Catatan dimulai dengan ledakan bom yang terjadi di kompleks Perguruan Cikini dalam upaya pembunuhan presiden pertama RI, Ir Soekarno, pada 1962. Berikut ini adalah sejumlah peristiwa yang terkait dengan kekerasan yang telah dilakukan Darul Islam antara lain; Perisitiwa kekerasan pada 11 November 1976 yang terjadi di Sumatera Barat tepatnya di Masjid Nurul Iman, Padang. Pelakunya adalah Timzar Zubil, tyang disinyalir oleh pemerintah sebagai Komando Jihad. Namun hingga sekarang, Timzar tidak pernah ditemukan. Selang dua tahun kemudian pada 20 Maret 1978, kekerasan terjadi ketika sekelompok pemuda melakukan peledakan di beberapa tempat di Jakarta dengan bom molotov, dan membakar mobil presiden taksi untuk mengganggu jalannya sidang umum MPR. Peristiwa ledakan bom terjadi lagi pada 14 April 1978, namun terjadi Masjid Istiqlal, Jakarta. Sampai sekarang, ledakan bom dengan bahan peledak TNT itu tetap jadi misterius. Empat tahun kemudian pada 4 Oktober 1984, terjadi peristiwa ledakan bom di BCA, Jalan Pecenongan, Jakarta Barat. Diketahui pelakunya adalah Muhammad Jayadi, anggota Gerakan Pemuda Ka'bah (anak organisasi Partai Persatuan Pembangunan) lantaran protes terhadap peristiwa Tanjungpriok 1983. Jayadi yang tidak
56

Lihat Majalah Ummat no.12 Tahun II 12 Rajab 1417 H/9Desember 1996 M

dikenal sebagai anggota Gerakan Pemuda Ka'bah kemudian dijatuhi hukuman penjara 15 tahun setelah mengaku menjadi pelaku peledakan. Saat bersamaan, juga terjadi ledakan di BCA dan Kompleks Pertokoan Glodok, Jakarta dengan pelaku Chairul Yunus alias Melta Halim, Tasrif Tuasikal, Hasnul Arifin yang juga merupakan anggota Gerakan Pemuda Ka'bah. Mereka dijatuhi hukuman penjara dan dipecat dari keanggotaan Gerakan Pemuda Ka'bah. Selain itu, ledakan juga terjadi di BCA Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat dengan pelaku Edi Ramli, juga anggota Gerakan Pemuda Ka'bah. Siapa dalang pemboman, sebenarnya masih misterius, tapi Edi dijatuhi hukuman penjara. Rentetan kasus peledakan beberapa kantor BCA itu menyeret tokoh-tokoh Petisi 50, seperti H.M. Sanusi, A.M. Fatwa (keduanya dipenjara, saksi-saksi mengaku disiksa), dan H.R. Dharsono. Setelah BCA menjadi sasaran pada 24 Desember 1984, terjadi ledakan bom di Gedung Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), Jalan Margono, Malang, Jawa Timur. Namun tidak diketahui siapa pelakunya. Pada 20 Januari 1985, Candi Borobudur di Jawa Tengah tak luput dari sasaran ledakan bom. Pelakunya adalah seorang mubalig, Husein Ali Alhabsy yang juga dilatar-belakangi motif protes terhadap peristiwa Tanjungpriok 1983. Husein menolak tuduhan atas keterlibatannya dalam peledakan Borobudur dan menuding Mohammad Jawad, yang tidak tertangkap, sebagai dalangnya. Pada awalnya, Husein mendapat ganjaran penjara seumur hidup. Tapi kemudian mendapatkan grasi dari pemerintahan Habibie pada 23 Maret 1999. Pada 16 Maret 1985, ledakan bom terjadi di Bus Pemudi Ekspress di Banyuwangi, Jawa Timur. Pelakunya adalah Abdulkadir Alhasby, anggota majelis taklim. Kasus ini juga dikaitkan dengan peledakan Candi Borobudur yang juga memprotes peristiwa Tanjungpriok 1983. Bahan peledak yang digunakan adalah TNT batangan PE 808/tipe Dahana. Kemudian terjadi rentetan bom natal di tahun 2000 hingga terjadi peristiwa Bom Bali 12 Oktober 2002. Dari pengakuan para tersangka tindak pidana terorisme Bom Bali 12

Oktober 200257, jelas terlihat sebuah ekspresi emosi keagamaan. Ali Gufron, salah seorang tersangka teror Bom Bali, bahkan menyatakan sikapnya dengan tegas dan sederhana: ... membalas kezaliman dan kesewenangan AS dan sekutunya terhadap kaum Muslim dengan maksud agar mereka menghentikan kezalimannya.58 Ada suatu nilai yang bekerja dan mendikte jalan pikiran mereka. Ali Ghufron misalnya, menyatakan bahwa pemboman itu adalah aksi pengabdian kepada Tuhan. Maka Ali Ghufron, Imam Samudra, Amrozi, dan kelompoknya merasakan suatu delusion of grandeur, perasaan mempunyai atau mewakili atau mendapatkan titah dan menjadi bagian dari unsur kebesaran yang berkeyakin-an dirinya mengemban misi khusus dari Tuhan. 59 Kaum teroris senantiasa merasa diri sebagai pejuang Tuhan yang terpanggil untuk bertindak atas nama Tuhan dan agama, menjadi tangan Tuhan di muka bumi untuk merealisasikan kemurkaanNya dalam sebentuk resistensi, pemboman 60. Akibat dari interpretasi dan ekspresi emosi keagamaan yang delusif ini, maka tragedi pun terjadi dan sejumlah besar spekulasi pun muncul di tengah-tengah publik. Tragedi serangkaian serangan bom kaum teroris di Bali, Makassar, Jakarta dan lain tempat di Indonesia telah memunculkan serangkaian spekulasi dari yang apologis hingga yang apriori. 61 Spekulasi pertama adalah tentang siapa pelaku serangan teror yang sangat terencana dan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan teknikal yang canggih. Pelakunya diidentifikasi secara arbitrer sebagai anti-AS, anti-Israel, antidemokrasi, anti kekuatan ekonomi kapitalis, dan militer global. Spekulasi kedua adalah tentang motif kaum teroris dalam melakukan tindakan penghancuran berlebihan terhadap tempattempat di mana kekuatan ekonomi, politik, dan militer AS berada. Spekulasi ketiga adalah tentang sasaran-sasaran apa lagi yang akan dituju terhadap AS dan Israel. Pelakunya secara allegedly
57

Misalnya, pengakuan Imam Samudra, Memerangi AS dan sekutunya adalahperintah Allah dan RasulNya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Lihat, Tabel Motif& Tujuan Peledakan Bom Bali 12 Oktober 2002, Dokumen Polri, 2003, hlm. 1-3.

58 59

Ibid., hlm. 4. Lihat Nova Riyanti Yusuf, Delusion of grandeur, Gatra , 18 Oktober 2003, hlm. 37. 60 Bagi Imam Samudra, membom adalah melaksanakan perintah Allah dalam Quransurah An-Nisaa ayat 74-76. Lihat Tabel Motif & Tujuan Peledakan Bom Bali 12 Oktober 2002.Dokumen Polri, op.cit. , 2003, hlm. 3. 61 Lihat Kompas, Media Indonesia, Republika, Rakyat Merdeka, Pos Kota,28 Desember 2000.

diidentifikasikan sebagai kaum funda-mentalis Islam yang saat ini menjadi musuh bebuyutan AS, Osama bin Laden yang saat ini bersembunyi di Afghanistan.62 Kalaupun bukan Osama, masyarakat dunia berasumsi bahwa pelakunya adalah orang-orang lain dari kalangan fundamentalis Islam yang memiliki hubungan doktrinal dengan jaringan Al Qaedah. Sebenarnya, kaum teroris bukanlah kelompok baru dalam dunia pergerakan radikal dan fundamentalis Indonesia. Kaum teroris adalah gabungan dari inti ajaran fundamentalis dan radikal yang bertemu dalam satu titik perencanaan perang melawan kezaliman. Di Indonesia, kelompok teroris ini berjumlah kecil: (1) Jamaah Islamiyyah, dan (2) Darul Islam (terbatas pada faksi tertentu). Perpecahan Darul Islam Setelah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Proklamator Negara Islam Indonesia wafat, mulailah terjadi perbedaan pandangan dan perpecahan dalam gerakan Darul Islam. Perpecahan gerakan Darul Islam saat itu sudah mencapai 38 faksi. Sistem faksionalisme yang ada dalam gerakan ini sangat mempengaruhi perkembangan gerakan ini sejak tahun 1962. Sekitar tahun 1978-1979, Darul Islam pecah ke dalam dua kubu. Pertama, kubu Jamaah Fillah, diketuai oleh Djadja Sujadi. Kedua, Jamaah Sabilillah, dipimpin oleh Adah Djailani Tirtapradja. Kedua tokoh ini merupakan petinggi militer TII, sebagai Anggota Komandemen Tertinggi (AKT) yang diangkat langsung oleh Kartosoewirjo. Karena "tidak boleh ada dua Imam", Djadja Sujadi dibunuh oleh Adah Djaelani. Adah Djaelani dimasukkan ke penjara pada tahun 1980 dan perpecahan dalam Jamaah Sabilillah tak dapat dicegah. Darul Islam terburai menjadi beberapa kelompok dengan ketuanya masing-masing. Celakanya, pimpinan kelompok yang satu dengan lainnya saling membatalkan dan saling tidak mengakuinya. Sejak itu, sesungguhnya sendi-sendi moral perjuangan Darul Islam sudah terpuruk dan meringkuk. Kesatuan perjuangannya tidak lagi mengental, tetapi buyar bersama ambisi pribadi-pribadi. Karena itu, apa yang dikenal rakyat Indonesia tentang Darul Islam di kemudian hari, sesungguhnya ialah Darul Islam produk dari manusia-manusia
62

Osama bin Laden pada bulan Februari 1998 pernah mengeluarkan fatwa untukmelawan kaum Yahudi dan Nasrani dan menjadi tokoh panutan lagi hampir semua tersangkateroris. Lihat Osama Bin Laden: Teroris atau Mujahid , Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm.52-56.

yang kurang berkualitas. Darul Islam masa kini ialah Darul Islam produk sempalan-sempalan NII yang senantiasa mengklaim dirinya sebagai "pewaris tunggal" penerus Kartosoewirjo. Perpecahan yang terjadi dalam tubuh Darul Islam merupakan konsekuensi dari adanya persatuan atau intergrasi parsial antara kelompok-kelompok faksi. Integrasi dan perpecahan itu terlihat dari beberapa peristiwa atau kasus, seperti: (1) Peristiwa Komji (Komando Jihad), (2) Misi Islam, (3) Syuro Mahoni, (4) Sabilillah II, (5) Gerakan Usroh; (6) Syuro Lampung, (7) Jamaah Islamiyah, (8) Khalifatul Muslimin, (9) Syuro Cisarua, (10) KW9, (11) Resolusi ke Adah, dan (12) Jamaah Asharullah. 1. Syuro Mahoni Pada tahun 1974. Beberapa tokoh DI memprakarsai suatu pertemuan untuk melanjutkan perjuangan mewujudkan negara Islam. Pertemuan ini mempertemukan Daud Beureu'eh, Ali AT, Gaos Taufik, dan Adah Djailani. Dalam pertemuan ini, membuahkan beberapa keputusan antara lain, pertama, mengangkat Daud Beureu'eh sebagai imam, kedua, mengobarkan kembali Jihad fi Sabilillah, ketiga, menuntut pencabutan perintah fillah, keempat, menyusun pemerintahan baru NII, kelima, mengangkat Ali di sebagai Menteri Luar Negeri, Adah Djailani sebagai Menteri Dalam Negeri, dan Gaos Taufik sebagai Koordinator Militer. Setelah pertemuan ini, memunculkan Peristiwa Komji (Komando Jihad). Bagan 1 Integrasi

Bagan 1 di atas menggambarkan bahwa perpecahan Darul Islam dimulai sejak tahun 1962. Darul Islam memjadi dua kubu; Fillah dan Sabilillilah. Dari kelompok Sabillilah pada tahun 1974 mengadakan pertemuan yang dinamakan Syuro Mahoni, sehingga menghasilkan beberapa keputusan yang memicu terjadinya peristiwa Komando Jihad (Komji) antara lain kekerasan-kekerasan yang dilakukan anggota Darul Islam. 2. Peristiwa Komji (Komando Jihad) Peristiwa ini melibatkan hampir semua faksi DI, kecuali Danu Muhammad Hasan masih berada dalam tahanan. Setelah adanya pertemuan Syuro Mahoni yang menghasilkan keputusan tentang mengobarkan kembali Jihad fi Sabilillah, maka faksi-faksi DI membentuk Komando Jihad. Jihad yang dikumandangkan berkaitan juga dengan keputusan Syuro Mahoni lainnya yakni penyusunan pemerintahan baru NII dengan kata lain anti pemerintah RI maka gerakan Komji ini diduga mempunyai kaitan sebagai pelaku Peristiwa Pemboman Gereja Santa, kasus pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana bagan 2 di bawah ini menggambarkan pada waktu itu Pemerintah RI masih dikuasai Orde Baru yang cenderung anti

gerakan Islam melakukan operasi besar-besaran untuk menumpas gerakan ini antara tahun 1971 hingga 1980. Operasi penumpasan tersebut dinamakan operasi Sapu Jagat yang menghasilkan hampir seluruh pimpinan faksi-faksi DI ditahan oleh Pemerintah RI. Bagan 2 Disintegrasi

3. Misi Islam Misi Islam muncul sebagai sebuah gerakan orang-orang DI dalam merambah jalan baru dakwah. Misi Islam mencoba memulai menyusun kembali puing-puing semangat dakwah dalam tekanan penguasa Orde Baru yang begitu ketat memantau aktivitas orangorang DI. Oleh karena itu, Misi Islam dibentuk tidak berhaluan politik kekerasan, tetapi berhaluan perjuangan melalui sistem pendidikan terbuka. Gagasan gerakan ini diprakarsai oleh Abdullah Hanafi yang berasal dari Fraksi Aceng Kurnia. Abdullah Hanafi berlatar belakang pendidikan pesantren yang pernah ditempuhnya semasa di Madura. Gerakan Misi Islam ini menyelenggarakan pendidikan pesantren gratis bagi kalangan bawah dan para pedagang kecil. Pendidikan pesantren gratis ini masih tetap terselenggara hingga kini.

Berdasarkan bagan 4 di bawah ini gerakan Misi Islam digambarkan bahwa seorang ahli nahwu sharaf dalam berdakwah tidak menggunakan pakaian muslim seperti biasanya, namun dengan menggunakan celana jeans Ustadz Yusuf seorang ulama dari kalangan DI memberikan pelajaran-pelajaran agama kepada jamaah DI. Selain Gerakan Misi Islam juga menggaungkan tentang negara Islam sehingga Bapak Irsyad dan Ustadz Abdul Qadir Baradja di tangkap penguasa Orde Baru. Bagan 4 Disintegrasi

4. Sabilillah II

5. Gerakan Usroh Helmy Danu Muhammad Hasan, anak dari Danu Muhammad Hasan melanjutkan pendidikan ke Mesir. Di Mesir, Helmy mengadopsi gerakan Ikhwanul Muslimin yang menjadi tren di sana ke Indonesia. Di Indonesia gerakan ini dapat diterima dan berkembang sangat pesat di kalangan pelajar menengah umum. Oleh kalangan umum gerakan disebut dengan nama Gerakan Usroh. Gerakan ini melakukan dakwah melalui pengajian di masjid-masjid kecil. Tidak terlalu lama, gerakan ini berganti nama dengan istilah Gerakan Tarbiyah. Kini, gerakan ini telah berkembang menjadi partai politik, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bagan 5

Disintegrasi

Terbentuknya PKS sebagaimana yang digambarkan dalam bagan 5, pada awalnya adalah gerakan Usroh yang dilakukan oleh Helmy Danu Mohammad Hasan, dengan mengadopsi gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Sementara dari faksi-faksi DI membentuk juga gerakan Usroh, antara faksi Aceng Kurnia dengan faksi Ismail Pranoto. 6. Syuro Lampung Bagan 6 Integrasi

7. Jamaah Islamiyah Muncul perpecahan baru di tubuh Darul Islam. Perpecahan itu terjadi di faksi Ajengan Masduki. Pada awalnya Abdullah Sungkar berselisih paham dengan Ajengan Masduki, sehingga Abdulah Sungkar bersama beberapa anggota lainnya membentuk Jamaah Islamiyyah yang didirikan pada tahun 1991. Bagan 7

Disintegrasi

8. Khalifatul Muslimin Pendirian Khalifatul Muslimin diprakarsai oleh Abdul Qadir Baraja, dari Faksi Haji Ismail Pranoto (Hispran). Gagasan ini muncul mengingat kekosongan kekhalifahan kaum Muslimin sejak berakhirnya kekhalifahan terakhir di Turki beberapa waktu silam. Bagan 8 Disintegrasi

9. Syuro Cisarua Pertemuan beberapa tokoh DI dari Fraksi Tahmid, Ajengan Masduki, Gaos Taufik, Dodo, dan Adah Djailani dalam pertemuan yang dikenal dengan nama Syuro Cisarua tahun pada tahun 1998 menghasilkan kesepakatan untuk kembali kepada keputusan Syuro 1979. Adah Djailani terpilih sebagai imam dalam pertemuan itu, sedangkan Tahmid selaku Kepala Staf Umum. Bagan 9 Integrasi

10. KW-IX Tahun 1990-an, terjadi lagi perselisihan paham dalam tubuh Darul Islam. Ketika itu, Adah Jaelani melimpahkan kekuasaannya kepada Abu Toto atau Toto Salam. Menurut beberapa sumber, Toto Salam tidak pernah terdaftar sebagai anggota DI, tetapi selalu memakai nama NII. Dengan segala kemampuannya, ia melanjutkan pewarisan kepemimpinan Darul Islam yang membawahi jamaah sekitar 50.000 orang. Di bawah pengaruhnya, Abu Toto mendirikan Al-Zaytun, sebuah mega proyek Pondok Pesantren, di Desa Mekar Jaya, Haurgeulis, Indramayu, Jawa

Barat. Mega proyek yang menempati "ribuan" hektare tanah ini, membuat iri beberapa tokoh Darul Islam lainnya. Bagan 10 Disintegrasi

11. Resolusi ke Adah Pada tahun 1996, Tahmid, dibantu oleh Mia, Engkin, dan Darmi membentuk komisi dalam rangka protes atas adanya persoalan penyimpangan yang telah dilakukan oleh Fraksi Abu Toto. Mereka menyampaikan resolusi kepada Adah Djailani, karena Adah telah melimpahkan kekuasaannya kepada Abu Toto atau Toto Salam membentuk KW-IX. Adah Djailani menolak resolusi itu. Sebaliknya, bahkan Adah memecat Tahmid dari jabatan KSU. Selanjutnya jabatan KSU diserahkan kepada Abu Toto. Bagan 11 Disintegrasi

12. Jamaah Asharullah Jamaah Ansharullah ada kaitannya dengan Jamaah Islamiyyah. Berasal dari Fraksi Abdullah Sungkar, dari garis Haji Iskandar Pranoto (Hispran). Bagan 12

Disintegrasi

Faksi-Faksi Darul Islam


1. Abdul Fatah Wirananggapati Faksi ini bernama faksi Abdul Fatah Wirananggapati, dengannama lainnya adalah Faksi Konstitusi. Faksi yang pada awalnyadipimpin oleh seorang tokoh tua yang bernama Abdul FatahWirananggapati. Faksi yang berlokasi di daerah kota Bandung, ibukotaprovinsi Jawa Barat ini mempunyai lambang bendera Merah Putih ber-Bulan Bintang. Sejarah perkembangannya. Abdul Fatah Wirananggapati dalahSeorang santri yang ingin jadi tentara. Pemegang amanah KUKT dariSM. Kartosoewirjo, sejak tahun 1949 hingga sekarang. Abdul FatahWirananggapati, menyiratkan seorang tokoh Darul Islam tulen. Sebagaiseorang Darul Islam ia mengatakan bahwa hingga kini dirinya belumpernah menyerah. Pria kelahiran Kuningan 1923 ini, kendati telahberusia lanjut, kata-katanya menyiratkan semangat Darul Islam yangtak pernah lelah, apalagi kalah. Semangatnya dibangun di atas kakinyayang tetap tegak, menyangga seonggok tubuhnya yang tinggiramping, gambaran seorang tokoh yang lebih mementingkan isi kepaladibanding isi perutnya. Oleh sebab itu,

ringan tubuhnya masih terlihatdari cara kakinya melangkah dengan cepat, secepat kata-katanya bilaberbicara. Cita-citanya untuk menjadi tentara terkabul ketika santri inibertemu SM Kartosoewirjo di hutan Loyang, Jatibarang, Jawa Barat,tahun 1951. Saat itu, Kartosoewirjo tengah menggalang kekuatan,menyusun barisan untuk meneguhkan berdirinya NII yang belum lamaia proklamirkan. Imam besar Darul Islam itu menjadikanWirananggapati sebagai seorang Tll berpangkat kolonel. Suatu pangkatyang tak mudah diperoleh, bahkan bagi orang-orang dekatKartosoewirjo sekalipun. Inilah yang membuat iri hati tokoh DI lainnya,seperti Adah Djaelani dan Haji Abidin atau Ajengan Masduki. AdahDjaelani merupakan seorang pejabat Anggota Komandement Tertinggi(AKT) dan termasuk salah seorang saksi sejarah ketika Kartosoewirjomemproklamasikan berdirinya NII di negeri ini. Kepada Abdul FatahWirananggapati, sang Imam tak cuma memberi pangkat kolonel.Kartosoewirjo malah mengangkatnya menjadi pejabat KUKT (KuasaUsaha Komandement Tertinggi), suatu jabatan yang setara dengan AKT(Anggota Komandemen Tertinggi) atau KSU (Kepala Staf Umum) yangkelak pada situasi tertentu bisa mewakili atau malah menggantikankedudukan Kartosoewirjo sebagai imam NII.Sumber pengaadaan dana diperoleh melalui infaq, shadaqah,dan zakat.Faksi ini bertujuan: a. Berjuang menegakkan negara Islam Indonesia. b. Mempertahakan berdirinya Negara Islam Indonesia yang sudahdiproklamasikan oleh SM Kartosoewirjo. c. Memperluas jangkauan dakwah ke seluruh Indonesia dan kepadaorang-orang Indonesia yang berada di luar negeri. d. Melakukan diplomasi ke berbagai kalangan pergerakan di luarnegeri. e. Mempersiapkan warga negara supaya cocok menjadi warga NegaraIslam Indonesia (perbaikan tingkah-laku personal). f. Membuka sebanyak mungkin lokasi-lokasi yang dikuasai oleh warganegara NII. Kepemimpinan faksi ini sejak Abdul Fatah Wirananggapati (1968 1998) masih belum diketahui. Dan tidak berafiliasi dengan kelompokmana pun. Wilayah operasi, tokoh tua yang bernama Abdul FatahWirananggapati ini, juga punya pengikut yang cukup banyak dantersebar di berbagai daerah. Wirananggapati bukan hanya seorangtokoh tua, dialah pembuka simpul tersebarnya Darul

Islam hingga ketanah rencong, Aceh, pada masa Kartosoewirjo masih ada. 2. Abdul Jabbar Darul Islam Abdul Jabbars Faksi. (Darul Islam, Faksi Abdul Jabbar). Faksi ini membentuk TII (Tentara Islam Indonesia) dan LaskarMujahidin dengan memiliki lambang Bendera Merah Putih BerbulanBintang. Lokasi berdiri di Maluku, Ambon. Faksi Abdul Jabbar memilikitujuan untuk menegakkan kembali NII di Indonesia dengan cara-cara jihad/violence dan mengembalikan kedaulatan NII di setiap wilayahoperasi.Faksi Abdul Jabbar beroperasi di Maluku dan Ternate. Faksi ini berdiri sejak konflik di Maluku pada tahun 1999. Pada tahun 2000,melakukan perluasan wilayah operasi sampai ke Ternate. Faksi iniberasal dari Banten. Anggotanya banyak berasal dari daerah JawaBarat/Sunda. Terakhir, diperkirakan sebanyak 150 orang mujahidin dariMaluku dan Ternate (rata-rata orang Ambon) bergabung dengan faksiini.Faksi Abdul Jabbar berafiliasi dengan kelompok-kelompok antaralain, DDII, Mer-C, MMI, Muhammadiyah (wilayah Ambon), NahdlatulUlama (wilayah Ambon dan Ternate). Faksi ini berafiliasi juga denganpartai politik besar, seperti PBB, PKS, PKB, PDI-P, dan Partai Golkar.Faksi ini eksis selama 5 tahun terutama ketika konflik Malukuterjadi. Namun pada tahun 2004, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis Abdul Jabar bin Ahmad Kandai 20 tahunpenjara. Abdul Jabar telah terbukti bersalah, melakukan tindak pidanasecara bersama-sama dengan Faturrahman Al-Ghozi dan Edi Setiono alias Usman, meledakkan bom di rumah Duta Besar Filipina di Jakarta. 63 Selain itu, Abdul Jabar dinyatakan terbukti bersalah turut sertamelakukan aksi pengeboman di sejumlah Gereja di Jakarta, yaituGereja Anglikan Menteng Jakarta Pusat dan Oikumene di Jalan AngkasaHalim Perdana Kusumah, Jakarta Timur.Dalam putusannya majelis hakim mengatakan peledakkan bompada 1 Agustus itu telah menewaskan dua orang dan menghancurkanmobil duta besar serta gedung-gudung disekitarnya termasuk gedungKomisi Pemilihan Umum dan rumah Dubes Bulgaria.Atas perbuatannya itu, Abdul Jabar menerima bayaran Rp 300ribu sebelum peledakkan dan Rp
63

Tempo , 20 Mei 2004.38

500 ribu setelahnya, dari Usman. Terdakwa pada 24 Desember 2000 kembali terlibat dalam aksipeledakkan bom malam Natal di dua gereja dan menerima bayaran Rp300 ribu.Berikut adalah kronologi kasus pemboman yang melibatkanAbdul Jabar bin Ahmad Kandai.Kasus-kasus pemboman yang melibatkan Abdul Jabar adalahperistiwa ledakan bom yang terjadi pada 1 Agustus 2000, denganindikasi bahwa Bom ditaruh di dalam mobil jenis Carry berwarna merahmeledak di tengah hari bolong. Peristiwa tersebut menimbulkanbeberapa korban. Selanjutnya selang 4 bulan kemudian pada 24Desember 2000, peristiwa ledakan bom di Gereja Anglikan Menteng, Jakarta Pusat, dan Oikumene di Jalan Angkasa, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.Kasus-kasus tersebut diselidiki polisi yang menduga bahwaAbdul Jabbar telah terlibat didalamnya hingga pada 23 Januari 2003,Abdul Jabar, tersangka pelaku peledakan rumah Duta Besar Filipina,menyerahkan diri ke Markas Polda Nusa Tenggara Barat. Menurut WakilDivisi Humas Polda Metro Jaya Brigjen Polisi Edward Aritonang, Jabaryang masuk dalam daftar pencarian orang Polda Metro Jayamenyerahkan diri dengan diantar saudaranya, Sahrul. Jabar jugamenjadi tersangka peledakan bom malam Natal 2000. Jabar dijemputdibawa ke Jakarta.Proses berikutnya adalah pemeriksaan dilakukan terhadap Jabar yang mulai dilakukan pada 27 Januari 2003 di Polda Metro Jaya.Menurut Juru Bicara Polda Metro Jaya Kombes Polisi Prasetyo, dalampemeriksaan, Jabar mengakui terlibat peledakan bom di rumah DutaBesar Filipina keterangan tersebut dinyatakan Jabar pada 30 Januari 2003. Setelah proses pemeriksaan, dilakukan proses persidanganperkara Abdul Jabbar yang dimulai pada 23 Juni 2003, di PengadilanNegeri Jakarta Pusat. Proses pengadilan berikutnya dilaksanakan pada1 September 2003 yang mendatangkan Amrozi, terdakwa kasus bom Bali, sebagai saksi dalam kasus Abdul Jabar. Dalam kesaksiannyaAmrozi mengatakan peledakan di depan rumah duta besar Filipinamelibatkan Hambali dan Fathur Rohman al-Ghozi.Selang 16 hari kemudian, 17 September 2003, Jaksa PenuntutUmum menuntut Abdul Jabar agar diberikan hukuman seumur hidup. Namun pada- 29 September 2003, Tim pembela Abdul Jabarmengajukan pembelaan atas tuntutan seumur hidup, denganmenyatakan, kliennya hanya sebagai pembantu dan bukan pelakuutama peledakan. Keputusan

akhir dari pengadilan yang dilaksanakanpada 13 Oktober 2003, Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusatmenjatuhkan vonis 20 tahun penjara terhadap Abdul Jabar.Faksi Abdul Jabbar memiliki wilayah operasi di Kepulauan Maluku, Ternate, dan Seram, untuk biaya operasional mengambil dari sumberpengadaan dana antara lain berasal dari infaq, shadaqah, fai, zakat,dan shadaqah khos. Faksi Abdul Jabbar mendapat dukungan luarberasal dari MILF (Filipina), Qaidatul Jihad (former JI), dan Al Qaeda.Secara faktual, faksi Abdul Jabbar memiliki kemampuan militeryang terlatih. Pelatihan-pelatihan yang dilaksnakan oleh faksi Abdul Jabbar antara lain, pelatihan militer umum, pelatihan merakit danmembongkar senjata ringan, pelatihan membuat bom, pelatihan jurnalistik, dan pelatihan kader dakwah. Faksi ini mempunyai 12instruktur militer dengan pangkat perwira menengah64dan pasukanlaskar mujahidin berkisar 2.000 orang.Faksi ini memakai dua strategi selain berdakwah, mereka jugaberjihad. Hal itu dapat dilihat dalam mempraktekkan strategi ini, dimana mereka berusaha menguasai daerah-daerah di mana Muslimminoritas, mengembangkan dakwah di daerah-daerah konflik,menjadikan wilayah konflik sebagai daerah jihad. Taktik yang digunakan pun beragam antara lain, sabotase, pencurian, penculikan,penyanderaan, dan pencurian dengan kekerasanFaksi yang berideologi Islam aliran ahlussunnah wal jamaah inisangat anti dengan Syiah, khususnya Syiah Imamiyah. Faksi yangmempunyai komunitas pendukung dari kalangan pedagang (sekitar50%), mahasiswa, birokrat sipil, birokrat kepolisian, pemuda danpengangguran ini terkadang menyebut diri sebagai Salafi atau gerakanSalafussholeh yang pahamnya dekat ke wahhabism. .Kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh faksi Abdul Jabbar adalah memberikan pendidikan kader dakwah se-Maluku (2007) danpendidikan latihan militer tahunan di Maluku (2006). 3. Abdul Qadir Baraja Faksi ini didirikan oleh Abdul Qadir Baraja, alias Khilafatul Muslimindan Faksi Lampung yang berlokasi di Lampung. Faksi ini
64

Wawancara dengan Usep Fathoni, Cibinong, 16 Maret 2006.

didirikanmemiliki tujuan menegakkan Khilafah Islamiyyah di seluruh dunia, bermula dari Indonesia. Abdul Qadir Hasan Baraja lahir pada tanggal10 Agustus 1944 di Taliwang, Sumbawa. Pendiri Darul Islam diLampung pada tahun 1970, pendiri Pondok Pesantren Ngruki. AbdulQadir Hasan Baraja telah mengalami 2 kali penahanan, pertama pada Januari 1979 berhubungan dengan Teror Warman, ditahan selama 3tahun. Kemudian ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun,berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur padaawal tahun 1985. Abdul Qadir Hasan Baraja mendirikan KhilafatulMuslimin, sebuah organisasi yang bertujuan untuk melanjutkankekhalifahan Islam pada tahun 1997. Ia ikut ambil bagian dalammendirikan Majelis Mujahidin Indonesia pada bulan Agustus 2000,tetapi tidak aktif menjadi anggota MMI (Majelis Mujahidin Indonesia).Sejarah perkembangan: Tahun 1979 setelah kasus Komji terlibatdengan Habib Husein, Abdul Qodir terlibat dalam peledakan CandiBorobudur, sehinga ditahan sampai masa Reformasi. Dalam penjaraitulah ia menyatakan telah menerima baiat (sumpah setia) darisaudara Irfan dan Jaka untuk menjadi Khalifah. Dalam literatur dalilIslam Abdul Qodir berpendapat tidak ada rumusan yang qothie (paripurna) untuk mengangkat Khalifah, sehingga walau dengan 2orang saja sudah cukup, maka sosialisasi Khalifah mulaidikumandangkan termasuk dalam pertemuan MMI tahun 2000 hinggasekarang.Wilayah operasional Faksi Abdul Qadir Baradja adalah Jakarta,Lampung, NTB, Jawa Tengah, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi,Sukabumi, Purwakarta, Cirebon, Yogyakarta, Semarang, Solo,Surakarta, Madura, Banjarmasin, Samarinda, dan Balikpapan.Sementara sumber pengadaan dana faksi ini adalah infaq, shadaqah,dan amal jamai. Faksi ini mendapat dukungan luar ummat yang ada diAmerika Serikat, 65 Kanada, Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam,Arab Saudi, Bahrain, Mesir, Hongkong/Shenzen, Filipina, Jerman,Inggris, dan Perancis.Kemampuan militer diperhitungkan mencapai angka 1 resimen.Kamp latihan berlokasi Gudang Angin, Lampung. Strategi yangdilakukan oleh faksi ini dipakai adalah syariah tanzhim (gerakandakwah terbuka).
65

Interview dengan Ustadz Abdul Qadir Baraja, Bandar Lampung, December 2005.

Sementara taktik yang digunakan adalah askariahbertahan dan sosialisasi dakwah. Pelatihan-pelatihan yang seringdilakukan di daerah konflik dan gunung-gunung. Sementara menjadisasaran dari pelatihan adalah training kekhalifahan di setiapkecamatan (subdistrict), perekrutan massa di setiap propinsi, danpendataan kekuatan RI dari aspek militer.Faksi Abdul Qadir Baradja menganut ideologi, Islam, Suni,fundamentalis, anti-teroris dan berafiliasi dengan partai politik, tidakpunya hubungan kerjasama dengan partai politik. Komunitas pendukung faksi ini mempunyai 300.000 anggota di seluruh Indonesiadan sekitarnya, basis pesantren, petani, buruh, dan mahasiswa.Sementara tanggapan negara RI terhadap faksi ini belumdianggap berbahaya karena dalam pendekatan politik lebihakomodatif. Sering juga berhubungan dengan aparat keamanan, polisi,dalam hampir setiap acara dakwah sosialisasinya.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini adalahgerakan Komando Jihad (1976), Teror Warman (1978), Kasus Peledakan Candi Borobudur, Jawa Tengah (1985), dan Kasus Talangsari, Lampung(1989).Kegiatan yang hingga sekarang dilakukan adalah hanyapembinaan rutin di setiap sekretariat wilayah, ummul quro (district dansub district ) serta di tingkat pengurus Masul Ummah danSosialisasi kekhalifahan di berbagai tempat, hampir setiap minggu.Kegiatan-kegiatan yang direncanakan faksi ini adalah mewujudkankembali cita-cita NII sampai terwujud kekhalifahan, Seminar Khilafah disetiap propinsi dan kota-kota besar, dan lain-lain. Anggaran pertahun untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan faksiini tidak ada catatan resmi; namun diperkirakan berkisar 500 juta. 4. Abdullah Said Faksi ini sering disebut faksi Abdullah Said, atau FaksiHidayatullah. Yang berlokasi di dalam negara Indonesia, serta memilikilambang bendera Merah Putih berbulan bintang. Faksi ini memilikitujuan, mempersiapkan kader Islam secara terbuka sebagai persiapanmenyogsong izul islam wal muslim dibumi Indonesia sebagai realisasiagenda NII no 1, mempersiapkan umat islam akan kesadaran bernegara. Sementara kepemimpinan, dipegang oleh Abdulah Said, dibantu Manan, dan kawan-kawan. Faksi ini tidak

berfiliasi dengan kelompok lainnya dikarenakan karena peran faksi ini cenderung sebagai lembaga pendidikan formil dan netral. Pada tahun 1972 sebelum kasus Komji, Abdulah Said berguru kepada Jaja Sujadi dan Aceng Kurnia selama 4 tahun setelah selesaikembali ke Sulawesi, dan mulai membangun basis pendidikan yanglebih baik dibanding sistym pendidikan tradisional. Selama kurunwaktu 30 tahun hidayatulah telah tersebar diseluruh propinsi diIndonesia.Pada 24 Desember 2002, ideolog JI, Abdul Wahid Kadungga, seorang tokoh anggota faksi ini ditangkap Kepolisian Resor Balikpapan.Dirinya ditangkap di Bandara Temindung, Balikpapan, Kalimantan Timur, setelah turun pesawat Merpati dari Tarakan. Kadungga adalah menantu pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia SulawesiSelatan Kahar Muzakkar. Ia keluar dari Indonesia sekitar akhir 1960 dan belajar di Koln, Jerman. Ia ikut mendirikan dan menjadi ketua umum pertama Persatuan Pemuda Muslim SeEropa (PPME), pada1971.66 Wilayah operasional dari faksi Abdullah Said meliputi seluruh Indonesia. Sementara Sumber pengadaan dana berasal dari infaq, shadaqah, zakat, dan amal jamai. Dukungan dari luar faksi adalah bantuan pemerintah RI, Depag RI, dan negara-negara Timur Tengahmelalui Depag RI.Karena sifatnya pendidikan dan anti-kekerasan (non-violence), kemampuan sumber daya manusia hanya mencapai 20. 000 orang dantidak pelatihan militer. Strategi yang dipakai, izharul tarbiyahsementara taktik yang digunakan adalah persuasif. Pelatihan-pelatihanyang dilakukan adalah pendidikan dan pelatihan kepemimpinandengan sasaransasaran: menyiapkan basis massa Islam di wilayah Rimana kala izharul islam wal muslimin. Faksi ini berideologikan Islam sunny tradisional. Faksi ini tidakberafiliasi dengan partai politik atau non partisan hal ini dikarenakankebijakan pemimpin. Faksi mendapat komunitas pendukung darikalangan Islam tradisional, nelayan, dan petani. Tanggapan negara RI terhadap faksi ini dianggap nonviolence tidak membahayakan kepentingan RI. Faksi ini tidak pernah terlibatdengan peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi di negara ini.Kegiatan atau aktivitas terakhir yang terlihat
66

Tempo, 19 April 2004.

adalah pengembangandaerah daerah berbasis minus pendidikan Islam. Faksi ini memilikikegiatan yang direncanakan yakni pengembangan sistem pendidikanmodern islam di basis komunitas islam dan daerah minus. Sementaramenurut catatan yang didapat anggaran pertahun faksi inidiperkirakan mencapai 10 miliar/tahun. 5. Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar Setelah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo Proklamator NegaraIslam Indonesia meninggal, jabatan imam NII dipegang oleh KaharMuzakkar sampai tahun 1965. Kemudian dilanjutkan TeungkuMuhammad Daud Beureueh hingga tahun 1980. Akan tetapi, setelahpara tokoh utama meninggal dunia dan pimpinan beralih ke angkatanberikutnya, mulailah terjadi perselisihan pendapat dan paham tentangsiapakah yang berhak dan pantas melanjutkan tugas sebagaipemimpin Negara Islam Indonesia, DI-TII. Sekitar tahun 1978-1979,Darul Islam pecah ke dalam dua kubu. Pertama , kubu Jamaah Fillah,diketuai oleh Djadja Sujadi. Kedua , Jamaah Sabilillah, dipimpin olehAdah Djaelani Tirtapradja. Kedua tokoh ini merupakan petinggi militer TII, sebagai Anggota Komandemen Tertinggi (AKT) yang diangkatlangsung oleh Kartosoewirjo. Karena "tidak boleh ada dua Imam",Djadja Sujadi dibunuh oleh Adah Djaelani. Adah Djaelani dimasukkanke penjara pada tahun 1980 dan perpecahan dalam Jamaah Sabilillah tak dapat dicegah. Darul Islam terpecah menjadi beberapa faksi 67 dengan ketuanya masing-masing. Konflik kepemimpinan dalam tubuhDI demikian dahsyat, pimpinan kelompok yang satu dengan lainnyasaling membatalkan dan saling tidak mengakuinya.Di antara perpecahan itu, ada satu kelompok yang dipimpin olehAbdullah
67

Faksi yang diambil dari bahasa Belanda, factie dan awalnya dari bahasa Latin, artinya adalah"bahagian". Yang dimaksud terutama adalah sebuah bagian atau kelompok politik entah didalam parlemen atau di luar parlemen. Pengertian politik dari faksi di parlemen berbeda denganfraksi politik di parlemen. Fraksi politik biasanya adalah suatu partai yang menduduki kursi diparlemen. Misalkan fraksi Golkar menduduki 137 kursi dari 500 kursi DPR. Kubu-kubu dalamsuatu perang saudara atau perang sipil, bisa pula disebut faksi.

Sungkar dan mempunyai pengaruh luas. Basis kekuasaannyameliputi Jawa Tengah, terutama Solo dan Yogyakarta. Kelompok inimenjadikan Pondok Pesantren Ngruki di Solo sebagai basispengkaderan. jamaahnya, Kemudian ditebar ke berbagai wilayah biladianggap telah mampu. Banyak kadernya yang sudah tersebar diberbagai wilayah dan berusaha menghidupkan kembali gerakan DarulIslam. Salah satunya ialah yang bergabung dengan Warsidi di Talangsari, Cihideung, Lampung.Faksi ini pertama kali dipimpin oleh Ustadz Abdullah Sungkar,dan dulunya disebut Faksi Abdullah Sungkar. Sejarahkepemimpinannya ini mempunyai ciri khas yang hingga kini masihmelekat di ubun-ubun bekas para santri dan pengikutnya. la tegasmengatakan benar, bila apa yang dilihatnya salah. PemerintahanSoeharto, acap kali dibuat kalang kabut dengan pernyataan-pernyataannya yang dinilai banyak kalangan, terlalu keras danekstrem.Faksi ini sebelumnya juga memakai nama NII (hingga tahun1991), kemudian DI (hingga tahun 1991). Faksi ini didirikan memilikitujuan antara lain: Pertama , ingin mendirikan negara Islam yang tidakhanya mencakup Indonesia, melainkan juga seluruh Asia Tenggara dimana masyarakat Muslim terdapat. Kedua , membantu jihad di seluruhdunia di mana umat Islam sedang tertindas oleh kekuatan yang zhalim, Ketiga, Melakukan dakwah yang bertujuan untuk penegakan syariatIslam.Suatu hari, subuh. Di mesjid kecil, sisi Timur kompleksKusumoyudan, kampus Universitas Tjokroaminoto, Jl. Asrama No.22, Surakarta, seorang ustad berapi-api, menghangatkan suasana subuhyang hanya dihadiri tak lebih 8 orang. "Memang dimulai dari sedikit,lama-lama akan menjadi banyak," kata sang ustad, menggembirakanpengurus mesjid yang berkali-kali minta maaf atas sepinya pesertakuliah subuh itu. Pada kali yang lain, bersama istri dan anaknya, sangustad pagi-pagi sudah sampai di panti anak-anak tuna netra. Ke sana,sang ustad membawa lontong untuk dimakan bersama-sama denganpenderita tuna netra itu, sambil mendengarkan ceramah yang jugadi sampaikannya dengan berapi-api. Entah sudah berapa kali, ustad ini tetap menyalakan api

khotbahnya pada keadaan apa pun, sepi atauramai, dilihat orang atau tidak. Dialah K.H. Abdullah Sungkar, tokoh NII yang mempunyai perawakan tegap, berkulit putih, bersih. Kata-katanya selalumemompakan semangat yang tak mengenal aroma basa-basi dalamsetiap hujah ceramahnya. Ceramah-ceramah Abdullah Sungkar dinilai banyak kalangan bernada keras dan membahayakan. la tak pernah ragu mengkritik pemerintah di saat banyak orang tak lagi beranibersuara. Bagi Sungkar, berkata benar adalah keniscayaan, sekalipun harus dibayarnya dengan sering keluar masuk tahanan. Itu sebabnya setiap berkhotbah, tak hanya pengikutnya yang hadir tetapi para intelgelap juga tak pernah ketinggalan. Karena itu, nama Abdullah Sungkar senantiasa tercatat palingatas sebagai tokoh ekstrem kanan yang harus diberangus dandiringkus. Tak aneh bila ia tiba-tiba menghilang dan berkucingkucingan dengan aparat. Bersama Abu Bakar Ba'syir, ia mendirikan Pesantren Al-Mukmin di Solo Selatan, pada awal 1973. Pesantren ini dilengkapi dengan pendidikan sekolah umum dan sebuah studio Radio Dakwah Islam (Radis). Pesantrennya maju pesat, begitu juga dengan radionya. Inilah pesantren Ngruki yang pernah berjaya di tengah sempitnya Abdullah Sungkar memperjuangkan keyakinannya.Pada suatu hari, ketika rencana penangkapan Abdullah Sungkar dilakukan di Pesantren Ngruki. Sejumlah petugas sudah berjaga-jaga disekeliling pondok. Sebagian lain memasuki pondok untuk menggerebek dan menangkap Kiai Sungkar. Konon, dengan mengenakan kain sarung dan dibonceng sepeda motor, AbdullahSungkar keluar melalui pintu gerbang pondok yang dijaga ketatpetugas keamanan. la keluar Pondok Ngruki, kemudian dengan naikbus langsung ke Jakarta. Itulah hari terakhimya di Surakarta, hari terakhir di Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki yang dibangunnya. Suatu pelarian yang fantastis. Di sebuah tempat di Malaysia, ia bercerita kepada penulisbahwa di saku kemejanya hanya ada uang Rp 10.000,00. Dengan bekalRp 10.000,00 itulah ia berangkat ke Jakarta, kemudian ke Pakanbaru (Riau) dan menyeberang hingga ke Malaysia.Ada juga versi cerita yang lain. Sebelum ke Malaysia, AbdullahSungkar disembunyikan oleh "Kelompok Condet", yaitu kelompok pengajian yang dibinanya atau yang berada di bawah pengaruhnya. Mereka adalah kader-kader

muda pelanjut estafet perjuangan NegaraIslam Indonesia. Tokohtokohnya, antara lain Aus Hidayat, Ibnu Thoyyib, Haryono, Dodi Achmad Busubul, Mukhliansyah, dan Nurhidayat. Nama terakhir ini pada tahun 1988 disetujui sebagai"Imam Musafir" yang berencana membangun poros Jakarta-Cihideung, Talangsari. Teman-teman Imam Musafir itu, antara lain Sudarsono, Fauzi Isnan, Sukardi, Maulana Latif, Alex, dan Joko yang kesemuanya berhubungan kerja untuk membangun "basis perjuangan" di atas konsep "perkampungan Islam" Warsidi di Cihideung, Talangsari,Lampung.Di Malaysia, Abdullah Sungkar mula-mula memilih tempat persembunyian yang jauh dari kota besar. Nyaris di pedalaman dantidak banyak yang tahu. Ia kemudian disusul oleh 'sahabatnya' pendiri Pondok Pesantren Al-Mukmin, yaitu Abu Bakar Ba'asyir, sama-sama menyembunyikan diri di antara petani di pedalaman Malaysia itu. Tidaklah gampang mencari jejak para pelarian politik yang bersembunyi di negara asing. Di negara itu, mereka mendapat perlindungan penuh dari pemerintah setempat. Begitu juga dengan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir. Tetapi, melalui jasa-jasa baikA. Halim Abbas dan Helmi Al-Mascaty dari Jamaah Al-Arqam Malaysia,kedua orang Islam yang bersembunyi itu berhasil ditemukan penulis. Kami berangkat dengan sebuah mobil mewah berwarna hitam, dari Kuala Lumpur menuju ke Negeri. Sembilan. Melewati hutan lebat dansejumlah perkampungan, sampailah kami di sebuah gubuk di tepi jalan kecil. Menjelang magrib ketika itu ada dua orang lelaki dengan jenggot dan kumis serta cambang yang sudah memutih, mendorong gerobak kecil berisi sejumlah alat pertanian ada dalam gerobak itu. Tak salahlagi, merekalah dua tokoh 'Ngruki' yang kami cari-cari itu. Abdullah Sungkar langsung menyampaikan kritiknya dengan menunjukkan ayat-ayat Alquran yang siap dibukanya seketika itu juga ."Saya hanya minta satu kepada pemerintah. Tolong berikan saya tempat, satu pulau kecil saja. Saya akan membina pemukiman Islam dan insya Allah akan menjadi contoh seperti apa Islam yang benar itu," katanya. Ia masih belum percaya ketika dikatakan bahwa pemerintahsudah 'berubah'. Semua tahanan ekstrem kiri dan kanan sudah dibebaskan oleh Pemerintah Habibie. Ia tetap tidak percaya. Beberapahari setelah pertemuan itu, kedua orang tersebut bergegas ke Airport. Masing-

masing dengan kopornya. Mereka menyempatkan diri berfoto bersama sebelum terbang menuju Arab Saudi. Sejak itulah namaAbdullah Sungkar tak lagi banyak disebut orang. Pada awal tahun 2000, Abdullah Sungkar diam-diam kembali ke Indonesia. Barubeberapa bulan tinggal di Bogor, Jawa Barat, ia menderita sakit dan meninggal dunia. Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh UstadzAbu Bakar BaasyirWilayah operasi: Yogyakarta, Solo (Jawa Tengah), Surakarta (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Jakarta, Medan (Sumatera Utara),Samarinda (Kalimantan Timur), Balikpapan (Kalimantan Timur),Pontianak (Kalimantan Barat), Palembang (Sumatera Selatan), Riau(Riau), dan Batam (Kepulauan Riau).Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, zakat, shadaqahkhos, fai, dan ghanimah.Selaku Bendahara Mantiki I, Faiz Abu Bakar Bafana, mengatakan, untuk operasional JI, ada dua bentuk dana yang dipungut dari jamaah,yaitu (1) dana infak pribadi sebesar 5 persen dari pendapatan dan (2) infak sabilillah yang digunakan untuk operasi-operasi khusus, sepertiuntuk pembiayaan kamp JI di selatan Filipina yang khusus untukmelatih militer anggota JI, operasi-operasi peledakan bom, dankeperluan lain. 68 Dukungan luar: Al Qaeda dan Taliban (Afghanistan).Kemampuan militer: Laskar Istimata dan Batalion Badar.Strategi yang dipakai: dakwah (persuasi) dan jihad (kekuatanbersenjata). Abdullah Sungkar wafat tahun 1999. Yang disebut-sebutsebagai penggantinya-amir alJamaah al-Islamiyah-adalah Abu BakarBa'asyir. Namun, Ba'asyir membantah isu tersebut dalam beberapapersidangan yang mengadili kasusnya. Hal ini bukan mustahil karenaBa'asyir adalah pemimpin formal Majelis Mujahidin Indonesia (MMI),sementara Abdullah Sungkar berpegang pada strategi perjuanganorganisasi rahasia. Kalangan pengamat di dalam maupun luar negeriumumnya sependapat, terjadi pro-kontra di kalangan petinggi maupunanggota senior JI mengenai penggunaan kekerasan. Taktik yang digunakan: pemboman, perampokan, pencurian,pembunuhan, penculikan, dan penyanderaan.Pelatihan-pelatihan:

68

Kompas , 27 June 2003.

a. KHD (Kuliah Harbiyah Daurah), Materipelajaran militer yang utama diberikan adalah: Tactic , yaitu seni pertempuran infantri. Map Reading , yaitu kemahiran seputar peta dan navigasi. Weapon Training , yaitu kemahiran seputar berbagai macam senjatainfantri dan artileri.

Field Engineering , yaitu kemahiran seputar ranjau standar buatanpabrik, bahan peledak, penempatan bom, dan penggunaannyasebagai alat penghancur. Termasuk pengetahuan peracikan bahankimia dan juga bahan dapur yang dapat diolah menjadi bahanpeledak. Disebut juga materi pelajaran 'mine dan destruction'.69

b. Selain materi pelajaran militer terdapat juga materi pelajaranagama Islam, seperti tafsir Alquran, hadits Nabi SAW, fikih sirah, fikihharaki, fikih ibadah, kepimpinan islami, dan fikih jihad. 70 Ideologi: Islam, berpaham ahlussunnah wal jamaah. Di era Reformasi, Abu Bakar Baasyir berafiliasi dengan lembagabernama Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang beroperasi di kotaSolo dan Yogya, Jawa Tengah. Afiliasi dengan lembaga lainnya adalahKPPSI (Komite Persiapan Penerapan Syariat Islam), Sulawesi. Afiliasidengan partai politik: PAN (Partai Amanat Nassional) dan PBB (PartaiBulan Bintang). Komunitas pendukung: mahasiswa, kaum profesional,santri (Al Mukmin), dan pedagang kecil dan menengah.

69

Nasir Abbas, Membongkar Jamaah Islamiyyah, 2005, Bab III. 70 Nasir Abbas, ibid., Bab III.

Jakarta: Grasindo Pustaka Ilmu,

Tanggapan negara RI: Jaringan JI, Strengthen Anti-TerrorismLaws, Review the prison system, Heighten security di domestic conflict zones, Enforcing a long-term approach to counter JIs ideology. Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini : Daftar ini tidak termasuk kasus bom yang terjadi di Maluku dan Poso I. II. Masjid Istiqlal, Jakarta 19 April 1999 Kediaman Duta Besar Filipina, Jakarta, 1 Agustus 2000 (Dua korban meninggal dunia, Fathur Rahman Al Gozi dan Abdul Jabardiduga bertanggung jawab) (Kedutaan Malaysia, Jakarta, 27 Agustus 2000 (tidak ditujukan kepada JI, tetapi sedang dalam penmeriksaan kembali) (Jakarta Stock Exchange, 13 September 2000 (tidak ditujukan kepada JI, tetapi sedang dalam penmeriksaan kembali) Bom Natal, 24 Desember 2000 1. Jakartaa. a. Gereja Katedral Jakarta, Lapangan Banteng. Bom meledak antarapukul 8:55 dan 9:10 malam wib. Bom diletakkan sekitar 2 meter daripintu masuk sebelah kanan gereja, terletak dibawah sebuah mobil.Menghasilkan asap biruputih dan meninggalkan serbuk. Sebuah timforensik dari kepolisian mendapatkan 8 kg bom yang tidak meledakdilantai bawah dekat dengan pintu gerbang gereja. Bom tersebutdipicu dengan sebuah jam alarm kecil sebagai pengukur waktu. b. Gereja Kanisius, Jl.Menteng Raya, dua ledakan antara pukul 8:45 dan 8:50 malam wib melukai 5 orang. First caused thick black smoke,second exploded dengan a red flame. The explosions took place setelah the first mass had finished. c. Santo Yosef Church, Jl Matraman Raya No.129. Bomb went off di 8:55pm. It gave off white smoke that then turned into very thick blacksmoke. The explosive contained bits of metal that wounded many of the victims. Four were killed, eighteen wounded, dan there wassubstantial material damage: fourteen cars, one foodstall, one cartselling tahu, dan one bus stop shelter. The bomb went off under atree near the back gate about 20 metres dari the Marsudiriniconvent. The type of bomb was never identified.

III.

2.

3.

4.

5.

6.

d. Oikumene Protestant Christian Church, Jl. Komodor, HalimPerdanakusuma. Bomb went off di 9:10 pm while a service wasunderway, wounding a four-year-old girl. Not clear where the bombwas placed tapi the smoke dari the explosion came into the churchdari under the main door dan dari a window that had been brokendari pellet shot (not clear when). The bomb left a small crater, aboutfive cm deep dan some 45 cm across. One car was destroyed, threeothers damaged. e. Koinonia Church, Jatinegara. Bomb went off between 7:15 dan 7:45pm. Two men dari Polres, one named Sgt. Cipto, were guardingchurch. Area was fairly deserted save for a few vendors, a parked cardan two cigarette sellers di front of the church. The bomb was placeddi a Microlet dengan license plate B2955W, that had been emptied of passengers. The driver died, dan a woman named Sumiati Tampubolon was wounded. The type of bomb was never identified,tapi it left thick grey smoke dan a crater about 70 cm across. f. Anglican Church, Jl. Arif Rahman Hakim, Menteng BekasiProtestant church, Jl Gunung Gede Raya. Bomb went off around9:05 p.m. Two others bombs were disabled by the Gegana team of theBekas policei. All three were buried di the ground di a yard thatfunctioned as a parking lot. The bomb containing pellets was placed dia box dan wrapped dengan a black plastic bag, then placed di a holeabout 30 cm deep dan 50 cm across. The hole was then covereddengan stones dan trash. A pager was used as a timer. The pelletswounded three bystanders. BandungBomb went off di a ruko (dwelling over a shop) on Jl. Terusan Jakarta, Cicadas, Antapani about 3:00 p.m. killing three of the would-bebombers. Sukabumia. Sidang Kristus Church, Jl. Alun-Alun Utara. Bomb went off about 9:10 pm.b. Huria Kristen Batak Protestan Church on Jl. Otista Ciamis Jl Pantai Pengandaran di front of Hotel Surya Kencana, DusunBanuasin RT 09/04 Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis. Explodedprematurely about 6:20 p.m. Pekanbaru a. HKBP Church on Jl. Hang Tuah b. Church on Jl. Sidomulyo

c. Third church, on Jl. Ahmand Dahlan, Gg Horas, Kel. Kedungsari,Sukajadi, targeted not on Christmas Eve tapi on 28 December 2002. 7. Batam a. Protestant Church, Simalungun (GKPS) Sei Panas b. Bethel Indonesia Church (GBI) Bethany, My Mart Carnival Mall c. Pentecostal Church of Indonesia, on Jl. Pelitad. Santo Beato Church, Damian, Bengkong 8. Medan a. Protestant Church of Indonesia, Jl. Sriwijaya b. GKPS Stadion Teladan c. Kemenangan Iman Indonesia Church (GKII) Hasanudin d. GKII Sisingmanagaraja e. HKBPChurch Sudirman f. Santo Paulus Church, Jl HM Joni g. Cathedral Church, Jl. Pemuda h. Kristus Raja Church, Jl. MT Haryono i. Home of Pastor James Hood, Jl. Merapi j. Home of Pastor Oloan Pasaribu, Jl. Sriwijaya k. Catholic vicarage, Jl. Hayam Wuruk 9. Pematang siantar a. Home of pastor Elisman Sibayak, Jl. Kasuari b. Gereja HKBP Damai, Jl. Asahan c. Home of a pastor di the Kalam Kudus Church, Jl. Supomo d. Unidentified building on Jl. Merdeka 10. Mojokerto a. Santo Yoseph Church, Jl. Pemuda. The bombs went off di 8:30. b. Kristen Allah Baik Church, Jl. Cokroaminoto. The explosion took placearound 8:30 pm c. Kristen Ebinezer Church, Jl. Kartini, Gg Id. Bethany Church, Jl Pemuda 11. Mataram a. Protestant Church of Western Indonesia (GPIB) Imanuel, Jl Bung Karno. Bomb went off about 10:05. It had been placed di front of thepastor's house, di the back of the church on the eastern side near anempty lot. A second bomb was defused by police. The first gave off asmell of gunpowder dan black smoke for about 30 minutes. It left ahole about fifteen cm across.

IV. V.

b. Pentecostal Church Pusat Surabaya (GPPS) Betlehem, Jl. Pemuda Noone was around when the bombs went off. The first bomb went off near the front corner of the church; the second was near an emptylot di the eastern part of the church complex.3. Christian cemetery, Kapiten, Ampenan. Bomb went off about10:05 p.m. Bombing of Gereja HKBP dan Gereja Santa Ana, Jakarta, 22 July2001 Atrium Mall bombing, Jakarta, 1 August 2001. (Second Atrium Mall bombing 23 September 2001, not attributed to JI,should bere-examined) (Hand grenade thrown into Australian International School di Pejaten,South Jakarta, 6 November 2001, not attributed to JI di the time,should be re-examined)

VI. VII. VIII.

Gereja Petra, North Jakarta, 9 November 2001 Grenade Explosion near U.S. Embassy Warehouse, Jakarta, 23September 2002. Sari Club dan Paddy's Caf, Bali, 12 October 2002. Aktivitas-aktivitas terakhir:- Bom Natal 2000. Bom Atrium, Senen, Jakarta.- Bom Bali I. Bom Kuningan (Kedutaan Besar Australia). Bom Hotel JW Marriot.- Bom Bali II. Nama lainnya, sejak isu terorisme pascatragedi BlackSeptember, dan diduga mempunyai keterlibatan dengan jaringanorganisasi Al Qaeda yang paling terkenal di awal abad XXI saat iniadalah organisasi Jamaah Islamiyyah, organisasi yag pernah didirikanoleh Abdullah Sungkar. Dan organisasi Jamaah Islamiyyah telah masukdalam daftar sebagai organisasi terlarang yang dikeluarkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). 6. Abu Fatih atau Hamzah

: Faksi Abu Fatih a.k.a Hamzah, alias Faksi Al Anshar El Muslimin. Lokasi di dalam negara : belum diketahui, di Indonesia Lambang : Logo Anshar El Muslimin Wilayah operasi : Seluruh Indonesia. Sumber pengadaan dana : infaq, shadaqah, dan zakat Dukungan luar : Al Qaeda Yaman dan Al Qaeda Arab Saudi Kemampuan militer : Pasukan sekitar 3.000 orang. 700 pasukanbom-syahid (ishtisyhad). Strategi yang dipakai : dakwah dan jihad. Taktik yang digunakan : pemboman, perampokan, pencurian, pembunuhan, penculikan, dan penyanderaan Pelatihan-pelatihan : Materi pelajaran militer yang utama diberikan adalah: 1. Tactic , yaitu seni pertempuran infantri. 2. Map Reading, yaitu kemahiran seputar membaca peta dannavigasi khususnya di daerah-daerah yang sudah dijadikan targetseperti Afghanistan, Indonesia (khusnys daerah Jawa, Maluku danSulawesi Selatan, Poso), Chechnya, Tajikistan, Mindanao (Filipina), Thailand Selatan (Pattani), Arakan (Rohingya, Myanmar), Dagestan,dan lain-lain. 3. Weapon Training, yaitu kemahiran seputar berbagai macamsenjata infantri dan artileri. 4. Field Engineering, yaitu kemahiran seputar ranjau standarbuatan pabrik, bahan peledak, penempatan bom, dan penggunaannyasebagai alat penghancur. Termasuk pengetahuan peracikan bahankimia dan juga bahan dapur yang dapat diolah menjadi bahan peledak. 5. Mine dan destruction.71 Selain materi pelajaran militer yang sudah disebutkan di atas,terdapat juga materi pelajaran agama Islam, seperti: Tafsir Alquran,Ilmu Mustalahah hadits Nabi SAW, Fiqih sirah (Hukum Sejarah), Fiqihharaki (Hukum Pergerakan), Fikih ibadah mahdhoh (Pendidikan syariatIslam umum), Kepimpinan islami (Manajemen Jihad), dan Fiqih jihad(Hukum Perang).72
71

Nama faksi

Nasir Abbas, ibid., Bab III.

72

Nasir Abbas, ibid., Bab III.

7. Abu Kholish Nama faksi: Faksi Darul Islam Faksi Abu Kholish, alias Faksi NII.Lokasi di dalam negara: Riau, Palembang, Jakarta.Lambang: Bendera Merah Putih Bulan Bintang Tujuan: Faksi Abu Kholish berjuang mendirikan negara Islam diIndonesia. Seperti faksi-faksi DI lainnya, Faksi Abu Kholish mempunyaibanyak anggota di seluruh Indonesia dan Malaysia. Faksi DI inimengutamakan perhatian mendidik para anggota. Banyak anggotanyadikirim untuk melanjutkan belajar tentang Islam ke luar negeri,khususnya ke Mesir dan Libya.Kepemimpinan: Abu Kholish was a member of another DI faksiunder the leadership of Tahmid Kartosuwiryo, tapi he later fell outdengan anggota of that faksi. He went on to establish his own faksi dansevered all contact atau coordination dengan Tahmids faksiAfiliasi dengan kelompok: Faksi ini is independent dan has no tiesdengan other radical movements di Southeast AsiaSejarah perkembangan: di 1985, Abu Kholish joined the Tahmidfaksi of DI. Later, he went to Malaysia dan stayed there dari 1995 till2000. It was di Malaysia that he established his own faksi denganseveral of his friends there. The faksi subsequently expanded. di year2000, he returned to Jakarta dan established educational institutions diseveral places di Riau. Wilayah operasi: Formerly, it has a broad area of operationsparticularly when Abu Kholish was still Malaysia. Riau (Dumai, Duri danBatam), Aceh (possibly because he is of Acehnese descent), Medan(North Sumatra), Jakarta (Ciputat), Tangerang (Banten Province),Bengkulu, Lampung, Pontianak (West Kalimantan).Sumber pengadaan dana: Funds for faksis activities are mainlycollected dari anggota who have pledge an oath of loyalty (baiah) toAbu Kholish dan the faksi; dan donations.Dukungan luar: Some Islamic foundations dari Saudi Arabia danEgypt have supported the faksis educational programs.Kemampuan militer: No military capability. They dont have anyparamilitary wing.Strategi yang dipakai: Its a non-violent group. Its usingeducation as a strategy. Taktik yang digunakan: Winning the heart dan mind of thepeople, especially di Indonesia, through education.Pelatihanpelatihan: Several types of education are frequentlyheld di several

places di Sumatra, umumnya di Riau. Tilawah, Tazkiyah,Musyahadatul Hijrah, Tarkiyah, Talim, Tartib Masul, Training khatib(khutbah).Sasaran-sasaran: Not applicable.Ideologi: Islam.Afiliasi dengan partai politik: It is not affiliated to any politicalparty.Komunitas pendukung: Its support base comes mainly dariIndonesians working di Malaysia dan dari local people dari the lowerclass of social dan economic statuses. Tanggapan negara RI: There was an attempt by the governmentto restrict the faksis activities, especially di Sawangan, a place near toBogor, Jawa Barat, di year 2002. But, no further action was taken sincefaksi ini is a nonviolent faksi.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: (1) 1998,some of the faksi anggota returned to Malaysia setelah graduating dariAl Azhar, Cairo, Egypt, (2) 1999, di Malaysia, some changes wereproposed by Ustadz Wardan regarding the groups targets dan progressdi order to be put di a more rational dan reachable steps denganin aspecific time frame, (3) 2000, it established a pondok pesantren diDuri, Dumai, Riau Province. This pondok is a significant achievementby the faksi, (4) 2001, the groups younger anggota- fresh graduatesdari Al Azhar, Cairo- were very critical of the group dan wanted tosecede.Aktivitas-aktivitas terakhir: (1) The faksi established anotherIslamic boarding school di Palembang di year 2004, (2) They areplanning to set up another 3 schools, (3) Recruitment dan caderization

processes are going on as scheduled. Usually di one month they wouldrecruit around 3 atau 4 people to be a member of Darul Islam, (4) There is a proposal for cross-faksis gathering which will be held di Riau,tapi there has been no further news on this. 8. Abu Toto Nama faksi: DI Faksi Abu Toto, alias Faksi Al-Zaytun, KWIX, YPI(Yayasan Pendidikan Islam).Lokasi di dalam negara: KWIXLambang: Bendera Merah Putih Bulan Bintang Tujuan: Melanjutkan perjuangan DI dengan menciptakanpendidikan yang lebih

modern.Kepemimpinan: Toto Salam, Nurdin, Ali Aseng, Abdul Rouf.Afiliasi dengan kelompok: Kelompok ini berafiliasi dengan basisbasis pendidikan.Sejarah perkembangan: Tahun 1990-an, terjadi lagi perselisihanpaham dalam tubuh Darul Islam. Ketika itu, Adah Jaelani melimpahkan kekuasaannya kepada Abu Toto atau Toto Salam. Menurut beberapa sumber, Toto Salam tidak pernah terdaftar sebagai anggota DI, tetapiselalu memakai nama NII. Dengan segala kemampuannya, ia melanjutkan pewarisan kepemimpinan Darul Islam yang membawahi jamaah sekitar 50.000 orang. Di bawah pengaruhnya, Abu Toto mendirikan Al-Zaytun, sebuah mega proyek Pondok Pesantren, di Desa Mekar Jaya, Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat. Mega proyek yang menempati "ribuan" hektare tanah ini, membuat iri beberapa tokohDarul Islam lainnya. Sejak itu, sesungguhnya sendi-sendi moral perjuangan Darul Islam sudah terpuruk dan meringkuk. Kesatuan perjuangannya tidak lagi mengental, tetapi buyar bersama ambisi pribadi-pribadi. Karena itu, apa yang dikenal rakyat Indonesia tentangDarul Islam di kemudian hari, sesungguhnya ialah Darul Islam produk dari manusia-manusia yang kurang berkualitas. Darul Islam masa kini ialah Darul Islam produk sempalan-sempalan NII yang senantiasa mengklaim dirinya sebagai "pewaris tunggal" penerus Kartosoewirjo.Wilayah operasi: Jakarta, Banten, Depok, Bekasi, Tangerang,Bandung, Garut, Tasik Malaya, Semarang, Yogyakarta, Lombok, NTB,Bali, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, dan lain-lain(meliputi seluruh Indonesia).Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, fai, zakat, shadaqahkhos, tathawuk, shadaqah khos, harakah qurban, harakah qiradh,zakat mal, shadaqah istijan, dan shadaqah munakahat. Dukungan luar: Sumbangan dari kalangan majelis talim,kedutaan-kedutaan besar, artis, mantan pejabat, dan orang tua santri.Kemampuan militer: Garda Mahad. Berjumlah 500 orang dan Tibmara, berjumlah 100 orang.Strategi yang dipakai: Penipuan, dakwah (tilawah), danpencurian. Taktik yang digunakan: Rekruitmen (musyahadah hijrah) dandakwah (tilawah)Ideologi: Islam dengan ajaran yang menyimpang jauh.Afiliasi dengan partai politik: Partai Golkar dan

Partai PKPB.Komunitas pendukung: Buruh, mahasiswa, pengangguran,pekerja profesional, dan pembantu rumah tangga. Tanggapan negara RI: KW-IX pimpinan Abu Toto ini adalah buatanpemerintah RI. Negara melindungi praktek dakwah yangmengatasnamakan NII ini dengan dua tujuan: (1) membuat parapengikutnya kapok atau jera; (2) memeras habis hartanya hinggaludes.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini:

Banyaksekali kejadian penipuan dan pencurian yang berkaitan dengankelompok NII Al Zaytun Abu Toto ini.Aktivitas-aktivitas terakhir: Mengadakan lomba Porseni (PekanOlah-raga, Seni dan Budaya) bagi santri-santri pesantren di seluruhIndonesia. 9. Abu Wardan Nama faksi: Faksi Abu Wardan, alias Faksi.Lokasi di dalam negara: Riau, Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Bulan Bintang. 10. Abubakar Misbah Nama faksi: Faksi Abubakar Misbah, alias Faksi Fillah.Lokasi di dalam negara:Lambang: Bendera Merah Putih Bulan Bintang. 11. Aceng Kurnia Nama faksi: Faksi Aceng Kurnia, alias Faksi.Lokasi di dalam negara: Bogor, Serang, Purwakarta, dan Subang.Lambang: Bendera Merah Putih Bulan Bintang. 12. Adi AMDI Nama faksi: Faksi AMDI73, alias Faksi Daulah Islamiyyah (DI).Lokasi di dalam negara: Indonesia.Lambang: Lambang AMDI ialah : Pancaran Cahaya Ilahi yangbertuliskan di tengahnya lafadz Allah dan pita putih yang bertuliskanMuhammad Rasulullah dengan tinta emas di dalamnya.74

73 74

Wawancara dengan Adi SMK, 23 Maret 2006. Wawancara dengan Irwan, Kastaf Daulah Islamiyyah Nusantara, 23 Maret 2006.

Tujuan: AMDI adalah Oganisasi Angkatan Bersenjata DaulahIslamiyyah yang bertujuan: (1) Mengawal dan menjunjung tinggiIdeologi Tauhid sebagai Ideologi Peradaban Negara Islam di Nusantara dan seluruh dunia, (2) Memperjuangkan dan mempertahankanKedaulatan tanah air-tanah air Darul Islam.Membebaskan dan membela kehormatan Dienul Islam, KaumMuslimin (Izzatul Islam wal Muslimin) dan Ummat Manusia dari tatanan Tirani Jahiliyyah menuju ke tatanan Islami di bawah naungan DaulahIslamiyyah yang merdeka. 75 Kepemimpinan: Di masa perintisan perjuangannya, AMDIdipimpin oleh seorang Ulama Muda Revolusioner Darul Islam Al UstadzAdi SMK, yang didaulat sebagai Panglima dengan pangkat Kolonel AMDI.76 Sekarang, seiring perkembangan perjuangan DI yang mulaimerintis pada penyempurnaasn strukrtur kenegaraan DaulahIslamiyyah Berjuang, jabatan Panglima AMDI di pegang oleh JenderalAMDI. Yana Suryana.Karakter kepemimpinan dilingkungan AMDI adalah polakepemimpinan Hirarke Militer ketentaraan Islam.Afiliasi dengan kelompok: Pada dasarnya, AMDI tidaklah dapatdikatakan sebagai kelompok/Jamaah/Aliran/harakah. Sebab dia adalahorganisasi yang profesional secara progressive Revolusioner sebagaiorganisasi resmi ketentaraan Negara Islam Daulah Islamiyyah diNusantara.Sejarah perkembangan: Proses perkembangan perjuangan AMDIdiawali dari lahirnya ide/gasasan pembebasan Revolusioner yangdicetuskan pada tangal 23 juli 2000 oleh Al Ustadz Adi SMK yang padasaat itu sebagai Panglima Laskar Fatahillah di Jakarta.Gagasan perjuangan revolusioner itu dikenal dengan Konsepsi DILF (Darul Islam Liberation Front) atau Front Pembebasan Darul Islam.Konsepsi ini banyak diilhami dari kebijakan-kebijak politis-militerperjuangan Imam NKA-NII/Darul Islam Jenderal Besar APNII SMKartosuwiryo di dalam dokumen Pedoman Dharma Bhakti NII, diantaranya ialah
75

Wawancara dengan Adi SMK, 23 Maret 2006.

76

(Catatan : data dan pengakuan tanda kepangkatan ini secara sadar atau tidak telah diakui oleh jajaran Kepolisian Republik Indonesia terutama Polres Garut ).

upaya melanjutkan corak kepemimpinan perjuangandalam bentuk Sapta Palagan (MKT 11) atau Angkatan Perang. 77 Namun, perbedaan dasar dari konsepsi ini dengan formatperjuangan faksi-faksi NII yang ada, adalah pada kekuatan SpiritIdeologis Tauhid yang sangat jelas dan klaim wilayah Darul Islam yanguniversal yang cenderung kepada upaya pengembalian kedaulatanKhilafah Islamiyyah ala Minhaj Nubuwwah. Hal itu dapat dilihat bahwaDarul Islam yang menjadi objek misi pembebasan mereka dibagi dalam3 tahapan :Pembebasan Darul Islam regional, yaitu wilayah-wilayah Islamterjajah yang pernah secara de facto menjadi wilayah Darul Islam/NKA-NII. Pembebasan Darul Islam Nasional Yaitu Wilayahwilayah Islam terjajah yang pernah secara de facto menjadi wilayah Darul Islam Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.Pembebasan Darul Islam Internasional Yaitu Wilayah-wilayah Islam terjajah yang pernah secara de factomenjadi wilayah Darul Islam dimasa ke-khilafahan Islam dunia, danakan mengembalikan pusat komandonya di Madinah Al Munawwarhsebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah melakukannya.78 Selanjutnya, Konsepsi DILF ini dikawal dan disosialisasikan oleh Laskar Fatahillah yang kemudian membentuk Dewan Persiapan Pembebasan Darul Islam ( DPP-DI tahun 2000-2002) dengan tahapan perjuangannya di masa itu ialah membangun basis-basis pendukungsebagai wujud dari adanya :- Dukungan Rakyat Darul Islam berjuang dalam bentuk BARIS (Barisan Rakyat Islam)- Klaim wilayah.Selanjutnya, pada tanggal 26 Ramadhan 1423 H/01 Desember2002 di Kawah Galunggung, Angkatan Muda ummat Islam Jawa bagianB arat yang merupakan kumpulan dari Basis-basis Rakyat Darul Islamdan para perwakilan DPP-DI mendeklarasikan Angkatan Mujahidin Daulah Islamiyyah (Asykarul al-Mujahidin lidDaulah al-Islamiyyah-AMDI) sebagai organisasi Bangsa Berjuang
77

Lihat Al Chaidar, Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia, SM Kartosoewirjo , (Jakarta: Darul Falah, 1999), bagian lampiran.
78

Wawancara dengan Adi SMK, 23 Maret 2006.

(Bellegerent) yangmempersiapkan kelahiran kepemerintahan Daulah Islamiyyah (AlKhilafah ad-Daulah al-Islamiyyah). Seiring proses keberjalanan waktu, AMDI banyak mengalami kemajuan-kemajuan ide atau perkembangan pemikiran perjuangan yang berjalan secara cepat hingga mampu menemukan dan memperkenalkan gagasan-gagasan kenegaraan Daulah Islamiyyah yang orisinil, sebagai temuan baru dari penggalian-pengalian mendalam para pimpinan perjuangannya terhadap pola ajaran dan nilai-nilai luhur peradaban Tauhid yang dibangun oleh Rasulullah SAW. Proses ini tidak lepas dari adanya semacam Ilham atau yang mereka yakini sebagai bimbingan langsung dari Allah kepada Hamba-hambapilihan-Nya (Kaum Muqarrabin). Hal ini dapat dilihat dari adanya sebuah peristiwa yang dialami oleh Konseptor perjuangan ini Al UstadzAdi SMK dan beberapa pejuang utamanya yang mengalami semacam pencerahan dalam bentuk sebuah perjalan spiritual yang menakjubkan. AMDI bergerak dan berkembang membangun kekuatan-kekuatan dasar kemiliterannya yang justru berasal dari kaum pinggiran dancenderung dipinggirkan baik dikalangan faksi-faksi NII atauorganisasiorganisasi Islam lainnya. Para pendukunbg gagasan Kemerdekaan Hakiki dan proyek Pembebasan Darul Islam yang dibawa oleh AMDI justru muncul dari kalangan rakyat dan pemuda-pemuda progressive yang memiliki status sosial sebagai kaum Mustadafien yang miskin, lemah dan bodoh. Kekuatan Tink tank AMDI bermuara pada Majelis Tinggi Militer(MTM) mereka yang secara berkala dilaksanakan per 6 bulan sekali. Yang kemudian pada Sidang Majelis Tinggi Militer AMDI ke-II padatanggal 1 Muharram 1425 H di Cicalengka, Bandung Jawa Barat dihasilkan sebuah keputusan untuk meningkatkan derajat perjuangan mereka ke arah penyelenggaraan sistem Kenegaraan Islam DaulahIslamiyyah secara Progressive Revolusioner di Nusantara, sehingga dikeluarkan beberapa keputusan politik sbb : Membentuk Struktur Kepemimpinan Peradaban Kenegaraan Daulah Islamiyyah, dalam bentuk : Pengangkatan Al Ustadz Adi

SMK sebagai Kepala negara, Imam/Panglima Tertinggi Daulah Islamiyyah dengan pangkat Jenderal Besar. Penetapan AMDI sebagai nama angkatan bersenjata DaulahIslamiyyah. Penyusunan kelengkapan lembaga kenegaraan lainnya seperti : o Pemerintahan dasar Daulah Islamiyyah Nusantara. o Baitul Maal Daulah Islamiyyah, sebagai persiapan lembagaMoneter Dunia dalam peradaban Ideologi Tauhid Internasional. o Persiapan Duta-duta besar Negara dll.

Mempersiapkan Tim Perumus Konstitusi Peradaban KenegaraanDaulah Islamiyyah.Sehingga di saat ini, posisi AMDI hanyalah merupakan salah satudari beberapa unsur kekuatan Angkatan Perang Ummat Islam semesta-Daulah Islamiyyah. Wilayah operasi: Jawa bagian Barat, Indonesia.Sumber pengadaan dana: Selama ini, sumber pengadaan danaperjuangan Daulah Islamiyyah berasal dari swadaya/infaq fie sabilillah seluruh kekuatan Daulah Islamiyyah sendiri (warga dan aparat). Dukungan luar Kemampuan militer Cakraningrat, 16 Strategi yang dipakai terbatas(recruitment Taktik yang digunakan mental : Tidak ada. : 150 Pasukan, 12 Aparat intelejen

Perwira Menengah, dan 4 Perwira Tinggi. : military blaffing dan diskusi through small-group discussion). : pembinaan teritorial dan pembinaan

spiritual Pelatihan-pelatihan : pelatihan militer, dakwah, dan jurnalistik (bagi anggota Daulah Islamiyyah News Agency). Sasaran-sasaran: Mendidik rakyat Indonesia agar mengertidengan konsep daulah Islam, Mengajak masyarakat untuk mau mendukung gerakan mewujudkan daulah Islam, mempersatukan danmenghimpun kembali jamaah faksi-faksi DI atau NII, danmengembalikan kedaulatan NII (target 2009)Ideologi: Islam,

ahlussunah wal jamaah, Sunny, denganmemakai konsep khusus yaitu ideologi tauhid.79 Afiliasi dengan partai politik: Dengan Partai Bintang ReformasiPBR atas rujukan orang tuanya yang menjadi fungsionaris PBR. 80 Komunitas pendukung: kaum Mahasiswa dan Politisi Muda Islam,aktivis Darul Islam eks faksi-faksi NII, dan para pedagang komoditasrakyat seperti: (a) pedagang bakso bandung Cuanki, 81 (b) pedagang martabak, (c) pedagang asongan dan butong, pedagang Kaligrafi, danlain-lain. Tanggapan negara RI: Pihak Pemerintah RI menganggap keberadaan AMDI/ Daulah Islamiyyah yang dipimpin oleh Jenderal Besar Adi SMK sebagai ancaman baru bagi kedaulatan NKRI 82. Hal initerbukti dengan mulai digerakkannya beberapa kekuatan baik sipilmaupun militernya untuk memantau, mengawasi dan mematikangerak juang DI itu sendiri. Beberapa kekuatan RI yang mulaibersinggungan dengan AMDI diantaranya dari unsur : (a) Intelejen baikBIN Pusat maupun BIN Jawa barat yang dipimpin oleh Ganjar, (b)Kepolisian RI terutama Polda Jawa barat, Polwil Priangan dan PolresGarut,83 dan Kodam Siliwangi dan jajaran Korem & Kodim di Garut dan Bandung. Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: Dampakdari segala proses pergerakan perjuangan baik di masa AMDI sebagaiorganisasi perintis ataupun sekarang dalam format Kenegaraan IslamBerjuang-Daulah Islamiyyah, mulai terjadi beberapa sikap politismaupun militer dan Intelejen pihak RI terhadap DI atau AMDIdiantaranya: (a) Sejak awal tahun 2005 datang ke Markas AMDIbeberapa orang sesepuh eks NII yang katanya di tekan oleh BIN untukmeminta AMDI membubarkan diri atau melepas atribut danseragamnya, (b) Tgl 6 Agustus 2005, datang Kasat Intelkam PolsekCicalengka ke Markas Divisi 2/Sunan Rahmat sekitar 6 orang untukmengecek data tentang pelaksanaan peringatan 7 agustus sebagaihari proklamasi NII, (c) Ada Famlet anti
79
80

Wawancara dengan Adi SMK, 23 Maret 2006. Wawancara dengan Usep Fathoni, Depok, 24 Maret 2006. 81 Wawancara dengan Uteng, pedagang bakso Cuankie, Saribakti, Cicalengka, Bandung, 7Nopember 2004. 82 Garut Pos, 15 Februari 2005. 83 Reformata , 9 Februari 2006.

AMDI yang provokatif danberjiwa nasionalis terhadap NKRI, yang dipasang di sepanjang jalanCiawitali Garut depan Kooramil, (d) Bulan Agustus Desember 2005,BIN Jawa Barat mengirim anggotanya yang bernama Yosef alias Yusuf yang tinggal di Cileunyi Bandung untuk melakukan upaya infiltrasi dan pencurian darta/dokumen-dokumen AMDI. Hal ini sebagaimana diakuioleh sdr. Yusuf , (e) 2 Ramadhan 1426 H/sebuah Forum SilaturrahmiAlim Ulama dan Tokoh Masyarakat (FSAUTM) Cibiuk-Garut Jawa Barat,atas prakarsa dan informasi dari pihak Kepolisian Cibiuk mengeluarkanfatwa sesat terhadap Daulah Islamiyyah dan disiarkan/dipunblikasikanke Media Massa Jawa Barat ( Radar, Garoet Pos, Priangan dll), (f)Dampak dari Isu Sesat yang kemudian dibantah secara terbuka dariDaulah Islamiyyah dalam bentuk : Hak Jawab, penyebaran pamflet,VCD bantahan & Fakta fitnah FSAUTM, suratsurat resmi bantahankepada Kodam Garut, Kodim, Polres Garut, Polsek, Kecamatan,Kelurahan, dan MUI Garut. Pimpinan AMDI (Waktu itu masih Letjen) Jenderal AMDI Yana Suryana di Interogasi selama 4 jam di MarkasPolres Garut. (lihat hasil interogasi), (g) Interogasi dan sikap-sikappihak Kepolisian RI di Jawa Barat, tidak mengarah kepada isu sesat,tetapi kepada muatan-muatan politik perjuangan DI Merdeka danstatus kewarganegaraan.Aktivitasaktivitas terakhir: (1) Ramadhan Syawal 1426 H,Imam/Pgl Tertinggi Jenderal Besar Adi SMK menjadi Juru runding Terorisdalam Tim Negoisasi Teroris yang diketuai oleh Al Chaidar, dan (2)Mendirikan Daulah Islamiyyah News Agency (DNA) , Maret 2006. 13. Faksi Aef Saifullah Nama faksi: Faksi Aef Saifullah.Lokasi di dalam negara: Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Merapihkan kembali komponen tentara kader muda yangada dalam tubuh NII dan mempersiapkan revolusi fisik.Kepemimpinan: Aef Saifullah, dibantu oleh Mansyur, Dadang Hafid,dan kawankawan.Afiliasi dengan kelompok: Ajengan Masduki, Gaos Taufik, danalumni Moro.Sejarah perkembangan: Setelah pertemuan syuro tahun 1998,kelompok ini kecewa terhadap kebijikan yang ditetapkan karna diangapkeputusan sepihak, maka kelompok ini membuat agenda diluarkesepakatan dengan tetap

mempertahankan Prinsip Gerakan Militer. Tahun 1999 kelompok ini mulai menyusun kekuatan Mobilisasi.Wilayah operasi: Garut, Bandung, Cianjur, Purwokerto, Cilacap, Lampung. Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, dan fai. Kemampuan militer: Kemampuan militer setingkat resimen.Strategi yang dipakai: gerilya. Taktik yang digunakan: hit dan run Pelatihan-pelatihan: Dilakukan di daerah konflik sewaktu konflikAmbon dan Poso.Sasaran-sasaran: Target militer dan sipil yang dianggap proterhadap kepentingan RI. Ideologi: Islam radikal.Komunitas pendukung: kaum petani dan buruh kota. Tanggapan negara RI: Kelompok ini dianggap berbahaya dalamstabilitas keamanan dalam negeri RI.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: KasusPerampokan di daerah Lampung, perdagangan senjata, danpengiriman bahan peledak.Aktivitas-aktivitas terakhir: belum diketahui.Kegiatankegiatan yang direncanakan: Rencana yangdipersiapkan kedepan tetap melakukan konsolidasi militer.Anggaran pertahun: Mengunakan sistym defisit anggaran,tidakada catatan khusus, berkisar 500 juta /tahun. 14. Faksi Ajengan Masduki Nama faksi: DI Faksi Ajengan Masduki, alias Faksi NII (NegaraIslam Indonesia).Lokasi di dalam negara: Jakarta, Lampung, Bandung, danPurwokerto, Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia.Kepemimpinan: Ajengan Masduki was the leader of faksi ini untilhis death di 2004. The leadership has been taken over by DadangHafidz.Ajengan Masduki was the head of the Fatwa Council di DI. di1986, when the then leader of DI, Adah Djalani, was arrested, AjenganMasduki was elected to be the provisional leader. Ajengan Masdukisurrendered his power to Adah when the latter was released dari prisondi 1995. Ajengan Masduki then joined Tahmids faksi. di 1996, hedengandrew dari Tahmids faksi to form his own faksi dengan adifferent system dan tactic.Afiliasi dengan kelompok: Jamaah Islamiyyah, MILF di Filipina,dan Thaliban (dan kemungkinan

dengan Al Qaeda).Sejarah perkembangan:A majority of DI anggota were under the leadership of AjenganMasduki because he was made the provisional leader of DI. It wasunder his leadership that DI anggota were sent to Afghanistan fortraining di the 1980s. It was also under his leadership that JI wasformed. Abdullah Sungkar, the founder of JI dan a member of DI, brokeaway dari Ajengan Masduki because the former was not able to seeeye to eye dengan the latter on strategy dan tactics. di addition, thetwo were competing for influence dan power dari denganin the DIcircles.In 1995, Ajengan Masduki handed over the leadership position toAdah Djalaeni following the latters release dari prison. di 1996,Ajengan Masduki went to form his own faksi. Wilayah operasi: Jawa Barat, East Kalimantan, Central Java, East Java, dan lain-lain.Sumber pengadaan dana: infaq dari anggota, shadaqah darianggota, dan fai (war booty).Dukungan luar: It was reported that this group received amoderate amount of money dari Al Qaeda.Kemampuan militer: They have an estimate of 1500 paramilitarycadres, 50 Afghan alumni, about 130 Moro alumni dan 400Ambon/Maluku alumni. The faksi is also known to have considerableamount of weapons smuggled dari Thailand dan Filipina dan thosebought dari the black market.Strategi yang dipakai: Their main strategy is armed struggle. Taktik yang digunakan: Ajengan Masduki membangunkejamaahan di Jakarta dan Lampung. Pembinaan terhadap jamaahnyabukan hanya dalam aqidah, syari 'ah, dan siyasah, melainkan jugadalam bidang militer. Sebagai instruktur diambil dari mereka yangsudah pernah terjun di dalam Perang Mujahidin Afghanistan.Pelatihan-pelatihan: Pelatihan militers dan Martial-art training(silat ).Sasaran-sasaran: Embassies of foreign/western countries,Shopping-malls, Places of vices (discotheques, bars, prostitutions, danlain-lain).Ideologi: Islam.Afiliasi dengan partai politik:Komunitas pendukung: pengangguran, mahasiswa, santri,pedagang, dan buruh. Tanggapan negara RI: di the Christmas Eve bombings diIndonesia di 2000, faksi ini coberoperasi dengan JI. However, Baasyirwas targeted as one of the culprits of the bombings even though hebelonged to a JI faksi

that was not involved di the bombings.Meanwhile, Ajengan Masduki was not implicated atau questioned bythe security forces. 84 Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: (1) BCABank Robbery, Hayam Wuruk, Jakarta 2000, (2) AMIN (AngkatanMujahidin Islam Nusantara) training camp, di Bogor, 2001, (3) Kasuspembunuhan Mentri Pertahanan RI Matori Abdul Jalili, (4) Kasuspemboman Masjid Istiqlal sebagai lambang Masjid Diror.

15. Faksi Ali AT Nama faksi: Faksi Ali AT, alias Faksi KPPSI (Komite PersiapanPelaksanaan Syariat Islam), alias RPII.Lokasi di dalam negara: Makassar, Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia.Kepemimpinan: Ali di is the highest command dan also a spiritualleader.Afiliasi dengan kelompok: PAN (Partai Amanat Nasional) dan JI(jamaah islamiyah).Sejarah perkembangan: (a) di 1952, there is a rebellion di thebanner of Darul Islam di South Sulawesi lead by Abdul Kahar Muzakkar,(b) Kahar was shot-death di 1959. Subsequently, the leadership wasinherited to Ali AT. He is still di charge until todayWilayah operasi: Makassar, Maluku, Ternate, Palu, Poso,Donggala, Manado, Samarinda, Tawaw, Nunukan, Surabaya, Davao(Mindanao).Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, dan sumber dariperkebunan Sulawesi (cokelat, cengkeh, karet.Dukungan luar: (1) Some of the leaders of faksi ini have theirown business. Their lucrative income sometimes resulted dari a strongcollution dengan the political cronies. JPS (Jaring Pengaman Sosial atauSocial Security net) was a policy introduced by The HabibieAdministration. Habibie is a Makasarese who unconsciously has a firmconnection dengan some of Makasarese DI, (2) There is also a sourcedari Al Qaeda, tapi the definite number of fund remitted is masihbelum
84

John Helmy Mempi dan Umar Abduh, Berdamai dengan Teroris, Sinar Harapan , 16 December 2005.

diketahui. Agus Dwikarnas bank account has ever been freezedup by the authority dan he is now di the custody di Manila sentencedfor 14 years.Kemampuan militer: Laskar Jundullah.Strategi yang dipakai: militer, dakwah (prosetylizing), dan politik(KPPSI). Taktik yang digunakan: pelatihan militer, bawah tanah/gerilya,kidnappings dan pembunuhan, dan pemboman, dan faI (robberies). Pelatihanpelatihan: pelatihan keagamaan dan militer.Sasaran-sasaran: daerah konflik di Indonesia: Maluku, Ambon, Ternate, Poso, Palu, Donggala.Ideologi: Islam.Afiliasi dengan partai politik: PAN (Partai Amanat Nasional)Komunitas pendukung: Traders dan businessmen, commonpeople, fishermen, small dan medium boat-owners, dan some of themalso civil servants. Tanggapan negara RI: (1) The detainment of Agus Dwikarna, theFilipina, (2) penangkapan Tamsil Linrung, (3) ditahannya SalmanBalfast, dan (4) KPPSI masih aktif hingga kini.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: (1) 1999,the big gathering on the demand of Syariat Islam di Makassarorganized by KPPSI, (2) 2000, another one big gathering di Makassardemanded an urgent measures to be taken by the government forSharia application di the law, dan (3) 2005, di Bulukumba, Makassar, there is another gathering demanding the implementation of IslamicSharia law denganin the state.Aktivitasaktivitas terakhir: Sulawesi camp di Mindanao stillorganizing pelatihan militers di Southern parts of the Filipina, 2005.Kegiatankegiatan yang direncanakan: (1) Camps for pelatihanmiliter di Ambon, Poso dan Donggala as well as di Palu, (2) Labssomewhere di Sulawesi (masih belum diketahui), (3) di March 2006,there will be another pelatihan militer di Mindanao, Southern Filipina.Some 30 mujahidin have been prepared for a secretive departure, dan(4) Public speech (dakwah) di Makassar, every year. 16. Faksi Bahrum Nama faksi: Faksi Bahrum.Lokasi di dalam negara: Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia.Kepemimpinan: Ajengan BahrumAfiliasi dengan kelompok: Komji, PPP, Golkar.Sejarah perkembangan: Tahun 1957 terlibat pemboman kasuscikini dan penembakan Presiden Sukarno.Wilayah operasi: Bogor, Cirebon, dan

Jawa Tengah.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, zakat.Dukungan luar: Bantuan Libya, Moro, dan Afghanistan. 17. Faksi Banjarmasin

dan

Nama faksi: Faksi Banjarmasin, alias Faksi Ibnu Hajar, DI, dan NII.Lokasi di dalam negara: Banjarmasin, Kalimantan Selatan.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia. 18. Faksi Broto Nama faksi: Faksi Broto, alias Faksi Bambang.Lokasi di dalam negara:Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia.Kepemimpinan: Broto atau Bambang Nama faksi: Faksi Budi Santoso, alias Faksi LMI (Liga Muslim Indonesia), atau Faksi Buya Roy.Lokasi di dalam negara: Depok, Jawa Barat, Indonesia.Lambang: Kaligrafi bergaya Iran yang bertuliskan tulisan la ilahailallah. Tujuan: (1) bersama Faksi-faksi DI yang lain mewujudkanIndonesia menjadi negara Islam, (2) menyatukan gerak dan langkahkaum muda DI untuk mengakselerasi kegiatan dakwah dan pelatihan, dan (3) menjadikan NII sebagai sebuah negara Islam yang modern,adil, beradab dan tidak berbau kearab-araban.Kepemimpinan: Kelompok ini dipimpin oleh Buya Royyanuddinselaku Mursyid Am, pada tingkat Majelis Syuro. Pada tingkat eksekutif,dipimpin oleh MH Budi Santoso. Pengurus LMI Pusat antara lain MursyidAm Buya Royanudin (Pimpinan Pesantren Istiqomah Gunung GuruhSukabumi/Tokoh NII Sukabumi/Wkl. Ketua LPW Majelis Mujahidin JawaBarat), dipimpin ole seorang Presiden, Budi Santoso (biasa jugadipanggil Muhands Haroki/Insinyur Pergerakan) dan Sekjen AhmadPurnama (asal Karawang). Moh. Royanuddin as, (kh, drs) @ aburoyanudin @ abu syarief. Alamat : Kampung Cimahi RT.02/01 Ds. Sela Jambe, Kec. Cisaat, Sukabumi, Jabar. Telepon : 0266-238505 dan HP :08156006521. Jabatan : (1) Ketua Presidium (Mama) NII. (2) KetuaLiga Muslimin Indonesia (LMI). Antecedent : Ybs. memiliki yayasanPonpes Istiqomah Indonesia yang beralamat di Ds. Sinar Resmi, Kec.Gunung

Buruh, Kab. Sukabumi (telepon : 0266-321050). Ybs aktif diPusat Kajian Islam Sukabumi (Puskis) yang beralamat di Jl. Raya Cisaat,Sukabumi, Jabar (telepon 0266-213418). Di kantor tersebut jugaberkantor organisasi-organisasi Islam lainnya yaitu MMI, IC, Hammas,KAHMI dan DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Kab. Sukabumi.Afiliasi dengan kelompok: (a) PUI (Partai Umat Islam), (b) PusatKajian Islam Sukabumi (Puskis) yang beralamat di Jl. Raya Cisaat,Sukabumi, Jabar (telepon 0266-213418), Pesantren Istiqamah, GunungGuruh, Sukabumi, (c) Pesantren At-Tijarah, Kadudampit, Cisaat,Sukabumi, (d) Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jawa Barat, dan (e)Pesantren Mujahirin, Cipatat, Kabupaten Bandung.Sejarah perkembangan: LMI merupakan organisasi ygmemfokuskan diri pada pembinaan dan pengkaderan generasi mudaIslam dengan menitikberatkan pada penanaman tauhid, akidah dan jihad. Dideklarasikan pada tahun 2002 di Sukabumi. Pengurus LMIPusat antara lain Mursyid Am Buya Royanudin (Pimpinan PesantrenIstiqomah Gunung Guruh Sukabumi/Tokoh NII Sukabumi/Wkl. KetuaLPW Majelis Mujahidin Jawa Barat), dipimpin ole seorang Presiden, BudiSantoso (biasa juga dipanggil Muhands Haroki/Insinyur Pergerakan)dan Sekjen Ahmad Purnama (asal Karawang). Basis gerakan selain diSukabumi, juga ada di Cicadas dan Cibiru Bandung (mayoritasmahasiswa IAIN Bandung), Cipatat Kab. Bandung (Pesantren MujahirinPimpinan Wawan Karmudin), Cikampek, Bekasi (Ust. Abu Hamzahalumnus Pesantren Ngruki Solo), Kampung Rambutan Jakarta(Mukarom rumahnya sering digunakan untuk acara pembaiatan dandoktrin bagi anggota baru), Lampung dan Padang. Kegiatan LMI al :talim, tabligh akbar, Latihan Kader Muslim, Latihan Kelaskaran. Prosesrekrutmen anggota dilakukan melalui proses baiat haroki (sumpahsetia kepada manhaj/aturan dan pimpinan gerakan). Pada 13-16 Juli 2005 di Islamic Centre Cisaat Sukabumi dilaksanakan Latihan KaderMuslim Nasional dengan menghadirkan beberapa pembicara dari luar al : FAUZAN AL-ANSHORI (Ketua LPW Majelis Mujahidin Jakarta/Departemen Data & Info LT MM), ANDI SUKMARA (JenderalBesar Angkatan Mujahidin Darul Islam/AMDI), KH. DADUN KOHAR(Pimpinan Pesantren Ad-Dawah/tokoh NII Sukabumi-non struktural). LMI merupakan cover untuk gerakan sesungguhnya,

yakni NII dimanaBUYA ROYANUDIN sebagai Imamnya. Oleh karenanya, direncanakanpada 12 Syawal 1426/15 Nopember 2005 akan dilaksanakan acaraMuhasabah Haroki (evaluasi pergerakan) sekaligus peringatanProklamasi NII (12 Syawal 1346/7 Agustus 1949), alternatif tempat dipesantren Istiqomah Gunung Guruh Sukabuni, Pesantren At-TijarohKadudampit Cisaat Sukabumi, atau Bandung (tempatnya belumditentukan).Wilayah operasi: Sukabumi, Depok, Jakarta Selatan (PasarMinggu), Cianjur, Palembang (Sumatera Selatan), Cicadas, Cibiru,Bandung (mayoritas mahasiswa IAIN Bandung), Cipatat, Kab. Bandung(Pesantren Mujahirin Pimpinan Wawan Karmudin), Cikampek, Bekasi(Ust. Abu Hamzah alumnus Pesantren Ngruki Solo), KampungRambutan Jakarta (Mukarom rumahnya sering digunakan untuk acarapembaiatan dan doktrin bagi anggota baru), Lampung, Padang, danMedan.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, fai, zakat, danshadaqah khos,Pelatihan-pelatihan: Muhasabah Haroki (evaluasi pergerakan) sekaligus peringatan Proklamasi NII (12 Syawal 1346/7 Agustus 1949), alternatif tempat di pesantren Istiqomah Gunung Guruh Sukabuni, Pesantren AtTijaroh Kadudampit Cisaat Sukabumi, atau Bandung (tempatnya belum ditentukan). Talim, smal-group discussion for deepening dan enhancinganggota understanding of Islam. Tabligh Akbar, forprosetelyzing. Public speaking atau public gathering

Latihan Kader Muslim, Latihan Kelaskaran. Para military training. Baiat Haroki (sumpah setia kepada manhaj /aturan dan pimpinangerakan). Proses rekrutmen anggota dilakukan melalui proses ini. Sasaran-sasaran: Ideologi: Islam.

Afiliasi dengan partai politik: PUI (Partai Umat Islam) dan PI(Partai Islam)Komunitas pendukung: mahasiswa, petani, buruh, danmasyarakat biasa. Tanggapan negara RI: Negara RI terus memantau pergerakan ini.Kegiatannya yang terbuka menjadikan kelompok ini sebagai sasaranintelejen yang sangat terbuka. Tapi, banyak kalangan intelejen yangtidak mengerti bagaimana kerumitan organisasional pergerakan LMIini. Pemerintah tidak bisa memahami sacara lebih komprehensif tentang organisasi ini. Banyak informasi yang salah dari pihakintelejen.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: (a)pembunuhan Abu Jihad (Fauzi Hasbi) di Ambon, 2003, (b) kasuspersidangan Anto (yang mengaku anggota LMI) di Ambon, 2004, dan(c) kasus dukungan terhadap Badrul Kamal, calon Walikota Depok yangtidak jadi, 2006.Aktivitas-aktivitas terakhir: Peringatan Proklamasi NII, 2004.Kegiatan-kegiatan yang direncanakan: (a) Latihan KaderMahasiswa, Depok. (2006), (b) Latihan Kader Buruh Tingkat Nasional,Bandung. (2007), (c) Latihan Kader Tani, Dauwan, Cikampek, JawaBarat (2006). 20. Faksi Emeng Abdurrahman Nama faksi: Faksi Emeng Abdurrahman, alias Faksi.Lokasi di dalam negara:Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia.Kepemimpinan:Afiliasi dengan kelompok:Sejarah perkembangan:Wilayah operasi:Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, fai, zakat, danshadaqah khos,Dukungan luar:Kemampuan militer:Strategi yang dipakai: dakwah dan jihad. Taktik yang digunakan:Pelatihanpelatihan:Sasaran-sasaran:Ideologi:Afiliasi dengan partai politik:Komunitas pendukung: Tanggapan negara RI:Kejadiankejadian yang berkaitan dengan kelompok ini:Aktivitas-aktivitas terakhir:Kegiatan-kegiatan yang direncanakan:Anggaran pertahun: 21. Faksi Fahru Faksi ini bernama Faksi Fahrurozi alias HNI (Harakah NegaraIslam). Faksi ini dipimpin oleh Fahrurozi. Faksi ini mempunyai lambangbendera Merah Putih ber-Bulan Bintang. Faksi ini bertujuan

membinakembali kekuatan dalam tubuh NII dengan melakukan kordinasi dan konsolidasi.

Kepemimpinan: dipimpin oleh Fahruroji, dibantu Bayit, Jagur,Ramlan, dan kawan-kawan.Afiliasi dengan kelompok: Kelompok tradisional NU dan kaumurban kota.Sejarah perkembangan: Setelah kasus komji kekuatan inimembentuk PRESIDIUM dalam NII, tahun 1996 kelompok muda dalamPresidium memisahkan menjadi LMI, sehinga kelompok ini merobahformat menjadi HNI (Harokah Negar Islam).Wilayah operasi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung,Padang.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, dan amal usaha jamai, Kemampuan militer: Kemampuan mencapai setingkat divisi. Strategi yang dipakai: Siryah tanjhim. Taktik yang digunakan: gerilya kota.Pelatihan-pelatihan: trainning dan pelatihan askariyah di daerahkonflik.Sasaran-sasaran: melakukat perekrutan rakyat RI dan melakukanpendataan terhadap kekuatan RI.Ideologi: Islam tradisional fundamentalis.Afiliasi dengan partai politik: Partai Masyumi, PKB, PUI, dan PANKomunitas pendukung: kaum tradisisonal Islam dan kaum urbankota. Tanggapan negara RI: Kelompok ini dianggap sebagai bahayalaten NII dalam kaum tradisionaldan urban kota RI.Kejadiankejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: KasusKomji dan bom Natal yang melibatkan orangnya di daerah Bandung. Anggaran pertahun: Menurut kalkulasi mencapai 5 miliar. 22. Faksi Gaos Taufik Di antara serpihan-serpihan Darul Islam itu, ada seorang tokohbernama Gaos Taufik yang membangun pengaruhnya di Sumatera.Pengikut Gaos dipersiapkan menjadi jundullah atau tentara Allah didaerah pedalaman Sumatera, kalau-kalau suatu waktu terjadi revolusidi Indonesa. Kelompok ini disebut-sebut mempunyai hubungan eratdengan mujahidin Moro di Filipina dan

mujahidin Pattani di Thailand.Nama faksi: Faksi Gaos Taufik, alias Faksi NII, Komji, Darul Islam,atau Cakrabuana.Lokasi di dalam negara: Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia.Kepemimpinan: Gaos Taufik, the leader since 1976 up to now.Ustadz Yoyok is di preparation process to be successor to Gaos Taufikdi the future.Afiliasi dengan kelompok: Some anggota of faksi ini havepersonal relations dengan BIN (Badan Intelijen Negara, State Intelligence Agency)Sejarah perkembangan: Menurut Laporan ICG 8 Agustus 2002 85 ,Gaos Taufik adalah pejuang Darul Islam dari Jawa Barat yang kemudianmenetap di Medan; kemudian terkait gerakan Komando Jihad, menurutlaporan dialah yang melantik Abdullah Umar dan Timsar Zubil. Kini,Gaos Taufik berdomisili di Tangerang. Di antara serpihan-serpihan DarulIslam itu, ada seorang tokoh bernama Gaos Taufik yang membangun pengaruhnya di Sumatera. Pengikut Gaos dipersiapkan menjadi jundullah atau tentara Allah di daerah pedalaman Sumatera, kalau-kalau suatu waktu terjadi revolusi di Indonesa. Kelompok ini disebut-sebut mempunyai hubungan erat dengan mujahidin Moro di Filipinadan mujahidin Pattani di Thailand.Wilayah operasi: Medan, North Sumatra, Aceh, Jakarta, Bekasi, Tangerang, LampungSumber pengadaan dana: infaq dan shadaqah dari anggota,Kemampuan militer: Faksi ini formerly had a well-organized paramilitary unit (laskar atau muaskar) named Cakrabuana. Strategi yang dipakai: militer, memotori konflik horizontal antaraMuslims dan Christians dan dakwah. Taktik yang digunakan: pemboman, perampokan bank, dandakwah di masjidmasjid.Pelatihan-pelatihan: Physical/military trainings dan Martial Arttrainings (silat).Sasaran-sasaran: bank-bank, mall-mall, dan masjid-masjid.Ideologi: Islam.Afiliasi dengan partai politik: They have ever had a preliminary contacts dengan PAN (National Trust Party) di year 2002. tapi there isno further follow-up action for cooperation.Komunitas pendukung: Small-scale businessmen, traditionaltraders dan para petani, unemployed people. Tanggapan negara RI: There has not been any reportedresponses dari the
85

Laporan ICG 8 Agustus 2002.

government.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: Istiqlalmosque bombing, Jakarta, 2000 dan BCA bank robbery di HayamWuruk, Jakarta, 1999.Aktivitas-aktivitas terakhir: Pondok Gede public speech on issuesof Islamic State dan terrorism, Bekasi, 2005. 23. Faksi Helmi Danu Muhammad Hasan Nama faksi: Faksi Helmi Danu Muhammad Hasan, alias FaksiUsroh, Gerakan Tarbiyah, Ikhwanul Muslimin, dan Partai KeadilanSejahtera.Lokasi di dalam negara: Indonesia. Tujuan: Menjadikan masyrakat Indonesia menjadi masyarakatIslam sehingga terwujud Negara IslamKepemimpinan: Helmy Danu Muhamad Hasan, Asep Danu, UstadAbu Ridlo, Rahmat Abdulah, Hidayat Nur Wahid.Afiliasi dengan kelompok:Sejarah perkembangan:Dalam perkembangan pergerakan Helmy setelah menjaditahanan tahun 1981 berangkat ke Mesir untuk tugas belajar dibawah jaminan keamanan BAKIN Ali murtofo selama 2 tahun.Selanjutnya Helmi Aminuddin menyatakan keluar dari strukturmaupun ajaran NII komando Adah Djaelani, kemudian ditampung dandipelihara oleh mantan tokoh Bakin (Soeripto). Soeripto menjadisponsor sekaligus promotor dan bertindak sebagai pemberi tugaskepada Helmi Aminuddin antara lain untuk mengadopsi ajaran danmanhaj serta berhubungan langsung secara organisasional dengangerakan Ikhwanul Muslimin faksi Qiyadah Syaikh Said Hawwa di Timur Tengah sekitar tahun 1985. Maka pergilah Helmi Aminuddin ke Timur Tengah untuk mengadopsi gerakan Ikhwan tsb sekalipun alasankepergiannya kesana Helmi mengatakan untuk menyelesaikanstudinya yang belum rampung. Sepulangnya dari Timur Tengah Helmi Aminuddin mulaimengibarkanbendera gerakan IM-Ikhwanul Muslimin di Indonesiaseraya melakukan klaim sebagai representasi gerakan Islam kaffah,universal dan menafikan seluruh gerakan Islam lain yg bersifat lokal diIndonesia dengan gerakan USROH. Pada tahun 1991 Helmi Aminuddin diangkat sebagai Mursyid atau elite komando organisasi gerakanIkhwanul Muslimin untuk kawasan Asia Tenggara. Eksistensi gerakan inicepat berkembang secara signifikan

khususnya di kawasan Ibu kotaDKI Jakarta. Tetapi awal awal tahun 1998 nama Helmi Aminuddin tiba-tiba raib dari blantika gerakan Tarbiyah Ikhwanul Muslimin yangbermarkas di Yayasan Al-Hikmah di kawasan Jl.Bangka Jakarta Selatan, juga di Yayasan Iqra di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur sebagaibasis sentral pemukiman elite mereka, serta Yayasan Nurul Fikri dikawasan Depok. Bahkan Helmi sempat diisukan dipecat atau dimazulkan kehabitat lamanya (NII), ada juga isu yang menyebutHelmi telah bergabung ke kelompok Syiah.Akan tetapi, pada kenyataanya Helmi Aminuddin bin Danu Muhammad Hasan sebenarnya tetap menjadi orang nomor satu danterpenting dalam kelompok gerakan Tarbiyah Ikhwanul Muslimin ini,hanya mungkin di masa kini keberadaan namanya dirasa perlu untuksementara waktu secara resmi ditarik dari peredaran gerakan Ikwan,bahkan nama Helmi Aminuddin tidak diakui keberadaanya oleh paraelite dan komunitas PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang ada sekarang.Mungkin inilah cara mereka menyembunyikan struktur (Siriyyatu Tandzhim) pergerakan Ikhwanul Muslimin di Indonesia. Kini Helmi Aminuddin mengkonsentrasikan diri secara khusus mengelola pesantren dan Islamic village di kawasan Cinangka Banten atas kucuran dana diantaranya sebagaian dari Bimantara, dari Timur Tengah serta dari Soeripto sebagai akses dana Orde Baru Cendana. Helmi Aminuddin memanage/mengendalikan gerakan Ikhwanul Muslimin Indonesia dari balik layer. Pada tahun 1998 berkat dibidani tangan dingin Soeripto mantan Bakin tsb gerakan Tarbiyyah Ikhwanul Muslimin Indonesia berhasil ikut partisipasi merayakan pesta demokrasi dengan menjadi salah satu kontestan. Saat itu gerakan Tarbiyah Ikhwanul Muslimin Indonesia merubah manhajnya danberubah bentuk menjadi Partai Keadilan (PK) dan kemudianbermetamorfosis lagi menjadi PKS (Partai Keadlian Sejahtera).Meskipun terbentuknya PKS ini menuai pro dan kontra ditubuh gerakan Ikhwan, tetapi melalui Musyawarah Syuro mereka perubahan menjadipartai PK saat itu mendapat mayoritas suara, sehingga secara resmigerakan Ikwan telah berubah menjadi partai (Partai Keadilan). Di tahun 1987 1988 aparat intelejen memang sedang getol menggarap dengan serius dengan memberi peluang bagi lahirnya dua kubu kekuatan dakwah yang mengatasnamakan

Islam namun secarasubtansi saling bertentangan, yang pertama adalah kekuatan dakwahIslam Ikhwanul Muslimin Mesir di bawah sponsor dan control tokohBakin Soeripto. Sedang yang kedua adalah kekuatan dakwah beraliran NII KW IX Abu Toto yang sesat dan bermisi merusak Islam umumnyadan khususnya melemahkan NII yang sebenarnya, yaitu yg menjadimusuh nomor wahid NKRI.PKS sebagai metamorfosis dari gerakan Ikhwanul MusliminIndonesia secara resmi berdasarkan konstitusi Pancasila dan UUD 45walaupun asas partainya Islam.Dalam hal ini Soeripto tetap tidak bersedia menjawab soalhubungan dan kedekatannya dengan Danu Muhammad Hasan di awalOrde Baru maupun dengan sang putra Danu, yaitu Helmi Aminuddinyang disebutnya sebagai ustadz muda (mursyid Ikhwanul MusliminAsia Tenggara) yang dimulai tahun 1984 selama beberapa tahun dirumah Mas Ton ( Hartono Mardjono) hingga akhirnya berubahn menjadiPartai Keadilan di tahun 1999 dan pada tahun 2003 menjadi PartaiKeadilan Sejahtera. Soeripta sebagai kader BAKIN oleh komunitasIkhwanul Muslimin Indonesia sangat diyakini telah bersih / tobat danberasil dibina dan dimanfaatkan oleh elite Ikhwan. Padahal siapa yangdimanfaatkan dan siapa yang memanfaatkan menjadi tidak jelas.Harap diingat bahwa dunia intelejen tidak mengenal apa yangdiistilahkan dengan pension, demikian halnya Soeripto, masih belumterbukti pemihakannya terhadap Islam sebagai sebuah kontra RI.Berita diatas pernah diklarifikasi oleh para tokoh dan pengurusPKS secara apologi diplomatis yg dialamatkan ke Majalah DewanRakyat melalui Majalah SAKSI. Padahal akurasi data dan informasitentang berita diatas sebenarnya bias dikonfirmasikan kepada sekitar 15 tokoh yg salah satu diantaranya sudah almarhum, yaitu Bung Hartono Mardjono. Tulisan diatas bukan sebagai fitnah, tetapi sebagai bahanrenungan dan penyelidikan bagi setiap muslim dan muslimah ygdengan ikhlas berjuang dalam Islam akan tetapi masih buta hebatnyaserta rumitnya dunia intelejen musuh. Saya yakin para ikhwan di PKSbanyak yg ikhlash berjuang, tapi keikhlasan tsb sangat disayangkankalau dimanfaatkan atau dibiaskan musuh. Beberapa ikhwan di PKSpernah bilang kalau sampai tingkat DPC keberadaan ikhwan diragukan,dalam arti sudah banyak intel disana. Namun yang harus diwaspadai bahwa intel itu justeru menyusup lewat atas,

langsung menempel kalangan elite atau atasan sehingga bias mempengaruhi kebijakan-kebijakan / langkah-langkah perjuangan. Sebagai contoh dikalangan ikhwan PKS sudah sangat kental dikenal dan difahami kalau dalamdunia politik sekarang adalah kondisi yg pada jaman Rosulullah tidakdialami, sehingga dengan bermetamorfosisnya Tarbiyah IM menjadiParpol adalah suatu ijtihad yg tidak melanggar syari danmeminimalisir pertumpahan darah. Tapi bisa jadi itulah salah satupengaruh kebijakan intel untuk menumpulkan ghiroh danmembelokkan cita-cita perjuangan Islam secara perlahan.Wilayah operasi: seluruh Indonesia.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, dan amal jamai.Dukungan luar: Distribusi dana dari bantuan gerakan IM duniaterutama basis negara ArabKemampuan militer: Dari potensial sumberdaya manusia didalamfaksi ini mencapai 2DIVISI kader militan. Strategi yang dipakai: Ijharul tanjhim. Taktik yang digunakan: perang kota.Pelatihan-pelatihan: Dilakukan di Mesir, di Afghan, dan daerahkonflik di Indonesia.Sasaran-sasaran: Target politik merobah masyrakat RI agarmengenal Islam dalam perjuangan politik, dan mempersiapkan masyarakat menuju Negara Islam dengan amal jamai.Ideologi: Islam.Afiliasi dengan partai politik:Komunitas pendukung: Tanggapan negara RI: Gerakan ini disusupi oleh aparatpemerintah dan mengontrol jalannya organisasi ini. Orang pemerintahyang berhasil mengontrol dan menjadi salah seorang elitnya adalah Soeripto. Adalah kader Milsuk (Militer Sukarelawan) dan intelijen binaanPangkowilhan (Wijoyo Suyono, Soerono atau Wahono), tetapi secarakronologi mengaku ditarik Kharis Suhud (Kodam Siliwangi) pada tahun 1967 1970 dan secara struktur komando berada dibawah YogaSugama yang saat itu dikomandani Sutopo Yuwono. Sebagai kaderintel Soeripto berada stu level dengan Agum Gumelar (Satu-satunya jenderal TNI yang pernah menyatakan diri akan bergabung dgn PartaiKeadilan, namun sehari kemudian pernyataan tsb diralatnya sendiribahwa yg dimaksudnya partai Keadilan adalah Pertai Keadilan danPersatuan / PKP dibawah pimpinan Edy Sudrajat). Soeripto dalamberbagai media menceritakan riwayat hidupnya dalam dunia intelejendengan gambling, sekalipun sudah mengaku menjadi mantan sejaktahun

1970 akan tetapi beberapa sumber menerangkan bahwaSoeripto tetap mangkal di kantor BAKIN yang lama karena mengikutdan tetap bersama Roedjito. Menurut beberapa teman dekatnyaSoeripto juga tak segan-segan nekad mengklaim mewakili KADINketika berkunjung ke China agar dapat sambutan dan fasilitas istimewadari pemerintah China.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: Setelahkasus Komji dan kasus Usroh.Aktivitas-aktivitas terakhir: Lebih banyak berurusan dengandemo. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan: memperbanyak jumlah dukungan dalam pemilihan umum. Anggaran pertahun: Kalkulasi angaran diperkirakan dalamsetahun mencapai 10 miliar. 24. Faksi Karsidi Nama faksi: DI Faksi Karsidi, alias Faksi Mansur, MansurIslamabiyah, atau KI (Kepemimpinan Islam).Lokasi di dalam negara:Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Menegakkan Negara Islam di Indonesia dengan cara-caramiliter dan memberlakukan hukum Islam di wilayah-wilayah yangsudah dikuasaiKepemimpinan: Faksi ini has big networks di several cities di Javadan Sumatra tapi the faksi alone has only an estimate of 17000anggota. The anggota have experience di military training diAfghanistan dan Mindanao (South Filipina), di Ambon, di Ternate dan diPoso. Karsidi is the leader for the faksi. He has been detained di NusaKambangan island prison (near Cilacap) for illegal possession of ammunitions dan guns di Purwokerto. Setelah the arrest of Karsidi, thedevelopment of faksi ini masih belum diketahui.Afiliasi dengan kelompok: Gerakan Pemuda Kabah (GPK), GPI(Gerakan Pemuda Islam), GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), PII(Pelajar Islam Indonesia), JI (Jamaah Islamiyyah), dan Qaidatul Jihad. Sejarah perkembangan: Faksi ini muncul pada tahun 1997 darikelompok Aef Saifulloh. Faksi Mansur atau Mansur Islamabiyah ini muncul dengan berbagai nama. Terakhir memakai namaKepemimpinan Islam (KI) sebagai tandhim atau organisasinya.Wilayah operasi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Riau,Maluku, dan Maluku Utara.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, fai, zakat, hadiah,dan pemalsuan uang,Dukungan luar: Jamaah yang ada di Malaysia, Jepang,Singapura, Hongkong, dan AustraliaKemampuan militer: 6.000 laskar di seluruh Indonesia.

Strategi yang dipakai: Military Gerilya kota (city guerilla) danpersuasif. Taktik yang digunakan: Perang gerilya, Perampokan, Penculikan, Penyanderaan, Pencurian, Pembunuhan, Dakwah/Pengajian, Publikasibarang cetakan, Sabotase, Pemalsuan uang, dan Bomb attack.Pelatihan-pelatihan: Belum diketahui jenisjenis pelatihan yang dilakukan oleh kelompok ini. Sasaran-sasaran: Westerners, Christian/Chatolic, Japanese/Korean, Chinese, Police, dan TNI/Indonesian Military Troops.Ideologi: Islam, Ahlussunnah wal Jamaah, Salafi.Afiliasi dengan partai politik: PBB (Partai Bulan Bintang) dan PUI(Partai Umat Islam).Komunitas pendukung: Para pekerja atau buruh atau karyawanpabrik dan perusahaan, Para pekerja di luar negeri, para daI dansantri, aktivis Islam, dan pengangguran. Tanggapan negara RI: Setelah Karsidi ditangkap, kemungkinanPemerintah RI sudah mengetahui tentang jaringan kelompok ini.Namun, karena sejauh ini tidak ada berita yang membahas tentangpenangkapan pemimpin ini, mungkin polisi atau aparat hukum hanyamemproses pelanggaran kriminalnya saja tanpa mengetahui latar-belakang ideologi dan pergerakan dari Karsidi ini. Jamaah atauanggota kelompok ini belum terdengar ada yang tertangkap.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: bomAmbon dan Poso.Aktivitas-aktivitas terakhir: Tidak diketahui aktivitas terakhir dari kelompok ini. Kelompok inisangat tertutup dan sangat menjaga rahasiaKegiatan-kegiatan yang direncanakan: (a) Membangun jaringankoordinasi di setiap propinsi, 2007. (b) Membangun jaringan koordinasidi setiap kabupaten, 2010. (c) Membangun jaringan koordinasi disetiap kecamatan, 2020. (d) Membangun jaringan koordinasi di setiapkelurahan/desa, 2030. (e) Membangun jaringan koordinasi di setiapRT/Lingkungan, 2040. (f) Pemboman. (g) Sabotase. (h) Penculikan. (i)Pembunuhan. (j) Penyanderaan. (k) Pencurian/fai. (l) Rekayasakerusuhan antar warga Islam dan Kristen. (m) Pemalsuan uang.

25. Faksi Lukman

Nama faksi: Faksi Lukman, alias Faksi Ridwan , Cakrabuana, atauDILF (Darul Islam Liberation Front).Lokasi di dalam negara: NII dan DI.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Melakukan mobilisasi kekuatan Militer untuk melakukanaksi tentara atas nama perjuangan menegakkan NII di bumi Indonesia.Kepemimpinan: Lukman dibantu Amar.Afiliasi dengan kelompok: LMI (Liga Muslim Indonesia), PUI (PartaiUmat Islam), MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), Alumnus Afghan,Alumnus Moro, Faksi Gaos Taufik, dan JDI (Jamaah Darul Islam).Sejarah perkembangan: Setelah keluar dari tahan RI tahun 1984mulai melakukan penyusunan kembali sehinga tahun 1987 terjadiSyuro Lampung dimana terpilih Ajengan Masduki sebagai Imam. Makamulailah Pak Luqman minta restu membuat sayap Militer denganbantuan Alumnus Afghan dan Moro. Ternyata, dalamperkembangannya kemudian, sayap militer ini berkembang menjadikelompok mandiri yang terpisah dari induknya (Faksi AjenganMasduki).Wilayah operasi: Jawa Barat, Jawa Tengah , Lampung,Palembang, Medan.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, dan amal jamai.Dukungan luar:Kemampuan militer: Setingkat RESIMEN.Strategi yang dipakai: Urban Syriah Tanjhim (Pergerakan Bawah Tanah Perkotaan). Taktik yang digunakan: Gerilya dan hit dan run. Pelatihan-pelatihan: Di gunung-gunung, di daerah konflik diIndonesia.Sasaran-sasaran: Fasilitas pendukung RI baik Sipil atau Militerdan Kantor-kantor pemerintah.Ideologi: Tanjhim Islam Fundamentalis.Komunitas pendukung: petani, buruh, dan kaum urban. Tanggapan negara RI: Pemerintah sepertinya sudah mengetahuikeberadaan kelompok ini. Faksi Luqman ini dapat menjadi kekuatanlaten dari NII yang dapat menimbulkan konflik horisontal di dalamnegara RI.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: BomHotel JW Mariot, Jakarta dan Bom Kuningan Kedutaan Australia, Jakarta.Aktivitas-aktivitas terakhir: tak ada.Kegiatan-kegiatan yang direncanakan: Karena tidak adanyaskedul sehingga pekerjaan dilaksanakan dengan sistem koordinasiteritorial tanpa harus melewati jalur komando yang

intinya akanmelakukan gerakan Darul Islam Liberation (DILF).Anggaran pertahun: Mencapai sekitar 1 miliar rupiah.

Front

26. Faksi Mamin Nama faksi: Faksi Mamin, alias Faksi Abdul Haq dan Panglima 2KWIXLokasi di dalam negara: Indonesia, Malaysia, dan Singapura.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mempersiapkan kondisi NII paska tertawanya AsyahidImam Kartosuwiryo, pada bidang diplomatik luar negeri, perlupembenahan dan kerja keras.Kepemimpinan: Mamin alias Abdul Haq.Sejarah perkembangan: Perkembangan dengan faksi ini berawaldari Panglima 2 dari KW-IX, setelah kasus Komji Abdul Haq berangkatke Malaysia th 1980, dengan basis persiapan yang cukup matangselama 5 tahun mulailah terjadi gelombang migrasi para pelarianpolitik era rejim orde barutermasuk yang ditampung al Toto Salam,Mursalin Dahlan, Abdulah Sungkar,Abu Bakar Basyr.Setelah tahun 1987terjadi Syuro Lampung, Abdul Haq terangkat menjadi Segneg danAbdulah Sungkar menjadi KUKT, pengiriman Kader Mujahidin keAfghanistan resmi atas nama NII sesuai permintaan Asyhid UstadAbdulah Azam.Pengiriman kader Mujahidin,dihentikan setelah FutuhKabul dan terjadi konflik antara Tanjhim diAfghan. Tahun 1993 setelahkader militer yang mendapat pangkat di Afghanistan kenbali terjadikonflik internal antar Abdul Haq dengan Abdulah Sungkar sehingakeluar pernyataan, Abdulah Sungkar keluar dari kepemimpinan ImamAjengan Masduki. Ternyata friksi ini berkembang sampai ke Indonesiadan sampai meningalnya Ajengan Masduki, kini Abdul Haq secarahirarqi kepemimpinan tampuk tertingi pada faksi ini.Wilayah operasi: Malaysia dan Indonesia.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, dan amal jamai.Dukungan luar: Mujahidin Afghanistan dan kaum pekerja yangada di luar negeri.Kemampuan militer: setingkat divisi.Strategi yang dipakai: difensi persuasif. Taktik yang digunakan: gerilya urban.Pelatihan-pelatihan: Afghanistan, Moro, dan PataniSasaran-

sasaran: Menargetkan kepada seluruh kepentinganmiliter dan sipil pemerintahan RI.Ideologi: fundamentalis Islam Suni.Afiliasi dengan partai politik:Komunitas pendukung: kaum imigran, kaum buruh, kaumnelayan, dan kaum pekerja. Tanggapan negara RI: Keberadaan Faksi ini dianggap sebagaiancaman dimasa depan dalam peta politik luar negeri NKRI.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini:pengiriman kader mujahidin Afghanistan, pengiriman kader mujahidinMoro, dan pengiriman kader mujahidin Patani. Aktivitas-aktivitas terakhir: Tidak ada catatan atas faksi inikarena sangat tertutup.Kegiatan-kegiatan yang direncanakan: Tidak ada catatan padakegiatan yang yang direncanakan pada faksi ini.Anggaran pertahun: Diperkirakan mencapai 5 miliar/th. 27. Faksi Misi Islam Nama faksi: Faksi Misi Islam, alias Faksi Abdullah Hanafi, DI, atauNII.Lokasi di dalam negara: Indonesia, Jakarta. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia yang mengacupada NII dan To disseminate the urgency of an Islamic State denganinIslam di Indonesia.Kepemimpinan:Abdullah Hanafi (died 1987). Established by Abdullah Hanafi di1970s di Jakarta. Emon Badruzzaman (Since 1987).Afiliasi dengan kelompok: Partai Masyumi dan PKS.Sejarah perkembangan: Dari Fillah, Aceng Kurnia.Wilayah operasi: Jakarta, Madura, Tasik, Garut, Bandung, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, zakat, dan hadiah.Dukungan luar: Saudi Arabia, Yaman, dan Malaysia.Kemampuan militer: None. This is a non-violence faksi. It splitteddari Aceng Kurnias faksi of Darul Islam. This is a Fillah mainstream diDarul Islam faksialized political system.Strategi yang dipakai: dakwah dan tarbiyah. Taktik yang digunakan: kebersamaan dalam agama dan quasiformal sistem pendidikan melalui sistem pesantren modern.Pelatihan-pelatihan: tilawah, tazkiyah, talim, dan taqrirah.Sasaran-sasaran: They plan to have schools dari elementary touniversity di all over Indonesia dan Misi Islam is concentrating dimending the conduct of every its anggota to be di the right track whatIslam wanted to be.Ideologi: Islam, moderate Islam, Ahlussunah wal jamaah, tapidengan a quite liberal style.Afiliasi dengan partai

politik: Partai Masyumi dan PKS.Komunitas pendukung: Misi Islam sekarang mempunyai 10.000 jamaah di sekitar Jakarta, para pedagang kecil Muslim (pedagang obatdi Pasar Cibening), siswasiswa sekolah menengah, para istri, dankaum pedagang traditional. Tanggapan negara RI: (a) The governement of Indonesia haveever raided to houses of some member of Misi Islam, such as to homeof Fuad di Kalisari, eastern Jakarta, 2004. The police detained him forone day di Central Police Head Quarter di Jakarta dan then releasedhim for nothing evidence has been found di his home. tapi somephotographs dan documents was taken by the police, (b) di former time, some of faksi inis anggota were captured dan sentenced forseveral years di relation to Komji case di 1976 dan 1978. Among themare Mawardi Noer dan Abdullah Hehamahua.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini: (a)Berkaitan dengan pemboman Hotel JW Marriot, (b) kasus Bom Ambon,(c) kasus Bom Poso.Aktivitas-aktivitas terakhir: (a) pelatihan kursus bahasa Arab diWalang, Tanjung Priok, Jakarta, 2006, dan (b) pelatihan nahu sharaf (logika tata bahasa Arab), Tanjung Lengkong, Cawang, Jakarta, 2006. 28. Faksi Munir Fatah Nama faksi: Faksi Munir Fatah, alias Faksi Fillah Munir, atau DIFillah.Lokasi di dalam negara: Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Menegakkan kembali eksistensi NKA-NII dengankonsentrasi pada bidang politik.Kepemimpinan: Dipimpin oleh Munir Fatah, wakilnya Amir,anggota Chairul, Emeng Abdurrahman, Mursalin Dahlan.Afiliasi dengan kelompok: Bergabung dengan kelompok RPII (Republik Persatuan Islam Indonesia), Permesta.Sejarah perkembangan: Setelah tahun 1962, selesai masarevolusi, Munir mengambil sikap mengikuti perintah ImamKartosoewiryo melakukan pembinaan politik di sekitar kota Bandungdan Jawa. Di tahun 1973 terlibat dengan kasus Komji (Komando Jihad),setelah bebas, Munir kembali mengembangkan Darul Islam dengankonsep back to Fillah sebagai sikap politik yang diyakininya sebagaisatu-satunya kebenaran.Wilayah operasi: Meliputi hampir keseluruhan Pulau Jawa.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, fai, dan zakat.Dukungan luar: Tidak ada dukungan

dari luar negeri.Kemampuan militer: Tidak mempunyai kekuatan sayapbersenjata.Strategi yang dipakai: non-violence/non-militer, dakwah, danpendidikan (tarbiyah). Taktik yang digunakan: Politik Jahryah Tanjhim.Pelatihan-pelatihan: Pelatihan Juru Dakwah untuk wilayahterpencil dan berbeda budaya dan Pelatihan Budaya Kaliman Timuruntuk Juru Dakwah.Sasaran-sasaran: (a) akan merekrut anggota jamaah hingga10% dari jumlah penduduk Indonesia di tahun 2010, (b) Akan memilikisejumlah fasilitas pendidikan agama Islam, (c) Akan memiliki sejumlahsarana usaha ekonomi di seluruh Indonesia, (d) Akan menguasaiwilayah basis di Jawa Barat. 86 Ideologi: Islam.Afiliasi dengan partai politik: tidak ada.Komunitas pendukung: Masyarakat kelas bawah di Jawa Barat. Tanggapan negara RI: Pemerintah sudah tahu keberadaankelompok Faksi DI yang satu ini ketika kunjungan Panglima TNI Faisal Tanjung ke Jawa Barat.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini:Kelompok ini pernah terlibat kasus Komji.Aktivitas-aktivitas terakhir: Faksi ini lebih berorientasi kepadapembinaan Politik DI.Kegiatan-kegiatan yang direncanakan: Persiapan kader muda NIIpada bidang politik. 29. Faksi Mursalin Dahlan Nama faksi: Faksi Mursalin Dahlan, alias Faksi GIS (Gerakan IslamSemesta).Lokasi di dalam negara: Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Memberikan pemahaman sejarah perjuangn danmemberikan persiapan revolusi kelanjutan NII.Kepemimpinan: Pimpinan Mursalin Dahlan,Wakil Andy Rasyd, Jauhari.Afiliasi dengan kelompok: MMI, LMI, Khalifatul Muslimin, Partai PI.Sejarah perkembangan: Gerakan islam Semesta sudahmengalami persiapan semasa paska gerakan USROH,setelah kasusKomji.Wilayah operasi: Mengalami perkembangan di wilayah Jawa danSumatra.Sumber pengadaan dana: infaq, dan shadaqah. 30. Faksi Musodiq

86

Wawancara dengan Usep Fathoni, Bogor, 26 Februari 2006.

Nama faksi: Faksi Musodiq.Lokasi di dalam negara: Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia.Kepemimpinan: MusodiqSumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, zakat, dan amal jamai,Komunitas pendukung: Masyarakat kelas bawah.Pelatihan-pelatihan: Selain materi pelajaran militer yang sudahdisebutkan di atas, terdapat juga materi pelajaran agama Islam,seperti: (a) tafsir Alquran, (b) ilmu mustalahah hadits Nabi SAW, (c)fiqih sirah (hukum sejarah), (d) fiqih haraki (hukum pergerakan), (e) fikih ibadah mahdhah (pendidikan syariat Islam umum), (f) kepimpinanislami (manajemen jihad), (g) fiqih jihad (hukum perang).87 Ideologi: Islam 31. Faksi Omo atau FTR Faksi FTR masih tergolong sebagai faksi baru (yang belum lamamuncul, lahir tahun 2002), dan eksistensinya belum diketahui secarapasti oleh pihak Negara Republik Indonesia. Oleh karena itupenyikapan dari pihak pemerintah atas faksi ini belum ada. Tahun2002, kelompok ini mengadakan Forum untuk membicarakan kondisiNegara Islam Indonesia di bawah komando Ali Machfud, selanjutnyaforum ini dinamakan Forum Taushiyah Rakyat (FTR). Faksi ini bernamaForum Taushiyah Rakyat (atau disingkat dengan FTR) adalah faksiDarul Islam atau NII yang bertujuan melanjutkan perjuangan SMKartosoewirjo menegakkan negara Islam di Indonesia.Faksi ini juga dikenal di kalangan kaum pergerakan Darul Islamdengan sebutan Faksi Omo, karena mengacu kepada pemimpinsekarang faksi ini, Imam Utomo yang berasal dari Banten.Lambang:Merah putih ber bulan bintang ini bertujuan melanjutkan perjuanganSM Kartosoewirjo menegakkan negara Islam di Indonesia.Faksi ini bersifat independen, akan tetapi untuk sampai padatataran misinya yaitu mengembalikan perjuangan Darul Islam sesuaidengan sistemnya, hampir seluruh faksi-faksi yang ada dalam DarulIslam, faksi FTR berkomunikasi aktif. Juga berorientasi untuk berdialogdengan seluruh elemen pergerakan yang ada di Indonesia
87

Nasir Abbas,ibid., Bab III.

dan Asia Tenggara, juga sedang membangun jaringan dengan elemenpergerakan Islam di Timur Tengah.Proses awal kemunculan faksi FTR adalah sebagai refleksiketidaksetujuan atas pemberlakuan sistem perjuangan yang dipakaidalam faksi konstitusi (Abu Ali Machfud) yang telah mengaburkanprinsip-prinsip perjuangan yang baku dalam konstitusi Darul Islam. Dimana Negara Islam Indonesia selama belum terpenuhi syarat-syaratberhentinya jihad fardhu ain , tidak dapat berubah hukum jihadnyamenjadi fardhu kifayah . Atas ketidak setujuan terhadap perubahanprinsip perjuangan, pada 2002 di bawah komando Mujadid Abu Qital,rakyat bermusyawarah dan menghasilkan konsep teguran (taushiyah nasehat) secara tertulis kepada para elite di faksi konstitusi. Karenataushiyah rakyat yang disampaikan secara proporsional tidakditanggapi, bahkan disikapi secara negatif, akhirnya Forum TaushiyahRakyat (FTR) mengorganisir diri dengan tetap komitmen kepada prinsipperjuangan, bahwa Darul Islam selama masa belum terpenuhinyasyarat-syarat sebagaimana termuat dalam penjelasan proklamasi Negara Islam Indonesia tahun 1949, maka selama itu perjuangan DarulIslam masih dalam status jihad fardhu ain.Mujadid Abu Qital adalah seorang kader muda militan yang didiklangsung oleh Abdul Karim Hasan. Abdul Karim Hasan atau akrabdipanggil Abi Karim adalah Panglima Komandemen Wilayah IX (KW-IX)dalam masa pemerintahan Negara Islam Indonesia di bawah Imam /Panglima Tertinggi Adah Jaelani Tirtapraja pada tahun 1974-1991.Setelah keluar dari Kepemimpinan KW-IX di masa Abdul Salam PanjiGumilang pada 1997, kemudian memasuki faksi Abu Tachmid pada1997 hingga Desember 1999. Mujadid Abu Qital kemudian memasukifaksi Konstitusi di bawah komando Abdul Fatah Wirananggapati.Setelah kepemimpinan dalam faksi konstitusi beralih kepada AliMachfud, kemudian Mujadid Abu Qital memisahkan diri darikepemimpinan Ali Machfud setelah memberikan Taushiyah Rakyatkepada para pemimpin untuk kembali pada jalur perjuangan sesuaipedoman perjuangan untuk tegaknya Negara Islam Indonesia, yaituQanun Azasi atau konstitusi Darul Islam secara murni dan konsekuen.Wilayah operasi faksi FTR terkonsentrasi di Indonesia secaraumum. Dan secara khusus tidak terkonsentrasi di satu wilayah, akantetapi wilayah operasinya

meliputi dihampir seluruh kota-kota provinsidi Indonesia; di antaranya: Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Jambi, Sumatera Barat, Pekanbaru, Medan,Sulawesi, dan Kalimantan.Struktur organisasi faksi FTR, sebagaimana titik tolakperjuangannya yang ingin konsisten dengan konstitusi Negara IslamIndonesia secara murni dan konsekwen, maka sistem organisasi yangdipakai yaitu sesuai dengan Maklumat Komandemen Tertinggi NegaraIslam Indonesia No. 11 tahun 1959 (MKT No. 11/1959). Sesuai dengansistem tersebut, maka struktur organisasi faksi FTR sebagaimanalayaknya struktur negara dalam masa perang, dengan 7 strukturkomandemen. Faksi FTR dalam struktur komandonya mengacu pada sistemstelsell komandemen perang NII, dengan komando tertinggi berada ditangan Imam Negara Islam Indonesia dan dibantu oleh Kepala Staf umum selaku pemimpin harian. Pada tingkat pusat, panglima tertinggi juga dibantu oleh beberapa wajir (menteri).Struktur komando dalam faksi FTR, untuk tingkat komandemen tertinggi berkonsentrasi kepada Pertahanan dan Keamanan, HubunganLuar Negeri dan perluasan wilayah konsentrasi. Sedang untuk urusan Dalam Negeri kewenangan komandonya berada pada tiap-tiaptingkatan komandemen wilayah, di bawah koordinasi Majelis Dalam Negeri. Faksi yang beraliran ideologi Islam Sunni ini tidak berafiliasi dengan partai politik secara legal formal. Pendukung perjuangan faksi FTR secara umum adalah umat Islam bangsa Indonesia, juga umatIslam di beberapa negara yang tergabung dalam pergerakan-pergerakan islam radikal di Asia dan Afrika. 32. Qaidatul Jihad Nama faksi: Faksi Qaidatul Jihad, alias Faksi Tanzhim Qaidatul Jihad, Jamaah Islamiyah (nama awal), atau Faksi Hambali. Faksi yangberlambang bendera bertuliskan dua kalimat syahadat , bertujuanmendirikan negara Islam di Indonesia.Sejarah perkembangan, aksi kekerasan yang dihubung-hubungkan dengan Pondok Pesantren Al-Mukmin bukanlah hal baru.Beberapa peristiwa peledakan bom, termasuk teror Warman pada akhirtahun 1970 dan

awal tahun 1980, juga melibatkan beberapa pengajarAl Mukmin. Sementara pendiri Al Mukmin, Abdullah Sungkar dan AbuBakar Ba'asyir, terpaksa meringkuk di penjara. Keduanya ditudingmelakukan kegiatan subversif dan menolak asas tunggal (Pancasila)rezim Orde Baru.Wilayah operasinya meliputi Maluku, Poso, Ternate, Palu,Makassar, Manado, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Lombok, NTB,Medan, Riau, Balikpapan, Nunukan, Samarinda, dan Banjarmasin.Sumber pengadaan dana: infaq fi sabilillah, shadaqah, dan zakat.Dukungan luar: Al Qaeda Yaman, Al Qaeda Iraq, dan Al QaedaArab Saudi.Kemampuan militer: 9.000 pasukan di seluruhn Indonesia, terdiridari para alumnus Afghan dan Alumnus Moro.88 Strategi yang dipakai: Aksi kekerasan itu sendiri merupakan dalilperjuangan AbdullahSungkar. Dalam wawancara dengan majalah Islam Australia, Nida'ulIslam terbitan Februari-Maret 1997, Abdullah Sungkar mengatakan,ada tiga acuan metodologi jihad untuk mewujudkan Daulah Islamiyahmelalui jihad, yakni memperkuat pemahaman akidah, organisasi, danbasis militer. Maka tidak heran jika Abdullah Sungkar disebut-sebutsebagaipendiri dan sekaligus pemimpin tertinggi al-Jemaah al-Islamiyah (JI) ditempat pelariannya di Malaysia. Di negeri jiran itu dia aktif merekrutpengikutnya dan memberangkatkan mereka ke Afganistan untukpendidikan militer. Taktik yang digunakan: Pemboman, Perampokan, Pencurian,Pembunuhan, Penculikan, dan Penyanderaan.Pelatihan-pelatihan: Materi pelajaran militer yang utamadiberikan adalah: (1) Tactic, yaitu seni pertempuran infantri, (2)MapReading , yaitu kemahiran seputar membaca peta dan navigasikhususnya di daerah-daerah yang sudah dijadikan target sepertiAfghanistan, Indonesia (khusnys daerah Jawa, Maluku dan Sulawesi Selatan, Poso), Chechnya, Tajikistan, Mindanao (Filipina), ThailandSelatan (Pattani), Arakan (Rohingya, Myanmar), Dagestan,
88

Wawancara dengan Abdi, Alumnu Afghan dan Moro, bekas anggota JI, Bekasi, 13 February2006.

dan lain-lain, (3)Weapon Training , yaitu kemahiran seputar berbagai macamsenjata infantri dan artileri, (4)Field Engineering , yaitu kemahiranseputar ranjau standar buatan pabrik, bahan peledak, penempatanbom, dan penggunaannya sebagai alat penghancur. Termasuk pengetahuan peracikan bahan kimia dan juga bahan dapur yang dapatdiolah menjadi bahan peledak, (5)Mine dan destruction.89 Selain materi pelajaran militer yang sudah disebutkan di atas,terdapat juga materi pelajaran agama Islam, seperti: (a) Tafsir Alquran,(b) Ilmu Mustalahah hadits Nabi SAW, (c) Fiqih sirah (Hukum Sejarah),(d) Fiqih haraki (Hukum Pergerakan), (e) Fikih ibadah mahdhoh(Pendidikan syariat Islam umum), (f) Kepimpinan islami (Manajemen Jihad), (g) Fiqih jihad (Hukum Perang).90 33. Tahmid Rahmat Kartosoewiryo Nama faksi: Faksi Tahmid Rahmat Kartosoewiryo, alias Faksi NII.Lokasi di dalam negara: Indonesia/Malangbong.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: (a) Mendirikan negara Islam di Indonesia, (b) mendukungpenerapan syariat Islam, dan (c) Khilafah Islamiyah atau KhilafatulMuslimin.Kepemimpinan: Faksi ini dipimpin oleh Tahmid RahmatKartosoewiryo.Sejarah perkembangan: Pasca Kepemimpinan S.M. Kartosoewirjo,NII kemudian dipegang oleh Kahar Muzakkar (1962 - 1965), kemudianoleh Agus Abdullah (1965 - 1970) dan Teungku Daud Beureuh (1970 -1980). Pasca kepemimpinan ini, NII terpecah menjadi beberapa faksi,karena terjadi perselisihan paham dan pendapat tentang siapa yanglebih berhak menggantikan posisi Imam NII, ada kubu Mujahidin dalamwadah Fillah di bawah komando Djaja Sujadi dan Mujahidin dalamwadah Sabilillah di bawah komando Adah Djaelani Tirtapradja.Kemudian kubu Sabilillah ini pecah lagi menjadi beberapa faksi,yaitu Faksi Abdullah Sungkar, yang meliputi wilayah Jawa tengah dan Yogyakarta, Faksi Atjeng Kurnia, yang meliputi wilayah Bogor, Serang,Purwakarta, dan Subang, Faksi Ajengan Masduki, yang meliputi wilayahPuwokerto,
89

Nasir Abbas,ibid., Bab III. Nasir Abbas,ibid., Bab III.

90

Subang, Cianjur, Jakarta dan Lampung, Faksi Abdul FatahWiranagapati, yang meliputi wilayah Garut, Bandung, Surabaya danKalimantan dan Faksi Gaos Taufik, yang meliputi wilayah PulauSumatera.In the late 1960s, Dar ul-Islam began to emerge dari the periodof inactivity that had plagued the movement since the signing of the Joint Proclamation. Aceng Kurnia began to instruct the children of Darul-Islam adherents, including Kartosuwirjo's son Tahmid Rahmat Basuki, inspiring them to continue their mission to make Indonesia an Islamicstate. One of Aceng's students was Abdullah Said, an admirer of KaharMuzzakar who founded the Hidayatullah pesantren (madrasah) outside Balikpapan, East Kalimantan, which would di more recent times beused to support dan shelter jihadist fighting Christians di Ambon dan Sulawesi.91 10 of Aceng's students di the Bandung area led by Tahmid formed the Penggerakan Rumah Tangga Islam (PRTI) di the failed hopeof consolidating Darul-Islam under their control. When that failed,Aceng began working dengan PRTI to form a committee to reuniteformer NII commanders. Danu Mohammad Hassan, who was Aceng'scontact di the Indonesian intelligence coordinating agency BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara), was then contacted by Aceng touse BAKIN to support a reunion of the old NII leadership. Dengan the1971 elections drawing near, BAKIN saw the possibility of drawingformer rebels into Suharto's Golkar ruling party dan gave Aceng'scommittee $600 (R.p. 250,000) to finance their activities.Sepeninggal Karim Hasan, ketika kepemimpinan dipegang olehH. Rais, yang kemudian ditangkap dan dipenjarakan oleh aparatkeamanan RI. Pasca bebas penuhnya Adah Djaelani, Dewan fatwakemudian menyerahkan pimpinan kepada Adah Jailani. Keputusan inikemudian melahirkan konflik dari kelompok lain, yang akhirnyamenyatakan batalnya kepemimpinan Adah Djaelani.Tahmid wasinitially as a Kepala Staff Umum under Adah Jailani. tapi then, setelaha long period of unsolved conflict between elite of DI, Tahmid became aleader on its own faksi di 1987.Wilayah operasi: Bandung, Garut, Tasik Malaya, Jakarta, Banten,dan Medan.Sumber pengadaan
91

Summary of ICG report on the implications of Dar ul-Islam, Part 1.

dana: infaq, shadaqah, fai, dan zakat.Dukungan luar: There are some anggota of DI faksi Tahmid whoare living abroad dan remit some cash as their compulsory alms. Noclear amounted has ever been reported publicly.Kemampuan militer: The faksi has a paramilitary wing, dikenal dengan TII (Tentara Islam Indonesia, Indonesian Islamic Troops) dengan almost 3000 foot-soldiers. Strategi yang dipakai: Arm struggle, the use of force danviolence, propaganda, recruitment by using religious class. Taktik yang digunakan: ceramah atau khutbah di masjid-masjid,pengajaran keagamaan eksklusif dari rumah ke rumah (usrah), danpenggunaan senjata.Pelatihan-pelatihan: pelatihan militer, martial art training, danreligious trainingSasaran-sasaran: It is not clear which target they will focusprimarily at Ideologi: Islam.Afiliasi dengan partai politik: It before had a strong ties denganGolkar (Golongan Karya) selama the period of Pemerintahan Orde BaruSoehartoKomunitas pendukung: Umumnya ralyat kelas kecil atau parapetani atau para pedagang kecil di Jawa Barat (Bandung, Garut, TasikMalaya, Cianjur, Sukabumi, Banten, Ciamis). Tanggapan negara RI: Pemerintah Republik Indonesiat telahbeberapa kali melakukan penyerbuan ke malja (kantor sekretariat)faksi ini. Pada tahun 1995 raid is the biggest dan tremendous responsedari pemerintah RI. No one killed atau injured, tapi about 900 anggota pergerakan had been detained dan then released setelah 2 atau 3 months Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini adalahpelatihan militer diwadahi oleh personil TII di Mindanao pada bulanMaret 2006. 34. Tawaw Pada awal bulan Juni 2006, muncul berita di suratkabar tentangtertangkapnya 12 anggota Islam radikal Darul Islam di Malaysia.Departemen Luar Negeri (Deplu) memastikan tiga di antara 12 orangyang ditangkap di Sabah, Malaysia, karena kasus terorisme adalahwarga negara Indonesia (WNI). Di antara 12 anggota Islam radikalDarul Islam yang ditangkap Polisi Diraja

Malaysia itu, 10 orangditenggarai warga Indonesia. Dua yang lain warga Malaysia. Merekaditangkap di Sabah karena diduga merencanakan aksi terorisme dibeberapa negara Asia Tenggara. Mereka juga diduga membantupelarian Dul Matin dan Umar Patek, dua tersangka Bom Bali I pada2002, dari Indonesia ke Filipina Selatan. Ini berlangsung antara 2003hingga Maret 2006. Tak ada keterangan identitas mereka. Hanya,disebutkan dua warga Malaysia yang ditangkap adalah guru agama.Satu lulusan sebuah universitas Sains di Penang, Malaysia.Belakangan, diketahui bahwa enam di antara mereka warga Malaysiadan tiga WNI. Tiga lainnya diperkirakan warga Filipina. Dari SekretarisBidang Penerangan KBRI Kuala Lumpur Eka Aryanto Suripto, identitastiga WNI tersebut adalah Aboud Ghafar Shahril, 38, guru agama;Zainuddin Suharno, 28, asal Jawa Tengah; dan Jaki Hamid, 28.Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Sutanto mengakui penangkapan WNI yang menjadi tersangka terorisme di Malaysia, dua di antaranya kedapatan menguasai dua senjata api dan 100 butir peluru. Keduanya dijerat dengan UU Keamanan Dalam Negeri atau Internal Security Act (Isa) di Malaysia. Kini mereka ditahan di Penjara Kamunting yangdikenal sebagai tahanan bagi tersangka kasus pelanggaran ISA (UU Keamanan Dalam Negeri). Dengan UU itu, tersangka bisa ditahan tanpa harus diadili untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. 92 Kelompok ini, mungkin dari kelompok Darul Islam atau NegaraIslam Indonesia dari Faksi Tawaw. Faksi ini yang beroperasi di titikstrategis (Tawaw dan Nunukan) wilayah perbatasan Negara BagianSarawak, Malaysia. Wilayah operasinya meliputi Sabah (Malaysia),Sarawak (Malaysia), Jolo (Filipina), Samarinda (Indonesia), danBanjarmasin (Indonesia). Seberapa besar jumlah keanggotaannya danpemimpin faksi ini masih belum diketahui. Faksi yang bertujuan mendirikan negara Islam di Indonesia ini,dalam awal sejarah perkembangannya berada di bawah kepemimpinanAjengan Masduki. Di tahun 1998, faksi ini muncul dari hasil perpecahan antara Ajengan Masduki dan Abdullah Sungkar.
92

Indo Pos , Kepala Dulmatin Dihargai Rp93 M, 2 Juni 2006.

Faksi ini mempunyai hubungan baik dengan MILF di Filipina. Faksi ini juga memakai lambang Bendera Merah Putih Berbulan Bintang ini 35. Ules Suja'i Nama faksi: Faksi Ules Suja'i, alias Faksi DI atau NII.Lokasi di dalam negara: IndonesiaLambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia.Kepemimpinan: Ules Suja'iSumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, fai, zakat, danshadaqah khos,Strategi yang dipakai: dakwah dan jihad.Ideologi: Islam 36. Yasir Nama faksi: Faksi Yasir, alias Faksi Garda Zaytun.Lokasi di dalam negara: Indonesia.Lambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mengembalikan eksistensi cita cita luhur NII yang telah diProklamasikan oleh Asyhid Imam Kartosuwiryo yang telahdiselewengkan dan merapatkan kembali shaff yang telah keluar dariKW-IX Toto Salam.Kepemimpinan: Yasir.Sejarah perkembangan: Setelah kekuar dari Zaytun kelompok inimenjadi sahff baru dengan nama Garda Zaytun, sekarang berkembangdengan eks Zaytun yang keluar dan bergabung menjadi satukonsolidasi.Wilayah operasi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI.Sumber pengadaan dana: infaq, shadaqah, dan zakat. 37. Yunus Faksi ini lebih dikenal dengan nama Faksi Yunus.Lokasi di dalam negara: IndonesiaLambang: Bendera Merah Putih Berbulan Bintang. Tujuan: Mendirikan negara Islam di Indonesia.Kepemimpinan faksi ini dipegang oleh Ustadz Yunus, alias Yunos,atau Andi. Setelah memisahkan diri dari Faksi Gaos Taufik, group iniberkembang dibawah bimbingan Ustadz Yunus.Sejarah perkembangan, Ustadz Yunus bergabung ke dalam DarulIslam sejak 1986, di Jawa Barat. Di tahun 1987, dia pindah ke Malaysiadan bekerja sebagai pengiriman barang-barang dagangan di Klang. Ditahun 1988, di masuk ke dalam kamp pelatihan militer di Kandahardan Jalalabad (Afghanistan) selama tiga tahun. Di tahun

1991 diakembali ke Malaysia dan menjalankan bisnis miliknya di Klang. Diamengembangkan bisnisnya dan merekrut banyak orangorangIndonesia yang datang ke Malaysia untuk bekerja menjalankanbisnisnya. Di tahun 1992, dia memberitahukan bahwa ia telah bersumpah setia dalam baiat di hadapan Abdullah Sungkar, tokohyang mendirikan Jamaah Islamiyyah (JI) tapi dia tolak. Dia tetap didalam Darul Islam, karena istri keduanya adalah putri Gaos Taufik(pemimpin senior DI) walaupun dia tidak setuju dengan pandanganGaos Taufik untuk berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dimasa depan.Setelah tahun 2001, dia telah ditekan untuk meninggalkanMalaysia dan kembali ke Indonesia dengan keluarga. Anggota faksinyatelah mencapai 600 di Jawa Barat, Lampung, dan Bengkulu. Sumberpengadaan dana diperoleh dari infaq, shadaqah, fai, dan zakatanggota. 38. Yusuf Kamil Hanafi Faksi Yusuf Kamil Hanafi, alias Faksi DI, NII, Pesantren Al Furqaan,Faksi Kamil, Faksi Kutai, Faksi Balikpapan, atau DI Sufi. Faksi inimemakai lambang bendera NII, yakni Merah Putih Berbulan Bintang.Faksi ini beryujuan mentransformasikan aktivistas-aktivitas yangmengacu kepada unsur radikalisme atau terrorisme menjadi sufi, danmenyediakan dasar pengajaran Islam, khusus bagian ibadah.Faksi ini pada awal pembentukannya dipimpin oleh Ustadz KamilHanafi. Selanjutnya diteruskan oleh Ustadz Enceng sejak tahun 1984hingga sekarang. Belakangan, faksi ini berafiliasi dengan kelompokPesantren Darut Tauhid pimpinan Abdullah Gymnastiar di Bandung.Wilayah operasinya meliputi kawasan Jawa Barat, Kutai Timur(Provinsi Kalimantan Timur), dan seluruh wilayah di Indonesia.Sumber pengadaan dana diperoleh melalui infaq para anggotafaksi dan sumbangan pengusaha. Karena orientasi gerakan keagamaanfaksi nonpolitis dan anti kekerasan, maka gerakan ini tidak mempunyai kemampuan militer. Oleh sebab itu, faksi ini banyak memperoleh dukungan dari luar, yakni dari kalangan militer dan perusahaan minyakdan gas yang beroperasi dekat dengan lokasi pesantren.Strategi yang dipakai adalah transformasi menuju sufi. Taktikyang digunakan adalah shalat malam, renungan malam, danmengunakan tren sufisme ke dalam masyarakat. Pelatihan-

pelatihandilakukan melalui latihan pembahasan Quran dan Hadist, sertapelatihan pembudidayaan perikanan.Sasaran-sasarannya adalah mengoreksi praktik-praktikkekeliruan kaum Muslim atas ajaran Islam dan menyiapkan aspekspiritualitas sebelum melaksanakan jihad.Saat ini faksi ini belum berafiliasi dengan partai politik diIndonesiaKomunitas pendukung: para pelajar sekolah menengah,pengangguran, ibu-ibu rumah tangga, orang-orang pinggiran diwilayah perkotaan maupun pedesaan.Negara menanggapi macam kegiatan dan gerakan kelompok inidengan sangat senang hati. negara RI.Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini dapatditemui dan menjadi agenda tahunan, yaitu kegiatan: (a)itikaf Ramadhan (b) pertemuan dari tanggal 20 hingga 30 di setiasp akhirbulan, (b) berkolaborasi dengan Pesantren Darut Tauhid milik Aa Gym(Kiyai Abdullah Gymnastiar) dalam perayaan tahun baru. Analisis Faksi-Faksi Darul Islam Dari paparan di atas, jelas terlihat bahwa terorisme Islam terbentuk dari adanya overlapping of interest dari paham fundamentalisme dan paham radikalisme Islam. Dengan demikian, cara mengatasi terorisme pun, secara ideologis adalah memisahkan antara paham fundamentalisme Islam dan paham radikalisme Islam untuk tidak bertemu dalam satu wadah yang utuh. Jika pemisahan ini berhasil dilakukan, maka terorisme akan mengalami kematiannya secara pelan-pelan. Namun, jika radikalisme dan fundamentalisme terusmenerus mendapatkan momentum untuk bersatu, maka akan sulit sekali mengatasi terorisme. Terorisme akan tumbuh subur di kalangan di mana antara simbol dan hakikat bertemu. Jamaah Islamiyyah pada awalnya bukanlah organisasi teroris, ia merupakan organisasi radikal yang mengalami fundamentalisasi di Malaysia setelah bertemu dengan banyak kalangan fundamentalis di luar Indonesia. Sementara Darul Islam yang mempraktekkan terorisme hanyalah sebagian kecil saja. Di bawah ini, terdapat beberapa penjelasan tentang faksi-faksi Darul Islam dengan segala potensinya dalam bentuk tabel-tabel. Pada tabel 1 di bawah ini, tergambar jumlah anggota Darul Islam yang dikumpulkan secara garis besar. Jumlahnya anggota Darul Islam hampir mencapai setengah juta orang (376.000). Faksi Abu Toto,

yang melanjutkan faksi Adah Jailani adalah yang terbanyak (sekitar 50.000) anggotanya. Sementara faksi-faksi dengan jumlah anggota terkecil adalah faksi Adi SMK, Yunus dan Broto. Setiap faksi rata-rata memiliki jumlah anggota yang berkisar antara 5000 hingga 10.000 orang. Jumlah ini belum termasuk keluarga (istri dan anak) mereka. Tabel 1 hanya menggambarkan jumlah anggota dari pihak anggota laki-laki saja yang juga banyak di antara mereka belum menikah. Namun tidak diketahui berapa jumlah mereka yang menikah dan belum menikah. Jumlah keseluruhan anggota Darul Islam adalah 376,000. Jumlah anggota terbanyak dimiliki oleh faksi Abu Toto dengan 50,000 anggota. Disusul oleh faksi Abdul Qadir Baraja dengan 30,000 anggota. Dan faksi Abdullah Said, Ajengan Masduki, Ali AT, Helmi Danu Muhammad Hasan, dan Tahmid Rahmat Kartosuwiryo; masing-masing 20,000 anggota. Sedangkan jumlah anggota terkecil dimiliki oleh faksi Adi SMK dan Broto masing-masing dengan 1,000 anggota. Rata-rata jumlah keseluruhan anggota Darul Islam adalah 9,894 anggota. Tabel 1 Jumlah Anggota Darul Islam Menurut Faksi No Nama Faksi Jumlah Anggota 1 Abdul Fatah Wirananggapati 5,000 2 Abdul Jabbar 2,000 3 Abdul Qadir Baraja 30,000 4 Abdullah Said 20,000 5 Abu Bakar Baasyir 10,000 6 Abu Fatih atau Hamzah 5,000 7 Abu Kholish 5,000 8 Abu Toto 50,000 9 Abu Wardan 3,000 10 Abubakar Misbah 10,000 11 Aceng Kurnia 10,000 12 Adi SMK 1,000 13 Aef Saifulloh 5,000 14 Ajengan Masduki 20,000 15 Ali AT 20,000 16 Bahrum 5,000

17 Banjarmasin 5,000 18 Broto 1,000 19 Budi Santoso 10,000 20 Emeng Abdurrahman 10,000 21 Fahru 10,000 22 Gaos Taufik 10,000 23 Helmi Danu Muhammad Hasan 20,000 24 Karsidi 1,500 25 Lukman 5,000 26 Mamin 10,000 27 Misi Islam 10,000 28 Munir Fatah 10,000 29 Mursalin Dahlan 10,000 30 Musodiq 10,000 31 Omo 5,000 32 Qaidatul Jihad 9,000 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo 20,000 34 Tawaw 5,000 35 Ules Suja'i 5,000 36 Yasir 2,500 37 Yunus 1,000 38 Yusuf Kamil Hanafi 5,000 Total 376,000 Dari 38 faksi Darul Islam yang ada sekarang, sebanyak 13 faksi adalah faksi fillah (yang lebih berorientasi pada pola perjuangan sipil), sedangkan jumlah faksi yang berorientasi sabilillah adalah sebanyak 25 faksi. Dibandingkan dengan jumlah faksi fillah tahun 2000 yang terdiri dari 7 faksi fillah dan 7 faksi sabilillah, maka perpecahan atau aglomerasi pergerakan Darul Islam lebih banyak terjadi pada kelompok faksi sabilillah. Artinya, kelompok faksi militer dan cenderung pada kekerasan lebih terbuka untuk terpecah, sedangkan kelompok faksi sipil (non-militer) lebih sedikit terpecah. Kelompok faksi fillah bertambah 6 faksi dalam 6 tahun, sedangkan kelompok faksi sabilillah bertambah 18 faksi dalam 6 tahun terakhir ini. Tabel 2 Faksi-Faksi Darul Islam Menurut Kelompok Orientasi (Sipil dan Militer)

No. Faksi Fillah Sabilillah 1 Abdul Fatah Wirananggapati Fillah 2 Abdul Jabbar Sabililah 3 Abdul Qadir Baraja Sabililah 4 Abdullah Said Fillah 5 Abu Bakar Baasyir Sabililah 6 Abu Fatih atau Hamzah Sabililah 7 Abu Kholish Sabililah 8 Abu Toto Sabililah 9 Abu Wardan Sabililah 10 Abubakar Misbah Fillah 11 Aceng Kurnia Fillah 12 Adi SMK Sabililah 13 Aef Saifulloh Sabililah 14 Ajengan Masduki Fillah 15 Ali AT Sabililah 16 Bahrum Sabililah 17 Banjarmasin Sabililah 18 Broto Sabililah 19 Budi Santoso Fillah 20 Emeng Abdurrahman Sabililah 21 Fahru Sabililah 22 Gaos Taufik Sabililah 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Fillah 24 Karsidi Sabililah 25 Lukman Sabililah 26 Mamin Fillah 27 Misi Islam Fillah 28 Munir Fatah Sabililah 29 Mursalin Dahlan Fillah 30 Musodiq Sabililah 31 Omo Fillah 32 Qaidatul Jihad Fillah 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Sabililah 34 Tawaw Sabililah 35 Ules Suja'i Sabililah 36 Yasir Fillah 37 Yunus Sabililah 38 Yusuf Kamil Hanafi Sabililah Total 13 25

Yang menarik untuk dilihat bahwa ternyata tidak semua faksi yang berorientasi militer berkenderungan terhadap kekerasan. Dan tidak semua faksi fillah (non-militer) menerima ide atau gagasan nonkekerasan. Sebanyak 23 faksi cenderung dan menerima gagasan perlunya kekerasan dalam pergerakan, baik terhadap pihak yang dianggap musuh maupun terhadap pihak internal yang berkhianat atau merugikan pergerakan. Hanya 15 faksi yang cenderung tidak menyetujui kekerasan dalam menjalankan pergerakan Darul Islam. Data ini dikumpulkan dari wawancara yang bersifat tidak berstruktur dan dinilai kecenderungan afeksinya ke arah kekerasan atau nonkekerasan. Yang menarik adalah kecenderungan baru dari faksi Ajengan Masduki yang bersifat non-kekerasan, padahal sebelumnya banyak anggota faksi ini yang terlibat dalam serangkaian kasus kekerasan politik yang sangat mengkhawatirkan di Indonesia dan Filipina selatan serta di beberapa tempat di Thailand selatan. Juga kecenderungan yang berubah dari faksi Emeng Abdurrahman yang semakin mengarah kepada non-kekerasan yang sebelumnya banyak anggota faksi ini yang terlibat langsung dalam kekerasan dan terorisme di Indonesia maupun di wilayah lain di Asia Tenggara. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mengapa kecenderungan ini terjadi. Tabel 3 di bawah ini menggambarkan orientasi kekerasan dan nopn-kekerasan dalam praktek dan aksiaksi masing-masing faksi Darul Islam. Tabel 3 Faksi-Faksi Darul Islam yang Mempraktekkan Kekerasan dan NonKekerasan No. Faksi Violence Non-Violence 1 Abdul Fatah Wirananggapati NV 2 Abdul Jabbar V 3 Abdul Qadir Baraja NV 4 Abdullah Said NV 5 Abu Bakar Baasyir V 6 Abu Fatih atau Hamzah V 7 Abu Kholish V 8 Abu Toto NV 9 Abu Wardan V 10 Abubakar Misbah NV

11 Aceng Kurnia NV 12 Adi SMK V 13 Aef Saifulloh V 14 Ajengan Masduki NV 15 Ali AT V 16 Bahrum V 17 Banjarmasin V 18 Broto V 19 Budi Santoso NV 20 Emeng Abdurrahman NV 21 Fahru V 22 Gaos Taufik V 23 Helmi Danu Muhammad Hasan NV 24 Karsidi V 25 Lukman V 26 Mamin V 27 Misi Islam NV 28 Munir Fatah NV 29 Mursalin Dahlan NV 30 Musodiq V 31 Omo V 32 Qaidatul Jihad V 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo NV 34 Tawaw V 35 Ules Suja'i V 36 Yasir V 37 Yunus V 38 Yusuf Kamil Hanafi NV Total 23 15 Dari tabel 4 di bawah ini menjelaskan bagaimana faksi-faksi fillah yang seharusnya tidak menyetujui ide-ide kekerasan tetapi menyetujui kekerasan, mesti tidak tergambar apakah kecenderungan ini sudah berada pada tataran aksi atau praktek nyata di lapangan. Sebanyak 4 faksi fillah yang menyetujui kekerasan tersebut adalah faksi Mamin, Omo, Qaidatul Jihad dan Yasir. Faksi-faksi yang bersifat fillah di dalam pergerakan Darul Islam sekarang ini menjadi kabur, karena tidak semuanya berkecenderungan non-kekerasan. Bahkan dari tabel 4 kita bisa melihat bahwa banyak juga faksi-faksi sabilillah yang menyetujui atau bersifat non-kekerasan. Sebanyak 6 faksi lebih memilih metode

non-kekerasan dalam menjalankan roda organisasinya. Keenam faksi tersebut adalah: faksi Abdul Qadir Baraja. Faksi Abu Toto, faksi Emeng Abdurrahman, faksi Munir Fatah, faksi tahmid Rahmad Basuki Kartosoewirjo dan faksi Yusuf Kamil Hanafi. Tabel 4 Faksi-Faksi Darul Islam Menurut Kelompok Cluster dan Kecenderungan pada Kekerasan No. Faksi Fillah Sabililah Violence Non-Violence 1 Abdul Fatah Wirananggapati Fillah NV 2 Abdul Jabbar Sabililah V 3 Abdul Qadir Baraja Sabililah NV 4 Abdullah Said Fillah NV 5 Abu Bakar Baasyir Sabililah V 6 Abu Fatih atau Hamzah Sabililah V 7 Abu Kholish Sabililah V 8 Abu Toto Sabililah NV 9 Abu Wardan Sabililah V 10 Abubakar Misbah Fillah NV 11 Aceng Kurnia Fillah NV 12 Adi SMK Sabililah V 13 Aef Saifulloh Sabililah V 14 Ajengan Masduki Fillah NV 15 Ali AT Sabililah V 16 Bahrum Sabililah V 17 Banjarmasin Sabililah V 18 Broto Sabililah V 19 Budi Santoso Fillah NV 20 Emeng Abdurrahman Sabililah NV 21 Fahru Sabililah V 22 Gaos Taufik Sabililah V 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Fillah NV 24 Karsidi Sabililah V 25 Lukman Sabililah V 26 Mamin Fillah V 27 Misi Islam Fillah NV 28 Munir Fatah Sabililah NV 29 Mursalin Dahlan Fillah NV 30 Musodiq Sabililah V 31 Omo Fillah V 32 Qaidatul Jihad Fillah V

33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Sabililah NV 34 Tawaw Sabililah V 35 Ules Suja'i Sabililah V 36 Yasir Fillah V 37 Yunus Sabililah V 38 Yusuf Kamil Hanafi Sabililah NV Total 13 25 23 15 Organisasi Darul Islam adalah organisasi dengan konsep dan pergerakan yang universal. Gerakan ini cenderung untuk menjalin komunikasi dan membangun jaringan yang permanen di luar Indonesia. Sebanyak 20 faksi, yang merupakan mayoritas, memiliki hubungan luar negeri. Artinya, hanya 18 faksi saja yang belum memiliki jaringan di luar Indonesia. Daya jangkau mereka pada pergerakan-pergerakan Islam di luar sangat tinggi. Dibandingkan pada tahun 1980-an, hanya dua faksi saja yang memiliki hubungan jaringan ke luar, yaitu faksi Ajengan Masduki dan faksi Abullah Sungkar (atau sekarang bernama faksi Abu Bakar Baasyir). Faksi Mamin dan Yunus serta Karsidi misalnya, meskipun pernah berada di Malaysia cukup lama, namun tidak membangun jaringan hubungan luar negeri selama berada di luar Indonesia. Artinya, anggota NII yang berada di luar negeri (kebanyakan di Malaysia) bisa juga bermakna bahwa mereka lari ke luar negeri dan tidak lagi berjihad atau hanya sekedar mengasingkan diri dan kemudian berdiam tidak menjalin hubungan apapun dengan pergerakan Islam internasional manapun. Tabel 5 di bawah ini memperlihatkan beberapa faksi yang tidak membangun hubungan atau jaringan regional atau internasional. Tabel 5 Hubungan Luar Negeri dari Faksi-Faksi Darul Islam No Nama Faksi Hubungan Luar (Nilai 1=Ada; 0=Tidak Ada) 1 Abdul Fatah Wirananggapati 1 2 Abdul Jabbar 1 3 Abdul Qadir Baraja 1 4 Abdullah Said 1 5 Abu Bakar Baasyir 1 6 Abu Fatih atau Hamzah 1 7 Abu Kholish 1 8 Abu Toto 1

9 Abu Wardan 0 10 Abubakar Misbah 0 11 Aceng Kurnia 0 12 Adi SMK 0 13 Aef Saifulloh 0 14 Ajengan Masduki 1 15 Ali AT 1 16 Bahrum 0 17 Banjarmasin 0 18 Broto 1 19 Budi Santoso 0 20 Emeng Abdurrahman 1 21 Fahru 0 22 Gaos Taufik 1 23 Helmi Danu Muhammad Hasan 1 24 Karsidi 0 25 Lukman 1 26 Mamin 0 27 Misi Islam 0 28 Munir Fatah 1 29 Mursalin Dahlan 0 30 Musodiq 1 31 Omo 1 32 Qaidatul Jihad 0 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo 1 34 Tawaw 1 35 Ules Suja'i 0 36 Yasir 0 37 Yunus 0 38 Yusuf Kamil Hanafi 0 Total 20 Ada ; 18 Tidak Ada Dari tabel 6 di bawah ini, setahunnya Darul Islam dari berbagai faksi mengadakan latihan militer sebanyak 258 kali yang mungkin tersebar di Indonesia atau wilayah lainnya di Asia Tenggara. Ratarata setiap faksi mengadakan latihan militer sebanyak sekali sebulan. Dan semua faksi Darul Islam, baik sabilillah atau fillah, baik yang berorientasi kekerasan maupun non-kekerasan, semuanya memiliki latihan kemiliteran bagi anggotanya. Yang menarik adalah bahwa faksi Adi SMK mengadakan latihan militer sekali dalam setahun, padahal faksi ini adalah satu-satunya faksi yang hadir

secara publik dengan segala atribut kemiliterannya, lengkap dengan segala tanda pangkat. Tabel 6 Frekuensi Latihan Militer No Nama Faksi Frekuensi Latihan Militer (per tahun) 1 Abdul Fatah Wirananggapati 2x 1 th 2 Abdul Jabbar 12x 1 th 3 Abdul Qadir Baraja 2x 1 th 4 Abdullah Said 12x 1 th 5 Abu Bakar Baasyir 12x 1 th 6 Abu Fatih atau Hamzah 12x 1 th 7 Abu Kholish 12x 1 th 8 Abu Toto 12x 1 th 9 Abu Wardan 12x 1 th 10 Abubakar Misbah 2x 1 th 11 Aceng Kurnia 6x 1 th 12 Adi SMK 1x 1 th 13 Aef Saifulloh 6x 1 th 14 Ajengan Masduki 6x 1 th 15 Ali AT 12x 1 th 16 Bahrum 3x 1 th 17 Banjarmasin 6x 1 th 18 Broto 6x 1 th 19 Budi Santoso 3x 1 th 20 Emeng Abdurrahman 3x 1 th 21 Fahru 6x 1 th 22 Gaos Taufik 12x 1 th 23 Helmi Danu Muhammad Hasan 12x 1 th 24 Karsidi 6x 1 th 25 Lukman 12x 1 th 26 Mamin 6x 1 th 27 Misi Islam 3x 1 th 28 Munir Fatah 6x 1 th 29 Mursalin Dahlan 6x 1 th 30 Musodiq 12x 1 th 31 Omo 6x 1 th 32 Qaidatul Jihad 12x 1 th 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo 6x 1 th 34 Tawaw 6x 1 th 35 Ules Suja'i 6x 1 th

36 Yasir 3x 1 th 37 Yunus 4x 1 th 38 Yusuf Kamil Hanafi 3x 1 th Total 258x 1 th Sebanyak 17 faksi Darul Islam terlibat dalam terorisme, baik bersifat kelembagaan maupun perseorangan. Dan, dari tabel 7 di bawah ini, 21 Faksi DI tidak pernah terlibat dalam pelanggaran tindak pidana terorisme. Yang menarik adalah faksi Abdullah Said yang tidak pernah terlibat dalam terorisme. Mungkin anngota-anggota mereka yang terlibat langsung dipecat atau dikeluarkan atau tidak diakui lagi sebagai umat atau dianggap tidak patuh terhadap pimpinan. Sebagaimana diketahui bahwa faksi Abdullah Said-lah yang memperkenalkan Ustadz Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar ke Taliban di Afghanistan. Selain itu, faksi Ajengan Masduki tidak mengakui terlibat dalam terorisme. Hal ini bisa bermakna bahwa faksi ini sepeninggal Ajengan Masduki tidak lagi berhubungan dengan pelaku-pelaku terorisme atau tidak mengakui kepemimpinan yang sebelumnya yang telah membuka jalan bagi hubungan gerakan Darul Islam dengan MILF di Filipina Selatan. Tabel 7 Faksi-Faksi Darul Islam yang Terlibat dan Tak Terlibat Terorisme No Nama Faksi Terlibat Terorisme 1 Abdul Fatah Wirananggapati Ya 2 Abdul Jabbar Ya 3 Abdul Qadir Baraja Tidak 4 Abdullah Said Tidak 5 Abu Bakar Baasyir Tidak 6 Abu Fatih atau Hamzah Ya 7 Abu Kholish Ya 8 Abu Toto Ya 9 Abu Wardan Ya 10 Abubakar Misbah Tidak 11 Aceng Kurnia Ya 12 Adi SMK Tidak 13 Aef Saifulloh Ya 14 Ajengan Masduki Tidak 15 Ali AT Ya 16 Bahrum Tidak

17 Banjarmasin Tidak 18 Broto Tidak 19 Budi Santoso Ya 20 Emeng Abdurrahman Tidak 21 Fahru Tidak 22 Gaos Taufik Ya 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Ya 24 Karsidi Ya 25 Lukman Ya 26 Mamin Tidak 27 Misi Islam Tidak 28 Munir Fatah Tidak 29 Mursalin Dahlan Tidak 30 Musodiq Ya 31 Omo Tidak 32 Qaidatul Jihad Ya 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Tidak 34 Tawaw Ya 35 Ules Suja'i Tidak 36 Yasir Tidak 37 Yunus Tidak 38 Yusuf Kamil Hanafi Tidak Total Ya=17; Tidak=21 Tabel 8 Faksi-Faksi DI dilihat dari Orientasi Kekerasan dan Non-Kekerasan dan Hubungannya dengan Keterlibatan Mereka dalam Terorisme No. Faksi Violence/ Non-Violence Terlibat Terorisme 1 Abdul Fatah Wirananggapati NV Ya 2 Abdul Jabbar V Ya 3 Abdul Qadir Baraja NV Tidak 4 Abdullah Said NV Tidak 5 Abu Bakar Baasyir V Tidak 6 Abu Fatih atau Hamzah V Ya 7 Abu Kholish V Ya 8 Abu Toto NV Ya 9 Abu Wardan V Ya 10 Abubakar Misbah NV Tidak 11 Aceng Kurnia NV Tidak

12 Adi SMK V Tidak 13 Aef Saifulloh V Ya 14 Ajengan Masduki NV Tidak 15 Ali AT V Ya 16 Bahrum V Tidak 17 Banjarmasin V Tidak 18 Broto V Ya 19 Budi Santoso NV Tidak 20 Emeng Abdurrahman NV Ya 21 Fahru V Tidak 22 Gaos Taufik V Ya 23 Helmi Danu Muhammad Hasan NV Ya 24 Karsidi V Ya 25 Lukman V Ya 26 Mamin V Tidak 27 Misi Islam NV Tidak 28 Munir Fatah NV Tidak 29 Mursalin Dahlan NV Tidak 30 Musodiq V Ya 31 Omo V Tidak 32 Qaidatul Jihad V Ya 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo NV Ya 34 Tawaw V Tidak 35 Ules Suja'i V Tidak 36 Yasir V Tidak 37 Yunus V Tidak 38 Yusuf Kamil Hanafi NV Tidak Total V=23; NV=15 Ya=17; Tidak=21 Tabel 9 No. Faksi Memiliki Situs Internet Ya Tidak 1 Abdul Fatah Wirananggapati Tidak 2 Abdul Jabbar Tidak 3 Abdul Qadir Baraja Ya 4 Abdullah Said Ya 5 Abu Bakar Baasyir Ya 6 Abu Fatih atau Hamzah Tidak 7 Abu Kholish Tidak 8 Abu Toto Ya 9 Abu Wardan Tidak

10 Abubakar Misbah Tidak 11 Aceng Kurnia Tidak 12 Adi SMK Ya 13 Aef Saifulloh Tidak 14 Ajengan Masduki Tidak 15 Ali AT Ya 16 Bahrum Tidak 17 Banjarmasin Tidak 18 Broto Tidak 19 Budi Santoso Ya 20 Emeng Abdurrahman Ya 21 Fahru Ya 22 Gaos Taufik Tidak 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Ya 24 Karsidi Tidak 25 Lukman Tidak 26 Mamin Ya 27 Misi Islam Ya 28 Munir Fatah Tidak 29 Mursalin Dahlan Tidak 30 Musodiq Ya 31 Omo Tidak 32 Qaidatul Jihad Ya 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Ya 34 Tawaw Tidak 35 Ules Suja'i Tidak 36 Yasir Tidak 37 Yunus Tidak 38 Yusuf Kamil Hanafi Tidak Total 15 23 Tabel 10 Kemampuan Persenjataan Faksi-Faksi Darul Islam No. Faksi Memiliki Persenjataan Ringan Ya Tidak 1 Abdul Fatah Wirananggapati Ya 2 Abdul Jabbar Ya 3 Abdul Qadir Baraja Tidak 4 Abdullah Said Tidak 5 Abu Bakar Baasyir Ya

6 Abu Fatih atau Hamzah Ya 7 Abu Kholish Ya 8 Abu Toto Ya 9 Abu Wardan Ya 10 Abubakar Misbah Tidak 11 Aceng Kurnia Ya 12 Adi SMK Tidak 13 Aef Saifulloh Ya 14 Ajengan Masduki Tidak 15 Ali AT Ya 16 Bahrum Ya 17 Banjarmasin Ya 18 Broto Ya 19 Budi Santoso Tidak 20 Emeng Abdurrahman Ya 21 Fahru Tidak 22 Gaos Taufik Ya 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Tidak 24 Karsidi Tidak 25 Lukman Ya 26 Mamin Tidak 27 Misi Islam Tidak 28 Munir Fatah Tidak 29 Mursalin Dahlan Tidak 30 Musodiq Ya 31 Omo Tidak 32 Qaidatul Jihad Ya 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Tidak 34 Tawaw Ya 35 Ules Suja'i Ya 36 Yasir Ya 37 Yunus Ya 38 Yusuf Kamil Hanafi Tidak Total 22 16 Tabel 11 Kemampuan Merakit dan Meledakkan Bom Faksi-Faksi Darul Islam No. Faksi Memiliki Bom Ya Tidak 1 Abdul Fatah Wirananggapati Tidak 2 Abdul Jabbar Ya

3 Abdul Qadir Baraja Tidak 4 Abdullah Said Tidak 5 Abu Bakar Baasyir Ya 6 Abu Fatih atau Hamzah Ya 7 Abu Kholish Ya 8 Abu Toto Tidak 9 Abu Wardan Ya 10 Abubakar Misbah Tidak 11 Aceng Kurnia Tidak 12 Adi SMK Tidak 13 Aef Saifulloh Ya 14 Ajengan Masduki Tidak 15 Ali AT Ya 16 Bahrum Ya 17 Banjarmasin Ya 18 Broto Ya 19 Budi Santoso Tidak 20 Emeng Abdurrahman Tidak 21 Fahru Tidak 22 Gaos Taufik Ya 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Tidak 24 Karsidi Ya 25 Lukman Ya 26 Mamin Tidak 27 Misi Islam Tidak 28 Munir Fatah Tidak 29 Mursalin Dahlan Tidak 30 Musodiq Ya 31 Omo Tidak 32 Qaidatul Jihad Ya 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Tidak 34 Tawaw Tidak 35 Ules Suja'i Tidak 36 Yasir Ya 37 Yunus Ya 38 Yusuf Kamil Hanafi Tidak Total 17 21 Tabel 12 Pasukan/Laskar Faksi-Faksi Darul Islam No Nama Faksi Pasukan

Istisyad 1 Abdul Fatah Wirananggapati Jundullah 2 Abdul Jabbar Jundullah 3 Abdul Qadir Baraja Jasadiyah 4 Abdullah Said 5 Abu Bakar Baasyir Laskar Mujahiddin 6 Abu Fatih atau Hamzah Thaifah Mansyurah 7 Abu Kholish 8 Abu Toto Garda Zaytun 9 Abu Wardan Komji 10 Abubakar Misbah 11 Aceng Kurnia Komji 12 Adi SMK Amdi 13 Aef Saifulloh Jundullah 14 Ajengan Masduki Jundullah 15 Ali AT Komji 16 Bahrum Komji 17 Banjarmasin Jundullah 18 Broto Front Islam 19 Budi Santoso Garda Liga 20 Emeng Abdurrahman Jundullah 21 Fahru 22 Gaos Taufik Komji 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Garda PKS 24 Karsidi Sabilillah 25 Lukman Cakrabuana 26 Mamin Khos 27 Misi Islam 28 Munir Fatah 29 Mursalin Dahlan 30 Musodiq Tanjim Qiyatul Islam 31 Omo FTR 32 Qaidatul Jihad Shaurah Jihad 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Komji 34 Tawaw Jundullah 35 Ules Suja'i Komji 36 Yasir Takpur 37 Yunus Thaifah Mansyurah 38 Yusuf Kamil Hanafi Sabilillah Total 28 Tabel 13

Afiliasi Darul Islam ke Partai-Partai Politik No Nama Faksi Afiliasi Partai Politik 1 Abdul Fatah Wirananggapati PPP 2 Abdul Jabbar 3 Abdul Qadir Baraja 4 Abdullah Said Golkar 5 Abu Bakar Baasyir 6 Abu Fatih atau Hamzah 7 Abu Kholish 8 Abu Toto PKPB 9 Abu Wardan 10 Abubakar Misbah Non-Partai 11 Aceng Kurnia Golkar 12 Adi SMK PBR 13 Aef Saifulloh PPP 14 Ajengan Masduki 15 Ali AT 16 Bahrum 17 Banjarmasin 18 Broto PAN 19 Budi Santoso PUI- PKPB 20 Emeng Abdurrahman PAN 21 Fahru PAN 22 Gaos Taufik PDIP 23 Helmi Danu Muhammad Hasan PKS 24 Karsidi 25 Lukman PDIP 26 Mamin 27 Misi Islam PPP 28 Munir Fatah PPP 29 Mursalin Dahlan PUI 30 Musodiq 31 Omo PPP 32 Qaidatul Jihad 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Golkar 34 Tawaw 35 Ules Suja'i Golkar-PKPB 36 Yasir 37 Yunus PKPB 38 Yusuf Kamil Hanafi Golkar

Total 22 Tabel 14 Terdapat atau Tidaknya Generasi Pertama dalam Faksi-Faksi Darul Islam No. Faksi Memiliki Orang Tua Asabiqul Awwalun Ya Tidak 1 Abdul Fatah Wirananggapati Ya 2 Abdul Jabbar Ya 3 Abdul Qadir Baraja Ya 4 Abdullah Said Ya 5 Abu Bakar Baasyir Ya 6 Abu Fatih atau Hamzah Ya 7 Abu Kholish Ya 8 Abu Toto Ya 9 Abu Wardan Ya 10 Abubakar Misbah Ya 11 Aceng Kurnia Ya 12 Adi SMK Tidak 13 Aef Saifulloh Ya 14 Ajengan Masduki Ya 15 Ali AT Ya 16 Bahrum Ya 17 Banjarmasin Ya 18 Broto Ya 19 Budi Santoso Ya 20 Emeng Abdurrahman Ya 21 Fahru Ya 22 Gaos Taufik Ya 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Ya 24 Karsidi Ya 25 Lukman Ya 26 Mamin Ya 27 Misi Islam Ya 28 Munir Fatah Ya 29 Mursalin Dahlan Ya 30 Musodiq Tidak 31 Omo Ya 32 Qaidatul Jihad Ya 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Ya

34 Tawaw Ya 35 Ules Suja'i Ya 36 Yasir Ya 37 Yunus Ya 38 Yusuf Kamil Hanafi Ya Total 36 2 Tabel 15 Epigon atau Onderbouw Faksi-Faksi Darul Islam No Nama Faksi Epigon/ Onderbouw Jumlah Anggota 1 Abdul Fatah Wirananggapati GPI 5,000 2 Abdul Jabbar - 2,000 3 Abdul Qadir Baraja Khilafah 30,000 4 Abdullah Said Hidayatullah 20,000 5 Abu Bakar Baasyir Al Mukmin 10,000 6 Abu Fatih atau Hamzah Thaifah Tanjim 5,000 7 Abu Kholish Ansharullah 5,000 8 Abu Toto KW-IX 50,000 9 Abu Wardan - 3,000 10 Abubakar Misbah Fillah 10,000 11 Aceng Kurnia Komji 10,000 12 Adi SMK Amdi 1,000 13 Aef Saifulloh Khos 5,000 14 Ajengan Masduki Ansharullah 20,000 15 Ali AT KPPSI 20,000 16 Bahrum Jundullah 5,000 17 Banjarmasin Sabilillah 5,000 18 Broto Batalion 1,000 19 Budi Santoso LMI 10,000 20 Emeng Abdurrahman Sabilillah 10,000 21 Fahru HNI 10,000 22 Gaos Taufik JDI 10,000 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Usroh 20,000 24 Karsidi Zunud 1,500 25 Lukman Cakrabuana 5,000 26 Mamin Khos 10,000 27 Misi Islam Misi Islam 10,000 28 Munir Fatah Fillah 10,000 29 Mursalin Dahlan Fillah 10,000 30 Musodiq GIS 10,000

31 Omo FTR 5,000 32 Qaidatul Jihad Jundullah 9,000 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo - 20,000 34 Tawaw Tanjim Jihad 5,000 35 Ules Suja'i Korpus 5,000 36 Yasir Komji 2,500 37 Yunus - 1,000 38 Yusuf Kamil Hanafi Fillah 5,000 Total 34 376,000 Tabel 16 Neraca Pendapatan dan Pengeluaran Faksi-Faksi Darul Islam No Nama Faksi Income Expenditur 1 Abdul Fatah Wirananggapati 1 miliar 1,2 miliar 2 Abdul Jabbar 500 juta 600 juta 3 Abdul Qadir Baraja 10 miliar 10 miliar 4 Abdullah Said 5 miliar 5,5 miliar 5 Abu Bakar Baasyir 5 miliar 6 miliar 6 Abu Fatih atau Hamzah 500 juta 700 juta 7 Abu Kholish 200 juta 800 juta 8 Abu Toto 10 miliar 15 miliar 9 Abu Wardan 1 miliar 1 miliar 10 Abubakar Misbah 500 juta 500 juta 11 Aceng Kurnia 5 miliar 5,2 miliar 12 Adi SMK 200 juta 200 juta 13 Aef Saifulloh 500 juta 600 juta 14 Ajengan Masduki 5 miliar 5 miliar 15 Ali AT 10 miliar 10 miliar 16 Bahrum 5 miliar 5 miliar 17 Banjarmasin 3 miliar 3 miliar 18 Broto 1 miliar 1 miliar 19 Budi Santoso 4 miliar 4 miliar 20 Emeng Abdurrahman 3 miliar 3 miliar 21 Fahru 6 miliar 6 miliar 22 Gaos Taufik 4 miliar 4 miliar 23 Helmi Danu Muhammad Hasan 10 miliar 10 miliar 24 Karsidi 500 juta 500 juta 25 Lukman 3 miliar 3 miliar 26 Mamin 8 miliar 8 miliar 27 Misi Islam 4 miliar 4 miliar 28 Munir Fatah 3 miliar 3 miliar

29 Mursalin Dahlan 2 miliar 2 miliar 30 Musodiq 5 miliar 5 miliar 31 Omo 1,5 miliar 1,5 miliar 32 Qaidatul Jihad 2 miliar 2 miliar 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo 10 miliar 10 miliar 34 Tawaw 2 miliar 2 miliar 35 Ules Suja'i 7 miliar 7 miliar 36 Yasir 1 miliar 1 miliar 37 Yunus 2 miliar 2 miliar 38 Yusuf Kamil Hanafi 5 miliar 5 miliar Total 146,4 miliar 154,3 miliar Tabel 17 Anggaran Paramiliter Faksi-Faksi Darul Islam No Nama Faksi Anggaran Paramiliter 1 Abdul Fatah Wirananggapati 500 juta 2 Abdul Jabbar 200 juta 3 Abdul Qadir Baraja 5 miliar 4 Abdullah Said 1 miliar 5 Abu Bakar Baasyir 2 miliar 6 Abu Fatih atau Hamzah 400 juta 7 Abu Kholish 200 juta 8 Abu Toto 1 miliar 9 Abu Wardan 500 juta 10 Abubakar Misbah 200 juta 11 Aceng Kurnia 2 miliar 12 Adi SMK 200 juta 13 Aef Saifulloh 500 juta 14 Ajengan Masduki 2 miliar 15 Ali AT 5 miliar 16 Bahrum 1 miliar 17 Banjarmasin 1 miliar 18 Broto 1 miliar 19 Budi Santoso 500 juta 20 Emeng Abdurrahman 1 miliar 21 Fahru 1 miliar 22 Gaos Taufik 2 miliar 23 Helmi Danu Muhammad Hasan 2 miliar 24 Karsidi 500 juta 25 Lukman 2 miliar

26 Mamin 2 miliar 27 Misi Islam 0 miliar 28 Munir Fatah 0 miliar 29 Mursalin Dahlan 1 miliar 30 Musodiq 3 miliar 31 Omo 500 juta 32 Qaidatul Jihad 2 miliar 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo 2 miliar 34 Tawaw 1 miliar 35 Ules Suja'i 2 miliar 36 Yasir 1 miliar 37 Yunus 1 miliar 38 Yusuf Kamil Hanafi 1 miliar Total 49,2 miliar Tabel 18 No. Faksi Jumlah Anggota Laki-Laki Perempuan 1 Abdul Fatah Wirananggapati 5,000 2,000 2 Abdul Jabbar 2,000 1,000 3 Abdul Qadir Baraja 30,000 10,000 4 Abdullah Said 20,000 10,000 5 Abu Bakar Baasyir 10,000 5,000 6 Abu Fatih atau Hamzah 5,000 2,000 7 Abu Kholish 5,000 5,000 8 Abu Toto 50,000 20,000 9 Abu Wardan 3,000 1,000 10 Abubakar Misbah 10,000 4,000 11 Aceng Kurnia 10,000 5,000 12 Adi SMK 1,000 2,200 13 Aef Saifulloh 5,000 1,000 14 Ajengan Masduki 20,000 8,000 15 Ali AT 20,000 5,000 16 Bahrum 5,000 2,000 17 Banjarmasin 5,000 2,000 18 Broto 1,000 300 19 Budi Santoso 10,000 3,000 20 Emeng Abdurrahman 10,000 5,000 21 Fahru 10,000 4,000 22 Gaos Taufik 10,000 4,000 23 Helmi Danu Muhammad Hasan 20,000 10,000

24 Karsidi 1,500 500 25 Lukman 5,000 2,000 26 Mamin 10,000 5,000 27 Misi Islam 10,000 4,000 28 Munir Fatah 10,000 6,000 29 Mursalin Dahlan 10,000 5,000 30 Musodiq 10,000 3,000 31 Omo 5,000 2,000 32 Qaidatul Jihad 9,000 2,000 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo 20,000 7,000 34 Tawaw 5,000 2,000 35 Ules Suja'i 5,000 3,000 36 Yasir 2,500 500 37 Yunus 1,000 300 38 Yusuf Kamil Hanafi 5,000 2,000 Total 376,000 155,800 Tabel 19 No Nama Faksi Epigon/ Onderbouw Jumlah Anggota 1 Abdul Fatah Wirananggapati Asrotomo 1 2 Abdul Jabbar - 3 Abdul Qadir Baraja Ukhuwah Islamiyah 5 4 Abdullah Said Hidayah 30 5 Abu Bakar Baasyir Al Mukmin 12 6 Abu Fatih atau Hamzah Thaifah 3 7 Abu Kholish - 8 Abu Toto Al Zaytun 2 9 Abu Wardan - 10 Abubakar Misbah Suffah 11 Aceng Kurnia - 12 Adi SMK Amdi 1 13 Aef Saifulloh Anshar 1 14 Ajengan Masduki Al Ikhlas 5 15 Ali AT Al Jamal 10 16 Bahrum Anshar 3 17 Banjarmasin Al Ulum 1 18 Broto Al Amin 2 19 Budi Santoso Istikomah 5 20 Emeng Abdurrahman Sabil 3

21 Fahru Bahrul Ulum 5 22 Gaos Taufik - 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Pesantren PKS 3 24 Karsidi - 25 Lukman - 26 Mamin - 27 Misi Islam Misi Islam 2 28 Munir Fatah Fillah 5 29 Mursalin Dahlan Ali 1 30 Musodiq Jundullah 2 31 Omo At Tibyan 1 32 Qaidatul Jihad Salafi 2 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Suffah 5 34 Tawaw Salafi 2 35 Ules Suja'i Kudang 1 36 Yasir - 37 Yunus - 38 Yusuf Kamil Hanafi Gunung Tembang 1 Total 114 Tabel 20 No. Faksi Afiliasi Non-Parpol Jumlah 1 Abdul Fatah Wirananggapati Ya 2 2 Abdul Jabbar Tidak 0 3 Abdul Qadir Baraja Ya 5 4 Abdullah Said Ya 10 5 Abu Bakar Baasyir Ya 10 6 Abu Fatih atau Hamzah Ya 2 7 Abu Kholish Ya 2 8 Abu Toto Ya 3 9 Abu Wardan Tidak 0 10 Abubakar Misbah Ya 3 11 Aceng Kurnia Ya 5 12 Adi SMK Tidak 0 13 Aef Saifulloh Tidak 0 14 Ajengan Masduki Ya 6 15 Ali AT Ya 15 16 Bahrum Ya 3 17 Banjarmasin Ya 2 18 Broto Ya 1

19 Budi Santoso Ya 7 20 Emeng Abdurrahman Ya 5 21 Fahru Ya 6 22 Gaos Taufik Ya 4 23 Helmi Danu Muhammad Hasan Ya 8 24 Karsidi Tidak 0 25 Lukman Tidak 0 26 Mamin Tidak 0 27 Misi Islam Tidak 0 28 Munir Fatah Ya 5 29 Mursalin Dahlan Ya 6 30 Musodiq Ya 5 31 Omo Ya 3 32 Qaidatul Jihad Tidak 0 33 Tahmid Rahmat Kartosuwiryo Ya 9 34 Tawaw Tidak 0 35 Ules Suja'i Ya 3 36 Yasir Tidak 0 37 Yunus Tidak 0 38 Yusuf Kamil Hanafi Tidak 0 Total 20=Ya; 13=Tidak 130

Penutup Pemetaan gerakan Islam Radikal dan Islam Fundamentalis ini barulah pada tahap permulaan. Artinya, untuk mengikuti dinamika pergerakan dan organisasi serta tokoh-tokohnya, diperlukan suatu penelitian khusus dan updating watch terus-menerus agar perkembangannya dapat dipahami dengan baik. Perlu juga dilakukan upaya serius melacak akar sejarah perpecahan faksi-faksi dalam Darul Islam maupun di luar Darul Islam serta gerakangerakan baru yang lahir dan berkembang di Indonesia mestilah diikuti dengan seksama agar karakteristiknya dikenal dan dimengerti. Dengan pemahaman yang cukup, maka para pengambil keputusan akan mengerti apa yang esensial dan mana yang merupakan plasma pergerakan dari aliran-aliran dan paham-paham yang berkembang di Indonesia.

You might also like