You are on page 1of 12

Laporan PBL Sistem Respirasi MODUL 1

Batuk

Oleh :

KELOMPOK A4

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2005/2006


LAPORAN PBL SISTEM RESPIRASI

MODUL 1 BATUK

SKENARIO 1
Seorang anak laki-laki usia 16 tahun dibawa ibunya ke dokter karena batuk yang dialaminya tidak kunjung berhenti walaupun sudah minum berbagai macam obat batuk. Selain itu juga anaknya sudah lama beringus dan mengeluh sering sesak dan sudah hampir satu minggu ini demam. Ia juga mengeluh sakit pada seluruh badannya, sakit kepala serta kurang nafsu makan.

KATA/KALIMAT KUNCI
1. Anak laki2 16 tahun 2. Batuk tidak kunjung berhenti 3. Riwayat minum berbagai macam obat batuk 4. Rhinore lama 5. Dispneu 6. Demam 1 minggu 7. Sakit seluruh badan 8. Sefalgia 9. Anoreksia

BEBERAPA PERTANYAAN PRINSIP


1. DD 2. Definisi dan Etiologi DD 3. Patomekanisme 4. Gejala klinis 5. Epidemiologi 6. Penatalaksanaan 7. Pemeriksaan

8. Komplikasi 9. Prognosis

JAWABAN PERTANYAAAN :
DD yang kami ambil berdasarkan gejala-gejala klinis yang ada pada skenario : 1. TB Paru 2. Pneumonia 3. Bronkiektasis (pada Sindrom Kartagener) 4. Asma Bronkial 5. Bronkitis kronik

Alasan kami mengambil DD tersebut adalah dengan mengacu pada gejala klinis yang terdapat dalam skenario, terutama gejala utama berupa batuk, dan juga dengan memperhatikan dengan gejala-gejala lainnya, yaitu lama beringus dan demam yang baru satu minggu serta usia penderita. Gejala lainnya seperti sesak napas, sakit seluruh badan, sakit kepala serta kurangnya nafsu makan, menurut kami adalah gejala umum yang menyertai masalah-masalah gangguan pernapasan. Sesak napas didefinisikan sebagai kesulitan dalam bernapas. Hal ini sangat wajar karena organ-organ yang terlibat dalam pernapasan mengalami gangguan sehingga tidak dapat bekerja dengan optimal dan akibatnya proses bernapas menjadi lebih sulit. Proses bernapas seperti ini kan melibatkan otot-otot bantu pernapasan sehingga energi yang diperlukan lebih besar dan menimbulkan rasa sakit di seluruh badan akibat banyaknya energi yang digunakan untuk proses bernapas dan oksigen yang dipakai dalam proses oksidasi untuk menghasilkan energi berkurang untuk bagian tubuh yang lain. Sakit kepala terjadi akibat pelepasan mediator-mediator yang merangsang pusat peka nyeri di kepala. Mediator-mediator ini dapat lepas akibat adanya proses infeksi atau proses imunologi yang terjadi. Berkurangnya nafsu makan dapat secara langsung disebabkan oleh rasa sesak yang dialami penderita ataupun karena terganggunya fungsi penghidu akibat gangguan pada sistem pernapasan bagian atas terutama hidung. Fungsi penghidu sangat berpertan dalam membangkitkan selera makan.

Tujuan Pembelajaran Selanjutnya :

1. Mengetahui anatomi, fisiologi, histologi, dan biokimia pada sistem pernapasan (respirasi). 2. Mengetahui penyakit-penyakit lain yang dapat terjadi pada sistem pernapasan (respirasi) selain yang telah dibahas dalam proses tutorial. 3. Mengetahui lebih lanjut mengenai penatalaksanaan dan pencegahan penyakitpenyakit pada sistem respirasi.

BRONKIEKTASIS (PADA SINDROM KARTAGENER)


DEFINISI : Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (eksitasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemenelemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya adalah bronkus kecil (medium size) , sedangkan bronkus besar umumnya jarang terkena. Sindrom Kartagener merupakan suatu kumpulan dari gejala-gejala yang memiliki tiga gejala mayor yaitu situs inversus, sinusitis paranasalis, dan bronkiektasis itu sendiri. Merupakan suatu penyakit bawaan (kongenital) yang terjadi akibat defek dari motilitas silia.

ETIOLOGI Penyebab dari bronkiektasis dapat karena penyakit bawaan atau kelainan kongenital, dapat pula karena kelainan didapat. Untuk kelainan kongenital, bronkiektasis mempunyai ciri sebagai berikut. Pertama, bronkiekstasis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru; kedua, bronkiektasis kongenital sering menyertai penyakit kongenital lainnya misalnya Mucoviscidosis (Cystic pulmonary fibrosis), Sindrom Kartagener, hipo atau agamaglobulinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur. Untuk kelainan didapat, bronkiektasis sering merupakan akibat proses infeksi (setelah menderita pneumonia, TB Paru dll) atau proses obstruksi bronkus (oleh berbagai macam sebab misalnya korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan daru luar lainnya terhadap bronkus).

EPIDEMIOLOGI Bronkiektasis di di negara-negara Barat diperkirakan sebanyak 1,3% di antara populasi. Sindrom Kartagener terjadi pada 1 dari 32000 kelahiran di Amerika Serikat, dengan 50% mengalami situs inversus dan 50% tidak. Namun kesemuanya mengalami defek motilitas silia yang disebut Primary Ciliary Dyskinesia.

GEJALA KLINIS A. Saluran pernafasan atas : Hidung : mucoid rhinorrhea early in childhood Sinus : sakit kepala Telinga : efusi pada telinga tengah B. Saluran pernafasan bawah : Bronkiektasis (demam, batuk produktif dengan sputum 3 lapis, nyeri otot) Sesak napas

PATOMEKANISME Sindrom Kartegener Primary Ciliary Dyskinesia atau gangguan/defek motilitas (pergerakan) silia. Berhubungan dengan faktor genetik serta faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Saluran pernapasan pada umumnya (80%) tersusun atas epitel yang mempunyai silia dan mempunyai sel yang memproduksi sekret. Sekret untuk membersihkan saluran napas dari benda asing (mekanisme pertahanan tubuh). Silia bergerak untuk mengeluarkan sekret dan benda asing. Gangguan pergerakan silia sekret dan benda asing tidak dapat dikeluarkan sehingga menumpuk refleks batuk. Sekret yang tertimbun tempat berkembangnya bakteri infeksi baik oleh bakteri maupun virus gejala2 klinis akibat infeksi misalnya demam Infeksi berkelanjutan destruksi dinding bronkus bronkiektasis gejala berupa batuk, sesak napas, nyeri otot. Pada sinus sinusitis gejala berupa beringus (rhinorrhea) dan sakit kepala.

PEMERIKSAAN Pemeriksaan laboratorium untuk semen analysis apakah ada abnormal atau tidak. Pemeriksaan sinus radiography mukus, hipoplastik dari sinus-sinus. Pemeriksaan fluoroskopi melihat sinus normal/abnormal. Pemeriksaan foto thorax melihat pelebaran bronkus, situs inversus, atelektasis, hyperinflasi. Test audiologic ada efusi, pendengaran yang kurang. Test saccharine mucociliary bekerja dgn baik/tdk. Test spirometry fungsi pernapasan

PENATALAKSANAAN Pemberian antibiotik. Bronkodilator dan mukolitik untuk obstruksi.

PNEUMONIA
Pneumonia Syndrome Introduction: Pneumonia can be broadly defined as any infection in the lung. It may present as acute, fulminant clinical diseases or as chronic diseases.

Definition: an acute lower respiratory tract illness associated with fever, symptoms and signs in the chest and abnormalities on the chest X-ray.

Incidence: 1-3/1000 population. Mortality: 10% (patients admitted to hospital)

Classification and causes 1. Community acquired pneumonia may be primary or secondary to underlying disease. Streptococcus pneumonia is the common cause, followed by Haemophilus influenzae and Mycoplasma pneumoniae. In patient with COPD, Moraxella catarrhalis and Pseudomonas infection also occur.

2. Nosocomial (>48 h after hospital admission) Most commonly Gram negative enterobacteria or Staphylococcus aureus.

3. Aspiration. Those with stroke. Myasthenia, bulbar palsies, reduced consciousness, oeshophageal disease(achalasia, reflux) or with poor dental hygiene, risk aspirating orophyaryngeal anaerobes.

4. Immunocompromised patient. Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, Gram ve bacilli and Pneumocystis carinii.

Clinical features symptoms Fever Rigor Malaise Anorexia Dyspnoea Cough Purulent sputum Haemophysis Pleuritic chest pain

Clinical features signs Fever Cyanosis Confusion Tachypnoea Tachycardia Hypotension Signs of consolidation Pleural rub

Test CXR : lobar or multilobar infiltrates, cavitation or pleural effusion Blood tests: FBC, U&E, LFTs, CRP, arterial blood gases, blood cultures an atypical serology Sputum: send for microscopy and culture Plural fluid (if present): should be aspirated for culture Bronchoscopy: and bronchoalveolar lavage if the patient is immunocompromised or on ITU (intensive therapy unit)

PATOMEKANISME

Organisme attachment Respiratory Epithelium Inflammatory Response Vasodilatation of pulmonary vascular blood flow tek.Hidrostatik intravascular Filtrasi cairan ke intertisial (transudate) Permeabilitas vascular masih Mengalir keluar cairan yang kaya protein (exsudate) Tek. Osmotik vascular Tek. Osmotik interstisiel Menarik air&ion ke jar. Extravascular OEDEMA

Inflammatory Response IL-1 dilepaskan / monosit & fagosit sebagai pertahanan tubuh. Anterior hypothalamus (thermoregulator center) prostaglandin (PGE2) synthesis temperatur set point FEVER (DEMAM)

Inflammatory Response Stimulus reseptor batuk pd airways Lewat aferent n.vagus ke otak (medulla oblongata Cough center) Impuls eferent lewat n.recurent laryngeal, n. phrenicus & n. intercostalis (T1-T12) Inspirasi panjang diikuti / penutupan epiglotis Kemudia otot- perut kontraksi melawan penutupan epiglotis Epiglotis terbuka secara mendadak COUGH (BATUK)

Rokok, polutant (SO2, NO2) mengiritasi Hipersekresi kelenjar mukus bronkus Hipertrofi & hiperplasia kelenjar mukus Produksi mukus refleks batuk Obstruksi bronkus Obstruksi bronkus kronik

Inflamasi Destruksi progresif dari otot polos dinding bronkus Diganti oleh jaringan kolagen ( penyembuhan oleh proses fibrosis ) Obstruksi permanen

Radiasi toxin terhadap sel epitel dinding brokus Metaplasia squamosa dengan/tanpa silia Kerja silia yang abnormal Partikel dan bahan iritan terjebak Peningkatan kemungkinan infeksi bakteri Demam, sputum purulen Bronkitis kronik mukopurulen (sputum mengandung pus)

You might also like