You are on page 1of 10

1.

Pengenalan
Enzim adalah senyawa organik atau katalisis protein yang dihasilkan oleh sel dan berperan sebagai bio katalisator yang mempercepat reaksi biokimia dan bekerja secara spesifik. Enzim mengkatalisis hampir semua reaksi-reaksi biologis penting. Oleh karena itu, bagi ilmu kesehatan pengetahuan mengenai sifat-sifat kimia dan fungsi enzim sangat diperlukan apabila akan digunakan dalam bentuk diagnosa. Beberapa cabang ilmu kesehatan telah memperoleh manfaat dari pemakaian analisa enzim, seperti pada penyakit hepatitis dan prostat. Setiap proses yang menghubungkan dengan enzim harus diperhatikan dengan benar agar tidak mempengaruhi aktivitas katalitiknya sehingga enzim dapat digunakan berulang-ulang. Peningkatan produksi enzim dapat dilakukan dengan cara memanipulasi genetika dan lingkungan maka dapat meningkatkan produksi untuk enzim-enzim katabolit dan enzim-enzim biosintetik. Enzim adalah senyawa organik atau katalis protein yang dihasilkan oleh sel dan berperan sebagai bio katalisator yang mempercepat reaksi biokimia dan bekerja secara spesifik. Sedangkan senyawa protein adalah bagian utama yang menyusun molekul enzim. Bagian protein yang mengandung enzim disebut apoenzim dan bagian yang tidak mengandung protein disebut gugus prostetik. Gugus prostetik dapat berupa unsur logam Fe2+ , Mn2+ Mg2+ , Na2+ yang disebut kofaktor, gugus prostetik berupa bahan organik bukan protein, seperti vitamin B1 B2 B3 dan Niasin disebut Holoenzim.

2. Cara Kerja Enzim


Biasanya, pembentukan kompleks enzim substrat diatas terjadi karena pada permukaan enzim terdapat suatu tempat untuk bergabung dengan substrat yang disebut dengan lokasi aktif. Lokasi aktif mempunyai konfigurasi tertentu dan hanya substrat tertentu serta substrat khusus yang cocok dapat bergabung, hal ini terkenal dengan hipotesis kunci dan gembok (Lock and Key Hipotesis)

Faktor yang mempengaruhi enzim: a. Temperatur Semakin tinggi temperatur semakin cepat reaksi kimia yang dipengaruhi enzim (batas ambang pemanasan dengan suhu 40%C, lebih dari suhu ini enzim sudah tidak aktif atau mengalami denaturisasi). Sebaiknya pada suhu rendah enzim tidak aktif, tetapi tidak rusak. b. pH Enzim membutuhkan pH tertentu untuk menjalankan aktivitasnya. Setiap enzim membutuhkan pH yang berbeda. Ada enzim yang dapat bekerja baik pada ph tinggi dan sebaliknya. c. Konsentrasi Enzim Pengaruh konsentrasi enzim terdapat kecepatan reaksi kimia adalah berbanding lurus, artinya semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin cepat reaksi kimia berlangsung. d. Pengaruh Zat Penggiat Zat penggiat atau zat yang dapat mempercepat kerja enzim dapat mempengaruhi dari kerja enzim. Misalnya kadar air, endahnya air dapat menyebabkan enzim tidak aktif. e. Pengaruh Penghambat Hampir seluruh enzim kerjanya dapat dihambat oleh senyawa tertentu. Misalnya senyawa disoprofilfluoroprofat (DFE) yang dapat menghambat kerja enzim asetilkolinestesare yang terdapat dalam impuls saraf. f. Pengaruh Konsentrasi Substrat Jumlah substrat yang akan diubah oleh enzim menentukan kerja enzim. Konsentrasi substrat berbanding lurus denngan kerja enzim, apabila konsentrasi substrat rendah maka kecepatan reaksi rendah pula, artinya antara enzim dan substrat harus ada keseimbangan.

3. Sifat-Sifat Enzim
Enzim memiliki sifat sebagai berikut: a. Enzim dapat mempercepat reaksi kimia b. Enzim dapat bekerja secara spesifik c. Enzim tidak rusak atau berubah susunan kimianya d. Enzim dapat menurunkan energi pengaktifan e. Enzim dapat bekerja pada reaksi bolak-balik

Salah satu sifat enzim ialah enzim dapat bekerja secara spesifik artinya enzim hanya bekerja untuk mempercepat reaksi substrat tertentu yang ditentukan oleh bentuk bagian aktif. Substrat yang akan bereaksi melekat terlebih dahulu ke molekul enzim didaerah yang aktif dan bagian ini sangat penting karena apabila enzim rusak enzim tidak dapat bekerja.

Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuanya menurunkan G

. . .
sementara

Menurunkan energi aktivitas dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana

keadaan transisi terstabilisasi (ex: mengubah bentuk substrat menjadi konfirmasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim). Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan

menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan keadaan transisi. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat, waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.

4. Penamaan dan Klasifikasi Enzim


Cara penamaan enzim sesuia dengan nama substrat yang dipecah atau tipe reaksi kimia yang dikatalis oleh enzim tersebut dan diberi dengan akhiran ase. Misalnya, lipase untuk enzim yang mengubah lemak, proteinase untuk enzim yang mengubah protein, karbohidrase untuk enzim yang mengubah karbohidrat. Enzim dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

a.

b.

Enzim Intraseluler (Endoenzim) Enzim yang dipakai pada proses sintesis untuk menghasilkan energi dan energi yang dihasilkan itu dapat dipakai pada proses kehidupan. Enzim ini berfungsi dalam sel, misalnya enzim pernapasan terjadi oada mitokondria. Enzim Ekstraseluler (Eksoenzim) Enzim yang bekerja diluar sel dan mempunyai fungsi utama dalam mencernakan substrat secara hidrolisis. Energi yang dibebaskan pada reaksi ini tidak dipakai dalam proses kehidupan. Misalnya pada enzim amilase yang dapat memecah pati dan enzim protease yang dapat memecah protein.

Berdasarkan perbedaan sifatnya, enzim dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu: a. b. c. Hidrolase, yaitu kelompok enzim yang membantu dalam proses okasidasi dan reduksi. Oksidase atau Reduktase, yaitu kelompok enzim yang membantu oksidasi dan reduksi. Desmoalse, yaitu kelompok enzim yang membantu memutuskan ikatan C-C, C-N dan beberapa ikatan lainnya.

Ada beberapa golongan enzim yang dapat dimurnikan secara sempurna dan tersedia dalam bentuk kristal, antara lain: 1. Enzim adaptif, yaitu enzim yang terbentuk oleh sel mikrobanya itu hanya dalam jumlah yang diperlukan saja, akibat dari tersedianya substrat untuk enzim tersebut dalam medium fermentasinya. 2. Enzim Konstitutif, yaitu enzim yang senantiasa dibentuk dalam jumlah tertentu oleh sel, tidak bergantung dengan ada tidaknya substrat.

Penanaman enzim secara trivival, yaitu secara non sistematik. Misalnya pepsin, tripsin, katalase, tidak dapat menerangkan sifat dan macam reaksi kimia yang terjadi. Dalam sistem yang baru ini enzim dibagi menjadi enamgolongan utama dan terbagi lagi menjadi kelompokkelompok enzim berdasarkan gugus substrat yang diserangnya. Oksido-Reduktase Transferase Hidrolase Liase Isomerase Ligase : berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi : berperan dalam reaksi perpindahan gugus tertentu : berperan dalam reaksi hidrolisis : mengkatalisis reaksi atau pemecahan ikatan rangkap dua : mengkatalisis reaksi isomerasi : mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan dengan bantuan pemecahan ikatan dalam ATP

Analisa Kuantitatif Aktivitas Enzim


Jumlah enzim dalam ekstra suatu jaringan, ditentukan secara kuantitatif berdasrakan efek katalisnya. Untuk penentuan ini perlu diketahui bebrapa faktor, yaitu: 1. Persamaan reaksi yang dikatalis oleh enzim tersebut. 2. Dibutuhkan atau tidaknya ko-faktor tertentu, misalnya ion-ion logam atau koenzim (aktivitas kebanyakan enzim dibantu oleh koenzim, yaitu berperan sebagai tempat atau bagian aktif atau reaktive site dalam reaksi enzim). 3. Pengaruh konsentrasi substrat dan ko-faktor.

4. PH optimum (aktivitas suatu enzim dipengaruhi pH medium). Pada keaktifan aktivitas enzim paling besar pHnya merupakan PH optimumuntuk reaksi enzim tersebut (tabel 7.1). Tabel 7.1 Angka pH optimum beberapa enzim Enzimatik Pepsin Piruvatkarboksilase Fumarase Katalase Tripsin Alkalinfosfatase arginase Substrat Albumin Telur Hemoglobin Piruvat Fumarat Malase H202 Benzoilargoninamida Benzoilargonina etil-ester arginin
PH Optimum 1,2 2,2 4,8 6,5 8,0 7,6 7,7 7,0 9,5 9,7

5. Daerah temperatur saat enzim mantap dan mempunyai aktivitas tinggi. 6. Berbagai cara anlisis yang sederhana untuk penentuan berkurangnya substrat atau bertambahnya haisl reaksi.

5. Inhibator

Inhibator lebih kompetitif mengikat enzim secara reversibel, menghalangi pengikatasubstrat. Dilain pihak, pengikatan substrat juga menghalangi pengikatan inhibator. Substrat dan inhibator berkompetisi satu sama lainnya.

Kegunaan Inhibator
Inhibator dapat menghambat fungsi enzim oleh karena itu inhibator sering digunakan sebagai obat. Contohnya adalah inhibator yang digunakan sebagai obat aspirin. Aspirin menginhibisi enzim COX-1 dan COX-2 yang memproduksi pembawa pesan peradangan prostaglandin, sehingga ia dapat menekan peradangan dan rasa sakit. Namun, banyak pula inhibator enzim lainnya yang beracun. Sebagai contohnya, sianida yang merupakan inhibator enzim ireversibel, akan bergabung dengan tembaga dan besi pada tapak aktif enzim sitokromcoksidase dan memblok pernafasan sel.

6. Kontrol Aktivitas Enzim


Terdapat lima cara utama aktivitas enzim dikontrol dalam sel. 1. Produksi Enzim (transkripsi dan translasi gen enzim) dapat ditingkatkan atau diturunkan bergantung pada respon sel terhadap perubahan lingkungan. Bentuk regulase gen ini disebut induksi dan inhibisi enzim. 2. Enzim dapat dikompartemenkan, dengan lintasan metabolisme yang berbeda-beda yang terjadi dalam kompartemen sel yang berbeda. 3. Enzim dapat diregulasi oleh inhibator dan aktivator.

4. Enzim dapat diregulasi melalui modifikasi pasca-translasional. Ia dapat meliputi fosforilasi, miristoilasi, dan glikosilasi. 5. Beberapa enzim dapat menjadi aktif ketika berada pada lingkungan yang berbeda. Contohya, hemaglutinin pada virus influenza menjadi aktif dikarenakan kondisi asam lingkungan. Hal ini terjadi ketika virus terbawa kedalam sel inang dan memasuki lisosom.

7. Imobilisasi Enzim
Enzim tidak ikut mengalami perubahan selama reaksi kimia berlangsung. Beda dengan reaktan yang sesudah reaksi selesai akan menjadi produk, enzim tidak mengalami perubahan sehingga pada prinsipnya enzim dapat digunakan berulang-ulang. Penghentian reaksi dan pemisahan enzim dari produk dilakukan dengan menggunakan modifikasi pH, penggunaan panasa atau kombinasi dari kedua cara diatas. Tetapi dengan cara seperti itu dapat mengakibatkan enzim kehilangan sebagian besar aktivitas katalitiknya sehingga tidak dapat digunakan kembali. Tabel 7.2 Represi katabolit beberapa enzim Organisme Sumber Kabon Represif Basillus staerothermophillus Trichoderma viside Pseudomonas fluorescens var cellulosa Bacillus Megaterium Fruktosa, Glukosa, Gliserol, Pati, Selobiosa Galaktosa, Glukosa, Selobiosa

Enzim

Amilase Selulase

Selulase

Protease

Glukosa

Agar enzim dapat digunakan berulang-ulang, enzim dimodifikasi dengan cara tertentu sehingga dapat dengan mudah dipisahkan dari produk tanpa mengurangi aktivitas katalitiknya untuk digunakan kembali. Enzim dapat dimobilisasi dengan menggunakan berbagai cara, sehingga jenis enzim terimobilisasi akan berbeda-beda bergantung pada metode yang digunakan. Metode imobilisasi enzim akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas kestabilan dan sifat-sifat enzim terimobilisasi yang dihasilkan. Kegunaan enzim imobil diantaranya adalah: a) b) c) d) e) f) g) h) Stabilitas enzim dapat diperbaiki Dapat dibuat untuk tujuan khusus Enzim dapat digunakan lagi Operasi dapat berlangsung sinambung, sehingga lebih praktis Reasi membutuhkan ruangan yang lebih kecil Kemurnian enzim lebih tinggi dan jumlah produk yang lebih baik dapat dicapai Kontrol reaksi yang lebih baik dapat dicapai Penyelamatan sumber daya alam dengan populasi lebih rendah dapat diperoleh

Metode Imobilisasi Enzim


Tebagi atas tiga kelompok, yaitu: a) Metode Carrier Binding b) Metode Cross Linking c) Metode Entrapping Pada metode Carrier Binding, enzim diikatkan pada suatu matriks yang bersifat tidak larut dalam air, sehingga matriks dapat digunakan bahan organic maupun bahan anorganik . Menurut Chibata (1978), ada hal yang perlu di perhatikan dalam menggunakan metode ini yaitu pemilihan matriks dan teknik pengikatan enzim pada matriks tersebut. Dalam pemilihan matriks perlu diperhatikan ukuran partikel, luas permukaan, perbandingan gugus hidrofilik dan hidrofobik dan komposisi matriks tersebut. Teknik pengikatan enzim pada matriks dapat dilakukan berdasarkan adsorpsi fisik, gaya elektrostatik atau ikatan kovalen. Pada metode croos linking didasarkan pada pembentukan ikatan intromolekuler antara molekul molekul enzim. Dalam metode ini tidak dapat digunakan matriks gugus fungsional dalam molekul enzim yang bisa digunakan untuk pembentukan ikatan intermolekuler adalah gugus -amino pada asam amino ujung (terminal), gugus -amino dari lisin, gugus fenolik dari tirosin, gugus surfidril dari system dan gugus imidazole dari histidin. Pada metode entrapping, imobilisasi enzim didasarkan pada penempatan enzim di dalam kisi dari suatu polimer atau didalam membrane yang bersifat semipermiabel. Bila enzim ditempatkan dalam kisi, maka metodenya di golongkan kedalam jenis kisi, sedangkan bila di tempatkan dalam membrane yang bersifat semipermiabel, maka metodenya di golongkan kedalam jenis mikrokapsul (Chibata, 1978). Enzim imobilisasi dapat digunakan dengan reaktor system batch, sinambung packed bed atau fluidized bed.

Enzim-enzim industri
Penerapan enzim (teknologi enzim) dalam industri kini sudah berjalansecara meluas. Pada tabel 7.3 dikemukakan beberapa enzim penting dalam industri.

Tabel 7.3 Beberapa enzim penting dalam industri

Nama Enzim
1.Alfa Amilase Bakteria

Merk Dagang Aquazim Thermamil

Bidang Penggunaan Tekstil, alkohol, detergen, roti, gula Alkohol, roti, juice, pati Industri minuman berakohol Alkohol, Juice, Anggur Industri susu dan hasilnya Gula Pengolahan pangan Pati Industri susu dan hasilnya Industri susu dan hasilnya Alkohol , jeruk, pengolahan pangan Pengolahan pangan Farmasi Detergen, kulit, alkohol, Roti, pangan

2. Amiloglukosidase 3. Beta-glukanase 4. Sellulose 5. Koagulan Mikrobial 6. Desktranase 7. Galaktomanase 8. Glukosisomerase 9. Laktase 10. Lipase 11. Pektinase

AMG Ceremix Celluclast Rennilase DN 25 L Gamanase Sweetgyme Lactogyn Palatase Pactinex Netragin

12. Posfolinase 13. Pen-A- Silase 14. Proteinase Bakteri

Lecitase Semasilase XX Alealase, Esperase, Noutrase, Savinase

Sebab utama mengapa mikroba dianggap sebagai sumber potensial untuk produksi enzim adalah adanya kemudahan kemudahan bagi peningkatan produksi enzim dengan cara manipulasi genetika dan lingkungan. Sebab lain potensi produksi enzim yang tinggi dari sel mikroba diantaranya : 1. Fermentasi enzim besifat ekonomis pada skala besar, karena siklus fermentasinya singkat dan media yang digunakan relative murah 2. Prosedur seleksi bersifat sederhana dan ribuan kultur dapat diujidalam waktu singkat.

3. Spesies yang berbeda dapat menghasilkan spesifitas kerja enzim yang berbeda untuk reaksi yang sama dan dapat memberikan keluasan pemilihan kondisi operasi pada reaktor sesuai dengan yang diinginkan.

You might also like