You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga formal yang melaksanakan pendidikan bertujuan untuk :

meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bekerja keras, berbudi pekerti luhur, berdisiplin,

bertanggung jawab, mandiri, cerdas, trampil serta sehat jasmani dan rohani.

Dalam Undang-Undang dasar 1945 pasal 31, dinyatakan bahwa “Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran Nasional” (UUD 1945 : 18)

S. Nasution (1982 : 5) menyatakan : “Mutu pendidikan yang banyak bergantung pada

mutu guru dalam membimbing proses belajar mengajar”.

M. Ngalim (1988 : 106) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar adalah sebagai berikut :

1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual.
a) Faktor kematangan
b) Faktor kecerdasan
c) Faktor latihan
d) Faktor pribadi
e) Faktor motivasi

2. Faktor yang ada diluar individual yang disebut faktor social.


a) Faktor keluarga/keadaan rumah tangga.
b) Faktor guru dan cara mengajarnya.
c) Alat-alat yang digunakan dalam proses KBM.
d) Faktor lingkungan dan kesempatan, kerja yang tersedia.
e) Faktor motivasi social (lingkungan keluarga).

“Encyclopedia Of Educational Research” yang dikutip oleh Oemar Hamalik dalam

bukunya Media Pendidikan (1980 : 27) menyata-kan nilai atau manfaat media pendidikan

adalah sebagai berikut:


1. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir dan oleh karena itu
mengurangi Verbalisme;
2. Memperbesar perhatian siswa;
3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar siswa,
sehingga membuat pelajaran lebih mantap;
4. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa;
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini terutama terdapat
dalam gambaran hidup;
6. Membantu tumbuhnya pengertian dan perkembangan kemampuan berbahasa;
7. Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan
cara-cara lain, membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam,
keragaman belajar yang lebih banyak.

Dari pernyataan tersebut diatas dapat dilihat dari manfaat media tersebut, maka

betapa pentingnya penggunaan media dalam proses belajar mengajar. Dalam Ketetapan Sidang

Umum MPR-RI (1999 : 58) dinyatakan bahwa :

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu


penguasaan ilmu pengetahuan da teknologi perlu lebih disempurnakan dan
ditingkatkan pengajaran IPA dan Matematika.” Contohnya antara lain :
Bangunan Ruang, dan Bangunan Datar, dan lain-lain”.

Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : “Sejauh mana perbedaan sebelum

dan sesudah menggunakan alat peraga terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri

014 Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Pelajaran 2007/2008”.

Dari argumen-argumen dan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis merasa tertarik untuk mempelajarinya dalam penelitian ini, sehingga ditetapkan judul

penelitian yaitu :”Studi komperatif sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga terhadap

prestasi belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 014 Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai

Kartanegara Tahun Pelajaran 2007/2008”.

B. Rumusan Masalah

Winarno (1978 : 33) mengemukakan bahwa “masalah adalah setiap kesulitan yang

menggerakkan manusia untuk memecahkannya”.


Masalah menurut Sugiyono (2001 : 35) dapat diartikan “sebagai penyimpangan antara

yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi”.

Sedangkan rumusan masalah yang baik menurut Tuckman yang dikutip oleh

Sugiyono (2001 : 35) adalah “yang menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih,

dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya, atau alternatif yang tetapi secara implisit

mengandung pernyataan”.

Oleh karena itu yang menjadi pernyataan Penelitian dalam rumusan masalah ini

adalah : “Apakah ada Perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga terhadap

prestasi belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 014 Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai

Kartanegara Tahun Pelajaran 2007/2008”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan Penulis

sebelumnya, dan penelitian sangat penting,sehingga dilakukan dengan penuh konsentrasi dan

apa yang diharapkan dapat tercapai, oleh sebab itu tujuan dalam penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui sejauh mana Perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan alat

peraga terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 014 Kecamatan Loa Janan

Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Pelajaran 2007/2008.

2. Untuk mengetahui atau menguji hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi

1. Bagi sekolah : Hasil penelitian nantinya akan dapat memberikan informasi dan bahan

masukan pertimbangan untuk mengadakan usaha perbaikan dalam pengelolaan proses


belajar mengajar, khususnya dalam penggunaan alat peraga (media) guna untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah tersebut.

2. Bagi FKIP Unikarta : Kiranya hasil penelitian ini nantinya akan berguna untuk menambah

pembendaharaan hasil penelitian dan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan kependidikan

di Universitas Kutai Kartanegara Tenggarong.

3. Bagi penulis : Untuk melatih penulis untuk melakukan suatu penelitian ilmiah dan sebagai

persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Kutai Kartanegara.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mendapatkan pembahasan dan penyusunan dalam penulisan skripsi ini, maka

penulis membagi kedalam 6 (enam) bab dengan sistematika penulisan skripsi sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, sistematika penulisan skripsi.

BAB II : KERANGKA DASAR TEORI, pada bab ini diuraikan Penelaahan kepustakaan,

hipotesis, definisi konsepsional, define operasional.

BAB III : METODE PENNELITIAN, pada bab ini diuraikan tempat penelitian, populasi

dan sampel, teknik pengumpulan data, gejala yang dihadapi, alat pengukur data,

jenis penelitian, analisis data, dan jadwal penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA, pada bab ini diuraikan Data Variabel Independen, dan

Data Variabel Dependen

BAB V : ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS, pada bab ini diuraikan

Analisis Variabel X1, dan X2.

BAB VI : PENUTUP, pada bab ini diuraikan Kesimpulan dan Saran- Saran
Daftar Pustaka

Lampiran

BAB II

KERANGKA DASAR TEORI

A. Penelaahan Kepustakaan
Dalam menentukan suatu konsep, diperlukan petunjuk, sehingga dipandang perlu

mengemukakan landasan teori yang merupakan kerangka umum yang mendasari pemikiran

dalam usaha pemecahan masalah di dalam penelitian ini.

Penelaahan kepustakaan yang diutarakan dalam penulisan ini yaitu pengertian alat

peraga dan prestasi belajar siswa yaitu :

1. Alat Peraga

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka alat sering disebut dengan

media pendidikan. Sehingga semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dan

pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.

Alat Peraga merupakan alat/media yang dapat digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di

sekolah.

Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya antara lain :

a) Menurut Gerlach dan Ely dikutip oleh Azhar Arsyad (1971 : 3) menyatakan bahwa :

media apabila di pahami secara garis besar adalah manusia, materi atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam hal ini, buku teks dan
lingkungan adalah merupakan Media Pendidikan.

b) Menurut Gagne dikutip oleh Arif Sadiman, dkk. (1970 : 6) menyatakan bahwa : “Media

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk

belajar”.

c) Menurut Briggs dikutip oleh Arif Sadiman, dkk. (1970 : 6) berpendapat bahwa : “Media

adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk

belajar”. Buku, film bingkai adalah contoh-contoh dari media pendidikan.


d) Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association /NEA 1970 : 6)

menyatakan : “Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun Audio-

visual serta peralatannya”. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar

dan diraba.

e) Oemar (1980 : 23) mengatakan : “Media adalah metode dan teknik yang digunakan

dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa

dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”.

f) Santoso S. Hamidjojo yang dikutip oleh E.T Ruseffendi (1982 : 4) mengemukakan bahwa

(1) Media Pendidikan adalah penggunaannya di integrasikan dengan tujuan


dan isi pengajaran yang biasanya dituangkan dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu
kegiatan belajar mengajar.
(2) Peralatan fisik untuk membawakan/menyampaikan isi pengajaran kedalam
buku, film, video, tape, sajian slide.

g) Manfaat Alat Peraga

(1) Oemar (1980 : 23) mengemukakan bahwa :

Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat


membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.

(2) Levie dan Lenz dikutip oleh Azhar (1982 : 16) mengemukakan empat fungsi

media pengajaran, khususnya visual yaitu :

(a) Fungsi atensi


Fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran.

(b) Fungsi afektif


Fungsi afektif yaitu dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar.
(c) Fungsi kognitif
Fungsi kognitif yaitu terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa alat visual atau gambar memperlancar pencapaian
tujuan.

(d) Fungsi kompensatoris


Fungsi kompensatoris yaitu terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa
yang lemah membaca.

(3) Media Pengajaran Kemp dan Dayton dikutip oleh Azhar (1983 : 3-4)

menyatakan manfaat media sebagai berikut :

(a) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku;


(b) Pelajaran bisa lebih menarik;
(c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar
dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa;
(d) Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat;
(e) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media pengajaran;
(f) Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan atau
diperlukan terutama secara individu;
(g) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terdapat proses
belajar dapat ditingkatkan;
(h) Peran guru berubah kearah yang lebih positif.

(4) Sudjana dan Rivai (1999 : 2) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam

proses belajar siswa yaitu :

(a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat


menumbuhkan motivasi belajar;
(b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa;
(c) Metode mengajar akan lebih bervariasi;
(d) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Landasan teori penggunaan dari alat peraga yaitu mengacu pada Kerucut Pengalaman

EDGAR DALE dikutip oleh Oemar (1989 : 39) dalam bukunya yang berjudul Audio-Visual

Methodes In Teaching yang telah menggambarkan “tingkatan-tingkatan pengalaman belajar


yang semakin menuntut digunakannya alat peraga pada manusia usia dini (Usia Sekolah

Dasar) sangat dibutuhkan penggunaan alat peraga, sehingga menjadi konkrit”.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai

media pendidikan yaitu tidak hanya semata-mata sebagai alat peraga yang memperagakan,

agar suatu benda yang dipelajari dapat diraba, didengar, dan dapat diamati dengan panca

indra, tetapi lebih luas lagi yaitu sebagai alat-alat bantu mengajar yang memungkinkan

penggunaan sepenuhnya pendengaran, dan penglihatan untuk menangkap bahan pengajaran

supaya lebih jelas, lebih mudah dan cepat dipahami.

2. Prestasi Belajar

Guru dan siswa merupakan dua unsur yang terlihat langsung dalam proses interaksi

belajar mengajar yang kondusif dan kegiatan pendidikan. Seorang guru harus memiliki

kompetensi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar, sehingga berhasil, maka tujuan

intruksi pun akan berhasil. Keberhasilan ini akan terlihat dalam bentuk prestasi belajar siswa,

setelah diadakan evaluasi baik dalam bentuk teks formatif maupun test sumatif.

Beberapa Para Ahli mengemukakan pendapatnya antara lain

a) Pengertian Prestasi

(1) W.J.S Poerwadarminta (1976 : 634) berpendapat bahwa : “Prestasi adalah hasil yang

telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.

(2) Menurut Mas’ud Khasan Abdul Qahar, yang dikutip oleh Syaiful Bahri (1991 : 20)

mengatakan : “Prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan yang

menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.

(3) Nasrun Harahap (1991 : 20) memberikan batasan bahwa : “Prestasi adalah penilaian

pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenan dengan

penguasaan bahan pelajaran serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”.


Untuk dapat dipahami bahwa : prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang

telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok yang menyenangkan

hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

b) Pengertian Belajar

Masalah proses belajar merupakan masalah yang kompleks sifatnya, karena proses

belajar mengajar terjadi dalam diri seseorang yang melakukan kegiatan belajar, sehingga

disebut proses intern.

Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya antara lain :

(1) Sadirman A.M (1991 : 21) mengemukakan suatu rumusan bahwa : “Belajar sebagai

rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju ke perkembangan pribadi manusia

seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, dan efektif serta

psikomotorik”.

(2) Hilgard dikutip oleh Nasution (1986 : 39) mengatakan bahwa “Belajar adalah proses

yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam

laboratorium atau lingkungan alamiah)”.

(3) Gestalt dikutip oleh Oemar (1989 : 30) mengatakan “Manusia adalah organisme yang

aktif berusaha mencapai tujuan, bahwa individu bertindak atas berbagai pengaruh

didalam dan diluar diri individu tersebut”.

Dari definisi-definisi diatas maka dapatlah Penulis menyimpulkan bahwa : prestasi

belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari

disekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan

sesudah hasil penilaian.

c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar


Menurut Syaiful Bahri (1991 : 16) secara sistematis faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

(1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa.

(a) Kondisi Fisik

Kondisi fisik anak didik harus sehat. Jikka anak hidup dalam keluarga yang

kurang mampu, sehingga kebutuhan pokok (kebutuhan sandang dan pangan) tidak

terpenuhi akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga aktivitas belajarnya juga

terganggu.

Misalnya saja seorang anak yang kurang mampu tidak bisa sarapan pagi hari,

maka aktivitas belajarnya hanya bisa berjalan dengan baik sampai pukul 10.00 WITA

(pagi) dan selebihnya anak menjadi lemah, mengantuk dan tidak konsentrasi terhadap

pelajaran

(b) Faktor Psikis/Minat

Pelajaran yang diawali dengan pendahuluan yang baik yaitu berupa

pertanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan sebagai penghubung antara buku pelajaran

yang lalu.

(c) Perhatian

Seorang guru untuk mengarahkan perhatian murid pada pengetahuan yang

telah ada dalam pikiran mereka, yaitu guru harus memberikan beberapa pertanyaan

yang berhubungan dengan pelajaran yang terdahulu untuk mengingatkan kembali


pengetahuan terdahulu, karena merupakan faktor terpenting yang dapat menarik

perhatian siswa terhadap proses belajarnya.

(d) Konsentrasi

Apabila siswa sudah mempunyai minat dalam belajar maka seorang guru

harus mengarahkan agar siswanya penuh konsentrasi terhadap pelajaran, tanpa

konsentrasi segala sesuatu tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Konsentrasi

adalah pemusatan pemikiran terhadap sesuatu.

(e) Intelegensi

Setiap siswa mempunyai intelegensi yang berbeda, sehingga guru harus bisa

memahami perbedaan-perbedaan tersebut. Ada siswa yang mempunyai kadar surut

ingatan (regresi) yang tinggi mudah lupa akan masalah-masalah yang dijelaskan oleh

guru dan ada siswa yang mempunyai kadar surut ingatan yang rendah akan dapat

mengingat lebih lama mengenai hal yang diajarkan.

Jadi seorang pengajar dapat memperkecil regresi siswa-siswanya dengan

jalan menanamkan motivasi kepada mereka. Siswa yang mempunyai intelegensi yang

tinggi dapat dengan mudah menerima penjelasan guru, sedangkan siswa yang

intelegensinya rendah akan mengalami kesulitan, sehingga seorang pendidik lebih

memusatkan perhatiannya kepada siswa yang mempunyai intelegensi yang kurang,

sehingga mereka merasa mudah memahami pelajaran tersebut.

(2) Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu

(a) Tempat Belajar

Ruang belajar juga menentkan keberhasilan seorang guru, sehingga guru

harus mendesain tempat belajar sebaik mungkin, misalnya : ruangan harus bersih,

tenang, kursi/meja siswa diatur sedemikian rupa dengan jarak tertentu dan tenang.
Ruangan dapat mempengaruhi intelegensi, minat, perhatian, konsentrasi dan

motivasi belajar siswa dalam menerima materi pelajaran.

(b) Waktu Belajar

Biasanya orang dapat bekerja dengan penuh perhatian selama 40 menit.

Orang yang ingin belajar atau bekerja sungguh-sungguh harus bertekad jangan

meninggalkan tempat duduknya selama 40 menit. Selama 40 menit kita curahkan

perhatian kita sepenuhnya kepada tugas kita, kemudian kita istirahatkan selama 5

menit lalu kita bisa belajar lagi dan kita lakukan belajar sungguh-sungguh selama 2

jam – 4 jam sehari dengan teratur. Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk mencapai

keberhasilan yang memuaskan.

(c) Keluarga/Keadaan Keluarga

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar

anaknya. Orang tua harus senantiasa memperhatikan pendidikan anaknya, walaupun

orang tua sibuk bekerja. Pendidikan yang keras di rumah, sehingga anak tersebut

diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap pelajaran.

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi

yang baik antara anak dengan orang tua, dan anak dengan anggota keluarga lainnya.

Hubungan yang adalah hubungan yang penuh pengertian dan penuh kasih sayang

disertai dengan bimbingan. Suasana rumah yang tenang, tentram dapat membuat anak

belajar dengan baik.

Orang tua wajib member pengertian dan dorongan terhadap kesulitan yang

dialami anak di sekolah dan orang tua selalu mengontrol pelajaran yang diperoleh

anaknya di sekolah dan juga orang tua selalu mengadakan hubungan dengan guru

untuk mengetahui perkembangan belajar anaknya. Tidak kalah pentingnya latar


belakang pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap pendidikan, bimbingan

anak di rumah.

(d) Guru dan cara mengajarnya

Menurut N.A. Ametembun (1994 : 33) guru adalah “semua orang yang

berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara

individu maupun secara klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah”.

Jadi seorang guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai

wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Guru sebelum mengajar haru

mengenal bahan pelajaran sebelum menjamin kesanggupan mengajarkannya.

Mengenai metode-metode mengajarpun belum menjamin hasil yang baik, situasi

belajar senantiasa berlainan, sehingga guru selalu mencari cara-cara baru untuk

menyesuaikan pengajarannya dengan situasi baru yang dihadapinya.

Ciri-ciri guru yang baik dalam mengajar adalah sebagai berikut :

(i) Guru yang memahami dan menghargai siswanya.

(ii) Guru harus mengikuti prosedur bahan pelajaran yang diberikan.

(iii) Guru harus menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.

(iv) Guru harus menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.

(v) Guru mengaktifkan siswa dalam hal belajar.

(vi) Guru memberikan pengertian dan bukan hanya kata-kata saja

(vii) Guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan satu buku saja

(viii) Guru harus menggunakan beberapa metode sesuai dengan bahan

pelajarannya.

(ix) Guru mempunyai tujuan tertentu pada setiap pelajaran yang diberikan.

(x) Guru tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada

siswa melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak.


(e) Alat dan Bahan

Alat dan bahan pelajaran merupakan salah satu unsur yang menunjang proses

belajar mengajar. Dalam menyampaikan materi guru hanya memberikan kata-kata

saja tanpa memahami artinya akan menimbulkan verbalisme dan juga kurang menarik

dan membosankan.

Pelajaran akan lebih menarik dan lebih berhasil, apabila dihubungkan dengan

pengalaman-pengalaman dimana anak dapat melihat, meraba, mengucap, berbuat,

mencoba, berpikir. Pelajaran tidak hanya bersifat intelektual melainkan juga bersifat

emosional. Kegembiraan belajar dapat mempertinggi hasil belajar. Dalam

penggunaan alat peraga harus disesuaikan dengan umur siswa, bahan pelajaran,

waktu, ruang dan sebagainya.

(f) Lingkungan dan kesempatan yang tersedia

Kegiatan belajar dapat dipengaruhi oleh lingkungan, oleh karena itu guru

harus mengadakan kunjungan rumah, ada keterangan-keterangan yang hanya dapat

diperoleh dengan jalan mengunjungi rumah siswa, dengan demikian guru akan

mengetahui keadaan lingkungan siswanya. Kunjungan serupa ini sangat bermanfaat

bila dihadapi anak-anak yang mengalami kesulitan.

(g) Motivasi Sosial

Motivasi merupakan segala daya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Dengan motivasi dimaksud, usaha-usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi, sehingga anak itu mau melakukan sesuatu.

Siswa yang mengetahui sesuatu dari apa yang dipelajariinya adalah sebagai

tujuan yang ingin siswa capai selama belajar. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu

bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya. Oleh karena itu, cukup beralasan bila
prestasi belajar dijadikan sebagai salah satu alat untuk memotivasi siswa dalam

belajar.

Motivasi di sekolah, guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi

agar siswa-siswa giat belajar, antara lain :

i) Memberi angka

Banyak siswa belajar untuk mencapai angka baik dan untuk itu dia berusaha

dengan segenap tenaga. Angka itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat untuk

mencapai prestasi. Jadi angka yang diberikan benar-benar menggambarkan hasil

belajar siswa.

ii) Hadiah

Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila setiap orang

mempunyai harapan untuk memperolehnya.

iii) Persaingan

Persaingan sering digunakan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi,

sehingga persaingan merupakan motivasi bagi siswa yang ingin maju.

iv) Sering memberi ulangan

Siswa lebih giat belajar, apabila tahu akan diadakan ulangan atau test dalam

waktu singkat. Akan tetapi apabila ulangan terlampau sering dilakukan, misalnya

setiap hari, maka pengaruhnya tidak berarti lagi. Tentu saja harus diberitahukan

terlebih dahulu akan adanya ulangan tersebut

v) Pujian

Pujian sebagai akibat pekerjaan yang disesuaikan dengan tingkat

keterampilan siswa, yang merupakan wujud motivasi yang baik. Pujian lebih
bermanfaat daripada hukuman atau celaan, jadi guru baiknya mencari hal-hal pada

siswa yang dapat dipuji, seperti tulisannya, ketelitiannya, tingkah laku dan

sebagainya. Pujian memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi harga

diri anak. Guru harus menyadari keterbatasan nalar siswa, diharapkan pendidik

mampu untuk menerapkan cara mengajar dengan tidak melupakan arti pentingnya

alat bantu pengajaran, sehingga lebih mempercepat keberhasilan belajar siswa.

B. HIPOTESIS

Hipotesis diperlukan untuk mempermudah dalam penarikan kesimpulan. Menurut

Winarno (1978 : 58) mengatakan “Hipotesa adalah suatu jawaban dugaan yang benar”.

Sutrisno Hadi (1989 : 121) mengemukakan bahwa : “Hipotesa adalah dugaan

sementara yang bersifat benar dan mungkin saja bersifat salah. Dia akan ditolak jika salah

atau palsu dan akan diterima jika fakta-faktanya benar”.

Hipotesis menurut Sugiono (2001 : 39) merupakan “jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh dari pengumpulan data”.

Berdasarkan latar belakang dan kerangka dasar teori telah dikemukakan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan sementara (hipotesis) sebagai berikut : “Diduga terdapat perbedaan

sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas VI

SD Negeri 014 Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Pelajaran

2007/2008”.
C. Definisi Konsepsional

Definisi konsep (Arifin Abdurachman, 1989 : 8) adalah : “suatu pemikiran umum

mengenai suatu masalah atau persoalan”.

Menurut R. Marton yang dikutip oleh Koentjaraningrat, (1979 : 56) menjelaskan

bahwa “Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati. Konsep menentukan

variable-variabel mana ingin kita menentukan adanya hubungan empiris”.

Definisi konsepsional atau definisi konsep disebut juga kerangka konsepsional.

Menurut Arifin Leo (1984 : 22) “Konsep adalah kata istilah yang mengungkapkan suatu

abstraksi yang dibentuk dengan generelisasi dari hal-hall khusus kejadian yang diamati”.

Dari definisi tersebut, maka untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap

kata yang digunakan Penulis, maka akan diberikan batasan konsepsional dalam penulisan

skripsi ini sebagai berikut :

1. Studi adalah seseorang yang telah dengan sengaja melakukan pembelajaran

(penyelidikan).

2. Komparatif merupakan perbandingan antara dua variabel.

3. Penggunaan adalah pemanfaatan atau pemakaian sesuatu

4. Alat peraga adalah alat/media yang digunakan dalam rangka lebih mengatifkan

komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

5. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau diciptakan terhadap bidang studi tertentu.

6. Belajar adalah kegiatan disengaja yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.

Dari pengertian-pengertian istilah tersebut diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan

bahwa : “Perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga terhadap prestasi belajar

IPA siswa kelas VI SD Negeri 014 Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara

Tahun Pelajaran 2007/2008, adanya daya yang timbul akibat dari pemanfaatan atau
pemakaian alat/media komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar-

mengajar terhadap hasil yang dicapai dalam pembentukan kecakapan baru atau perubahan

tingkah laku.

D. Definisi Operasional

Dengan telah ditetapkan definisi konsepsional, maka perlu untuk meneruskan kepada

bentuk operasionalnya, sebagai seperangkat petunjuk yang lengkap mengenai apa yang akan

diamati dan bagaimana mengukur suatu (konsep), sehingga dapat menggolongkan gejala

lingkungannya kedalam berbagai kategori variabel.

Menurut Koentjaraningrat (1979 : 65) Definisi operasional : “merupakan batu ujian

terakhir apakah masalah dapat diselidiki atau tidak”.

Definisi operasional adalah batasan cara kerja atau petunjuk bagi peneliti dalam

mengumpulkan data yang diperlukan selama melakukan penelitian. Definsi operasional juga

dapat memberikan petunjuk apakah suatu masalah dapat diteliti atau tidak, apakah suatu

hipotesis memenuhi syarat dan diterima atau hipotesis ditolak.

Sesuai dengan variabel yang diteliti maka definsi operasional yang akan diukur pada

pembahasan naskah skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan alat peraga (media) adalah pemanfaatan semua alat peraga yang dapat

membantuu dalam proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar, dengan indikatornya

adalah :

– Media sebagai alat komunikasi

– Fungsi media dalam setiap pokok bahasan

– Hubungan media dengan metode mengajar

– Nilai dan manfaat media dalam pengajaran


– Pemilihan dan penggunaan media yang tepat

– Usaha inovasi dalam media pendidikan

2. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa untuk mata pelajaran IPA

dengan indikatornya adalah : skor nilai ulangan harian.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi penelitian ditetapkan pada Sekolah Dasar Negeri 014 Loa

Janan Kabupaten Kutai Kartanegara terletak di Jalan Swadaya Ulak Nanga Desa/Kelurahan

Bakungan Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan pertimbangan-

pertimbangan, penulis dapat dengan mudah menjangkau tempat atau lokasi penelitian dan

untuk penghematan tenaga dan hemat biaya.


B. Populasi dan Sampel

Obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data disebut

populasi. Sutrisno Hadi (1989 : 70) mengatakan “Semua individu untuk siapa kenyataan-

kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan disebut populasi atau

universe”.

Menurut Sugiyono (2001 : 57) Populasi adalah wilayah generalisasi


yang terdiri atas Obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian
dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan seluruh siswa kelas VI SD Negeri 014

Bakungan Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara yang berjumlah 58 orang

siswa, sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah 22 siswa yaitu 38% dari jumlah

siswa kelas VI SD Negeri 014 Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara dari populasi yang

diambil secara acak.

C. Teknik Pengambilan Data

Untuk memperoleh data yang menunjang dalam penulisan skripsi ini penulis

menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :

1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis

S, MC Toggar R (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action),

observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan berlangsung

secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi

antara guru dan siswa SD Negeri 014 Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara.

2. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas tiga siklus kegiatan sebagai berikut.

a. Siklus I

Tahap Perencanaan (Planning) :

– Mengidentifikasi masalah

– Menganalisis dan merumuskan masalah

– Merancang model pembelajaran interaktiif

– Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif

– Menyiapkan instrument (angket, pedoman observasi, tes akhir)

– Menyusun kelompok belajar siswa

– Merancang tugas kelompok

Tahap Melakukan Tindakan (Action) :

– Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan

– Menerapkan model pembelajaran interaktif

– Melakukan pengamatan tehadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana

– Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan

– Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap

tindakan

Tahap Mengamati (Observasi) :

– Melakukan diskusi dengan guru SD dan kepala sekolah untuk rencana observasi

– Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran interaktif yang

dilakukan guru kelas VI

– Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran

interaktif
– Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau

kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran

berikutnya.

Tahap Refleksi (Reflection) :

– Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi

– Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran

interaktif dengan kerja kelompok dan mempertimbangkan langkah selanjutnya

– Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran interaktif dengan kerja

kelompok

– Melakukan refleksi terhadap kreatifitas siswa dalam pembelajaran IPA

– Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa

b. Siklus II

Tahap Refleksi/Siklus II meliputi

Tahap Perencanaan (Planning)

– Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan

pada pembelajaran berikutnya

– Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran

– Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi siklus I

Tahap Melakukan Tindakan (Action)

– Melakukan analisis pemecahan masalah

– Melaksanakan tindakan perbaikan II dengan memaksimalkan penerapan model

pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok

Tahap Mengamati (Observation)


– Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran interaktif dengan kerja

kelompok

– Mencatar perubahan yang terjadi

– Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan

balikan

Tahap Refleksi (Reflection)

– Merefleksi proses pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok

– Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran interaktif dengan

kerja kelompok

– Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian

c. Rekomendasi

Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah

– Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses

pembelajaran IPA

– Guru memiliki kemampuan guru merancang dan menerapkan model pembelajaran

interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata pelajaran IPA

– Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA

D. Gejala Yang Dihadapi

Mengenai gejala yang timbul dari suatu penelitian, biasanya seorang peneliti

dihadapkan pada dua gejala yaitu gejala nomonal dan gejala kontinum. Berdasarkan

indikator-indikator yang penulis rumuskan sebelumnya, maka gejala yang dihadapi dalam

penelitian ini adalah gejala kontinum. Gejala kontinum menurut Sutrisno Hadi (1989 : 92)

adalah “Gejala yang bervariasi menurut tingkatannya”. Gejala ini memiliki kontinuitas ciri-

ciri yang dapat digunakan untuk menggolong-golongkan subyek pendukung gejala itu.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh media (alat peraga) terhadap

prestasi belajar siswa.

E. Alat Pengukur Data

Alat pengukur data dalam penelitian ini, Penulis menggunakan Skala Nominal yaitu

penelitian dengan instrument penelitian skala nominal, sebenarnya tidak melakukan

pengukuran, tetapi lebih pada mengkatagorikan, memberi nama dan menghitung fakta-fakta

dari obyej yang diteliti (Sugiyono, 2001 :69)

F. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menetapkan bahwa jenis penelitian sebagaimana tersebut

dalam pendapat dibawah ini :

Tingkat eksplanasi (tingkat penjelasan) yaitu bagaimana variabel-variabel


yang diteliti akan menjelaskan obyek yang diteliti melalui data yang
tekumpul. Jenis penelitian eksplanasi dalam kelompok penelitian asosiatif,
dalam hal ini terdapat minimal dua variabel yang dihubungkan (Sugiyono,
2001 :6-7)

Penelitian Komperatif merupakan suatu penelitian yang bersifat membandingkan

(Sugiyono, 2001 : 6)

G. Analisis Data

Untuk lebih menjamin keakuratan data penelitian dilakukan perekaman data dalam

video. Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan sesuai permasalahan yang ada

dalam bentuk laporan hasil penelitian. Rancangan pembelajaran interaktif dan pembelajaran

tugas kelompok dilakukan validasi oleh teman sejawat dan kepala sekolah. Untuk kreativitas

siswa dalam pembelajaran digunakan observasi dan angket serta perolehan hasil belajar

siswa digunakan deskripsi kuantitatif

H. Jadwal Penelitian
Kegiatan penelitian dalam rangka penulisan skripsi diharapkan selesai dalam 6 bulan

dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tanggal 17 Oktober 2007 penuliis mengajukan judul skripsi kepada Bapak Dekan dan

Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kutai

Kartanegara, sekaligus untuk ditentukan Dosen Pembimbing pembuatan/penyusunan

skripsi.

2. Tanggal 19 Oktober – 15 Desember 2007 mempersiapkan dan mempelajari literatur

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti dan menulis Bab I, II, III.

3. Tanggal 17 Desember 2007 – 3 Januari 2008 berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing

tentang proposal yang telah dibuat serta perbaikan-perbaikan pada bagian-bagian yang

terdapat kesalahan atau kekurangan pada Bab I, Bab II dan Bab III.

4. Tanggal 5 Januari 2008 – 14 Februari 2008 melakukan penelitian dilokasi, yaitu SD

Negeri 014 Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Pelajaran

2007/2008, sekaligus menyusun Bab IV, Bab V dan Bab VI.

5. Tanggal 18 Februari 2008 – 28 Februari 2008 melakukan konsultasi Bab IV, V dan VI

setelah itu melakukan perbaikan yang disarankan oleh Pembimbing dan persiapn untuk

mengikuti ujian pendadakan skripsi.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Siklus I

1. Tahap Perencanaan (Planning)

a. Guru mulai mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul saat pelaksanaan

pembelajaran.
b. Guru mencoba menganalisis dan merumuskan masalah yang mungkin muncul saat

pembelajaran.

c. Guru merancang model pembelajaran interaktif, dibantu peneliti.

d. Guru dan peneliti melakukan diskusi mengenai penerapan model pembelajaran

interaktif, terutama langkah-langkah kegiatan diskusi kelompok siswa.

e. Peneliti dan guru bersama-sama membuat angket untuk siswa dan pedoman observasi.

f. Guru menyusun kelompok berdasarkan siswa yang pandai dibagi merata kesetiap

kelompok.

g. Guru merencanakan tugas kelompok tentang topik/materi IPA/Sains.

2. Tahap Melakukan Tindakan (Action)

a. Guru melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai perencanaan pembelajaran.

b. Guru menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran Sains/IPA.

c. Peneliti dan pengamat (teman sejawat dan kepala sekolah) melakukan pengamatan

terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.

d. Peneliti dan pengamat memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya

kegiatan yang dilaksanakan.

e. Guru belum dapat mengantisipasi kendala dengan melakukan solusi mengalami

kendala saat melakukan tahap tindakan Tahap Mengamati (observasi).

f. Peneliti, pengamat (teman sejawat dan kepala sekolah) dan guru melakukan diskusi

untuk rencana observasi pada pembelajaran IPA/Sains berikutnya.

g. Peneliti dan para pengamat melakukan pengamatan terhadap penerapan model

pembelajaran interaktif yang dilakukan guru.

h. Peneliti dan para pengamat mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat

penerapan model pembelajaran interaktif. Pada awal pembelajaran guru melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan perencanaan, namun setelah beberapa saat guru kembali
kepada pola lama yang biasa dilakukan dalam pembelajaran yaitu menjelaskan materi

dan siswa menyimak penjelasan guru dan memcatat hal yang dianggap penting. Guru

Nampak tidak percaya diri ketika siswa bertanya tentang materi yang tidak dimengerti

ketika mengerjakan tugas di rumah.

i. Peneliti, para pengamat dan guru melakukan diskusi untuk membahas tentang

kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran

perbaikan untuk pembelajaran IPA/Sains berikutnya. Saran yang diberikan peneliti dan

juga para pengamat salah satunya adalah guru harus membaca materi IPA/Sains paket,

meskipun guru sudah sering mengajarkan materi tersebut. Guru juga harus membaca

beberapa buku referensi lain selain buku paket dan buku wajib, agar guru jadi lebih

percaya diri dan dapat menjawab semua pertanyaan siswa dengan tepat. Guru harus

dapat mengalokasi waktu dengan baik, sehingga dapat merangkum materi yang

dibahas.

3. Tahap Refleksi (Reflection)

a. Guru melakukan analisis temuan peneliti dan para pengamatan saat melakukan

observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru.

b. Peneliti dan para pengamat menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat

menerapkan model pembelajaran interaktif dan mempertimbangkan langkah

selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok.

c. Guru melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran interaktif pada

pelajaran IPA/Sains. Selama diskusi kelas guru berusaha berkeliling pada setiap

kelompok. Guru menanyakan kesulitan atau masalah yang dihadapi saat melakukan

percobaan.
d. Guru dibantu peneliti melakukan refleksi terhadap kreativitas siswa dalam

pembelajaran IPA/Sains, disamping itu guru mengadakan evaluasi tentang topik yang

sudah dibahas dan nilai rata-rata siswa 5,859. Kreativitas meningkat setelah

mengalami pembelajaran yang dilaksanakan guru. Siswa terlibat aktif dalam diskusi

kelompok dan percobaan.

e. Guru melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa, mengevaluasi terhadap

kekurangan dan kelemahannya dalam pelaksanaan pembelajaran, berupaya untuk

memperbaikinya.

B. Siklus II

Tahap Refleksi/Siklus II meliputi

1. Tahap Perencanaan (Planning)

a. Hasil refleksi guru dievaluasi dan didiskusikan bersama dengan peneliti dan para

pengamat dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran IPA/Sains

berikutnya.

b. Guru mendata masalah-masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.

c. Guru merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I

2. Tahap Melakukan Tindakan (Action)

a. Guru melakukan analisis dan pemecahan masalah yang dihadapinya dalam

pelaksanaan pembelajaran.

b. Guru melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dengan memaksimalkan

penerapan model pembelajaran interaktif dan berusaha memperbaiki kekurangan dan

kelemahan saat pembelajaran.

3. Tahap Mengamati (Observation)


a. Peneliti dan para pengamat melakukan pengamatan terhadap penerapan model

pembelajaran interaktif.

b. Peneliti dan para pengamat mencatat perubahan yang terjadi, guru lebih percaya diri

dan menjelaskan materi/konsep dengan baik. Guru sudah dapat berperan sebagai nara

sumber, fasilitator dan mediator dengan baik. Guru sudah dapat mengelola kelas

dengan baik.

c. Guru, peneliti dan para pengamat melakukan diskusi membahas masalah yang

dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.

4. Tahap Refleksi (Reflection)

a. Guru merefleksi proses pembelajaran interaktif yang dilaksanakannya.

b. Guru Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran interaktif.

c. Guru menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

d. Peneliti dan guru memberikan rekomendasi terhadap hasil akhir penelitian tindakan

kelas yang dilakukan guru.

e. Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah

f. Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses

pembelajaran IPA. Setiap pembelajaran IPA siswa selalu sudah siap dengan pertanyaan

tentang materi/topik yang akan dibahas. Siswa sudah terbiasa bekerja kelompok dan

berdiskusi.

g. Guru telah memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran

interaktif khususnya pada mata pelajaran IPA/Sains. Ada kemauan guru untuk

menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran lainnya.

h. Prestasi siswa dalam pelajaran IPA/Sains meningkat. Nilai rata siswa mencapai 6,512.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menyajikan data-data yang berhubungan dengan sebelum dan sesudah

penggunaan alat peraga terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas

VI SD Negeri 014 Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Pelajaran

2007/2008, serta dari penyajian data, analisa dan pengujian data, maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Guru dalam mendesain model pembelajaran interakrif untuk mata pelajaran IPA, pada

awalnya masih ragu dan belum terbiasa.

2. Guru dalam menerapkan model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di SD

dengan kerja kelompok. Pada awalnya siswa mengalami kesulitan bekerja dalam

kelompok, terutama siswa yang pandai/pandai tidak mau bergabung dengan siswa yang

tidak/kurang pandai. Siswa yang merasa dirinya pandai lebih suka belajar dan bekerja
sendiri. Siswa terkesan egois, untuk dapat menyatukan siswa dalam kelompok dan

bekerja sama guru berusaha memberi penjelasan tentang pentingnya berbagi, bekerja

sama, bersahabat tanpa memperhatikan kepintaran atau kemampuan orang lain. Justru

siswa yang memiliki kelebihan daripada teman-temannya dapat membantu dengan

memberikan penjelasan tentang teori/materi pelajaran yang belum dipahami dan

dimengerti.

3. Kinerja belajar siswa meningkat setelah pembelajaran IPA menggunakan model

pembelajaran interaktif. Siswa sangat antusias membahas topik dalam diskusi, dan

berusaha menjawab dan menemukan informasi tentang topik tersebut. Siswa saling

berebut mengemukakan informasi (apa yang mereka ketahui) tentang topik. Setelah

dilakukan pembagian tugas kelompok siswa bekerja sesuai dengan tugasnya masing-

masing.

4. Guru dalam menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok,

mengalami kesulitan dalam pengelolaan waktu. Guru belum dapat membagi waktu dalam

masing-masing kegiatan pembelajaran. Siswa terlalu melakukan diskusi, sehingga guru

tidak sempat merangkum/menyimpulkan materi yang dibahas karena waktunya habis.

5. Prestasi belajar siswa meningkat setelah mengalami pembelajaran interaktif dengan kerja

kelompok. Pada siklus pertama nilai rata-rata siswa perorangan 5,859; nilai rata-rata

kelompok sebesar 6,,102. Pada siklus kedua nilai rata-rata siswa 6,512 dan nilai rata-rata

kelompok 7,615; sedangkan pada siklus ketiga nilai rata-rata siswa 7,948 dan nilai rata-

rata kelompok 7,384. Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok dapat digunakan pada penelitian

tindakan kelas.
6. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan bertujuan adalah memperbaiki pembelajaran

yang dilaksanakan guru. Menggunakan model pembelajaran interaktif dengan kerja

kelompok dapat dijadikan alternatif untuk penelitian tindakan kelas yang akan

dilaksanakan berikutnya.

B. Saran-Saran

1. Penerapan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok memerlukan kemauan

dan pengorbanan yang besar, baik waktu, tenaga dan pikiran. Untuk itu bagi para guru

sekolah dasar mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan model

pembelajaran ini sebagai suatu tantangan.

2. Penelitian tindakan kelas sebaiknya dilakukan oleh guru dengan penuh kesadaran dan

tanggung jawabnya sebagai pendidik, peneliti hanya berusaha menjembatani dan

memfasilitasi agar para guru sekolah dasar mau melakukan penelitian tindakan kelas

sebagai langkah instropeksi diri sebagai tenaga professional.

3. Sebaiknya penelitian tindakan kelas dilakukan oleh semua guru, baik guru SD, SMP,

SMA, sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja sebagai guru. Guru harus dapat menilai

dirinya sendiri sebelum melakukan penilaian kepada siswanya. Guru harusmengetahui

kelemahan dan kekurangan dalam pembelajarannya, berusaha untuk mengatasinya dan

menemukan solusi yang terbaik serta mengantisipasi apabila dalam pembelajaran

mengalami kendala dan masalah.


DAFTAR PUSTAKA

Arif Sadiman, dkk. 1970. Media Pendidikan. CV Rajawali. Jakarta

Arifin, Zainal. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Em Zul Fajri Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher. Jakarta.

E.T. Ruseffendi. 1982. Media Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar. P3D. Jakarta.

Edgar Dale (dikutip oleh Oemar Hamalik). 1989. Media Pendidikan. PT. Citra Aditya Bakti.

Bandung.

Gagne, R.M. 1985. The Coditions of Learning Theory of Instruction. 4th Edition. New York :

Holt, Rinehart and Winston.

Harap Nasrun. 1991. Prestasi Belajar. CV Aditya Bakti. Bandung

Hasibuan, J.J, Mudjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya. Bandung.

Hendro Darmodjo, Kaligis, J R E. 1991/1992. Pendidikan IPA II, Hal 7-11 Depdikbud Dirjen

Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Hernawati Damanik. 2004. Penerapan Model Pembelajaran Social Science Inquiry Dalam Mata

Pelajaran Sosiologi Dengan Kerja Kelompok. FKIP – Universitas Terbuka.

Irwanto, dkk. 1991. Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.
Kemmis, S. dan MC. Toggart.R. Ed.1988. The Action Research Planner. Deakin. Deakin

University. Australia.

Lemlit-UT. 2003. Jurnal Pendidikan Volume 4, nomor 2. Pusat Studi Lembaga Penelitian

Universitas Terbuka.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

NEA. 1970. Media Pendidikan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Nasution, S. 1982. Teknologi Pendidikan. CV. Jemmara. Bandung.

Nugroho Budiyuwono. 1991. Pelajaran Statistik. Proyek Pengembangan Pendidikan Akutansi

Dep. P dan K. Yogyakarta.

Poedjiadi, A. 1990. Pendidikan Sains dan Teknologi di Masa yang akan dating. Disampaikan

pada Seminar Puskur Balitbang Dikbud. Jakarta.

Poedjiadi, A. 1993. Mewujudkan iterasi Sains dan Teknologi Melalui Pendidikan, hal 4-6.

Disampaikan pada Seminar FPMIPA IKIP-Bandung.

Poerwadarminta W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Purwanto, Ngalim M. 1988. Psikologi Pendidikan. CV. Remaja Jaya. Bandung.

Slavin, RE. 1994. Educational Psychologi : Theory and Practice. Masschusetts. Allyn and Bacon

Publisher.

Slavin, RE. 1994. Educational Psychologi : Theory Research and Practice. Second Edition.

Boston : Allyn and Bacon.

Sobry Sutikno. 2004. Model Pembelajaran Interaksi Sosial. Pembelajaran Efektif dan Retorika.

NTP Press. Mataram.

Sutrisno Hadi. 1989. Bimbingan Menulis Skripsi, Tesis Jilid I. Fakultas Psikologi UGM.

Yogyakarta.
Sutrisno Hadi. 1989. Bimbingan Menulis Skripsi, Tesis Jilid II. Fakultas Psikologi UGM.

Yogyakarta.

Sugiyono, 2001. Statistik Pendidikan. CV. Alfabeta. Bandung.

Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Usaha Nasional.

Surabaya.

Sarmanu. 2003. Metodologi Penelitian, Statistika dan Komputerisasi. Lembaga Penelitian

Universitas Airlangga. Surabaya.

Winarno Sirachmad. 1978. Dasar dan Teknik Research. Tarsito. Bandung.

You might also like