Professional Documents
Culture Documents
b.
Metode Pierce berdasarakn klinis : Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis :
c.
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor atau sama dengan 3 disertai syok diberikan cairan per intravena. Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infus pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau oral/saluran cerna atas tidak dapat dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr NaCO3 dan 1,5 gr KCl setiap liter. Contoh oralit generik yaitu renalyte, pharolit, dll. Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas : a) Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. b) Satu jam berikut/ jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral. c) Jam berikutnya pemberian cairan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan Insensible Water Loss (IWL)
2. Diet Pasien diare tidak dianjurkan berpuasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien justru dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik , dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktasi transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan beralkohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
3. Obat anti-diare Obat-obat ini dapat mengurangi gejala : a) Yang paling efektif yaitu derivat opoid misalnya Loparamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan enselopati bismut. Obat antimoltilitas penggunaanya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai antimikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit.
b) Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4x2 tab/hari, smectite 3x1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti. c) Obat ekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3x1 tab/hari.
4. Obat antimikroba Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease karena virus atau bakteri nun-invasif, pengobatan empirik tidak dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasi, diare turis (travelers diarrhea) atau imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon (misal siprofloksasin 500 mg 2x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri patogen invasi termasuk Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, Aeromonas spesies. Sebagai alternatif yaitu kotrimoksazol (trimetropim/sulfametoksazol, 160/800 mg 2x/hari, atau eritromisin 250-500 mg 4x/hari. Metronidazol 250 mg 3x/hari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis.
( Sibadibrata K., Marcellus. Daldiyono. Diare Akut. Dalam:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid 1. Ed.V. Jakarta:Interna Publishing, 2009. Hal. 554-555 )
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi. Sindrom Guillain Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain Barre, 20 40 % nya menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita kelemahan
motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain Barre tetap belum diketahui. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp. Kelainan elektrolit dan asam basa Kegagalan upaya dehidrasi oral Kejang
( Zein , Umar. Khalid Uda Sagala. Josia Ginting. Diare Akut Disebabkan Bakteri. FK USU Bag. Ilmu Penyakit Dalam. 2004 )