You are on page 1of 5

Di suatu desa hiduplah seorang hartawan yang kaya raya.

Dia memiliki harta yang banyak, rumah yang mewah dengan segala perlengkapan yang serba banyak. Pada suatu ketika dia melihat seorang tukang sepatu. Si tukang sepatu asyik bekerja sambil menyanyi dengan gembira. Si hartawan itupun berpikir didalam hatinya, alangkah bahagianya si tukang sepatu itu meskipun ia sangat miskin tetapi ia bahagia. Sepanjang hari dia bisa bernyanyi sambil bekerja. Ia pasti tidak mempunyai hasil yang banyak, tetapi bagaimana dia bisa bahagia dan bernyanyi semacam itu. Sedangkan saya kaya tinggal dirumah yang mewah, saya mempunyai pelayan, mempunyai banyak uang untuk membeli apa saja yang saya inginkan. Tetapi saya tidak mempunyai kebahagiaan seperti yang dirasakan oleh tukang sepatu. Ah coba saya akan panggil dia dan menanyakan apa sebabnya dia bisa bahagia. Demikianlah ia bicara dalam hati. Kemudian dia memanggil pelayan, ketempat tukang sepatu. Wahai tukang sepatu, majikan saya memanggilmu untuk datang kerumahnya, kata si pelayan. Tukang sepatu bertanya, ada apa kok tumben. hai pelayan coba panggil tukang sepatu itu, maka pelayan itupun lalu datang

Maka pelayan itu lalu menjawab : saya tidak tahu barangkali dia ingin untuk menambal sepatunya. Tukang sepatu lalu menjawab baiklah saya akan datang segera. Demikianlah sorenya si tukang sepatu datang kerumah si hartawan itu. Selamat sore tuan, tuan memanggil saya, apakah tuan ingin menambal sepatu tuan, tanya si tukang sepatu. Oh tidak, saya ingin bercakap-cakap sedikit padamu. Pada waktu saya lewat didepan gubukmu saya melihat kamu sedang bekerja dan mendengar kamu sedang asik bernyanyi. Tampaknya kamu begitu bahagia. Barangkali kamu cukup mempunyai penghasilan, dari menambal sepatu. Berapa kamu dapat penghasilan dalam setahun? Maka si tukang sepatu menjawab : Dalam setahun, saya tidak tahu tuan. Saya hanya bekerja dari hari kehari dan hanya sekedar cukup untuk makan. Si hartawan pun lalu bertanya : Baik berapa penghasilanmu setiap hari. Oh hanya beberapa rupiah saja tuan, jawab si tukang sepatu. Hanya beberapa rupiah, bagaimana kamu bisa bahagia dengan uang yang sedemikian? Tidak, tidak kamu pasti mempunyai penghasilan yang lebih banyak dari itu, kata si hartawan. Percayalah kepada saya tuan, saya sangat miskin. Saban hari saya hanya dapat uang cukup untuk saya makan dan membeli sekedar nasi, kata si tukang sepatu.

Tetapi bagaimanakah kamu bisa bahagia, tanya si hartawan. Oh, karena saya senang dengan pekerjaan saya, oleh karena itu saya dapat bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh pekerjaan yang menyenangkan itulah yang menjadikan saya bahagia, kata si tukang sepatu. Saya iri padamu, meskipun saya kaya tetapi saya tidak bahagia. Saya ingin mendapatkan kebahagiaan seperti kamu. Atas kejujuranmu, saya ingin memberi bantuan padamu. Ini saya berikan kamu hadiah seratus juta rupiah, kata si Hartawan. Si tukang sepatu terheran-heran. Seratus ribu rupiah, untuk saya tuan tanya si tukang sepatu. Betul, untukmu. Bawalah pulang dan lebih berbahagialah kamu di rumah, kata si Hartawan. Bagaimana saya bisa membalas budi baikmu tuan. Saya belum pernah dan belum pernah sama sekali memegang uang sebanyak itu. Dan oleh karena itu saya tidak akan melupakan kebaikan hati tuan. Semoga Tuhan melindungi dan memberkati tuan kata si tukang sepatu. Sesampainya di rumah dia lalu menggali sebuah lubang dibawah tempat tidurnya dan menanam uang itu dibawah kamar dengan hati-hati. Tetapi malam harinya untuk pertama kali dia tidak bisa tidur nyenyak, ia sungguh-sungguh tidak bisa tidur. Bermacam-macam khayalan muncul dalam ingatannya. Adapun yang dipikirkan adalah : Apakah uang saya ini cukup aman, tidakkah atau belumkah pintu itu dikunci?

Seseorang mungkin melihat waktu saya pulang membawa pundi-pundi yang berisi uang itu. Mereka mungkin adalah pencuri dan mengintip dimana uang itu saya taruh. Dia sekarang tentu sedang menyelidiki rumah saya dan menunggu saya tidur lelap Demikianlah keadaan si tukang sepatu. Sampai larut pagi dia belum bisa tidur. Tiba-tiba dia mendengar ada suara gemerisik diluar. Diapun terbangun cepat-cepat. Ah mungkin suara pencuri, coba saya lihat keluar, saya ambil lampu apakah betul-betul seorang pencuri, demikian pikirnya. Akhirnya sampai pagi dia takut dan waswas hingga tidak bisa tidur. Besoknya tetangganya berbicara dengan temannya, kawan kenapa tadi sore saya tidak mendengar adanya nyanyian yang biasanya dinyanyikan oleh tukang sepatu tetangga kita. Mungkinkah ada sesuatu hal yang menyebabkan? Temannya yang lain lalu menjawab : Saya kira dia mungkin sakit. Demikianlah tetangga-tetangganya mulai melihat kelainan daripada si tukang sepatu yang dahulunya selalu menyanyi dan gembira tetapi sekarang kelihatannya sangat sedih. Hari demi hari si tukang sepatu bertambah kurus dan pucat karena malam hari dia selalu kurang tidur. Demikianlah si tukang sepatu berbicara pada dirinya sendiri : Sudah sebulan saya tidak bisa tidur nyenyak, saya sudah kehilangan nyanyian saya dan tidak ada gairah untuk bekerja. Jika saya terus begini rupa, saya akan bisa mati karena sakit. Baik saya

akan kembalikan uang ini kepada si hartawan. Uang inilah yang menyebabkan hilangnya kegembiraan saya. Demikianlah besok paginya dia datang ketempat si hartawan. Selamat pagi tuan dan terima kasih atas segala pemberian tuan yang menyebabkan saya tidak bisa tidur setiap malam, kata si tukang sepatu. Mengapa, ada apa temanku, mengapa kamu berkata begitu?, tanya si hartawan. Maka si tukang sepatupun menjawab : Tuan, setelah tuan berikan saya uang, sejak saat itu saya merasa tidak bahagia. Bagaimana mungkin itu terjadi, tanya si hartawan. Si tukang sepatupun akhirnya menjelaskan : Tuan saya tidak bisa tidur sepanjang malam, tidak pula saya sanggup untuk menyanyi karena hati saya penuh dengan kekhawatiran. Khawatir uang yang tuan berikan itu akan dicuri oleh orang lain. Saya selalu memikirkan uang itu siang dan malam. Inilah yang merampas kesenangan dan kebahagiaan saya. Tolonglah ambil uang ini kembali dan kembalikan kegembiraan saya bernyanyi dan bekerja.

Belum tentu orang kaya itu bahagia, belum tentu pula orang miskin itu tidak bahagia. Hanya orang yang tidak terikat oleh harta bendalah yang akan selalu bahagia.

You might also like