You are on page 1of 6

Adalah suatu kebiasaan, pada jaman dahulu seorang guru hidup bersama-sama dengan murid-muridnya di satu pasraman.

Pada umumnya dalam satu pasraman terdapat lebih kurang 1520 Nayaka atau murid-murid yang dibimbing oleh seorang guru yang terkenal. Mereka mendapat pelajaran agama Hindu, tentang tata susila, sopan santun dan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mereka menamatkan pelajaran, seorang Nayaka biasanya mempersembahkan upah kepada gurunnya berupa sesuatu benda uang atau pekerjaan. Upah ini dikenal dengan nama Daksina yang merupakan semacam uang sekolah. Hari itu di pasraman Prasanti yang dipimpin oleh Dang Acarya Siwa Murti, tampaklah para Nayaka yang telah menamatkan pelajaran menghadap kepada guru mereka : Yang mulia Dang Acarya, kami telah menamatkan pelajaran sebagaimana Dang Acarya telah berikan. Adalah kewajiban kami semua untuk menyampaikan guru bakti sebagai persembahan kami kepada Dang Acarya. Mohon agar kami diberitahu dalam bentuk apa Daksina yang harus kami persembahkan.

Anak-anakku guru tidak memerlukan Daksina persembahan, guru sudah cukup senang menyaksikan kamu telah menyelesaikan pelajaranmu dengan baik kata Dang Acarya. Maaf guru kalau demikian berarti kami tidak melakukan kewajiban sebagai Nayaka. Mintalah kepada kami, apa yang kami harus persembahkan agar kami jangan sampai melanggar ketentuan yang berlaku dan tidak dituduh menghindari kewajiban. Perintahkanlah kepada kami untuk memberikan sesuatu sebagai guru Daksina, desak para Nayaka. Baiklah kalau demikian. Carikanlah guru barang yang tidak berguna di dunia ini, kata Dang Acarya. Para Nayaka menjadi bingung, mereka bercakap-cakap dengan teman mereka : Mengapa guru kita meminta sesuatu yang tidak berguna. Sungguh aneh untuk apa beliau mengumpulkan barang yang tidak berguna. Kita bisa mendapatkan barang-barang semacam itu dengan mudah. Marilah kita berpencar rnengumpulkan barang-barang yang diminta guru kita, kata salah seorang Nayaka. Salah seorang dari mereka datang begitu cepat menghadap Dang Acarya, dia membawa sebungkus tai sapi. Inilah guru, inilah barang yang paling tidak berguna, tai sapi ini telah mengotori jalan-jalan. Sungguh barang ini tidak berguna. Dang Acarya lalu bertanya : Anakku kamu mendapat makan dari mana? Dari tumbuh-tumbuhan guru kata Nayaka itu.

Tumbuh-tumbuhan dapat makan dari mana? tanya Dang Acarya. Dari kotoran guru, jawab Nayaka dengan sedikit ragu-ragu. Anakku yang kamu bawa ini adalah kotoran yang disebut tai. Kalau kotoran itu dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan maka tumbuh-tumbuhan akan berbuah dengan lebat. Dan dari buah itulah manusia bisa hidup. Dengan demikian tai inipun ada gunanya, kalau kamu bisa memanfaatkan, kata Dang Acarya. Tidak lama kemudian datang seorang Nayaka membawa sebuah botol kecil berisi bisa ular, lalu berkata : Guru inilah bisa ular kobra yang sangat membahayakan. Kalau orang digigit oleh ular kobra, maka racunnya akan dapat membunuh dalam waktu satu jam. Sungguh-sungguh barang ini racun yang terkutuk dan membencanai umat manusia. Anakku bisa ular itu tidak bersalah, kalau bisa ular itu dapat dilemahkan dan dijadikan vaksin ia akan dapat dipakai obat. Demikian pula segala macam penyakit seperti: cacar, TBC dan sebagainya. Kalau kuman-kumannya dilemahkan ia akan bisa berbalik menjadi obat yang disebut Vaksin. Kamupun waktu kecil diobati vaksin semacam ini agar kamu kebal terhadap penyakit, kata Dang Acarya. Tidak lama kemudian menyusul seorang Nayaka yang datang menyusul : Guru saya datang dengan perasaan penuh ragu-ragu. Kini saya datang tidak membawa apa-apa. Karena pada mulanya saya mengira daun-daun kering pasti merupakan benda-benda yang tidak berharga.

Sayapun lalu pergi dan mencari daun kering untuk saya persembahkan pada guru. Tetapi setelah saya menjumpai beberapa kejadian, Saya kembali ragu-ragu karena daun kering itupun masih ada gunanya, kata si Nayaka. Dang Acarya lalu meminta agar Nayaka itu melanjutkan ceritranya. Cobalah jelaskan pengalamanmu anakku, apa saja vang kamu jumpai waktu mengumpulkan daun kering itu. Ceritakanlah dihadapan teman-temanmu yang semuanya sudah datang kembali, pinta Dang Acarya. Maka Nayaka ketiga lalu menjelaskan sebagai berikut : Guru, pertama-tama saya berpikir bahwa daun kering itu pasti tidak ada gunanya. Sebab itu, saya lalu pergi ke hutan untuk mencarinya. Tetapi setelah sampai di hutan saya menjumpai seorang wanita tua dengan asyik mengumpulkan daun kering. Sava lalu bertanya : lbu untuk apa daun-daun kering itu lbu kumpulkan. Oh anak muda, ibu adalah orang miskin, ibu mempunyai sebuah kebun. Daun-daun ini ibu kumpulkan dan kemudian dibakar dikebun. Abunya akan menjadi pupuk yang subur. Demikian jawab si nenek tua itu. Sayapun menjadi sadar bahwa daun kering itu masih berguna juga bagi manusia. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan pulang.

Di tengah jalan saya menyaksikan selembar daun kering jatuh melayang dari sebatang pohon. Tiba-tiba daun kering itu disambar oleh seekor burung, daun itu dipakai sebagai bahan untuk membuat sarangnya. Pengetahuan saya bertambah lagi. Selain manusia, binatangpun memerlukan daun kering yang tampaknya tidak berguna itu. Saya lalu melanjutkan perjalanan menyeberangi sebuah sungai. Tiba-tiba saya melihat selembar daun kering yang mengambang diatas air. Diatas daun kering itu ada beberapa semut merah. Ruparupanya semut merah itu telah menggunakan daun kering itu untuk menyelamatkan diri mereka agar jangan tenggelam. Dengan demikian daun kering telah berfungsi sebagai perahu bagi semut merah. Setelah sampai diseberang sungai saya melihat seorang tua menggendong sebuah bungkusan dan tangan kanannya memegang sebuah tongkat berjalan sendirian. Lalu saya bertanya : Kakek untuk apa kakek pergi ke hutan seorang diri dan apa isi bungkusan yang kakek gendong itu. Anak muda kakek tinggal ditepi hutan ini. Kakek adalah seorang dukun. Saban hari kakek datang ke hutan untuk memungut daun-daun kering dari pohon kayu tertentu yang kakek pergunakan untuk ramuan obat untuk menyembuhkan bermacam-macam penyakit, kata kakek itu.

Demikianlah guru akhirnya saya bekesimpulan bahwa daun kering yang semula saya anggap tidak ada gunanya ternyata bukan saja manusia tetapi binatang dan tumbuh-tumbuhan memerlukannya. Setelah para Nayaka mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu Dang Acarya berkata : Ini adalah pelajaran yang terakhir anakku yang kamu dapatkan dariku. Bahwa di dunia ini tidak ada barang yang tidak berguna. Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan tujuan tertentu. Hanya kita yang tidak tahu tujuan beliau yang sebenarnya. Tuhan menciptakan isi dunia ini untuk kebaikan, tetapi manusia telah menyalah gunakan kebaikan itu untuk kejahatan. Mulai saat ini kamu akan menjadi murid dari alam ini. Kamu akan dapat banyak pelajaran lagi dari alam lingkunganmu. Dunia ini adalah Maha guru kita. gurumu sekarang adalah alam ini termasuk semua makhluk disekitarmu.

Tidak ada sesuatu yang tidak berguna dan tidak ada sesuatu yang tidak baik. Hanya Tuhan yang maha tahu akan rahasia kegunaan dan kebaikan dari segala ciptaan beliau.

You might also like