You are on page 1of 5

DASAR TEORI Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis

karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusiimunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian (Ryouka, 2011). Golongan Darah A-B-O Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah) (Nur, 2012). Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih dari dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat kemungkinan fenotip untuk untuk karakter ini: Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB) atau tidak sama sekali (tipe O) (Nur, 2012). Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh sepasang gen, yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat dikenal dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu. Kesalahan dalam melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang serius (Nur, 2012). Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia (Nur, 2012).

Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal (Nur, 2012). Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut (Lidyana, 2011) : Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapatmenerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif. Prinsip Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Cell Grouping Serum Grouping : Memeriksa antigen sel darah merah dengan cara : Memeriksa antibodi dalam serum/plasma dengan

menambahkan anti-A, anti-B monoklonal. cara mereaksikannya dengan sel golongan A, B, dan O.

Auto Control (Lestari, 2011).

: Memeriksa antibodi dalam serum dengan cara

mereaksikannya dengan sel darah merahnya sendiri.

Golongan Darah Rhesus Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi antigeniknya (Nur, 2012). Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rhantigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti pada ABO sistem dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan system golongan darah lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja sebanyak 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif (D-), sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) walaupun golongan darah ABO nya sama (Nur, 2012). Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul 160.000, daya endap (sedimentation coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat ditemukan selain dalam serum juga cairan tubuh, seperti air ketuban, air susu dan air liur. Imun antibodi IgG anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam sirkulasi janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis (Nur, 2012). Diskrepansi golongan darah ABO Diskrepansi ABO terjadi apabila ada ketidakcocokkan antara hasil cell grouping dengan serum grouping. Diskrepansi ini dapat terjadi karena masalah teknis dan dapat diselesaikan dengan cara melakukan pemeriksaan reagen, membaca hasil dengan teliti serta melaporkan hasil dengan benar (Saiemaldahr, 2010).

Ada beberapa kasus diskrepansi ABO yang dapat terjadi karena masalah teknis dan dapat menyebabkan reaksi negatif atau positif palsu. Reaksi positif palsu disebabkan oleh : Centrifuge tidak dikalibrasi

Reagen terkontaminasi Tabung yang kotor Reaksi negative palsu dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, seperti : Kegagalan menambahkan serum atau reagen Penggunaan reagen atau sampel yang salah Suspensi sel dengan konsentrasi terlalu tinggi atau rendah (Saiemaldahr, 2010) Jenis Diskrepansi ABO Diskrepansi Group I Diskrepansi ini terjadi antara cell grouping dan serum grouping karena reaksi yang lemah atau antibodi hilang. Tipe diskrepansi ini merupakan yang paling sering terjadi. Reaksi yang lemah atau hilangnya antibody ini disebabkan karena pasien memiliki masalah dalam produksi antibodi atau tidak dapat menghasilkan antibodi ABO. Tipe diskrepansi ini dapat terjadi pada bayi baru lahir, pasien usia lanjut, pasien dengan limfoma, pasien menggunakan obat imunosupresif, pasien dengan penyakit imunodefisiensi dan transplantasi BM (Saiemaldahr, 2010). Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini, antara lain (Saiemaldahr, 2010) : Meminimalisir terjadinya kesalahan teknis Meningkatkan reaksi dalam serum grouping Inkubasi serum pasien dengan sel reagen pada suhu kamar selama 15 menit Diskrepansi Group II Terjadi karena reaksi yang lemah atau antigen hilang. Dapat disebabkan oleh beberapa sub kelompok A atau subkelompok B atau keduanya . Juga dapat hadir pada pasien dengan penyakit leukemia dan hodgkin.Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan mencuci sel darah pasien dengan saline (Saiemaldahr, 2010).

Diskrepansi Group III Terjadi karena kelainan pada protein atau plasma. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan kadar globulin dari penyakit tertentu seperti multiple myloma , limfoma hodgkin. Beberapa disebabkan oleh rouleaux formasi. Rouleaux atau sel darah merah akibat dari penumpukan eritrosit yang saling berikatan, tampak seperti aglutinasi. Untuk mengatasi masalah seperti ini , dapat dilakukan dengan mencuci sel darah merah pasien dengan saline atau menambahkan satu atau dua tetes saline ke dalam tabung dalam kasus pembentukan rouleaux (Saiemaldahr, 2010). Diskrepansi Group IV Terjadi karena adanya masalah- masalah lain seperti polyagglutination dapat terjadi karena adanya paparan tersembunyi eritrosit Ag. (T antigen) pada pasien dengan infeksi bakteri atau virus. Kontaminasi bakteri in vitro atau in vivo menghasilkan enzim yang mengubah dan ekspose tersembunyi Ag. pada sel darah merah yang menyebabkan aktivasi T (Saiemaldahr, 2010). DAFTAR PUSTAKA Lestari. 2011. Pemeriksaan Golongan Darah Tipe ABO http://lestariamaliani.blogspot.com/2011/10/pemeriksaan-golongan-darah-tipe-abo.html (diakses tanggal 28 September 2013) Lidyana, Fina. 2011. Golongan Darah. http// pbr2008unj.files.wordpress.com/2011/golongandarah.pdf (diakses tanggal 28 September 2013) Nur. 2012. Laporan Praktikum Immunologi Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus . http://id.scribd.com/2012/laporan-pemeriksaan-golongan-darah.pdf (diakses tanggal 28 September 2013) Ryouka. 2011. Karakteristik Golongan Darah. http:// id.scribd.com/2011/karakteristikgolongan-darah.html (diakses tanggal 28 September 2013) Saiemaldahr. 2010. Blood Bank. http://kau.edu.sa/files/2010/bloodbank.ppt (diakses tanggal 28 September 2013)

You might also like