You are on page 1of 11

Fisiologi kelenjar pancreas

Pankreas manusia mempunyai 1-2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans berdiameter 0,3 milimeter dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler kecil yang merupakan tempat penampungan hormone yang disekresikan oleh sel-sel di pulau langerhans itu sendiri. Pulau langerhans memiliki 3 jenis sel utama, yakti sel alfa, beta dan delta. Sel beeta menyekresikan insulin dan amilin -yaitu suatu hormone yang sering disekresikan berdasa dengan insulin, tapi fungsinya masih belum jelas-. Sel alfa menyekresikan glucagon. Dan sel delta menyekresikan somatostatin. Kerja masing-masing hormone yang dihasilkan sebagai berikut, insulin menghambat sekresi glucagon, amilin menghambat sekresi insulin dan somatostatik menghambat sekresi hormone insulin dan glucagon.

INSULIN
Pengaturan sintesis

Factor yang berperan dalam pengaturan sekresi insulin: 1. Peningkatan kadar glukosa darah Pada saat GDP 80-90 mg100ml kecepatan sekresi insulin akan minimumyakni 25ng/menit/kg. bila kadar glukosa darah tiba-tiba meningkat dua sampai 3 kali lipat dari kadar normal maka sekresi insulin juga akan meningkat dan berlangsung dalam 2 tahap: a. Dalam waktu 3-5 menit sesudah peningkatan glukosa darah, insulin plasma meningkat hampir mencapat 20x lipat; disebabkan oleh pengeluaran insulin yang sudah dibentuk terlebih dahulu oleh sel-sel beta. Dalam waktu 5-10 menit kemudian sekresi insulin akan berkurang sampai kira-kira setengah dari kadar normalnya. b. 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat lagi, hingga 2-3 jam dengan kecepatan sekresi yang lebih cepat.

Respon sekresi insulin terhadap naiknya konsentrasi glukosa darah menyebabkann timbulnya mekanisme umpan balik untuk mengatur besarnya konsentrasi glukosa darah--dengan mekanisme insulin meningkatkan transport glukosa ke dalam hati, otot dan sel lain sehingga mengurangi konsentrasi glukosa dalam darah kembali ke nilai normal.

2. Asam amino Adanya efek dari arginin dan lisin. Dalam keadaan glukosa darah normal, rangsangan oleh asam amino terhadap sekresi insulin hanya sedikit, tapi pada saat terjadi peningkatan glukosa darah Rangsangan oleh asam amino ini meningkatkan sekresi insulin yang diinduksi oleh glukosa sebesar 2x lipat. 3. Hormone gastrointestinal Hormone yang dimaksud adalah gastrin, sekretin, kolesistokinin dan gastric ingibitory peptide. Hormone ini dilepaskan sesudah seseorang makan, yang nantinya akan meningkatkan antisipasi insulin dalam darah sebagai suatu persiapan agar glukosa dan asam amino dapat diabsorpsi dari makanan tersebut. 4. Hormone-hormon lain dan system saraf otonom Hormone yang dapat memperkuat rangsangan gllukosa terhadap sekresi insulin meliputi, glucagon, hormone pertumbuhan, kortisol dan yang lebih lemah, progesterone dan estrogen. Pada beberapa keadaan, perangsangan saraf parasimpatis terhadap pancreas dapat meningkatkan sekresi insulin. Sintesis

Insulin merupakan protein kecil dengan 2 rantai asam amino yang dihubungkan satu dengan yang lain melalui ikatan disulfide. Insulin disintesis oleh sel beta, yang diawali dengan translasi RNA insulin oelh ribosom yang melekat pada RE untuk membentuk praprohormon insulin. Selanjutnya praprohormon akan terpecah di RE membentuk proinsulin, lalu proinsulin akan terpecah lagi di apparatus golgi membentuk insulin dan fragmen peptide. Sekresi

Transpor Saat disekresikan dalam darah insulin beredar dalam keadaan tidak terikat. Waktu paruhnya sekitar 6 menit, dan dalam waktu 10-15 menit insulin tidak akan dijumpai dalam sirkulasi.

Kerja Insulin akan berikatan dengan subunit di reseptornya, yang menimbulkan autofosforilasi sub unit reseptor, yang selanjutnya menginduksi aktivitas tirosin kinase yang akan menimbulkan fosforilasi berbagai enzim intrasel lainyya

termasuk substrat reseptor insulin (IRS). Hasil akhirnya akan mengaktifkan beberapa enzim dan mengaktifkan enzim yang lain. Sehingga insulin memipin proses metabolism intrasel untuk menghasilkan efek metabolism karbohidrat, lemak dan protein.

GLUKAGON
Glukagon adalah suatu hormone yang disekresikan oelh sel-sel alfa sewaktu kadar glukosa darah turun, yang berfungsi unutk meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Glucagon terdiri

atas rantai yang tersusun dari 29 asam amino. Glukoagon disebut juga hormone hiperglikemik. Pengaturan Sekresi dari glucagon dipengaruhi oleh: 1. Peningkatan kadar glukosa menghambat sekresi 2. Peningkatan kadar asam amino darah merangsang sekresi glukoagon Glukoagon akan memacu konversi cepat asam amino menjadi glukosa sehingga lenih banyak lagi glukosa yang tersedia untuk jaringan. Jadi dalam hal ini respon glucagon dan insulin tidak bertentangan. 3. Aktivitas fisik merangsang sekresi glucagon

Kerja Efek utama glucagon terhadap metabolism glukosa adalah 1. Pemecahan glikogen hati (glikogenolisis) 2. Meningkatkan proses glukoneogenesis dihati.

SOMATOSTATIN

Hormone somatostatin disekresikan oleh sel-sel delta yang merupakan suatu polipeptida yang terdiri atas 14 asam amino yang mempunyai waktu paru 3 menit. Factor-faktor yang mempengaruhi sekresinya adalah: 1. Naiknya glukosa darah 2. Naiknya kadar asam amino 3. Naiknya kadar asam lemah 4. Naiknya konsentrasi beberapa macam hormone pencernaan.

Efek dari hormone somatostatin adalah: 1. Menekan sekresi insulin dan glucagon 2. Menurunkan motilitas lambung, duodenum dan kandung empedu 3. Mengurangi sekresi dan absorpsi dalam saluran cerna.

Peran utama somatostatin adaln memperpanjang waktu asimilasi makanan dari usus ke dalam darah.

DIABETES MELLITUS
Epidemiologi Secara global pada tahun 2010 diperkirakan terdapat 285 juta penderita diabetes tipe 2 yang mencakup 90% dari kasus diabetes. Hal ini ekuivalen dengan sekitar 6% dari populasi dewasa dunia. Diabetes umum dijumpai di maju dan di negara berkembang. Namun diabetes jarang dijumpai di negara yang belum berkembang. Tampaknya perempuan serta kelompok etnis tertentu mempunyai risiko yang lebih besar, seperti Asia Selatan, Penduduk kepulauan Pasifik, Amerika Latin, dan Penduduk Asli Amerika. Hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya sensitivitas terhadap gaya hidup Barat pada kelompok etnik tertentu. Diabetes tipe 2 yang dulu dianggap sebagai penyakit orang dewasa, kini mulai banyak didiagnosis pada anak-anak sejalan dengan meningkatnya kegemukan. Diabetes tipe 2 kini didiagnosis sama seringnya dengan diabetes tipe 1 pada remaja di Amerika.

Angka diabetes pada tahun 1985 diperkirakan sejumlah 30 juta, meningkat menjadi 135 juta pada tahun 1995 dan 217 juta pada 2005. Peningkatan ini dipercaya disebabkan terutama oleh bertambah tuanya populasi secara global, berkurangnya olahraga, dan meningkatnya angka kegemukan. Lima negara dengan jumlah pasien diabetes terbesar pada tahun 2000 adalah India dengan 31,7 juta, Cina 20,8 juta, Amerika 17,7 juta, Indonesia 8,4 juta, dan Jepang 6,8 juta. Hal ini dikenal sebagai epidemik global oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Sumber: Meetoo, D; McGovern, P, Safadi, R (2007 Sep 13-27). "An epidemiological overview of diabetes across the world". British journal of nursing (Mark Allen Publishing) 16 (16): 10027.

Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang diabetes dengan tingkat prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sedangkan Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2009 memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Data yang dikumpulkan Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sejak Mei 2009 hingga Februari 2011 menunjukkan terdapat 590 anak dan remaja berusia di bawah 20 tahun yang merupakan penyandang diabetes tipe 1 di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka prevalensi diabetes mellitus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1 persen), diikuti Riau (10,4 persen) dan NAD (8,5 persen). Sementara itu, prevalensi diabetes mellitus terendah ada di provinsi Papua (1,7 persen), diikuti NTT (1,8 persen), Prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8 persen), diikuti Sulbar (17,6 persen) dan Sulut (17,3 persen), sedangkan terendah di Jambi (4 persen), diikuti NTT (4,9 persen). Angka kematian akibat DM terbanyak pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan sebesar 14,7 persen, sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8 persen.

Sumber: http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=618&catid=23

16/11/2011 11:57:07 AM

RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia

Diagnose gejala khas : polidipsi, poliuria, polifagi, dan BB tanpa sebab yg jelas + GDS 200 mg/ dL atau GDP 126 mg/dL atau GD 2 jam PP 200 mg/dL

Definisi diabetes menurut Organisasi Kesehatan Dunia (untuk tipe 1 dan tipe 2) adalah peningkatan kadar glukosa darah pada satu kali pemeriksaan dengan disertai terdapatnya gejala klinis, atau peningkatan kadar glukosa darah pada dua kali pemeriksaan, dapat berupa:[24]

glukosa plasma puasa 7.0 mmol/l (126 mg/dl)

atau

dengan suatu tes toleransi glukosa, dua jam setelah pemberian glukosa secara oral, kadar glukosa plasma 11.1 mmol/l (200 mg/dl)

Kadar glukosa darah sewaktu yang lebih besar dari 11.1 mmol/l (200 mg/dL) disertai dengan gejala yang khas atau kadar glycated hemoglobin (HbA1c) yang lebih besar dari 6.5% adalah metoda lain untuk mendiagnosis diabetes. Pada tahun 2009, Komite Para Ahli Internasional (International Expert Committee) yang terdiri dari perwakilan dari American Diabetes Association (ADA), the International Diabetes Federation (IDF), dan European Association for the Study of Diabetes (EASD) merekomendasikan ambang batas HbA1c 6.5% digunakan untuk mendiagnosis diabetes. Rekomendasi ini kemudian diadopsi oleh American Diabetes Association pada tahun 2010. Hasil tes positif harus diulang kecuali pasien menunjukkan adanya gejala yang khas dan kadar glukosa darah >11.1 mmol/l (>200 mg/dl). Ambang batas untuk diagnosis diabetes didasarkan oleh hubungan antara hasil tes toleransi glukosa, glukosa puasa atau HbA1c dan komplikasi seperti masalah retina. Pemeriksaan glukosa darah puasa atau sewaktu lebih dipilih dibandingkan tes toleransi glukosa karena lebih nyaman bagi pasien. Pemeriksaan HbA1c mempunyai kelebihan karena pasien tidak perlu puasa dan hasilnya lebih stabil, namun terdapat kekurangan berupa harga yang lebih mahal dibandingkan pemeriksaan glukosa darah. Diperkirakan sejumlah 20% dari penderita diabetes di Amerika Serikat tidak menyadari bahwa mereka mengalami penyakit ini. Diabetes melitus tipe 2 mempunyai karakterisitk kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Hal ini bertolak belakang dengan diabetes melitus tipe 1 yang mana terjadi defisiensi insulin absolut akibat kerusakan sel islet di pankreas dan diabetes melitus gestasional yaitu onset baru kadar glukosa darah tinggi yang berhubungan dengan kehamilan. Diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat dibedakan berdasarkan keadaan yang dimunculkan. Apabila terdapat keraguan diagnosis, pemeriksaan antibody dapat membantu untuk memastikan diagnosis diabetes tipe 1 dan kadar C-peptide dapat membantu untuk memastikan diabetes tipe 2. Sumber:
^ World Health Organization. "Definition, diagnosis and classification of diabetes melitus and its complications: Report of a WHO Consultation. Part 1. Diagnosis and classification of diabetes melitus".

Etiologi neuropati

Luka sulit sembuh? Kenapa

Peran keluarga pada pasien DM

You might also like