Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun
G. biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I4, I-7-dimetoksi, II-4, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3, II-8] biflavon).
Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid
yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan flavanon dan atau auron.
Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-dihidroapigeninil-(I- 3,II-3)-
apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan interflavanil C-C antara karbon C-3 pada masing-masing flavon. Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ditemukan.
Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin,
amentoflavon, morelloflavon, robustaflavon, hinokiflavon, dan ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa yaitu 5,7,4-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan antar flavonoid.
Umumnya biflavonoid merupakan dimer dari flavon dan atau flavanon. Biasanya biflavonoid tidak mempunyai gugus glikosida. Senyawa biflavonoid berperan sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti kanker, anti alergi, antimikroba, antifungi, antivirus, dan pelindung terhadap radiasi UV.
Setyawan, Ahmad Dwi. 2011. BIODIVERSITAS VOLUME 12 (2) : Review :Recent status of Selaginella (Selaginellaceae) research in Nusantara. Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret Universiy, Surakarta
dan robustaflavone. Senyawa tersebut tersebar pada genus Ginkgo, Hypericum, dan Rhus. Amentoflavone dan robustaflavone diketahui memiliki aktivitas melawan virus influenza A, HSV-1, dan HSV-2.
Struktur Kimia
Struktur Kimia
Chamaejasmins [(I-3,II-3)-Coupling]
Stellera chamaejasme L.
Bineoflavones
(Bi-4-aryldihydrocoumarins)
Pistacia chinensis
(I-6,O,II-8)-Biflavones Viburnum cotinifolium
Hinokiflavones [(I-4,O,II-6)-Coupling Cycas beddomei Succedaneaflavones [(I-6,II-6)-Coupling] Ouratea spectabilis Cupressuflavones [(I-8,II-8)-Coupling]
Glossostemon bruguieri
monoflavonoid pembentuknya (seperti spektrum UV-Vis, uji warna, dan sebagainya). Akibatnya, terkadang biflavonoid sukar dikenali.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasikan Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung.
Ekstraksi
Ekstraksi diawali dengan pelarut non-polar
seperti kloroform, heksana atau eter untuk proses defatting (menghilangkan lemak dan pengotor) kemudian ekstraksi dilanjutkan dengan pelarut pelarut polar seperti metanol, air, atau campuran keduanya.
Pemurnian
KROMATOGRAFI KOLOM pelarut polar : fase gerak bahan yang non-polar (silika gel) : fase diam Campuran yang lebih rumit: silika gel memakai benzena-piridina-asam
format (36:9:5)
Pada KROMATOGRAFI KERTAS senyawa ini bergerak ke garis depan dengan memakai kebanyakan pengembang. Dapat dipisahkan dengan menggunakan butanol-ammonia 2M (1:1), dalam pengembang ini kebanyakan flavon umum nisbi tak bergerak.
Biflavonil (kaya flavon) dengan menggunakan SPEKTRUM UV DAN UAP NH3 menghasilkan warna coklat redup.
Cond
Sedangkan jika menggunakan KLT dalam berbagai pengembang
KLT pada silika gel dengan menggunakan pengembang toluenaetil format-asamformat (5:4:1) juga dapat digunakan untuk memisahkan biflavonil
Identifikasi Biflavonoid
Sifat fisika dan kimia biflavonoid menyerupai sifat
monoflavonoid pembentuknya (misalnya spectrum UV-tampak, uji warna, dll). Akibatnya biflavonoid sukar dikenali. Meski demikian, kromatografi pada silica gel dapat membedakan monomer dan dimer dengan jelas (Chexal dkk, 1970). Biflavonoid dapat dipastikan dengan SPEKTROSKOPI MASSA. Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida, penyebarannya terbatas terdapat terutama pada gymnospermae.
Uji Flavonoid
Sebanyak 0,1 g ekstrak dimasukkan ke dalam
gelas piala kemudian dtambahkan 10 ml air panas dan didihkan selama 5 menit Lalu disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk dilakukan pengujian, ditambahkan 0,5 g serbuk Mg, 1 ml HCl pekat dan 1 ml amil alkohol Dikocok dengan kuat Uji positif flavonoid : terbentuk warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol
metanol-HCl 1 N (1:1) dan dpanaskan dalam labu erlenmeyer pada suhu 95 C selama 1 jam. Lalu didinginkan dan disaring, filtrat diekstraksi dengan etil asetat Fasa asam dipanaskan lagi lalu diekstrak dengan amil alkohol Ekstrak amil alkohol dipakai untuk penentuan antosianidin Ekstrak etil asetat utk penentuan adanya falvonoid lain
DARI FLAVON, maka dapat digunakan spektrum flavon sebagai dasar identifikasi.
SPEKTRUM FLAVON memiliki rentang 250-280 nm
Pereaksi Geser
Pereaksi geser NaOMe
Pergeseran pada: Pita I Petunjuk penafsiran
Kekuatan terus menurun (petunjuk baik adanya gugus yg peka terhadap basa) +45 sampai 65 nm, kekuatan tak menurun
+45 sampai 65, kekuatan menurun
Pergeseran pada: Pita II Adanya pita baru(dibandingkan di Me-OH)
Penafsiran 7-OH
Pereaksi Geser
Pereaksi geser AlCl3
Pergeseran pada: Pita I +35 sampai 55 nm +17 sampai 20 nm +50 sampai 60 Penafsiran 5-OH 5-OH dengan oksigenasi pada 6 Mungkin 3-OH
Penafsiran
O-di OH pada cincin B
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division
Order Family Genus Species
Ekstrak etanol
Ekstraksi dengan petoleum eter Ekstrak petroleum Eter (5,0 g) Ampas Ekstraksi dengan etil asetat Ampas Ekstraksi dengan butanol Ampas Dilakukan uji biflavonoid
Metode
Fraksi aktif (etil asetat) dari ekstrak Radix
Wikstroemiae disolasi dengan kromatografi (silica gel, Sephadex LH-20) dan semipreparative high performance liquid chromatography (HPLC) Penentuan struktur dari isolat ditentukan menggunakan analisis spektroskopi.
Fraksi
etil asetat (500 g) dilakukan uji kromatografi menggunakan kolom silica gel dan dielusi dengan sistem gradien pelarut dari petroleum eter/etil asetat menghasilkan 28 subfraksi berdasarkan analisis TLC Diperoleh 28 subfraksi dilakukan uji dengan reagen FeCl3-EtOH Diperoleh 2 fraksi yg menunjukkan hasil positif yaitu fraksi 12 dan fraksi 23 Hasil positif menunjukkan adanya gugus hidroksi fenolik
Fr-12 (12.6 g) diisolasi dengan kolom silika gel lalu dielusi dengan
sistem gradien pelarut dari chloroform/acetone dan chloroform/methanol berturut-turut lalu dikromatografi dengan kolom Sephadex LH-20 lalu dielusi dengan chloroform/methanol (3/7) menghasilkan senyawa I (20.0 mg). Fr-23 (12.6 g) ) diisolasi dengan kolom silika gel lalu dielusi dengan sistem gradien pelarut dari chloroform/methanol, diikuti dengan KCKT semi-preparative dengan menggunakan kolom Eclipse XDB-C18 dengan sistenm gradien pelarut 0.1% Trifluoroaseta (A) dan methanol (B) menghasilakan senyawa II (40.7 mg), III (60.3 mg) and IV (20.7 mg). Senyawa yang diperoleh dilakukkan pengujian struktur selanjunya menggunakan spektroskopi MS dan spektroskopi NMR.
Hasil
Empat biflavonoid : neochamaejasmin B,
genkwanol B, genkwanol C dan stelleranol neochamaejasmin B merupakan biflavonone. Genkwanol B, genkwanol C dan stelleranol merupakan stereo isomer dari spirobiflavonoids memiliki aktifitas sebagai antiviral terhadap respiratory syncytial virus (anti-RSV). Neochamaejasmin B tidak memiliki aktifitas sebagai antiviral.
Daftar Pustaka
Setyawan, Ahmad Dwi. 2011. BIODIVERSITAS VOLUME 12
(2) : Review :Recent status of Selaginella (Selaginellaceae) research in Nusantara. Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret Universiy, Surakarta Zheng, Junxia., Wang, Naili., Fan, Ming., Chen, Haifeng., Liu, Hongwei., Yao, Xinsheng. 2007. Asian Journal of Traditional Medicines : A new biflavonoid from Selaginella uncinata. Beijing, China. Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasikan Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung. Weihuan Huang, Xiaoli Zhang,et al, Antiviral biflavonoids from Radix Wikstroemiae (Liaogewanggen) , Chinese Medicine : http://www.cmjournal.org/content/5/1/23