You are on page 1of 54

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Siswa SMP merupakan bagian dari usia remaja yang berusia antara 10 19 tahun sesuai batasan WHO. Menurut angka statistik terdapat sekitar 1 milyar remaja di dunia dan 85% nya berada di negara berkembang. Dilihat dari suatu kehidupan, remaja mempunyai fenomena yang cukup menarik dibandingkan dengan rentang perkembangan kehidupan yang lain. Hal ini disebabkan karena dalam perkembangannya, remaja banyak sekali mengalami perubahan perubahan yang berjalan sangat cepat baik fisik maupun psikisnya. Maka dari itu, penting bagi remaja untuk mengetahui dan memperhatikan tentang kesehatan reproduksi. Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dari segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosenya.1 Ditinjau dari bidang kegiatan WHO yaitu kesehatan, masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan yang terlalu awal, abortus dan pernikahan usia dini. Secara global terdapat 28 kasus per 1.000 perempuan setiap tahunnya. Dari penelitian lebih lanjut jumlahnya naik dari 44% di tahun 1995 menjadi 49% pada tahun 2008. Angka kejadian aborsi di Indonesia yang mencapai angka 2,5 juta/tahun. Dari hasil survei terakhir di 33 provinsi pada tahun 2008 oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dilaporkan 63% remaja di Indonesia pada usia SMP sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah ironisnya 21% di antaranya dilaporkan melakukan aborsi. Pada 95% kehamilan remaja adalah peristiwa yang tidak diharapkan. Pada usia 18 tahun, 25% remaja pernah mengalami kehamilan, 55% kehamilan remaja terjadi dalam 6 bulan pertama sejak aktivitas seksual dimulai (Bambang Widjanarko, 2009).2,3 Dari Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan pada tahun 2002-2003 didapatkan 2,4% atau sekitar 511.336 orang dari 21.264.000 jumlah remaja berusia 15-19 tahun dan 8,6% atau sekitar 1.727.929 orang dari 20.092.200 remaja berusia 20-24 tahun yang belum menikah di Indonesia pernah melakukan hubungan seks pranikah dan lebih banyak terjadi pada remaja di perkotaan (5,7%). Secara keseluruhan persentase laki-laki berusia 15-24 tahun belum menikah melakukan hubungan seks pranikah lebih banyak dibandingkan wanita dengan usia yang sama. Hasil survei BKKBN LDFE UI pada tahun 2002 di Indonesia terjadi 2,4 kasus aborsi pertahun dan sekitar 21% dilakukan oleh remaja. Menurut survey Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
1

(PKBI) Jawa Tengah tahun 2010 di Semarang tentang pengetahuan kesehatan reproduksi remaja menunjukkan 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuan cukup, sedangkan 19,50% pengetahuannya memadai, menunjukkan perilaku yang berisiko. Sejalan dengan pemikiran di atas, Mashuri dalam unit Penelitian Lembaga Ekonomi (UPLEK) FK UNUD (2007) mengatakan bahwa tidaklah keliru jika masa remaja digolongkan sebagai masa yang rawan atau kritis yang sulit dipahami oleh remaja itu sendiri, seperti menimbulkan pertanyaan pertanyaan tentang fungsi organ reproduksi, infeksi menular seksual (IMS), kehamilan tidak dikehendaki (KTD), yang sering ditanyakan oleh remaja di Indonesia.3 Tidak jarang mengakibatkan hal hal yang tidak diinginkan seperti pergaulan bebas antara remaja putra dan putri yang berakibat negatif pada remaja. Dengan berkembangnya teknologi dan pesatnya arus globalisasi, informasi semakin mudah di akses oleh para remaja. Namun dilain pihak, keberadaan dan kemudahan informasi ini harus diperhatikan karena tidak semua informasi yang didapat berasal dari sumber yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Selain itu kurangnya kontrol dari orang tua dan masyarakat, dimana orang tua masih merasa tabu untuk membicarakan seks dengan anaknya. Menyebabkan para remaja berpaling mencari sumber sumber lain yang tidak akurat yang menimbulkan dampak negatif terhadap remaja itu sendiri. Ini mencerminkan kurangnya pengetahuan serta akses mereka akan informasi kesehatan reproduksi yang benar. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih topik kesehatan reproduksi remaja

menitikberatkan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi. Subjek yang dipilih adalah remaja putra dan putri karena kesehatan reproduksi yang mendasari penelitian ini tidak lepas dari hubungan antara remaja yang berlawanan jenis karena masih tingginya kasus aborsi di Jakarta Barat dari 406 kasus 50% diantaranya dilakukan oleh usia remaja dan 5,8% usia 15-19 tahun telah menikah. Penelitian ini dilakukan di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat karena belum pernah diteliti.

1.2

Rumusan Masalah Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti untuk

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1.2.1 Hasil survei di 33 provinsi Indonesia pada tahun 2008 oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dilaporkan 63% remaja SMP sudah melakukan hubungan seksual diluar nikah ironisnya 21% diantaranya dilaporkan melakukan aborsi. 1.2.2 Hasil unit Penelitian Lembaga Ekonomi (UPLEK) FK UNUD (2007) mengatakan remaja digolongkan sebagai masa yang rawan atau kritis yang banyak menimbulkan pertanyaan pertanyaan tentang fungsi organ reproduksi, infeksi menular seksual (IMS), dan kehamilan tidak dikehendaki (KTD). 1.2.3 Kemudahan teknologi informasi dan kurangnya kontrol dari orang tua dan masyarakat menyebabkan remaja mencari sumber lain yang tidak akurat mengenai Kesehatan Reproduksi. 1.2.4 Penelitian ini dilakukan di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat karena belum pernah diteliti. 1.3 1.3.1 Tujuan Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi dan faktor faktor yang berhubungan di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Mei Juni 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi dan faktor faktor yang berhubungan di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Mei Juni 2013. 2. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, pola asuh orang tua, aktivitas sosial, dan sumber informasi di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Mei Juni 2013. 3. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan terhadap jenis kelamin, pendidikan, pola asuh orang tua, aktivitas sosial, dan sumber informasi di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Mei Juni 2013.

4. Diketahuinya hubungan antara sikap terhadap jenis kelamin, pendidikan, pola asuh orang tua, aktivitas sosial, dan sumber informasi di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Mei Juni 2013. 5. Diketahuinya hubungan antara perilaku terhadap jenis kelamin, pendidikan, pola asuh orang tua, aktivitas sosial, dan sumber informasi di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Mei Juni 2013. 6. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap jenis kelamin, pendidikan, pola asuh orang tua, aktivitas sosial, dan sumber informasi di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Mei Juni 2013. 7. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan perilaku terhadap jenis kelamin, pendidikan, pola asuh orang tua, aktivitas sosial, dan sumber informasi di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Mei Juni 2013. 8. Diketahuinya hubungan antara sikap dan perilaku terhadap jenis kelamin, pendidikan, pola asuh orang tua, aktivitas sosial, dan sumber informasi di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Mei Juni 2013. 1.4 1.4.1 Manfaat Penelitian Manfaat bagi Peneliti 1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah di peroleh saat kuliah dan membandingkan dengan keadaan sebenarnya didalam masyarakat. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dipakai sebagai bahan informasi dan pendahuluan bagi peneliti selanjutnya. 1.4.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi 1. Mewujudkan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, pengabdian kepada masyarakat dan peneliti. 2. Mewujudkan Perguruan Tinggi UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran serta fungsinya dibidang kesehatan. 3. Mengenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat. 1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi.

1.4.4

Manfaat bagi Puskesmas Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya promosi kesehatan reproduksi khususnya pada siswa SMP.

1.4.4

Manfaat bagi instansi pendidikan SMP Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan pendidikan guna mendapatkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi serta bimbingan mengenai perilaku hidup sehat di masa yang akan datang.

1.5

Sasaran Penelitian Sasaran penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013.

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 2.1.1 Kesehatan Reproduksi Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dari segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosenya. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya setra mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan reproduksi berdasarkan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan, yaitu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi peran dan system reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Remaja perlu memahami tentang kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi pada remaja, karena keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi mempunyai konsekuensi atau akibat jangka panjang dalam perkembangan dan kehidupan sosial remaja (BKKBN, 2008).1 2.1.2 1. Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi Alat-alat reproduksi pria terdiri dari:4 a. Bagian luar Penis berbentuk bulat panjang yang berubah besarnya saat aktifitas seksual. Bagain dalam penis berisi pembuluh darah, otot, dan saluran saraf. Ditengahnya terdapat saluran kemih dan juga sebagian saluran cairan sperma yang disebut uretra. Skrotum terdapat dua buah kanan dan kiri berbentuk bulat tampak luar berupa kulit yang berkerut dan ditumbuhi rambut pubis. b. Bagian dalam Testis jumlahnya dua buah merupakan isi skrotum yang terdiri dari saluran kecil kecil berbentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa. Vas deferens terdiri dari dua buah ini merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa. Kelenjar prostat terdapat satu buah yang menghasilkan cairan kental yang fungsinya untuk memberi makan sel spermatozoa serta enzim enzim.
6

Kelenjar vesika seminalis satu buah juga menghasilkan cairan untuk kehidupan sel spermatozoa secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang disebut semen yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.

Uretra merupakan saluran sperma dan urin yang berfungsi membawa sperma dan urin keluar tubuh Kantong sperma berfungsi untuk menampung sperma yang dihasilkan sperma oleh testis

Fungsi organ reproduksi pria yaitu organ tersebut mulai berfungsi saat akil balig (pubertas) sekitar usia 11-14 tahun. Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali merupakan tanda awal yang akan berlangsung selama kehidupan atau orang awam biasa menyebutnya mimpi basah. Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat pengaruh hormon testoteron yang dihasilkan oleh sel interatital leydig dalam testis. Keadaan ini dibawah perintah organ yang berada di otak yaitu kenjar hipofisis dan hipotalamus. Pada aktifitas seksual dengan rangsangan yang diperoleh. Bila dilakukan dengan pasangan sampai tingkat koitus, maka penis berprenestrasi masuk kedalam vagina dan berakhir dengan keluarnya semen. 2. Alat-alat reproduksi wanita terdiri dari: a. Bagian luar seperti vulva, labia mayora dan rambut pubis, payudara dan papilla mamae. b. Bagian dalam seperti Labia minora merupakan labia sebelah dalam dari labia mayora, dan berakhir dengan klitoris ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin, yang kemudian mengalami atrofi. Dibagian tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih. Hymen (selaput dara) merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya, belubang teratur ditengah sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita berhubungan seksual (koitus) atau setelah melahirkan. Vagina berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar yang dikanan dan kirirnya terdapat kelenjar (Bartolini) yang menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu aktifitas seksual. Cerviks merupakan istilah lain dari mulut rahim yaitu bagian terdepan dari rahim yang berfungsi memproduksi cairan berlendir. Cairan ini membantu spermatozoa untuk mencapai uterus.

Uterus (rahim) berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Terdiri dari lapisan otot tebal, sebagai tempat pembuahan, berkembangnya janin, dinding sebelah dalam selalu mengelupas sewaktu menstruasi.

Tuba uterine (fallopi) adalah saluran disebelah kanan dan kiri uterus untuk lewatnya sel telur (ovum). Ovarium dua buah dan merupakan kelenjar yang menghasilkan sel telur dan menghasilkan hormone esterogen dan progesterone Payudara atau kelenjar mamae berfungsi saat laktasi

Fungsi organ reproduksi pada wanita mulai berfungsi saat akil baliq (pubertas) yang ditandai dengan menstruasi pertama (Menarche) pada usia 10-14 tahun dan itu sangat bervariasi. Saat itu kelenjar hipofisa mulai berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilakan hormone esterogen dan progesterone. Hormone ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan terjadilah proses mentruasi. Menstruasi adalah proses pengeluaran darah dari uterus yang disertai serpihan selaput dinding uterus pada wanita yang terjadi secara periodik. Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ ovum dari ovarium yang siap dibuahi atau matang terjadi sebulan sekali yang dipengaruhi oleh hormone esterogen. Kehamilan adalah suatu proses pertemuan atau pembuahan, menempelnya dan berkembangnya sel ovum dan sel spermatozoa menjadi janin dalam uterus selama 9 bulan 10 hari. Melahirkan adalah proses pengeluaran janin dari uterus, dengan menimbulkan kontraksi uterus yang dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Menyusui adalah proses setelah melahirkan dimana seorang wanita masih harus bertugas menyusui bayinya dengan pengeluaran ASI ( yang pertama colostrums) yang sangat bermanfaat untuk bayi.4,5 2.1.3 Proses Reproduksi Pada manusia terjadi proses reproduksi yang dibedakan atas : 1.Wanita Alat reproduksi wanita telah berkembang dan indung telur memproduksi: hormon progesteron. Bertugas untuk mematangkan dan menyiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi, hormon estrogen, yaitu yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan yaitu sebagai berikut: Putting susu menonjol Pinggul bertambah lebar

Timbulnya menarche (menstruasi pertama) Tumbuhnya rambut halus pada bagian tertentu Hormon ini juga mengatur siklus haid dan sel telur. Sel telur yang sudah matang

dilepas dari indung telur. Sel itu ditangkap oleh saluran telur untuk selanjutnya dibuahi oleh spermatozoa atau dikeluarkan bersama sama haid.5 2. Pria Testis terletak dalam sebuah kantong (scrotum) yang tergantung di bawah penis. Testis memproduksi : hormon androgen dan testosterone yang sejak remaja menyebabkan tumbuhnya tanda-tanda kelaki-lakian pada orang yang bersangkutan, seperti kumis dan jenggot, jakun, otot yang kuat, suara yang berat, bulu kemaluan dan ketiak dan sebagainya. Testoterone juga menyebabkan timbulnya mimpi basah dan birahi (nafsu seks, libido). Benih laki-laki (spermatozoa). Benih inilah yang jika bertemu dengan telur (ovum) dalam rahim wanita akan membuahi telur itu sehingga menjadi kehamilan.2,4 2.1.4 Menjaga Kesehatan Reproduksi Alat kelamin merupakan organ sistem reproduksi yang sangat penting fungsinya bagi remaja sehingga harus rawat dan jaga kesehatannya baik di masa kini dan di masa yang akan datang. Jika lalai dalam menjaganya, maka bisa saja alat kelamin tersebut terkena berbagai penyakit maupun gangguan karena rentan terhadap perubahan. Cara cara menjaga kesehatan reproduksi pada remaja yaitu:6 1. Gunakan celana dalam yang bersih higienis. Ganti celana dalam yang kita pakai minimal dua kali dalam satu hari jika kita mudah berkeringat agar tidak mudah ditumbuhi kuman. CD atau celana dalam yang tidak higienis baik kotor terkena keringat dan daki serta lembab akan memudahkan bakteri berkembangbiak yang bisa mengundang penyakit, bau tak sedap, biang keringat, dan lainlain. 2. Cuci bersih secara rutin alat kelamin. Siram dan bilas dengan air bersih hingga bersih setelah buang air kecil dan air besar agar tidak ada sisa air seni /air kencing yang menempel pada kulit kelamin. Untuk laki-laki yang tidak disunat dan penis masih memiliki prepucium maka wajib membersihkan bagian dalam prepucium (kepala penis dalam) hingga bersih setiap hari untuk menghindari kanker. Untuk yang perempuan rajinlah mengganti pembalut saat menstruasi serta

membiasakan membersihkan kemaluan dari arah depan ke belakang agar kotoran dari anus tidak pindah ke vagina. 3. Mencukur rambut kemaluan secara rutin atau berkala. Melakukan pemotongan rambut kemaluan secara rutin untuk menjaga kebersihan agar bakteri tidak berkembangbiak. 4. Hindari ancaman berbahaya. Alat kelamin cukup sensitif dengan sinar x rontgen, sehingga perlu diwaspadai untuk tidak sering melakukan rontgen. Usahakan rontgen satu kali saja dalam tenggang waktu 6 bulan. Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang merusak kesehatan alat reproduksi seperti minum-minuman keras mengandung alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya. 5. Jaga suhu pada bagian alat kelamin. Jika alat kelamin laki-laki berada dalam lingkungan yang panas, maka sperma yang dihasilkan akan menurun kualitasnya. Oleh karena itu, hindarilah menggunakan pakaian yang ketat yang berbahan panas kurang ventilasi serta jauhi kebiasaan yang meningkatkan suhu alat kelamin seperti memangku laptop di paha dekat alat kelamin. 6. Hindari hubungan seks pranikah dan tetap setia dengan pasangan. Dengan alasan apapun jangan melakukan hubungan seks layaknya suami isteri dengan pasangan yang bukan pasangan sah kita apalagi pada remaja karena reproduksinya belum berkembang baik dan remaja belum mampu mempertanggungjawabkan dampak negatif dari hubungan seks pranikah tersebut. Selain itu untuk mencegah terjadinya penyakit menular seksual (PMS) dan mencegah terjangkitnya penyakit menular seksual yang berbahaya seperti HIV AIDS, Herpes, HPV, Hepatitis B, Gonore, Sifilis dan lain-lain.

2.2 2.2.1

Remaja Pengertian remaja Remaja adalah waktu dimana seseorang berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia

tidak dapat disebut sudah menjadi dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Maka masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang secara berangsur-angsur
10

mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.1,7,8 2.2.2 Batasan Remaja Sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja indonesia dengan pertimbangan. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap perkembangan remaja, meliputi :8 1. Remaja awal (Early Adolescent) Remaja awal memiliki batas umur antara 10 13 tahun. Remaja pada tahap ini mengalami kebingungan akan perubahan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. 2. Remaja madya atau pertengahan ( Middle Adolescent ) Pada remaja pertengahan batas usia antara 14 18 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ada kecenderungan narcistic, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu mereka masih mengalami kebingungan untuk menentukan pilihan. 3. Remaja akhir (Late Adolescent) Pada remaja akhir batas usia antara 18 21 tahun. Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal: minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru, terbentuk identitas seksual yang tidak akan yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain dan tumbuh dinding yang memisahkan diri dan pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

2.3

Perubahan yang terjadi pada masa remaja Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara lain

dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi sosial.2,9 2.3.1 Dimensi Biologis Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan
11

yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk berreproduksi. Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja. 2.3.2 Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. 2.3.3 Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.2,10

12

2.4

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat

genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya. 2.4.1 Kebersihan organ-organ genital Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus. 2.4.2 Akses terhadap pendidikan kesehatan Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan, Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja tersebut. 2.4.3 Hubungan seksual pranikah Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain.
13

Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya secara umum. Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua. Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi dari aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yaitu:2 1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat 2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan 4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation) 5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya 6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) 7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) 8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 9. Kanker hati (Liver Cancer) 10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

14

Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku pencobaan bunuh diri. 2.4.4 Penyalahgunaan NAPZA NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian. 2.4.5 Pengaruh media massa Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya.11 2.4.6 Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual. 2.4.7 Hubungan harmonis dengan keluarga Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan
15

pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja. 2.4.8 Penyakit Menular Seksual Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan. Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonore, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired immune deficiency syndrom (AIDS).12

2.5 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi 2.5.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu terjadi dan setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, selain itu pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku akan lebih seimbang bila didasari oleh pengetahuan dibandingkan perilaku yang tidak berdasarkan pengetahuan, walaupun ternyata pengetahuan yang mendasari sikap seseorang tersebut masih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks untuk sampai terbentuk perilaku yang nyata. Kesehatan reproduksi pada remaja memberikan definisi yang lebih bersifat konseptual yaitu memiliki tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Ditinjau dari bidang kegiatan WHO yaitu kesehatan, masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja adalah kehamilan yang terlalu awal atau kehamilan yang tidak diinginkan yang berakibat aborsi. Kehamilan adalah suatu masa dimana seorang perempuan membawa embrio atau
16

fetus di dalam tubuhnya selama 9 bulan. Sedangkan kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang tidak dikehendaki oleh wanita yang bersangkutan maupun keluarga karena wanita belum saatnya menginginkan seorang anak. Akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan ini banyak remaja wanita yang mencoba untuk melakukan aborsi, karena belum mampu menjadi seorang ibu dan mereka berpikiran masa depan mereka masih panjang. Aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin atau suatu tindakan pengguguran kandungan baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu, tujuan dari kesehatan reproduksi remaja sendiri sangat penting, yaitu untuk:13,14 1. Menurunkan risiko kehamilan dan pengguguran yang tidak dikehendaki 2. Menurunkan penularan IMS / HIV-AIDS 3. Memberikan informasi kontrasepsi (untuk pasca keguguran) 4. Konseling untuk mengambil keputusan Berdasarkan penelitian Ramly Bandy dkk (2009) mengadakan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku remaja mengenai masalah kesehatan reproduksi atau seksualitas, diamana hasilnya menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengaku mengetahui tentang pengetahuan seksualitas di kalangan siswa SMP di DKI Jakarta adalah sebesar 62,7% (667 orang dari 922 orang responden). Dari hasil penelitian tersebut masalah pengetahuan kesehatan reproduksi remaja menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Indonesia masih mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi yang relatif kurang, hal ini terjadi kemungkinan karena kurangnya informasi mengenai reproduksi secara benar yang diperoleh remaja itu sendiri. Mengenai kurangnya kadar informasi tentang pengetahuan kesehatan reproduksi yang diperoleh remaja menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2008), anatara lain disebabkan karena sikap orang tua yang masih merasa tabu untuk membicarakan seks dengan anaknya. Sehingga remaja lebih banyak mencari informasi dari teman sebayanya, atau media informasi yang tidak akurat.2,4,15 2.5.2 Sikap Pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tersebut. Jadi attitude itu tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Menurut Newcomb (dalam Notoatmodjo, 2010) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Pada
17

masyarakat tertentu, nilai tradisional dalam perilaku seks yang paling utama adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Nilai ini tercermin dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan kegadisan seorang wanita sebelum menikah. Pada penelitian sebagian besar remaja masih mempunyai sikap yang positif terhadap masalah - masalah reproduksi, atau dengan kata lain penilaian mereka masih sejalan dengan norma sosial yang berlaku. Penelitian UNPLEK FK Udayana Bali (2007) dari 108 remaja yang diwawancarai 60,2% menyatakan tidak setuju dengan hubungan seksual sebelum menikah (dilakukan dengan pacar), 73,1 tidak setuju dengan kehamilan sebelum menikah 66,6% tidak setuju dengan pengguguran kandungan 75,9% tidak setuju dengan penggunaan alat kontrasepsi pada remaja.2,15 2.5.3 Perilaku Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi tersebut mempunyai bentuk bermacam-macam yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2 yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit) dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Bentuk perilaku ini dapat diamati melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja, perilaku juga dapat bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran nilai dan norma perilaku yang berkaitan dengan kehidupan seks dikalangan masyarakat, khususnya dilingkungan remaja. Adanya pengendoraan norma ini terungkap pada penelitian yang dilakukan terhadap remaja di Jambi dan Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa cukup banyaknya remaja yang sudah melakukan hal hal yang bertentangan dengan normanorma agama, seperti pernah mancium pipi (41,67 untuk Jambi, 13,33% Kalsel), pernah mencium bibir (30,62% Jambi 13,33 Kalsel) memegang kelamin atau buah dada (Jambi 18,41% Kalsel 4%) dan melakukan hubungan seksual sebanyak 9,3% Jambi dan 10,66% Kalsel. Penelitian menurut Mashuri (2007) secara persentasi gambaran kondisi remaja di SMP menunjukkan bahwa 28% berperilaku kesehatan reproduksi yang berisiko. Keadaan ini disebabkan oleh karena sumber informasi tentang kesehatan reproduksi terutama seks lebih mudah diperoleh karena aksesnya banyak antara lain melalui media cetak (buku, dan majalah) dan elektronik (televise, internet, radio) serta lingkungan sekitarnya dimana banyak remaja yang menyaksikan perilaku berpacaran ditempat umum.15 Dampak perilaku remaja yang tidak sehat ini akan menimbulkan beberapa manifestasi khususnya di kalangan remaja sendiri, masalah yang dapat ditimbulkan adalah:2,13 1. Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD)
18

Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan karena suatu sebab tertentu maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Dampak kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja: a. Dampak sosial : Kehamilan yang terjadi pada remaja memberi dampak yang berat pada remaja, seperti dikucilkan, diberhentikan dari pendidikan atau pekerjaan, dan menjadi bahan pembicaraan yang tidak enak dalam masyarakat. Kemungkinan untuk diusir dari keluarga karena keluarga tidak tahan menahan aib yang harus diterima akibat perbuatannya juga harus diterima oleh remaja. Satu cara lain yang harus dihadapi oleh remaja itu sendiri untuk menutupi semua adalah pernikahan. Meskipun hal itu terpaksa dilakukan namun tidak tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkan nama baik keluarga.16 b. Dampak Medis : Dampak medis yang terjadi pada kehamilan remaja adalah persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan akibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan. Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan stress juga dapat memudahkan terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas. Keadaan lain yang dapat terjadi adalah anemia kehamilan, keracunan kehamilan, dan kematian ibu yang tinggi akibat menggugurkan kehamilan. 2. Aborsi pada Remaja Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus yang tidak aman (unsafe abortion) adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Melahirkan mengandung resiko bagi semua perempuan, apalagi bila remaja perempuan memutuskan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki. Karena hal ini tidak dibenarkan oleh hukum di Indonesia, pada umumnya mereka mencari orang yang dapat melakukan pengguguran kandungan, dan tindakan abortus sering dilakukan pada orang atau tenaga yang tidak ahli. Perasaan bersalah seringkali menghantui pasangan khususnya wanita setelah mereka melakukan aborsi ini (BKKBN, 2001).14 3. Infeksi Menular Seksual (IMS) Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual yang lebih berisiko bila hubungan seksual dilakukan dengan berganti-ganti pasangan, baik melalui vagina, oral, maupun anal (BKKBN, 2008). Infeksi menular seksual menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan
19

menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan kematian. Oleh karena bentuk dan letak alat kelamin yang menonjol, pada laki-laki gejala penyakit menular seksual lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan, sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala, sehingga sering kali tidak disadari. Oleh karena itu, beberapa pencegahan terjadinya infeksi menular seksual adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, kemudian menghindari hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko, selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, serta selalu menjaga kebersihan alat kelamin (BKKBN, 2001). 2.5.4 Faktor yang Berhubungan Menurut Notoatmodjo (2007), secara umum terdapat 4 faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, yaitu:8 1. Faktor sosial-ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil. 2. Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi. 3. Faktor psikologis yaitu keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharganya wanita di mata pria yang membeli kebebasan dengan materi. 4. Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi, dan sebagainya. Menurut Sarwono (2008) ada beberapa faktor penyebab kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku anak SMP atau remaja mengenai kesehatan reproduksi yang menyebabkan dampak negatif pada remaja itu sendiri yaitu melakukan hubungan seksual di luar nikah akibat dari:4 1. Tabu larangan yaitu pengaruh orang tua atau keluarga, ketidaktahuan maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak. Orang tua cenderung membuat jarak dalam anak dalam masalah ini. 2. Kurangnya informasi tentang Seks. Pada umumnya remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks akan salah mengartikan tentang seks. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang seks dari orang tua sehingga mereka berpaling ke sumbersumber lain yang tidak akurat.
20

3.

Pergaulan yang makin bebas yaitu kebebasan pergaulan antar lawan jenis kelamin pada remaja, seperti di kota-kota besar. Pengaruh teman sebaya, kecenderungan pengetahuan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Selain itu pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya.

4.

Perspektif biologis. Perubahan-perubahan hormonal hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

5.

Perspektif akademik. Remaja dengan presentasi rendah dan tahap aspirasi rendah cenderung lebih sering memunculkan aktifitas seksual dibandingkan remaja yang memiliki presentasi yang baik. Perspektif sosial kognitif, kemampuan sosial kognitif diasosiasikan dengan pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman perilaku seksual dikalangan remaja. Remaja mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya yang dapat lebih menampilkan perilaku seksual yang lebih sehat.

21

2.6 Kerangka Teoritis Berdasarkan hasil studi kepustakaan dan landasan teoritis, dapat digambarkan kerangka teori penelitian sebagai berikut :

Usia Jenis Kelamin Pendidikan Sumber Informasi

Pengetahuanremaja mengenai kesehatan reproduksi

Faktor Pendorong

Sikap remaja

Faktor Pendukung

Perilaku remaja Dukungan; Orang tua Dukungan keluarga Petugas Kesehatan Tokoh masyarakat Teman

Fasilitas Kesehatan Masta pelajaran di sekolah

Faktor Predisposisi

Lingkungan Sosial-ekonomi

Usia remaja Psikologis Biologis Informasi Adat istiadat Demografis

Pendapatan keluarga

Pola Asuh Pekerjaan Orang tua

22

2.7

Kerangka Konsep

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pengetahuan Sikap Perilaku


siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi

Sumber Informasi Pola asuh orang tua

Aktivitas sosial

23

Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional mengenai pengetahuan sikap dan perilaku siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi dan faktor faktor yang berhubungan di SMPN 286 Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013. 3.2 Lokasi penelitian dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013. 3.3 Sumber Data

Sumber data terdiri dari: Data primer yang diambil dengan kuisioner yang telah diuji coba terhadap siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat pada tanggal 24 Mei 2013. 3.4 Populasi dan Sampel

Populasi Populasi target adalah seluruh siswa SMP kelas VII dan kelas VIII. Populasi Terjangkau adalah seluruh siswa SMP kelas VII dan VIII yang sekolah di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada tanggal 27 Mei 2013. Subyek pada penelitian ini adalah mereka yang termasuk ke dalam populasi terjangkau karena data dikumpul langsung dari populasi melalui kuisioner. Sampel Metode pengambilan sampel adalah dengan teknik stratified random sampling. 3.5 Kriteria inklusi dan eksklusi 1. Kriteria inklusi adalah Siswa SMP kelas VII dan VIII di SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat pada tanggal 27 Mei 2013.
24

Siswa SMP kelas VII dan VIII di SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat pada tanggal 27 Mei 2013 yang menerima dan bersedia untuk mengisi kuesioner penelitian. 2. Kriteria eksklusi adalah Siswa SMP kelas VII dan VIII di SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat pada tanggal 27 Mei 2013 yang sudah memenuhi kriteria inklusi tetapi dikeluarkan dari penelitian karena tidak hadir pada saat kunjungan penelitian. 3.6. Besar Sampel 3.6.1 Perhitungan besar sampel berdasarkan rumus Melalui rumus dibawah ini didapatkan besar sampel minimal sebagai berikut : (Z.)2 .p.q n1 = L2 Keterangan: n1 = jumlah sampel minimal n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% ( substitusi adalah persen responden yang mungkin drop out ) Z = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai = 5% didapatkan Z pada kurva normal = 1,96. P = proporsi keadaan yang diteliti, yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai kesehatan reproduksi (63% menurut BKKBN) 63% = 0,63 q = 1 - p (100% - 63% = 37% = 0,37) L = derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%. n2 = n1 + (10% . n1 )

25

Berdasarkan rumus diatas, didapatkan angka : (1,96)2 x 0,63 x 0,37 n1 = (0,1)2

n1 = 89,54 Untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang droup out, maka dihitung: n2 = 89,54 + (10% x 89,54) = 98,49 dibulatkan menjadi 99 orang Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 99 orang 3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan probability sampling yaitu stratified random sampling. Alasan teknik pengambilan sampel ini adalah jumlah populasi yang digunakan diketahui. Pengambilan sampel sebanyak 98 orang terdiri dari siswa kelas VII dan kelas VIII yang terdapat di SMPN 286, Tomang Grogol Petamburan Jakarta Barat yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi dan bersedia dilakukan kuisioner pada tanggal 27 Mei 2013. 3.7 Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini digunakan variabel dependent (terikat) dan variabel independent (bebas). Variabel bebas adalah jenis kelamin, pendidikan, pola asuh orang tua, aktivitas sosial, dan sumber informasi. Variabel terikat antara lain pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat mengenai kesehatan reproduksi. 3.8 Cara Kerja 1. Menghubungi Kepala Puskesmas kelurahan Tomang , kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang menjadi daerah penelitian untuk meminta izin dan menjelaskan tujuan diadakan penelitian di daerah tersebut 2. Menghubungi Kepala Sekolah SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat yang menjadi daerah penelitian untuk meminta ijin dan melaporkan tujuan diadakannya penelitian di sekolah tersebut.

26

3. Mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian. 4. Membuat kuesioner sebagai instrumen pengukuran data. 5. Melakukan uji coba kuesioner di wilayah kerja Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat 6. Melakukan koreksi kuesioner. 7. Melakukan pengumpulan data. 8. Melakukan pengolahan, analisis dan interpretasi data dengan program SPSS. 9. Penulisan laporan penelitian. 10. Presentasi laporan penelitian. 3.9 Definisi Operasional a. Responden Seluruh siswa SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat yang masuk sekolah dan bersedia mengisi kuisioner penelitian. b. Jenis Kelamin Kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. a. Laki-laki adalah seseorang yang memiliki identitas laki-laki seperti memproduksi sperma b. Perempuan adalah seseorang yang memiliki identitas perempuan seperti

menghasilkan sel telur, menstuasi, hamil dan menyusui. Alat ukur : kuesioner Skala Kode Kode 1 Kode 2 c. Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang mencakup tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi atau yang sederajat. Pendidikan SMP adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun mulai dari kelas VII sampai kelas IX. Penelitian ini hanya pada responden kelas VII dan VIII karena siswa SMP kelas IX telah mengikuti ujian nasional dan tidak hadir di sekolah lagi. Alat ukur : kuesioner
27

: nominal : laki laki : perempuan

Skala Kode Kode 1 Kode 2

: ordinal

: kelas VII : kelas VIII

d. Pola asuh orang tua Pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh orang tua dikelompokkan menjadi: pola asuh baik adalah orang tua mampu memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari pola asuh cukup adalah orang tua hanya mampu memenuhi sebagian kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-harinya pola asuh kurang adalah orang tua sama sekali tidak mampu memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari Skoring Pola asuh: 1. Pernahkah orang tua anda menyampaikan informasi tentang perilaku seksual yang dapat membahayakan anda? a. Sering b. Kadang-kadang 2. Apakah orang tua anda memenuhi segala kebutuhan anda sehari-hari (pakaian dalam, pembalut)? a. Selalu b. Kadang-kadang 3. Apakah orang tua anda melarang jika anda keluar rumah di atas jam 10 malam ? a. Selalu b. Kadang-kadang 4. Seberapa seringkah anda bertemu dengan orang tua (Bapak, Ibu atau keduanya) ? a. Setiap hari b. Tidak setiap hari 5. Apakah orang tua anda sering menjelaskan tentang resiko berpacaran yang melewati batas? a. > 10 kali perbulan b. < 10 kali perbulan c. Tidak pernah c. Tidak pernah c. Tidak pernah c. Tidak sama sekali c. Tidak sama sekali

28

6. Apakah orang tua anda mengajarkan anda bagaimana cara bergaul dengan teman-teman sesama jenis atau lawan jenis yang baik? a. Lebih dari 10 kali perbulan b. Lebih dari 10 kali perbulan Alat ukur Skala Kode Kode 3 : baik Kode 2 : cukup Kode 1 : kurang Keterangan : Nilai 10 untuk jawaban A Nilai 5 untuk jawaba B Nilai 1 untuk jawaban C Kesimpulan penilaian Skor tertinggi Skor terendah Interval skor Pola asuh baik Pola asuh sedang Pola asuh kurang : 60 :6 : 54 : (80% X 54) + 6 = 49,2 60 : (60% X 54) + 6 = 38,4 49,1 : 6 38,3 : kuesioner : ordinal c. Tidak pernah

e. Aktivitas sosial Aktivitas sosial adalah suatu kegiatan individu atau kelompok dengan adanya suatu interaksi antara masyarakat dengan lingkungan. Aktivitas responden dalam mengikuti kegiatan di masyarakat seperti bermain bersama teman-teman, belajar bersama, mengikuti kegiatan keagamaan, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah seperti Pramuka, PMR, PKS, kesenian, kerja bakti, OSIS dan olahraga. Dikelompokkan menjadi: Aktivitas sosial baik adalah keadaan dimana seorang remaja mengikuti lebih dari empat aktivitas sosial. Aktivitas sosial cukup adalah keadaan dimana seorang remaja mengikuti kurang dari empat aktivitas sosial. Aktivitas sosial kurang adalah keadaan dimana seorang remaja tidak mengikuti sama sekali aktivitas sosial.

29

Aktivitas sosial 1. Kegiatan apa saja yang anda ikuti di sekolah? ( ) Pramuka ( ) PKS ( ) Olahraga ( ) Belajar bersama ( ) Kerja bakti ( ) Anggota OSIS Keterangan : Aktivitas sosial baik (10) : bila jawaban lebih dari 4 Aktivitas sosial cukup (8) : bila jawaban kurang dari 4 Aktivitas sosial kurang (1): bila tidak mengikuti sama skali Alat ukur Skala Kode Kode 3 : baik Kode 2 : cukup Kode 1 : kurang Kesimpulan penilaian Skor tertinggi Skor terendah Interval skor Aktivitas sosial baik Aktivitas sosial sedang Aktivitas sosial kurang f. Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala media yang menjadi sumber pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Sumber informasi dapat diperoleh dari orang tua, petugas kesehatan, teman teman, media elektronik ( televisi, radio, internet), media cetak (majalah/koran), petugas kesehatan, ilmu pengetahuan dari mata pelajaran yang di dapatkan di sekolah. : 10 :1 :9 : (80% X 9) + 1 = 8,2 10 : (60% X 9) + 1 = 6,4 8,1 : 1 6,3 : kuesioner : ordinal ( ) PMR ( ) Kesenian ( ) Kerohanian ( ) Bermain bersama trman-teman ( ) Lain-lain

30

Dikelompokkan menjadi : Informasi baik : bila jawaban lebih dari empat Informasi cukup : bila jawaban lebih dari 2-4 Informasi kurang : bila jawaban kurang dari 2 Skoring: 1. Dari mana saja anda mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi: ( ) TV ( ) Radio ( ) Internet ( ) Majalah/Koran ( ) Mata pelajaran di Sekolah/Guru Keterangan : Informasi baik (10) : bila jawaban lebih dari empat Informasi cukup (8) : bila jawaban lebih dari 2-4 Informasi kurang (1): bila jawaban kurang dari 2 ( ) Petugas Medis ( ) Teman-teman ( ) Orang Tua ( ) Lain-lain:___________

Alat ukur : kuesioner Skala Kode Kode 3 Kode 2 Kode 1 : baik : cukup : kurang : ordinal

Kesimpulan penilaian Skor tertinggi Skor terendah Interval skor : 10 :1 :9 : (80% X 9) + 1 = 8,2 10 : (60% X 9) + 1 = 6,4 8,1 : 1 6,3

Sumber informasi baik Sumber informasi sedang Sumber informasi kurang

g. Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui responden tentang kesehatan reproduksi. Alat ukur : kuesioner Skala : ordinal

31

Kode Kode 3 Kode 2 Kode 1 Skoring : (Jawaban boleh lebih dari satu) 1. Apakah pengertian dari kesehatan reproduksi? a. Suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dan segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya b. Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi peran dari sistem reproduksi c. Tidak tahu 2. Apakah dibawah ini yang termasuk dalam organ reproduksi? a. Rahim dan payudara b. Testis (buah pelir) dan vagina c. Tidak tahu 3. Apakah dibawah ini yang termasuk tanda-tanda pubertas? a. Mimpi basah (laki-laki) b. Menstruasi (perempuan) c. Tidak tahu 4. Bagaimanakah cara menjaga kesehatan organ reproduksi? a. Memakai pakaian dalam yang bersih dan menggantinya minimal 2 kali sehari b. Menyiram dengan air bersih setelah BAB dan BAK dari arah depan ke belakang agar kotoran dari anus tidak pindah ke vagina c. Tidak tahu 5. Manakah yang termasuk dalam menjaga kesehatan organ reproduksi? a. Mencukur rambut kemaluan secara rutin untuk menjaga kebersihan agar bakteri tidak berkembangbiak b. Melakukan sunat c. Tidak tahu 6. Remaja adalah?
32

: Pengetahuan baik : Pengetahuan cukup : Pengetahuan kurang

a. Masa perlaihan manusia dari anak-anak ke dewasa b. Usia 10-19 tahun c. Tidak tahu 7. Apakah dampak dari hubungan seksual pranikah pada siswa SMP? a. Kehamilan yang tidak diinginkan b. Pernikahana usia dini yang menyebabkan remaja putus sekolah c. Tidak tahu 8. Apakah yang dimaksud dengan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) pada siswa SMP? a. Kehamilan yang tidak dikehendaki oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut b. Kehamilan yang tidak diharapkan yang berdampak negatif seperti dikucilkan, dikeluarkan dari sekolah atau menjadi bahan pembicaraan masyarakat c. Tidak tahu 9. Apakah arti dari aborsi? a. Menggurkan kandungan dengan sengaja karena tidak menginginkan kehamilan tersebut b. Mengeluarkan hasil kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar kandungan c. Tidak tahu Keterangan : Nilai 5 untuk jawaban A dan B Nilai 3 untuk jawaba A atau B Nilai 1 untuk jawaban C Kesimpulan penilaian Skor tertinggi : 45 Skor terendah : 9 Interval skor : 36 Pengetahuan baik Pengetahuan sedang Pengetahuan kurang : (80% X 36) +9 = 37,8 45 : (60% X 36) +9 = 30,6 37,7 : 9 30,5

h. Sikap adalah tanggapan atau kecenderungan bertindak berdasarkan pendirian, pendapat dan keyakinan individu tersebut. Serta dasar pengetahuan yang dimilikinya. Alat ukur Skala : kuesioner : ordinal

Pemberian kode adalah sebagai berikut: Kode 1 : Sikap kurang Kode 2 : Sikap cukup Kode 3 : Sikap baik
33

Skoring : No 1. Pertanyaan Seorang remaja perlu untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. 2. Mengetahui fungsi-fungsi dari organ reproduksi sangat bermanfaat bagi remaja 3. Mengetahui cara menjaga kesehatan reproduksi penting bagi remaja 4. Usia remaja merupakan usia yang rawan terjadinya pergaulan bebas 5. Berpacaran di usia remaja akan mempengaruhi perilaku terhadap kesehatan reproduksi 6. Hubungan seksual diluar nikah dapat merusak masa depan remaja 7. Kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada siswa SMP akan berdampak buruk untuk masa depan 8. Aborsi merupakan hal yang melanggar norma-norma KS : Kurang setuju (2) TS : Tidak setuju (1) SS S KS TS

Ket : SS : Sangat setuju (10) S : Setuju (5) Kesimpulan penilaian : Skor tertinggi Skor terendah Interval skor Sikap baik Sikap sedang Sikap kurang : 80 :8 : 72

: (80% X 72) +8 = 65,6 80 : (60% X 72) +8 =51,2 - 65,5 : 8 51,1

i. Perilaku adalah tindakan yang dilakukan responden atau seseorang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan

34

norma kelompok yang bersangkutan serta merupakan konsekuensi logis (ideal dan normatif) dari eksistensi pengetahuan, budaya atau pola pikir yang dimaksud. Hal yang diteliti adalah perilaku responden terhadap kesehatan reproduksi. Alat ukur : kuesioner Skala Kode 1 Kode 2 Kode 3 Skoring : No Pertanyaan Ya Tidak : ordinal : Perilaku kurang : Perilaku cukup : Perilaku baik

1. Apakah anda akan bertanya pada dokter, guru, atau orang tua jika ingin bertanya tentang kesehatan reproduksi? 2. Apakah anda selalu membersihkan alat kelamin setelah buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dengan air bersih? 3. Bagi yang perempuan, apakah anda mengganti pembalut saat menstruasi lebih dari 2x sehari atau bagi laki-laki apakah anda sudah sunat? 4. Apakah anda meminta izin kepada orang tua jika ingin keluar rumah di atas jam 10 malam? 5. Apakah anda selalu mediskusikan masalah-masalah kesehatan reproduksi pada orang tua anda? 6. Apakah anda menjaga kesehatan reprodusi dengan tidak mengkonsumsi alkohol, merokok dan menggunakan narkoba? 7. Apakah anda dapat menjaga diri anda saat berpacaran, dengan tidak berciuman, berpelukan dan melakukan hubungan seksual dengan pacar anda? 8. Apakah anda mengganti pakaian dalam anda lebih dari 2 kali sehari dan menggunakan pakaian dalam yang bersih?

35

Keterangan: Nilai 5 untuk jawaban ya Nilai 1 untuk jawaban tidak Kesimpulan penilaian Skor tertinggi Skor terendah Interval skor Perilaku baik Perilaku sedang Perilaku kurang 3.10. Pengolahan Data Terhadap data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses editing, verifikasi, dan koding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program komputer yaitu program SPSS 16.0 3.11. Penyajian Data Data yang didapat disajikan dengan tekstular dan tabular. 3.12. Analisis Data Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan uji statistic menggunakan uji Chi-square, dan Kolmogorov Smirnov two tailed. 3.13. Interpretasi Data Data diinterpretasi secara bivariate. 3.14. Pelaporan Data Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) pada tanggal 7 Juni 2013 dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran komunitas FK UKRIDA. : 40 :8 : 32 : (80% X 32) +8 = 33.6 - 40 : (60% X 42) +8 =27.2 33.5 : 8 27.1

36

Bab IV Hasil Penelitian


Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat tentang pengetahuan sikap dan perilaku siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi dan faktor yang berhubungan periode Mei Juni 2013, maka diperoleh hasil dari pengumpulan data pada 99 sampel penelitian, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Sebaran Tingkat Distribusi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku terhadap Siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Reproduksi Variabel Pengetahuan Kurang Sedang Baik Sikap Kurang Sedang Baik Perilaku Kurang Sedang Baik 31 47 21 31,3 % 47,5 % 21,2 % 29 40 30 29,3 % 40,4 % 30,3 % 52 23 24 52,5 % 23,2 % 24,2 % Frekuensi Persentase Mengenai Kesehatan

37

Tabel 4.2 Sebaran Tingkat Distribusi Jenis Kelamin, Pendidikan, Pola Asuh, Aktivitas Sosial dan Sumber Informasi terhadap Siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Mengenai Kesehatan Reproduksi Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Kelas VII Kelas VIII Pola Asuh Kurang Sedang Baik Aktivitas sosial 56 15 28 56,6 % 15,2 % 28,3 % 54 45 54,5 % 45,5 % 47 52 47,5 % 52,5 % Frekuensi Persentase

Kurang Sedang Baik Sumber informasi Kurang Sedang Baik

29 21 49

29,3 % 21,2 % 49,5 %

30 25 44

30,3 % 25,3 % 44,4 %

38

Tabel 4.3 Hubungan Faktor Jenis Kelamin, Pendidikan, Pola Asuh, Aktivitas Sosial dan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Mengenai Kesehatan Reproduksi

Variable Kurang

Pengetahuan Sedang Baik

Uji

df

p*

Ho

Jenis Kelamin Laki laki Perempuan 32 20 7 16 8 16 X2 2 0,013 <0,05 Ditolak

Pendidikan Kelas VII Kelas VIII 31 21 10 13 13 11 X2 2 0,432 >0,05 Gagal ditolak

Pola Asuh
Kurang-Sedang

33 19

15 8

8 16

X2

0,031 <0.05

Ditolak

Baik

Aktivitas sosial Kurang Sedang Baik 19 10 23 6 7 10 4 4 16 X2 4 0,243 >0.05 Gagal ditolak

Sumber informasi Kurang Sedang Baik 20 11 21 6 6 11 4 8 12 X2 4 0,387 <0.05 Gagal ditolak

39

Tabel 4.4 Hubungan Faktor Jenis Kelamin, Pendidikan, Pola Asuh, Aktivitas Sosial dan Sumber Informasi dengan Sikap Siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Mengenai Kesehatan Reproduksi Variable Kurang Sikap Sedang Baik Uji df p p* H0

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 12 17 22 18 13 17 X2 2 0,461 >0,05


Gagal ditolak

Pendidikan Kelas VII Kelas VIII 14 15 22 18 18 12 X2 2 0,663 >0,05


Gagal ditolak

Pola Asuh Kurang Baik-Sedang 17 12 20 20 19 11 X2 2 0,519 >0,05 Gagal ditolak

Aktivitas Sosial Kurang Sedang Baik 8 5 16 13 6 21 8 10 12 X2 4 0.397 >0,05 Gagal ditolak

Sumber Informasi Kurang Sedang Baik 10 10 9 13 7 20 7 8 15 X2 4 0,364 >0,05


Gagal ditolak

40

Tabel 4.5 Hubungan Faktor Jenis Kelamin, Pendidikan, Pola Asuh, Aktivitas Sosial dan Sumber Informasi dengan Perilaku Siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Mengenai Kesehatan Reproduksi

Variable Kurang

Perilaku Sedang Baik

Uji

df

p*

Ho

Jenis Kelamin Laki laki Perempuan 14 17 25 22 8 13 X2 2 0,491 >0,05


Gagal ditolak

Pendidikan Kelas VII Kelas VIII 15 16 28 19 11 10 X2 2 0,609 >0,05


Gagal ditolak

Pola Asuh Kurang-Sedang 19 Baik 12 24 23 13 8 X2 2 0,576 >0,05


Gagal ditolak

Aktivitas Sosial Kurang Sedang Baik 9 6 16 13 10 24 7 5 9 X2 4 0,972 >0,05


Gagal ditolak

Sumber Informasi Kurang Sedang Baik 11 11 9 14 6 27 5 8 8 X2 4 0,045 <0,05 Ditolak

41

Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa SMPN 286 Mengenai Kesehatan Reproduksi Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013

Variable Kurang

Sikap Sedang Baik

Uji

df

p*

Ho

Pengetahuan Kurang Sedang Baik 15 8 6 23 7 10 14 8 8 X2 4 0,813 >0,05


Gagal ditolak

Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMPN 286 Mengenai Kesehatan Reproduksi Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Variable Kurang Perilaku Sedang Baik Uji df p p* Ho

Pengetahuan Kurang Sedang Baik 17 8 6 27 8 12 8 7 6 X2 4 0,498 >0,05


Gagal ditolak

Tabel 4.8 Hubungan Sikap dengan Perilaku Siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Mengenai Kesehatan Reproduksi Variable Kurang
Sikap Kurang-Sedang Baik 31 0 38 9 0 21 KS <0,05 Ditolak

Perilaku Sedang

Uji Baik

df

p*

Ho

42

Bab V Pembahasan
5.1 Sebaran Tingkat Distribusi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Pada sebaran tingkat pengetahuan, didapatkan siswa SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 yang dijadikan sampel terdapat 52 orang (52,5%) siswa SMP memiliki tingkat pengetahuan rendah, sedangkan sekitar 23 orang (23,2%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 24 orang (24,2%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden mengetahui pengertian dari kesehatan reproduksi, mengetahui yang termasuk dalam organ-organ reproduksi, bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi. Responden lainnya mengatakan tidak tahu. Pada sebaran sikap, didapatkan siswa SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 yang dijadikan sampel memiliki sikap baik yaitu sebanyak 30 orang (30,3%), sedangkan siswa yang memiliki sikap sedang sebanyak 40 orang (40,4%), dan yang memiliki sikap kurang sebanyak 29 orang (29,3%). Dalam penelitian ini kategori sikap yang dinilai meliputi cara menjaga kesehatan reproduksi, pengaruh pergaulan bebas, pengaruh pacaran usia dini dan pengaruh hubungan seksual pranikah. Pada sebaran perilaku, didapatkan siswa SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 yang memiliki perilaku baik 21 orang (21,2%), mayoritas siswa memiliki perilaku sedang sebanyak 47 orang (47,5%), dan yang memiliki perilaku kurang sebanyak 31 orang (31,3%). Perilaku yang baik dari siswa SMP dibentuk dari sikap yang baik. Sikap dan perilaku dibentuk juga dari pengalaman yang sudah dijadikan kebiasaan sehari-hari sehingga didapatkan presentase sikap baik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku.

5.2 Sebaran Jenis Kelamin, Pendidikan, Pola Asuh, Aktivitas Sosial, dan Sumber Informasi Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Pada sebaran jenis kelamin, didapatkan siswa SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 yang dijadikan sampel, laki-laki sebanyak 47 orang (47,5%), sedangkan perempuan didapatkan sebanyak 52 orang (52,5%). Responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki dikarenakan jumlah siswa perempuan di SMPN 286 lebih banyak dibandingkan jumlah siswa laki-laki. Pada sebaran pendidikan, didapatkan siswa kelas VII

43

sebanyak 54 orang (54,5%), dan siswa kelas VIII sebanyak 45 orang (45,5%). Pada sebaran pola asuh, didapatkan mayoritas siswa SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 yang dijadikan sampel mendapatkan pola asuh kurang yaitu sebanyak 56 orang (56,6%), pola asuh sedang sebanyak 15 orang (15,2%), dan pola asuh baik sebanyak 28 orang (28,3%). Dengan demikian, pada penelitian ini pola asuh sangat berpengaruh terhadap sikap maupun perilaku siswa SMP meneai kesehatan reproduksi. Pada sebaran aktivitas sosial, didapatkan mayoritas siswa SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 yang dijadikan sampel memiliki aktivitas sosial baik lebih banyak dibandingkan dengan siswa SMP yang memiliki aktivitas sosial sedang dan kurang. Yaitu aktivitas baik sebanyak 49 orang (49,5%), aktivitas sedang sebanyak 21 orang (21,2%), dan aktivitas kurang sebanyak 29 orang (29,3%). Pada sebaran sumber informasi, didapatkan siswa SMPN 286, Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 yang dijadikan sampel, mendapat informasi kurang sebanyak 30 orang (30,3%), informasi sedang sebanyak 25 orang (25,3%),dan yang mendapat informasi baik sebanyak 44 orang (44,4%). Kebanyakan responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari mata pelajaran disekolah, dari media massa, seperti televisi, internet, dan ada pula yang mendapat informasi dari orang tua dan teman.

5.3

Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013

5.3.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Pada Tabel 4.3 mengenai hubungan antara variabel jenis kelamin dengan pengetahuan siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, didapatkan hasil bahwa perbedaan pengetahuan pada kelompok laki-laki dan perempuan terdapat hubungan yang bermakna, dari penelitian didapatkan tingkat pengetahuan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu perempuan sebanyak 16 orang dan laki laki sebanyak 8 orang. Karena pada penelitian ini responden perempuan lebih banyak dari pada responden laki laki. Sesuai penelitian Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan pada tahun 2002-2003 secara keseluruhan persentase laki-laki berusia 15-24 tahun belum menikah melakukan hubungan seks pranikah lebih banyak dibandingkan wanita dengan usia yang sama.

44

5.3.2 Hubungan antara Pendidikan dengan Pengetahuan Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.3 mengenai hubungan antara variabel pendidikan dengan pengetahuan siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, tidak terdapat hubungan yang bermakna. Dikarenakan responden pada penelitian ini di ambil dari kelas VII dan kelas VIII, dimana tidak ada perbedaan yang signifikan pada responden tersebut dari aspek usia maupun pengetahuan.

5.3.3 Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Pengetahuan Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.3 mengenai hubungan antara variabel pola asuh dengan pengetahuan siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, terdapat hubungan yang bermakna. Sesuai dengan penelitian Wirawan Sarwono (2008) disebabkan karena sikap orang tua yang masih merasa tabu untuk membicarakan seks dengan anaknya sehingga, remaja lebih banyak mencari informasi dari teman sebayanya atau media informasi yang tidak akurat.

5.3.4 Hubungan antara Aktivitas Sosial dengan Pengetahuan Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Pada Tabel 4.3 mengenai hubungan antara variabel aktivitas sosial dengan pengetahuan siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, tidak terdapat hubungan yang bermakna. Penelitian ini tidak sesuai dengan Sarwono (2008) ada beberapa faktor penyebab kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi yang menyebabkan dampak negatif pada remaja itu sendiri, salah satunya adalah, pergaulan yang makin bebas yaitu kebebasan antara lawan jenis pada remaja seperti di kota kota besar, pengaruh teman sebaya, kecenderungan pengetahuan yang makin bebas antara laki laki dalam masyarakat. Selain itu pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya karena sebagian besar siswa SMP memiliki aktivitas sosial yang baik dan wajib.

45

5.3.5 Hubungan antara Sumber Informasi dengan Pengetahuan Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013 Pada Tabel 4.3 mengenai hubungan antara variabel sumber informasi dengan pengetahuan siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Mashuri (2007) bahwa sumber informasi tentang kesehatan reproduksi terutama seks lebih mudah diperoleh dan aksesnya banyak antara lain melalui media cetak (buku, majalah) dan elektronik (televisi, internet, radio). Karena mayoritas siswa SMP mendapatkan sumber informasi dari mata pelajaran yang ada di sekolah mengenai kesehatan reproduksi sehingga berdampak positif bagi pengetahuan siswa.

5.4

Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013

5.4.1 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Sikap Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.4 mengenai hubungan antara variabel jenis kelamin dengan sikap siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, didapatkan hasil bahwa perbedaan sikap pada kelompok laki-laki dan perempuan tidak ada hubungan yang bermakna. Tidak sesuai penelitian Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan pada tahun 2002-2003 secara keseluruhan persentase laki-laki berusia 1524 tahun belum menikah melakukan hubungan seks pranikah lebih banyak dibandingkan wanita dengan usia yang sama. Dikarenakan jenis kelamin tidak dapat menjadi jaminan kedewasaan seseorang dalam berpikir atau bersikap. Sikap seseorang dibentuk dari berbagai macam komponen.

5.4.2 Hubungan antara Pendidikan dengan Sikap Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.4 mengenai hubungan antara variabel pendidikan dengan sikap siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, didapatkan hasil bahwa perbedaan sikap pada kelas VII dan VIII tidak ada hubungan yang bermakna. Pada penelitian ini dikarenakan jumlah responden kelas VII dan kelas VIII tidak sama dan tidak ada perbedaan yang signifikan dari tingkatan kelas karena hanya terpaut satu tahun.
46

5.4.3 Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Sikap Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.4 mengenai hubungan antara variabel pola asuh dengan sikap siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013terhadap kesehatan reproduksi, didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pola asuh dengan sikap siswa SMPN 286. Sesuai denga penelitian UNPLEK FK Udayana mengatakan sebagian besar remaja mempunyai sikap yang positif terhadap masalah masalah reproduksi atau dengan kata lain penilaian mereka masih sejalan dengan normal sosial yang berlaku. Ini disebabkan pada masyarakat tertentu nilai tradisional dalam sikap mengenai perilaku seks yang paling utama adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah bukan hanya dari pola asuh orang tuanya saja.

5.4.4 Hubungan Antara Aktivitas Sosial Dengan Sikap Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.4 mengenai hubungan antara variabel aktivitas sosial dengan sikap siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013 didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas sosial dengan sikap siswa SMPN 286. Penelitian ini tidak bermakna karena aktivitas sosial yang dilakukan siswa SMP berdampak positif.

5.4.5 Hubungan Antara Sumber Informasi Dengan Sikap Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.4 mengenai hubungan antara variabel sumber informasi dengan sikap siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode 15 Mei Juni 2013 didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan sikap siswa SMPN 286. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Mashuri (2007) bahwa sumber informasi tentang kesehatan reproduksi terutama seks lebih mudah diperoleh dan aksesnya banyak antara lain melalui media cetak (buku, majalah) dan elektronik (televisi, internet, radio)

47

5.5

Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei - Juni 2013

5.5.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.5 mengenai hubungan antara variabel jenis kelamin dengan perilaku siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna. Tidak sesuai penelitian Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan pada tahun 2002-2003 secara keseluruhan persentase laki-laki berusia 15-24 tahun belum menikah melakukan hubungan seks pranikah lebih banyak dibandingkan wanita dengan usia yang sama. Pada penelitian ini dikarenakan jumlah responden laki laki lebih sedikit dari perempuan.

5.5.2 Hubungan antara Pendidikan dengan Perilaku Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.5 mengenai hubungan antara variabel pendidikan dengan perilaku siswa

SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna. Tidak sesuai menurut Mashuri (2007) persentasi gambaran kondisi remaja di SMP menunjukkan bahwa 28% berperilaku kesehatan reproduksi yang berisiko, dikarenakan tidak ada perbedaan yang signifikan anatra kelas VII dan kelas VIII karena semua siswa SMP memiliki kesehatan reproduksi yang berisiko.

5.5.3 Hubungan antara Pola Asuh dengan Perilaku Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.5 mengenai hubungan antara variabel pola asuh dengan perilaku siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode Mei Juni 2013, didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna. Penelitian ini tidak sesuai dengan Wirawan Sarwono (2008) disebabkan karena sikap orang tua yang masih merasa tabu untuk membicarakan seks dengan anaknya sehingga, remaja lebih banyak mencari informasi dari teman sebayanya atau media informasi yang tidak akurat.
48

5.5.4 Hubungan antara Aktivitas Sosial dengan Perilaku Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Wilayah Kerja Puskesmas Tomang Periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.5 mengenai hubungan antara variabel aktivitas sosial dengan perilaku siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode 15 Mei 31 Mei 2013, didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna. Penelitian ini tidak sesuai dengan Sarwono (2008) ada beberapa faktor penyebab kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi yang menyebabkan dampak negatif pada remaja itu sendiri, salah satunya adalah, pergaulan yang makin bebas yaitu kebebasan antara lawan jenis pada remaja seperti di kota kota besar, pengaruh teman sebaya, kecenderungan pengetahuan yang makin bebas antara lak laki dalam masyarakat. Selain itu pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya karena mayoritas siswa memiliki aktivitas sosial yang baik dan wajib.

5.5.5 Hubungan antara Sumber Informasi dengan Perilaku Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Wilayah Kerja Puskesmas Tomang Periode Mei Juni 2013 Pada Tabel 4.5 mengenai hubungan antara variabel sumber informasi dengan perilaku siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode 15 Mei 31 Mei 2013, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna. Dari penelitian Mashuri 2007 didapatkan sebanyak 28% berperilaku kesehatan reprduksi yang beresiko. Disebabkan karena sumber informasi tentang kesehatan reproduksi terutama seks mudah diperoleh.15

5.6 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Wilayah Kerja Puskesmas Tomang Periode Mei Juni 2013 Pada tabel 4.6 hubungan antara pengetahuan dengan sikap siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode 15 Mei 31 Mei 2013 menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap. Sesuai Notoatmodjo (2010) sebagian besar remaja masih mempunyai sikap yang positif terhadap masalahmasalah reproduksi atau dengan kata lain penilaian mereka masih sejalan dengan norma sosial yang berlaku.

49

5.7 Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMP Mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Wilayah Kerja Puskesmas Tomang Periode Mei Juni 2013 Pada tabel 4.7 hubungan antara pengetahuan dengan perilaku siswa SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode 15 Mei 31 Mei menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. Sesuai dengan penelitian PKBI (2010) tentang pengetahuan kesehatan reproduksi remaja menunjukkan 43,22% pengetahuan rendah, 37,28% pengetahuan

cukup, dan 19,50% pengetahuan kurang, menunjukkan bahwa 28% remaja berperilaku kesehatan reproduksi yang berisiko.

5.8 Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Siswa SMP mengenai Kesehatan Reproduksi di SMPN 286 Wilayah Kerja Puskesmas Tomang Periode Mei Juni 2013 Pada tabel 4.8 hubungan antara sikap dengan perilaku SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terhadap kesehatan reproduksi periode 15 Mei 31 Mei 2013 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku. Sesuai dengan Notoatmodjo (2007) mengatakan adanya perubahan sikap dan perilaku seksual remaja pra nikah ini tentunya akan memberikan dampak terhadap kehidupan mereka.17

50

Bab VI Kesimpulan dan Saran


6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku Siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi dan faktor faktor yang berhubungan di SMPN 286, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Sebanyak 52,5% siswa SMP memiliki tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 40,4% siswa memiliki tingkatan sikap yang sedang dan 47,5% siswa memiliki perilaku baik mengenai kesehatan reproduksi. Pada subyek yang diteliti, sebagian besar subyek penelitian berjenis kelamin perempuan sebanyak 52 orang (52,5%), pendidikan kelas VII sebanyak 54,5%, pola asuh 56,6% siswa memiliki pola asuh yang kurang, 49,5% memiliki aktivitas sosial yang baik dan 44,4% memperoleh sumber informasi yang baik mengenai kesehatan reproduksi. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan jenis kelamin dan pola asuh. Sedangkan hubungan antara pengetahuan dengan pendidikan, sumber informasi dan aktivitas sosial tidak memiliki hubungan yang bermakna. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan jenis kelamin, pendidikan, pola asuh, aktivitas sosial, dan sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku dengan jenis kelamin, pendidikan, pola asuh, dan aktivitas sosial. Sedangkan pada sumber informasi terdapat hubungan yang bermakna. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap mengenai kesehatan reproduksi. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku mengenai kesehatan reproduksi. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku mengenai kesehatan reproduksi.

51

6.2 Saran 6.2.1 Bagi SMPN 286 Tomang, Grogol Petamburan Jakarta Barat : Agar mengadakan kegiatan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi pada remaja untuk mencegah terjadinya hubungan seks pranikah, kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. Memberikan mata pelajaran khusus di sekolah tentang kesehatan reproduksi dan faktor faktor yang berhubungan. 6.2.2 Bagi Para Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat meneruskan penelitian ini agar dapat melihat kemajuan dan perkembangan dari pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat memanfaatkan data penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMP mengenai kesehatan reproduksi. Diharapkan dapat meningkatkan jumlah subjek penelitian, agar hasil yang diperoleh dapat secara tepat mewakili populasi dan hasilnya dapat digenaralisasikan. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk memperkaya dan memvariatifkan variabel dependen maupun independen yang mau diteliti.

52

Daftar Pustaka
1. Yunita Sari. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi siswa siswi SMP swasta X di kota bandung. Bandung. 2012. Diunduh dari

http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/609/663.bab1. pdf. 2. Martina ERH, Sewi ES. Jurnal hubungan pengetahuan, sikap, dan kesehatan reproduksi remaja. Medan. 2007. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21172/1/ruf-nov2007-2%20(3).pdf. 3. Rida BK, Hastutik. Hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap seks pranikah. Surakarta. 2010. Diunduh dari

http://www.katalogkukar.net/ebooks/pdf. 4. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Ed 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. h 115-127. 5. Buku ajar kesehatan reproduksi wanita. Ed 2. Jakarta: EGC; 2010. h 3 9. 6. Menjaga kesehatan organ reproduksi dan kesehatan diri. Jakarta. 2013. Diunduh dari http://www.sumber-ilmupengetahuan.com 7. Sarwono. Psikologis remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2004. 8. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. 9. Pendidikan. Jakarta. 2010. Diunduh dari www.wikipedia.com. 10. Yulian Endarto, Parmadi Sigit Purnomo. Jurnal kesehatan surya medika yogyakarta. Yogyakarta. 2010. Diunduh dari http://www.skripsistikes.wordpress.com. 11. Suarakarya. Remaja paling rentan abaikan kesehatan reproduksi. 2004. Diunduh dari www.suarakarya.com. 12. Pusat informasi penyakit infeksi. Jakarta. 2010. Diunduh dari http://infeksi.com/articles. 13. Sarwini, Yudianto. Hubungan pengetahuan sikap dan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi. 2007. Diunduh dari http://repository.unand.ac.id.pdf. 14. OE Handayani, S Budi Wahyuni. Hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi. Semarang . 2010. http://eprints.undip.ac.id.pdf. 15. Suwarni, Linda. Hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan ketaatan beragama dengan sikap tentang hubungan seksual pranikah. 2005. Semarang. Diunduh dari http://www.fkm.undip.ac.id.

53

16. Martini Dwi Susilowati. Hubungan antara sikap terhadap masalah kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa di yogyakarta. 2008. Yogyakarta. http://eprints.unika.ac.id/1870/1/03.40.0095_Martini_Dwi_Susilowati.pdf. 17. Perbedaan pengetahuan dan sikap terhadpa perilaku kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMP dan MTs. 2010. Jakarta. http://www.skripsipedia.com/

54

You might also like