You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Pembahasan tentang proses menua semakin sering muncul seiring dengan semakin bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Penelitian-penelitian mengenai perubahan yang terkait usia merupakan area yang menarik dan penting belakangan ini. Berbagai aspek mengenai proses menua banyak dibahas seperti aspek social, psikologi, ekonomi, atau fisik. Telah dikemukakan bahwa proses menua amat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetic dan lingkungan. II. Tujuan Mempelajari tentang proses menua, dan masalah-masalah yang terjadi yakni penyakit-penyakit pada golongan lanjut umur dan penatalaksanaannya.

BAB II PEMBAHASAN
Lansia atau menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah,rentan) dengan berkurangnya sebagaian besar cadangan system fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kerentanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait usia. Terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh gerontologist ketika membicarakan proses menua : Aging (bertambahnya umur) : menunjukkan efek waktu; suatu proses perubahan, biasanya bertahap dan spontan. Senescence (menjadi tua) : hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan kematian). Homeostenosis : penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis yang terjadi selama penuaan pada setiap system organ.1

I.

ANAMNESIS Riwayat penyakit sekarang

Pandangan berputar-putar dan rasa mual-mual Lutut sakit bila berjalan, dan bila bangun dari duduk berbunyi kretek-kretek Bila bicara cadel dan minum air sering tersedak Tak ada tanda-tanda lumpuh Riwayat penyakit terdahulu

Kencing manis,diketahui sejak 2 tahun yang lalu

II.

PROBLEM A. Dementia1

Gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. Walaupun sebagian besar kasus demensia menunjukkan penurunan yang progresif dan tidak dapat pulih (irreversible), namun bila merujuk pada definisi di atas maka demensia dapat pula terjadi mendadak (misalnya : pasca strok atau cedera kepala), dan bebrapa penyebab demensia dapat sepenuhnya pulih (misalnya :hematoma, subdural, toksisitas obat, depresi) bila dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Demensia dapat muncul setelah usia 65 tahun. Di Eropa penyebab tersering demensia adalah Alzheimer. Di Asia diperkirakan demensia vascular merupakan penyebab tersering demensia. Pada demensia vascular patologi yang dominan adalah adanya infark multiple dan abnormalitas substansia alba. Infark jaringan otak yang terjadi pasca strok dapat menyebabkan demensia bergantung pada volume total korteks yang rusak dan bagian (hemisfer) yang rusak dan bagian (hemisfer) mana yang terkena. Umumnya demensia muncul pada strok yang mengenai beberapa bagian otak (multi-infarct dementia) atau hemsfer kiri otak. Sementara abnormalitas substansia alba biasanya terjadi berhubungan dengan infark lakunar. Penatalaksanaan : Tujuan utama penatalaksanaan pada seorang pasien dengan demensia adalah mengobati penyebab demensia yang dapat dikoreksi dan menyediakan situasi yang mendukung bagi pasien. Menghentikan obat-obat yang bersifat sedative dan memengaruhi fungsi kognitif banyak memberikan manfaat. Bila pasien cenderung depresi ketimbang demensia, maka depresi harus diatasi dengan adekuat. Selain itu beberapa penelitian klinis juga mencoba mengarah pada terapi lain yang disesuaikan dengan patofisiologis timbulnya demensia yang melibatkan berbagai mekanisme. Kolinesterase inhibitor. Tacrine (tetrahydroamino-acridine), dopenzil,

rivastigmin, dan galantamin adalah kolinesterase inhibitor yang telah disetujui oleh U.S Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan penyakit Alzheimer. Efek farmakologi obat-obatan ini adalah dengan menghambat enzim kolinesterase, dengan hasil meningkatnya kadar asetilkolin di jaringan otak. Dari keempat obat tersebut, tacrine saat ini jarang digunakan karena efek sampingnya ke organ hati (hepatotoksik). 3

Antioksidan yang telah diteliti dan memberikan hasil yang cukup baik adalah alfa tokoferol (vitamin E). Pemberian vitamin E pada suatu penelitian dapat memperlambat progresi penyakit Alzheimer menjadi lebih berat. Memantin. Obat yang saat ini juga telah disetujui oleh FDA sebagai terapi pada demensia sedang dan berat adalah memantin, suatu antagonis N-metil-Daspartat. B. Penyakit Parkinson1 Penyakit Parkinson adalah suatu kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh proses degenerative progressive sehubungan dengan proses menua d sel-sel substansia nigra pars compacta (SNc) dan karateristik ditandai dengan tremor waktu istirahat, kekakuan otot dan sendi (rigidity), kelambanan gerak dan bicara (bradikiniesia), dan instabilitas posisi tegak (postural instability). Penyebab Penyakit Parkinson sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi beberapa penelitian terhadap anak kembar monozigot menunjukkan bahwa terdapat faktor genetic yang mendasari terjadinya Penyakit Parkinson. Faktor lain yang juga menjadi peneybab proses degenerasi ini antara lain proses menua otak, stress oksidatif, terpapar pestisida/herbisida atau anti jamur cukup lama, infeksi, kafein, alcohol, trauma kepala, depresi, dan merokok. Patofisiologi penyakit ini adalah karena rusaknya subtansia nigra yang merupakan suatu region kecil di otak yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini menjadi pusat control/koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan Efek terapinya diduga adalah melalui pengaruhnya pada

glutaminergic exitotoxicity dan fungsi neuron di hipokampus.

neutransmiter yang disebut dopamine. Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di otak terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan, dan reflex postural, serta kelancaran komunikasi (berbicara). Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi , sehingga produksi dopamine menurun, akibatnya semua fungsi neuron di system saraf pusat (SSP) menurun dan menghasilkan kelambanan berbicara dan berpikir (bradifrenia), tremor, dan kelakuan (rigiditas). Penatalaksanaan : Terapi medika mentosa. Ada 5 macam obat utama yang dipergunakan untuk penatalaksanaan penyakit Parkinson, yaitu :

Obat yang mengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa). Obat ini merupakan obat utama, hampir selalu digunakan untuk terapi penyakit Parkinson. Di dalam badan levodopa akan diubah menjadi dopamine.

Agonis dopamine (Bromocriptine, Pergolide, Pramipexole, Ropinirol). Merupakan obat yang mempunyai efek serupa dengan dopamine. Di dalam badan mengalami konversi, sehingga dapat digunakan sebagai obat tunggal pengganti levodopa.

Antikolergenik

(Benztropin,

Triheksfenidil,

Biperiden).

Obat

ini

menghambat aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini membantu mengoreksi keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor. Penghambat Monoamin oxidase/MAO (Selegiline). Peranan obat ini mencegah degradasi dopamine menjadi 3-4 dihidroxyphenilacetic di otak. Karena MAO dihambat maka umur dopamine menjadi lebih panjang. Amantadin. Dapat menghilangkan gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal PP dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik dan diskinesia pada penderita PP lanjut. Terapi Rehabilitasi. Strategi kognitif, untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara jelas dan tidak cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan hanya melakukan satu tugas kognitif maupun motorik. Strategi gerak, seperti akan berbelok ketika berjalan, gunakan tikungan yang agak lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu dari lantai. Strategi keseimbangan. Melakukan AKS dengan duduk atau berdiri dengan kedua kaki terbuka lebar dan dengan berpegangan pada dinding. Hindari escalator atau pintu berputar. Saat berjalan di tempat ramai atau lantai tidak rata harus konsentrasi penuh jangan bicara atau melihat sekitar. C. Sindrom Delirium1

Sindrom delirium adalah kondisi yang sering dijumpai pada pasien geriatric di rumah sakit. Sindrom ini sering tidak terdiagnosis dengan baik saat pasien berada d rumah (akibat kurangnya kewaspadaan keluarga) maupun saat pasien sudah berada di unit gawat darurat atau unit rawat jalan. Patofisiologi penyakit ini adalah karena defisiensi neurotransmitter asetilkolin. Penyebabnya antara lain gangguan metabolism oksidatif di otak yang dikaitkan dengan hipoksia dan hipoglikemia. Faktor lain yang berperan antara lain meningkatnya sitokin otak pada penyakit akut. Gangguan atau defisiensi asetilkolin atau neurotransmitter lain maupun peningkatan sitokin akan mengganggu transduksi sinyal neurotransmitter serta second messenger system. Pada gilirannya, kondisi tadi akan memunculkan gejala-gejala serebral dan aktivitas psikomotor yang terdapat pada sindrom delirium. Penatalaksanaan Obat-obat yang tidak essensial untuk sementara dihentikan. Jika terdapat kecurigaan terhadap putus obat maka riwayat tersebut bisa diperoleh dari keluarga atau pelaku rawat. Pengobatan/penanganan tidak saja menyangkut fisik, namun juga psikologik/psikiatrik, kognitif, lingkungan, serta pemberian obat. Untuk mencegah agar pasien tidak membahayakan dirinya sendiri atau orang lain (pasien yang hiperaktif, gaduh gelisah bisa menendang-nendang, sangat agitatif, agresif, bisa terjatuh dari tempat tidur atau bisa menciderai diri sendiri) maka sebaiknya pasien ditemani pendamping atau yang biasa mendampingi pasien. D. Vertigo2 Vertigo merupakan sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak. Kelainan ini terjadi k arena gangguan keseimbangan baik sentral atau perifer,

kelainan pada telinga sering menyebabkan vertigo. Untuk menentukan kelainan yang menyebabkan vertigo, biasanya dilakukan pemeriksaan ENG (elektronistagmografi). Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak. Nistagmus adalah gerakan 6

mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga. Penatalaksanaan. Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan telinga yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran. Pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang. Jika diduga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka dilakukan pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak. Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Obat untuk mengurangi vertigo yang ringan adalah meklizin, dimenhidrinat, perfenazin dan skopolamin. Skopolamin terutama berfungsi untuk mencegah motion sickness, yang terdapat dalam bentuk plester kulit dengan lama kerja selama beberapa hari. Semua obat di atas bisa menyebabkan kantuk, terutama pada usia lanjut. Skopolamin dalam bentuk plester menimbulkan efek kantuk yang paling sedikit. E. Hipoperfusi3 Hipoperfusi adalah penurunan aliran darah ke seluruh bagian tubuh. Hal ini paling sering disebabkan oleh kegagalan pompa jantung dari serangan jantung atau aritmia, atau dari output jantung berkurang sebagai akibat dari infark miokard, emboli paru, efusi perikardial, atau perdarahan. Hipoksemia (darah kandungan oksigen rendah) dapat menimbulkan hipoperfusi tersebut. F. Osteoartritis4 Osteoartritis merupakan bentuk arthritis yang paling umum, yang menyebabkan perburukan kartilago sendi (artikular) dan pembentukkan tulang baru di margin dan

area subkondral sendi. Degenerasi kronis tersebut, yang disebabkan oleh kerusakan kondrosit, terjadi paling sering di sendi penyokong beban, khususnya pinggul dan lutut. Tanda dan gejala umum yakni kekakuan di pagi hari, kontraktur, pergerakan terbatas, perasaan bergerigi jika sendi digerakkan. Penatalaksanaan. Penanganan yang umumnya meliputi terapi obat-obatan, ditunjukkan untuk mengendalikan nyeri, memperbaiki kesegarisan sendi, dan memperkuat otot yang menyokong sendi yang sakit tersebut. Aspirin, obat anti-inflamasi non steroid, dan salisilat adalah obat-obatan yang paling umum digunakan untuk mengobati osteoarthritis. Pada beberapa lansia, injeksi kortikostreoid intraartikular mungkin perlu dilakukan. Injeksi tersebut, diberikan setiap 4 sampai 6 bulan, yang dapat menunda terjadinya nodus di tangan. Pasien yang mengalami ketidakmampuan berat atau nyeri yang tidak terkontrol dapat menjalani pembedahan. Prosedur yang mungkin dilakukan mencakup atroplasti parsial atau total, penggantian sendi yang rusak denga penggunaan prostetik, artrodesis, fusi tulang melalui pembedahan (dilakukan terutama pada tulang belakang); osteoplasti, memotong dan melavase tulang yang rusak dari sendi serta osteotomi, mengangkat baji tulang (biasanya pada tungkai bawah) untuk merubah kesegarisan dan meredakan tekanan. III. PEMERIKSAAN A. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan : keadaan umum yang baik, dengan kesadaran compos mentis. Tekanan darah normal : 110/65 mmHg, dan denyut nadi 72 x/menit. Pada pemeriksaan jantung tidak terdapat bunyi murmur, pada paru-paru tidak terdapat bunyi ronkhi. Tidak terdapat hepatomegali dan splenomegali, karena hepar dan lien tidak teraba. Turgor kulit berkurang, dan tremor pada kedua tangan. B. Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium di dapati gula darah sewaktu (GDS) 275 mg/dL. GD puasa 80-105 mg/dL hanya dengan diet.

IV.

KOMPLIKASI Diabetes mellitus 24 8

Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resistan terhadap insulin, yang mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme. Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta pancreas berkurang dan melambat. Pada pasien lansia, konsentrasi gula yang mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia. Diabetes mellitus 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal, resistansi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan kegagalan glukoneogenesis hepatic. Penyebab utama hiperglikemia pada lansia adalah peningkatan resistansi insulin pada jaringan perifer. Meskipun jumlah reseptor insulin sebenarnya sedikit menurun seiring pertambahan usia, resistansi dipercaya terjadi setelah insulin berkaitan dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta pada pulau Langerhans kurang sensitive terhadap kadar glukosa yang tinggi, yang memperlambat produksi insulin. Beberapa lansia juga tidak mampu menghambat produksi glukosa di hati.

Tanda dan gejala Penurunan berat badan dan kelelahan Kehilangan selera makan Penurunan penglihatan Konfusi atau derajat delirium Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki, akibat kerusakan sirkulasi perifer; kemungkinan kondisi kulit kronis, seperti selulitis atau luka yang tidak kunjung sembuh; turgor kulit buruk dan membrane mukosa kering akibat dehidrasi. Penatalaksanaan Pasien yang menderita diabetes tipe 2 dapat memerlukan obat antidiabetik oral untuk merangsang insulin endogen, meningkatkan sensitivitas insulin di tingkat selular, menekan glukoneogenesis hepatic, dan memperlambat absorpsi karbohidrat. Olahraga merupakan sarana yang penting dalam menangani diabetes tipe 2. Aktivitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin, memperbaiki toleransi glukosa dan meningkatkan pengendalian berat badan.

V.

PENCEGAHAN1 Upayakan fisik dan mental selalu sehat. 9

Upayakan nutrisi yang baik Perhatikan keinginan hati. Tingkatkan kesejahteraan material Hubungan social yang sehat Sikap yang positif Tingkatkan vitalitas spiritual VI. EPIDEMIOLOGI5 Tercapainya tujuan pembinaan kesehatan bagi masyarakat lanjut usia ( lansia ) adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dalam mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Berdasarkan keputusan menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, bahwa upaya kesehatan lanjut usia merupakan pelayanan penunjang yang kegiatanya di selenggarakan oleh puskesmas dan merupakan upaya kesehatan pengembangan dengan indikator standar pelayanan minimal 70%. Adapun tujuan khusus dari pelayanan kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan kemandirian lansia dalam mengatasi masalah kesehatanya khususnya kemampuan mendeteksi dini penyakit, mencari pertolongan pengobatan dan kemampuan merawat dirinya sendiri untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. (1) Menurut WHO tahun 1989, telah dicapai konsensus bahwa yang dimaksud dengan lansia ( elderly ) adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. Menurut Dep.Kes RI. Tahun 2005, tentang Umur harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun dan pada laki-laki 64,3 tahun .(3) Bahkan Boedhi Darmojo menyebutkan harapan hidup pada waktu lahir orang Indonesia pada tahun 2015 sampai 2020 mencapai 70 tahun atau lebih. Adapun batasan lanjut usia oleh Departemen Kesehatan RI di tetapkan seseorang dengan usia lebih dari 60 69 tahun, sedangkan usia lebih dari 70 tahun dan lanjut usia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan seperti kecacatan akibat sakit disebut lanjut usia resiko tinggi. Berdasarkan data Susenas tahun 2003 jumlah penduduk lanjut usia mencapai 16.172.835 jiwa atau 7,54% dan pada tahun 2010 akan mencapai 24 juta jiwa atau 9,77% dari total penduduk. Dampak dari peningkatan jumlah lanjut usia antara lain masalah penyakit degeneratif akan sering menyertai para lanjut usia yang bersifat kronis dan multipatologis dalam penangananya memerlukan waktu cukup lama dan biaya besar. Menghadapi kondisi demikian 10

perlu pengkajian masalah-masalah lanjut usia yang lebih mendasar dan sesuai dengan kebutuhan. Secara alami bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya perubahan degeneratif dengan manifestasi beberapa penyakit seperti penyakit hipertensi, kelainan jantung, penyakit diabetes militus, kanker rahim / prostat, osteoporosis dan lain-lain. Meskipun lanjut usia bukan suatu penyakit, namun bersamaan dengan proses penuaan, insiden penyakit kronik dan ketidakmampuan akan semakin meningkat.

11

BAB III PENUTUP


Kesimpulan Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Seiring dengan hal ini, maka tubuh seorang lansia akan mudah terserang berbagai penyakit, dari intensitas yang ringan sampai yang berat. Namun semua itu dapat dicegah dengan menjaga pola hidup yang sehat dengan menjaga nutrisi dan melakukan aktivitas fisik yang cukup yakni berolahraga.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Aru W, Bambang S, Idrus A, etc. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1, ed 5. Interna Publishing. 2009. Jakarta. 2. Vertigo. Enni Sophia. Diunduh dari http://medicastore.com, pada tanggal 16 Januari 2011. 3. Sistemik Hipoperfusi. Diunduh dari http://www.news-medical.net 4. Jaime L.S, Liz S. Asuhan keperawatan geriatric, ed 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008. Jakarta. 5. Epidemiologi penyakit tidak menular lansia. Diunduh dari http://kesmas-unsoed.com, pada tanggal 17 Januari 2011.

13

You might also like