You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. JUDUL
EVALUASI RENCANA TEKNIS PERRHITUNGAN PEMAKAIAN
JUMLAH ALAT MEKANIS PADA PENGUPASAN TANAH
PENUTUP DI PT. SEMEN
GRESIK TUBAN JAWA TIMUR
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan salah satu sarana
produksi yang vital untuk menunjang target produksi akhir yang telah ditentukan
perusahaan. Pentingnya mengestimasi dan merencanakan jumlah dan produksi
dari alat muat dan alat angkut ini karena ada kaitannya dengan target produksi
yang harus dicapai oleh perusahaan. Interaksi antara target produksi dengan
produksi per unit alat ini akan menentukan jumlah alat muat dan alat angkut serta
kapasitas yang harus dipakai guna memenuhi target tersebut, disamping itu harus
disesuaikan dengan kondisi material yang ditangani, kemudahan pengoperasian
serta perawatannya.
Pada sisi lain, dalam menganalisa peralatan berat (heavy equipment), juga
dalam mengukur kemampuan alat (equipment performance), maka sangatlah
penting memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk memperkerjakan suatu
peralatan (cost of the job), dengan demikian untuk mengetahui efisien dan
tidaknya dari segi cost kita harus meninjau cost factor dari suatu alat PTM
yang diestimasi antara lain: biaya pemilikan (ownership cost), biaya operasi
(operating cost), biaya tak langsung dan lain-lain.
1
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji, merencanakan dan
membandingkan jumlah alat mekanis (heavy equipment) yang akan dipakai pada
proses pengupasan tanah penutup, baik alat yang harus bekerja dilapangan, alat
yang harus disediakan maupun yang harus dicadangkan oleh pihak perusahaan
serta menghitung/mengestimasi ongkos operasi alat mekanis, sehingga target
produksi dan keuntungan dari perusahaan dapat tercapai.
D. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui kemampuan produksi/spesifikasi dari alat muat dan alat
angkut yang digunakan pada lokasi penambangan dan alat mekanis yang
akan kita kaji/bandingkan
2. Mengetahui kebutuhan dari alat muat dan alat angkut yang dibutuhkan,
baik yang harus kerja dilapangan, yang harus disediakan maupun yang
harus dicadangkan oleh perusahaan dan membandingkanya dengan data
yang diperoleh dalam penelitian
3. Mengetahui berapa ongkos produksi alat mekanis yang harus dikeluarkan
oleh pihak perusahaan dan membandingkanya dengan data hasil analisa
yang diperoleh dalam penelitian

2
BAB II
ANALISIS MASALAH
A. DASAR TEORI
A.1. Alat Mekanis
Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan sarana produksi
yang vital untuk menunjang target produksi akhir yang telah ditentukan oleh
manajemen perusahaan. Ditinjau dari fungsinya, peralatan produksi dapat
diklasifikasikan sebagai :
(1) alat gali isi (Excavating), adalah alat-alat produksi untuk menggali dan
mengisikan material hasil; galiannya ke alat angkut.
Contoh : power shovel, backhoe, dragline, front-end loader, claimshell,
bucket wheel excavator (BWE), bucket chain excavator (BCE), dsb.
(2) alat angkut, adalah alat-alat produksi untuk mengangkut material menuju
proses berikutnya.
Contoh : Truck, lori-lokomotif (train), belt conveyor, pipa Lumpur (slurry),
scrapper, dsb.
(3) alat bantu, adalah alat-alat berat yang digunakan untuk kelancaran produksi
Contoh : bulldozer, ripper, grader, lubrication truck, water truck, fuel
truck, dsb.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih alat
berat antara lain: jenis material, altitude, kapasitas, system penambangan,
medan kerja dan ketersediaan dana.
A1.1. Elemen Elemen Produksi
3
Produksi adalah laju material yang dapat dipindahkan atau dialirkan per
satuan waktu (biasanya per jam). Untuk memperoleh angka produksi ada
empat parameter yang harus diperrhitungkan, yaitu :(1) kapasitas alat, (2)
tenaga kendaraan atau alat, (3) waktu edar (cycle time) dan (4) efisiensi
kerja.
Umumnya perpindahan material dihitung berdasarkan volume (m3 atau
CuYd), sedangkan pada tambang bijih dinyatakan dalam ton. Mengetahui
prinsip elemen-elemen produksi penting artinya karena tidak diinginkan
adanya kesalahan estimasi produksi alat-alat berat.
A.1.2. Kapasitas Alat
Kapasitas alat adalah jumlah material yang diisi, dimuat atau diangkut
oleh suatu alat berat. Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis material
yang diisi atau dimuat, baik berupa tanah maupun batu lepas.
A.1.3. Volume Material
Dikenal ada tiga bentuk volume material yang mempengaruhi
perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter
(BCM), loose cubic meter (LCM) dan compacted cubic meter (CCM).
Perubahan ini terjadi karena adanya perbedaan densitas akibat
penggalian atau pemadatan dari densitas aslinya. BCM adalah volume
material pada kondisi aslinya di tempat (insitu)yang belum terganggu. LCM
adalah volume material yang sudah lepas akibat penggalian, sehingga
volumenya akan mengembang dengan berat tetap sama. CCM adalah
volume material yang mengalami pemadatan kembali setelah penggalian,
sehingga volumenya akan lebih kecil disbanding volume aslinya dengan
berat tetap sama.
A.1.4. Pemberaian (swell)
4
Adalah persentase pemberaian volume material dari volume asli yang
dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus
dipindahkan dari kedudukan aslinya.
Rumus yang berkaitan dengan pemberaian material sebagai berikut :
1 ) ( %
sama berat untuk asli Volume
tertentu berat untuk lepas Volume
Swell Berai


Faktor berai ( swell factor) = volume bank / volume loose
) % 1 (
) (
) (
Berai
Loose Lepas Volume
Bank Asli Volume
+

) % 1 ( ) ( Berai x Asli Volume Loose Lepas Volume +



A.1.5. Faktor Muat (load Factor)
Pada saat material sebanyak 1 BCM dimuatkan kedalam sebuah
mangkok (bucket), material yang terangkat oleh mangkok tersebut akan
kurang dari 1 BCM karena sepanjang proses penggalian terjadi pengurangan
volume akibat adanya pemberaian. Faktor muatnya dapat dihitung sebagai
berikut :
Berai
LF
% % 100
% 100
+

Jadi untuk mengestimasi muatan pada kondisi BCM, kapasitas mangkok


pada LCM harus dikalikan dengan LF.
Muatan (BCM) = Muatan (LCM) x LF
Penciutan material (shrinkage) merupakan perbandingan antara volume
material yang telah dipadatkan dengan kondisi bank disebut juga Shrinkage
Factor (SF). Jadi rumusnya adalah :
BCM
CCM
SF
5
A.1.6. Densitas Material
Densitas adalah berat per unit volume dari suatu material. Material
mempunyai densitas yang berbeda karena dipengaruhi sifat-sifat fisiknya,
antara lain: ukuran partikel, kandungan air, pori-pori dan kondisi fisik
lainnya.
Densitas material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian yaitu
dari kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas material akan
berkurang disbanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori-pori
udara. Untuk mengkonversi densiotas material dari bank ke loose digunakan
rumus sbb :

LCM Kg
BCM Kg
Berai
/
/
) % 1 ( +

A.1.7. Faktor Isi (Fill Factor)
Adalah persentase volume yang sesuai atau sesungguhnya dapat
diisikan ke dalam bak truck atau mangkok dibandingkan dengan kapasitas
teoritisnya. Suatu bak truck mempunyai factor isi 87%, artinya 13% volume
bak tersebut tidak dapat diisi. Mangkok loader, backhoe, dragline, dsb.
Biasanya memiliki factor isi lebih dari 100% karena dapat diisi munjung.
A.1.8. Tenaga Kendaraan (alat)
Didalam memilih suatu alat untuk pekerjaan penggalian material,
bijih, atau overburden harus dipertimbangkan tenaga kendaraan yang
mampu mengatasi medan kerja. Medan kerja yang dimaksud adalah kondisi
jalan; misalnya jalan kering mulus dan padat, becek dan lembek, lurus,
banyak tikungan, mendaki, menuru, dsb. Yang mempengaruhi laju
kendaraan pada saat bermuatan atau kosong.
A.1.9. Waktu Edar
6
Waktu edar atau cycle time maksudnya adalah waktu yang diperlukan
alat mulai dari aktifitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan
(hauling) untuk truck dan sejenisnya atau swing backhoe dan power shovel,
pengosongan (dumping(, kembali kosong, dan mempersiapkan posisi
(maneuver) untuk diisi. Disamping aktifitas-aktifitas tersebut terdapat pula
waktu menunggu (delay) bila terjadi antrian untuk mengisi atau dimuat.
A.1.10. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungkan
di dalam upaya mendapatkan harga produksi alat per satuan waktu yang
akurat. Sebagian besar harga efisiensi kerja diarahkan terhadap operator,
yaitu orang yang menjalankan atau mengoperasikan unit alat. Walaupun
demikian , apabila ternyata efisiensi kerjanya rendah belum tentu
penyebabnya adalah kemalasan operator yang bersangkutan. Mungkin ada
penyebab lain yang tidak dapat dihindari, antara lain cuaca, kerusakan
mendadak, kabut dan lain-lain.
Pekerjaan mekanik untuk perawatan tidak dapat dimasukan sebagai
penyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan
perawatan alat harus sudah terjadwal untuk masuk bengkel. Tabel dibawah
ini mungkin dapat dipakai sebagai acuan untuk membatasi porsi pekerjaan
operasional dan mekanik. Mungkin setiap perusahaan memberikan definisi
yang berbeda tentang pengertian waktu tertunda, terhenti dsb.
TERJADWAL (SCHEDULED); S
TERSEDIA (AVAILABEL); A PERAWATAN (MAINTRANCE); M
JALAN (OPERATION); O TERHENTI
(IDLE); I
PERBAIKAN
MENDADAK;
UM
PERAWATAN
TERJADWAL;
SM
KERJA
(WORKING);
w
TERTUNDA
(DELAY); D
7
Kerja lancar Mengisi BBM
Ganti bit
Peledakan
Tunggu alat
muat
Tunggu Truck
Maneuver alat
dll
Diminta
stanby
Tak ada
operator
Makan
&istirahat
Hujan lebat,
kabut
Rapat
dll
Waktu perbaikan
Tunggu suku
cadang
dll
Waktu
perbaikan
Tunggu suku
cadang
dll
TABEL PARAMETER PENGUKUR EFISIENSI KERJA
Dari Tabel diatas dapat diukur tingkat efisiensi kerja operator yang
lebih teliti karena pengelompokan penyebab alat berhenti dibuat atas dasar
kondisi yang sebenarnya dan yang lebih pentingpengelompokan tersebut
telah disepakati dan dipahami oleh seluruh kariawan. Dengan demikian
dapat dibuat tiga ukuran efisiensi menggunakan data waktu dalam table,
yaitu
Efektifitas artinya jam kerja efektif selama waktu yang disediakan
untuk operasi, persamaannya adalah :
% 100 ) / ( x O W E
Ketersediaan Fisik adalah ukuran sehat tidaknya alat untuk
beroperasi, rumusnya adalah :
% 100 ) / ( x S A PA
Utilitas adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena
beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dll,
persamaanya adalah
% 100 ) / ( x A O U
Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan persamaan 1, 2 dan
3 dibagi tiga, jadi :
3
.
U PA E
Rata Rata Eff
+ +


8
A.1.11. Estimasi Produksi Alat Berat
Secara umum perhitungan untuk memperkirakan produksi alat berat
dapat dirumuskan sebagai berikut :
C
IxH
x E P

Dimana : P = Produksi alat, m3/jam atau ton/jam
E = Efisiensi kerja, menit/jam
I = Faktor Berai (swell Faktor)
H = Kapasitas Alat, m3 atau ton
C = Waktu edar, menit
Pada dasarnya hampir semua produksi alat berat dapat dihitung dengan
persamaan diatas, walaupun terdapat sedikit modifikasi karena sifat
pemakaian alat yang spesifik. Dari persamaan tersebut terlihat bahwa
elemen-elen produksi yang telah diuraikan merupakan parameter pokok.
Apabila diketahui target produksi sebesar Tp, maka jumlah alat yang
diperlukan (n) adalah :
P Tp N /

Hal menarik yang perlu dipahami adalah system pemuatan
pengangkutan yang diterapkan pada penambangan terbuka di Indonesia
banyak menerapkan system tersebut. Oleh karena itu mengestimasi produksi
truck-loader dan membuat keseimbangan jumlah armada truck dengan alat
muatnya mendapat perhatian yang mendalam untuk menghindari waktu
tunggu terlalu lama, baik truck maupun alat muatnya.
A.1.12. Produksi dan Armada Truk
Dump truck yang digunakan untuk operasi penambangan berbeda
dengan truck biasa, baik bentuk, kapasitas maupun tenaganya dan umumnya
disebut Off-Highway Truck. Truck tersebut diklasifikasikan kedalam tiga
tipe, yaitu: (1) conventional real dump truck, (2) tracktor-trailer, bottom,
side, dan rear dump truck.
9
Produksi dan armada truck yang diperlukan dipengaruhi banyak factor,
yaitu; rencana penambangan, kondisi jalan,, alat angkuttarget produksi,
kinerja dan waktu edar truck, metoda operasi, keseimbangan truck-loader,
dan avaibilitas serta utilitas truck-loader.
Estimasi truck-loader dititik beratkan untuk mengeliminir waktu
tunggu truck maupun alat muatnya.
Berikut ini diperlihatkan kasus produksi armada truck berkapasitas
109 ton dengan simulasi jam operasinya dan jumlah truck. Dari hasil
pengamatan lapangan waktu edar truck menjadi lambat seiring dengan
bertambahnya jumlah truck dalam satu armada.
Penyebab lambatnya waktu edar tersebut disebabkan karena
perputaran truck akan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga
mengakibatkan munculnya waktu tunggu. Jadi, untuk alat muat yang tetap
jumlahnya, apabila alat angkutnya ditambahkan pada armada tersebut, maka
waktu tunggunya pun bertambah pula yang mengakibatkan waktu edar
semakin lama.
TABEL WAKTU EDAR TRUCK KAPASITAS NYATA 109 TON
Jumlah Truck per armada 1 2 3 4 5 6
Siklus waktu Truck
maneuver dan
pemuatan
3,20 3,20 3,20 3,20 3,20 3,20
Angkut muatan 7,50 7,50 7,00 7,00 7,00 7,00
Belok dan
pengosongan
0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60
Kembali kosong 4,00 4,00 4,50 4,50 4,50 4,50
Tunggu dimuat 0 0 0,45 1,15 2,40 4,40
Tunda dll. 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Total
15,80 15,80 16,25 16,95 18,20 20,20
A.1.13. Keseimbangan Truck dan Alat Muat
10
Untuk menghitung jumlah truck, disamping berdasarkan target
seperti pada persamaan (2), dapat pula dihitung berdasarka data waktu edar
tanpa komponen waktu tunggu. Jadi rumusnya :
N
T
=
Td
Ttc

Dimana: N
T
= jumlah truck
T
tc
= Total waktu edar truck teoritis tanpa waktu tunggu
T
d
= Waktu pemuatan termasuk maneuver truck
Perlu dicatat bahwa harga Td adalah lama waktu sebuah truck dimuati
material termasuk mauver atau spoting time truck agar siap diisi. Jadi, Td
adalah waktu edar alat muat ditambah waktu maneuver atau spoting time.
Keseimbangan atau sinkronisasi kerja antara truck dengan alat muat, dapat
diukur dengan menggunakan Faktor Keseimbangan atau Match Factor (MF)
yang dirumuskan sebagai berikut:
n
H
x C
tl
MF =
n
L
x C
tH
dimana

harga n
H,
n
L,
C
tH,
dan C
tl
masing-masing adalah jumlah alat angkut,
jumlah alat muat, waktu edar alat angkut dan waktu edar alat muat. Dari
persamaan (2.3) akan muncul tiga kemungkinan, yaitu :
MF = 1 , Jumlah alat angkut dan alat muat seimbang atau sinkron,
hamper dipastikan tidak ada waktu tunggu. Alat muat dan alat
angkut sama-sama sibuk
MF < 1 , Jumlah alat angkut kurang, akibatnya alat muat banyak
menunggu, sementara alat angkut sibuk.
MF > 1 , Jumlah alat angkut lebih, sehingga muncul waktu tunggu
dimuat untuk alat angkut, sementara alat muat sibuk.
Untuk mendapatkan MF = 1 memang tidak mudah, namun harga MF
ini hendaknya diupayakan mendekati angka satu dengan melakukan
11
berbagai percobaan dan dengan mempertimbangkan target produksi yang
telah ditetapkan perusahaan.
A.1.14. Mengukur Probabilitas
Waktu operasi nyata sebuah truck ditandai dengan aktifitas pemuatan ,
pengangkutan, pengosongan muatan, kembali kosong, tunggu dimuat, dan
waktu tunda lainya. Probabilitas ketersediaan sebuah truck untuk beroperasi
adalah kemungkinan selalu tersedianya sebuah truck pada setiap waktu
tertentu di dalam batas waktu yang sudah dijadwalkan selalu terdapat
sebuah truck beroperasi tanpa terjadi waktu menunggu. Dengan demikian
probabilitas (P) dapat ditentukan sebagai berikut:

Terjadwal Operasi Waktu
Tersedia Operasi Waktu
P


Apabila ketersediaan (avaibilitas) sebuah truck tertentu untuk
beroperasi bebas dari ketersediaan truck lainnya dalam armada, maka
probabilitas sejumlah truck lainnya atau sisanya (k truck) ditentukan sbb:
P
k
= P
k
x (1-p)
n-k
x C
n
k
Dimana: Pk = Probabilitas truck sisa sejumlah k truck
p = Probabilitas ketersediaan sebuah truck
n = Jumlah total truck dalam armada
k = sejumlah truck sisa
C
n
k
=
) ( !
!
k n k
n

12

A.2. Ongkos Operasi Alat Alat Mekanis (Ownership and Operation
Cost)
Faktor Faktor yang mempengaruhi Cost atau Cost Faktor adalah:
a. Biaya Pemilikan (Ownership cost)
adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memiliki suatu alat dan
memelihara segala peralatan itu baik dari segi keausan mauoun
dari segi kepajakan (perpanjangan), dengan demikian ownership
cost merupakan fixed cost
Ownership Cost terdiri dari beberapa macam :
Total Initial Investment
Merupakan jumlah dari Factory Cost, Freight Charges,
Ballast, Tire and Tube Cost, Unloading and erecting Cost dan
Moving To Job.
Factory Cost adalah cost yang ditunjukkan pada f.o.d
(free on board) factory list price. Jadi merupakan harga
alat PTM pada pelabuhan.
Freight Charges adalah tarif yang harus dibayar untuk
mengangkut alat PTM yang kita beli dari pelabuhan
sampai ketempat kerja. Tingi rendahnya tergantung
pada : jarak pengangkutan, macam alat yang akan
13
diangkut sehubungan dengan peraturan dari DLLAJR
(dinas lalu lintas angkutan jalan raya). Bila tarifnya tidak
diketahui, maka perhitungan total investment tidak macet
kita tentukan sendiri tarifnya, yaitu besarnya antara $1.10
- $6.00 per cwt (hundred pounds of weight)
Ballast adalah ongkos pengepakan, maksudnya agar
diperoleh safety sewaktu pengangkutan dari tempat
pembelian ke tempat kerja.
Tire and Tube Cost adalah harga ban yang merupakan
factor pengurang pada perhitungan total initial
investment
Unloading and Erecting Cost adalah tarif yang harus
dibayar untuk biaya pembongkaran yang kemudian di
assembling lagi ditempat dimana alat tersebut akan
digunakan.
Moving The Job adalah segala pengeluaran uang yang
dibutuhkan untuk menjalankan atau menempatkan alat
dari tempat assembling ke medan kerja, missal untuk
biaya clearing alang-alang pada jalan yang akan dilewati
alat PTM tersebut.
Economic Life
Adalah untuk mengetahui berapa umur suatu alat PTM masih
menguntungkan bila dipakai.
Economic Life dipengaruhi oleh :
Macam dan jenis dari alat PTM
Ukuran alat PTM
Kondisi kerja dimana alat PTM tersebut akan digunakan
Berapa shift alat PTM akan dipakai dalam sehari.
Average Investment
14
Adalah penanaman modal rata (tiap tahunya yang nilainya sama )
selama dipakainya alat PTM sebagai modal kerja
cara menghitung average investment ada 3 cara :
1. Dengan Cumulative Depreciation dari straight line
2. Dengan menghitung % of total investment
3. Dengan rumus average annual investment yaitu
=

'
+
n
x n
2
100 ) 1 (
% of total initial investment
Depreciation
Menurut Bureau of International Revenue Code. Didefinisikan
sebagai berikut :
Depreciation adalah penyisihan uang/keuntungan dari
pemekaian suatu barang\ alat tersebut.
Depreciation dapat diperoleh dengan cara :
1. Straight Line
Depresistion dengan cara ini adalah yang paling sderhana cara
perhitunganya, oleh karena dalam melakukan analisa kerja
sering dipakai. Rumusnya ;
Annual depreciation rate = Total Initial Investment Residual Value
Life in Years
2. Sinking Fund rate
Pada cara sinking fund, jumlah nilai uang yang akan dicicil
(to sink) dikalikan dengan interest rate. Rumusnya ;
Annual depreciation rate = ( Total Initial Investment Residual value) x
1
]
1

1 ) 1 (
n
i
i
i = sinking fund rate
n = umur pakai alat (in years)
3. Production Unit
15
System depreciation ini adalah paling baik, tetapi sangat tidak
mungkin untuk menaksir secara teliti.
Depreciationperunit =
Assets Of Life Assigment Over oduced Units
Value sidual Investment Initial Total
Pr
Re
4. Declining Balance
Sistem depreciation dengan system declining balance
sangat menguntungkan, karena pada tahun- tahun pertama
diperoleh depreciation rate yang besar, kemudian pada tahun
tahun mendekati keausan dimana banyak keausan, dilakukan
reparasi- reparasi terhadap alat depreciation Ratenya yang
terkecil.
Rumusnya ;
Depreciation Rate (%) = 1-
n
Investment Initial Total
Balance sidual Re

5.Sum-of The Years digits
Yaitu suatu metode depreciation yang menjumlahkan jumlah
angka-angka tahun yang akan disusut sebagai bilangan pembagi.
Interest, Taxes, Insurance, Storage
Interest adalah bunga yang dikehendaki oleh pemilik alat PTM
sebagaimana kalau ia menanamkan modalnya dibank. Hanya saja
disini ia menanamkan modalnya dalam bentuk alat PTM. Biasanya
besarnya rate of interest ialah 6% rate of interest ini dikalikan
terhadap average annual investment.
Taxes adalah pajak- pajak yang akan di bebankan pada average
annual investment dari alat PTM tersebut. Besarnya antara 1,5% -
2%
16
Insurance adalah premi yang harus ditambahkan dan
diperhitungkan untuk menjaga kemungkinan kecelakaan,
kebakaran dll. Besarnya antara 1% - 3%
storage adalah biaya penggudangan dari alat PTM tersebut yang
besarnya dinyatakan % dari average annual investment.
Besarnya 1%
Total Fixed Cost
Merupakan jumlah dari depreciation dengan uang untuk interest,
taxes, Insurance, dan Storage.
b.Biaya Operasi (Operating Cost)
adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk bias memperkerjakan
suatu alat PTM, operating cost ini merupakan variable cost,
hingga besar kecilnya bergantung pada output (produksi) yang
dikehendaki.
Operating Cost terdiri dari :
Repairs, Maintenance, Supplies
Untuk kepentingan pembiayaan reparasi, reparasi dan Supplies
maka harus disisihkan sejumlah uang yang besarnya dinyatakan
dalam persen dari annual depreciation rate.
Fuel, Lubricator, Power & Miscellaneous
Fuel
Fuel yang dibutuhkan oleh suatu alat kerja PTM diperoleh
dengan rumus :
Fuel consumption, in gal/hr = weight of fuel used/hp/hr x brake hp x load factor
Weight of fuel per gallon
Keterangan;
17
Weight of fuel used/hp/hr adalah berat bahan baker dalam
ib yang dibutuhkan mesin setiap horsepower tiap jamnya.
Brake horsepower ialah tenaga mesin yang diukut pada
roda gila (flywheel). Besarnya kira- kira 15% > drawbar
pull.
Drawbar horsepower Ialah ; tenaga mesin sesungguhnya
yang terpakai untuk menarik atau mendorong.
Load factor ialah ; suatu faktor pengali untuk memperoleh
horsepower yang sesungguhnya, sehubungan dengan
pegertian bahwa max. Power tidak dipergunakan terus
menerus selama periode kerja.
Lubrication
Biaya untuk lubrikasi setiap jamnya untuk peralatan berat adalah
merupakan jumlah dari ;
a. Oil Burned. Rumusnya adalah ;
= Weight of oil burned/ hp/hr x brake hp/ load factor
Weight of oil per gallon
b. Oil Changed, in gallon per hour . Rumusnya adalah ;
= volume of crankcase, cooler and filter (gallons)
Hours of operation between oil changed
c. Filter Cost, in gallons per hours, setiap penggantian
filter baru setiap periode penggantian oli perlu
diperhitungkan pula biayanya (filter cost). Filter cost
berkisar sekitar ; 1.5 6,5 $/ hr
Electric Power Cost
Dasar penentuan tarif untuk electric power ada 2 ;
a. Demand charge adalah; tarop listrik berdasarkan
kebutuhan maximum dari motor listriknya
18
b. Energy charge adalah; tarip listrik yang didasarkan atas
banyaknya KWh sesungguhnya yang dibutuhkan oleh
motor listrik.
Tires
Biaya yang akan dikeluarkan karena dipakainya ban oleh suatu alat
PTM. diperoleh dengan rumus ;
The hourly cost of tires = cost of complete set of tires and tubes
Tire life in hours
Keterangan;
Cost of complete set of tires and tubes adalah ; harga beli
dari semua ban yang yang dipakai sampai pada ongkos
pemasanganya.
Tire life adalah ; umur pakai ban , disini dinyatakan dalam
keadaan ideal, sedang sesungguhnya tire life suatu ban
bergantung pada job condition
Operators labor
Adalah ; biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan
dipakainya tenaga kerja. Biaya untuk operator,s labor harus
meliputi ;
1. Upah dasar untuk operator (base rate of operator)
2. Upah dasar untuk asisten (Base rate of assistant)
3. Tambahan upah lembur (overtime charge)
4. Kesejahteraan social (Sociall secury)
5. untuk asuransi buruh
6. Hospitalization (emungkinan adanya perawatn terhadap
buruh)
7. Biaya untu training
Total Direct Cost
19
Merupakan jumlah dari Total Fixed Cost +(Repairs, maintenance,
supplies), + (Fuel, Lubricator, Power & Miscellaneous) + Tires +
Operator Labor
Indirect cost adalah ; biaya tak langsung yang harus
dikeluarkan untuk memperkerjakan suatu alat PTM. Biaya
tak langsung ini misalnya karena dibutuhkanya supervisor
atau engineer yang berfungsi sebagai untuk mengawasi
jalanya pekerjaan demi peningkatan produksi output.
Total Cost merupakan jumlah dari Total Direct cost +
Indirect Cost
Cost per Ton or Cubic Yard adalah ; ongkos yang harus
dikeluarkan untuk memproduksi broken ore/ material setiap
ton atau yard per jamnya.
c.Biaya Tak Langsung
Yaitu merupakan biaya biaya tak langsung ( Overhead) Misalnya
untuk ;
Komisi kerja
Persentase untuk supervisor (pengawasan)
Pembiayaan staf ahli.
B. DATA PENDUKUNG
Yang dimaksud dengan data pendukung adalah data-data yang dapat
mendukung data-data dari lapangan guna menganalisa permasalahan yang ada
untuk mencari alternatif penyelesaian masalah.
20
Data pendukung dapat diambil antara lain dari data hasil pengamatan di
lapangan, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan, brosur--brosur dari
perusahaan, data dari instansi yang terkait dan dari literatur-literatur.
C. URUTAN KERJA PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian, dilakukan dengan menggabungkan antara teori
dengan data-data dilapangan, sehingga dari keduanya didapatkan pendekatan
penyelesaian masalah.
Adapun urutan pekerjaan penelitian :
1. Observasi terhadap kegiatan penambangan.
2. Penentuan tempat pengamatan langsung untuk pengambilan data.
3. Pengambilan data primer (langsung dari lapangan) dan data
sekunder dari laporan bulanan perusahaan.
4. Pengelompokan data, pengujian data.
5. Pengolahan data penelitian.
6. Analisa hasil penelitian dan memberikan alternatif pemecahan
masalah.
D. ANALISA PENYELESAIAN MASALAH
Permasalahan yang ada di lapangan selanjutnya dipelajari dan dikaji
berdasarkan data yang ada, baik data yang dikumpulkan dari hasil penyelidikan
maupun data penunjang dan didukung berbagai teori yang menunjang
permasalahan tersebut, selanjutnya dicarikan alternatif penyelesaiannnya.
Adapun rincian dari analisa penyelesaian masalah estimasi produksi alat muat dan
alat angkut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
21
Untuk dapat mengestimasi jumlah alat dan cost operasi alat mekanis pada
suatu tambang terbuka, maka perlu dipelajari tentang metoda opersi, jenis
material, target produksi perusahaan, jumlah dan spesifikasi dari alat muat-
angkut.
2. Tahap Penyelidikan pendahuluan
Tahap penyelidikan pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi
umum daerah yang akan diselidiki, meliputi kondisi jalan, Lebar jalan angkut,
kemiringan jalan angkut dan lebar tikungan, dimensi jenjang dan data curah
hujan.
3. Tahap Penyelidikan Terinci
Tahap penyelidikan terinci dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan untuk penyelesaian masalah , adapun data yang akan diambil, yaitu:
a. Luas front kerja penambangan
b. Spesifikasi alat yang digunakan perusahaan dan alat yang akan
digunakan dalam penelitian
c. Data-data kondisi medan kerja dilapangan antara lain : target produksi,
Waktu kerja efektif (jumlah hari kerja dan shift), Swell factor, jarak
pengangkutan
d. Penentuan effisiensi kerja dari alat dan data-data lain yang dibutuhkan.
Data ini bisa diambil dari perusahaan yang bersangkutan.
Sehingga dengan mengetahui parameter-parameter diatas diharapkan
didapatkan pembandingnya
BAB III
PENELITIAN DILAPANGAN
22
A. METODOLOGI PENELITIAN
Didalam melaksanakan penelitian permasalahan ini, penulis
menggabungkan antara teori dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya
didapat pendekatan penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian
yaitu :
1. Study literatur, brosur-brosur, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan.
2. Pengamatan langsung di lapangan, dilakukan dengan cara peninjauan
lapangan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap semua kegiatan
di daerah yang akan diteliti
3. Pengambilan Data, dengan pengukuran langsung di lapangan maupun
penelitian di laboratorium.
4. Akuisisi Data
a. Pengelompokan data
b. Jumlah data
c. Uji realitas
5. Pengolahan data
6. Analisis hasil Pengolahan data
7. Kesimpulan
23
B. RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
KEGIATAN Jadwal pelaksanaan
Minggu I II III IV V VI VII VIII
Persiapan dan study literatur

Survey dan pengamatan
Pengumpulan data

Pengolahan data dan analisis
data


Penyusunan laporan

24
25
D. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
1. Frederic.S. Hiller & Gerald J. Lieberman.(1981), Introduction to Operation
Research, 3
rd
Edition, Holden-Day,Inc., Sanfrancisco.
2. Hamdy.A. Taha.(1990), Operation Research An Introduction, 3
rd
Edition

,
Macmillan Publishing Co.,Inc.,New York.
3. Pangestu Subagio, SE, MBA.(1983), Dasar-dasar Operasi Riset (Operation
Research), BPFE, Yogyakarta.
4. Partanto Prodjosumarto.(1995), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik
Pertambangan, ITB, Bandung.
5. Ir. Edy Purwanto ME. (2002), Diktat Perencanaan Tambang Terbuka, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.
6. Ir. Yanto Indonesianto, M.Sc. (2006), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan
tekniki Pertambangan, UPN, Yogyakarta
26

You might also like