You are on page 1of 14

1) Memilih satu jenis penyakit, kemudian mengisi data-data yang diperlukan untuk mengembangkan mekanisme sistem surveilans !

Jawab : Kasus 6 Warga Klungkung Suspect Demam Berdarah

Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah (DB). Seperti yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung. Ada enam warga yang diduga suspect demam berdarah. Perbekel Sampelan Tengah Wayan Mudiarta mengungkapkan, anak mantan Kades Sampelan Tengah Ketut Alit Krisna Damara (12) terserang DB dan sekarang ini masih dirawat di RS Klungkung. Untuk mencegah meluasnya penularan DB ini, pihak Dinas Kesehatan Klungkung telah melakukan fogging, Kamis (14/2) lalu. Hanya saja dirinya kurang puas karena fogging dilakukan hanya 100 meter dari lokasi ditemukan warga yang terjangkit. "Kami berharap fogging dilakukan secara menyeluruh. Sebab kalau fogging dilakukan hanya di lokasi terjangkit saja dikhawatirkan nyamuknya lari ke lokasi lain, sehingga menyebar ke yang lainya," ungkapnya. Natanews.com sempat menemui Kepala Puskesmas Dawan II dr. Inarti Utami. Hanya saja yang bersangkutan menolak untuk memberikan pernyataan dan menyerahkan kepada Dinas Kesehatan Klungkung. Sementara itu menurut Kadis Kesehatan Klungkung dr. I Gusti Agung Suastika mengakui kalau ada enam warga Sampelan Tengah dan Kelod yang suspect demam berdarah. Pihak Dinas Kesehatan juga telah mengambil langkah langkah. Diantaranya melakukan fogging sesuai ketentuan yakni 100 meter dari si penderita. Terkait usulan agar dilakukan fogging menyeluruh di seluruh desa, menurut Suastika tidak bisa dilakukan. Karena sesuai ketentuan fogging boleh dilakukan dengan radius 100 meter dari ditemukan warga yang suspect demam berdarah. Adapun mereka yang diduga suspect DB adalah I Gede Agus Wiguna (12) asal Banjar Tagtag, Sampelan Kelod, I Made Aditya Wijaya (9) asal Banjar Batur, Sampelan Kelod,

Kadek Dwi Cahyadi (12) asal Banjar Bokong, Sampalan kelod, Ni Made Griasih (27) asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah (sudah sembuh), Kadek Dwi Puspa (6) tahun asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah dan I Ketut Alit Krisna Damara (12) asal Banjar Jabon. "Kita sudah ada langkah-langkah pencegahan, salah satunya dengan melakukan fogging," ujar dr. Agung Suastika, Sabtu (16/2). (090)

Jenis penyakit : Demam berdarah dengue (DBD) Masalah penting dipandang dari sudut kesehatan masyarakat: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja (Harijanto,2000). Daerah fokus demam berdarah semakin meluas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan (Dinas Kesehatan Jabar,2002). Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2005 total kasus DBD di seluruh propinsi Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53%). Kasus tertinggi terdapat di propinsi DKI Jakarta (11.534) sedangkan CFR tertinggi terdapat di propinsi NTT (3,96%) (Kristina,2005). Di Jawa Barat sendiri jumlah orang yang terinfeksi DBD sebanyak 18.771 orang, sedikit berkurang bila dibandingkan dengan tahun 2004 dimana terdapat 19.012 orang yang terserang penyakit DBD (Dinkes Jabar) Tujuan surveilans : a. Monotoring kecenderungan dan memperhatikan perubahan (deteksi KLB) untuk dapat melakukan intervensi b. Melakukan evaluasi terhadap program pencegahan c. Untuk memproyeksi perencanaan program pencegahan d. Eliminasi atau eradikasi penyakit e. Membuat hipetesis cara transmisi penyakit f. Mengumpulkan informasi untuk keperluan tudi lebih lanjut Definisi kasus : Gejala Klinis :

1. Demam tinggi yang bersifat akut. 2. Adanya manifestasi perdarahan (paling sedikit tes tour-niquet positif) 3. Hepatomegali 4. Renjatan Hasil Test Laboratorium : 1. Trombositopeni (100.000/uL). 2. Hemokonsentrasi (kenaikan Ht ?20% diatas nilai rata-rata hematokrit penduduk menurut umur dan kelamin). Diagnosis klinis Definisi kasus DBD (case definition) menurut kriteria WHO (1997) harus memenuhi semua keadaan di bawah ini, meliputi: 1. Demam atau riwayat demam akut selama 2-7 hari, kadang-kadang bersifat bifasik. 2. Manifestasi perdarahan bersifat sebagai salah satu di bawah ini: Tes tourniquet positif Petekie, ekimosis purpura Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan atau tempat lain Hematemesis atau melena

3. Trombositopeni (100.000/uL). 4. Bukti adanya kebocoran plasma karena meningkatnya per-meabilitas vaskuler, bermanifestasi sebagai salah satu di bawah ini: Kenaikan hematokrit ?20% diatas nilai rata-rata hematokrit untuk populasi, umur dan jenis kelamin. Penurunan nilai hematokrit ?20% dari nilai dasar setelah pengobatan cairan untuk mengatasi hipovolemi. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites dan hipoproteinemi.

Berdasarkan kriteria tersebut untuk diagnosis klinik harus dipenuhi kriteria kenaikan hematokrit 2 0% sebagai bukti ada-nya kebocoran plasma.

Indikator : Dalam rangka mencari indikator penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), telah dilakukan penelitian dengan mengukur kepadatan telur, jentik, pupa dan nyamuk Ae.aegypti yang dihubungkan dengan kasus DBD di daerah endemis tinggi, endemis rendah dan bebas DBD. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 1997

sampai Maret 1998 di Kodya Semarang dan Kodya Salatiga. Indikator yang diamati adalah Container index (CI); House index (HI); Breteau index (BI); kepadatan telur, pupa, nyamuk Ae.aegypti, nyamuk parous, dan dilatasi nyamuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke enam belas indikator yang diteliti ternyata hanya lima indikator yang mempunyai korelasi positif bermakna terhadap kasus DBD yaitu kepadatan telur Aedes di dalam rumah; kepadatan nyamuk Ae. aegypti; kepadatan nyamuk Ae.aegypti parous; kepadatan nyamuk Ae.aegypti dilatasi I dan II. Indikator yang mempunyai korelasi positif bermakna dan memiliki kontribusi paling besar (lebih dari 60%) dengan terjadinya kasus Demam Berdarah Dengue adalah kepadatan nyamuk Ae. aegypti dilatasi II.

Data minimum yang diperlukan a. Data dasar : Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah (DB). Seperti yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung. Ada enam warga yang diduga suspect demam berdarah. b. Ciri-ciri khusus: Panas akibat bakteri sering naik turun terutama meningkat pada waktu menjelang sore dan mencapai puncak panas pada waktu malam hari, sedang pada waktu pagi suhu turun sd mendekati normal, kondisi berulang lagi keesokan harinya. Demam berdarah pada satu dan dua hari pertama hampir sulit dibedakan dengan demam akibat virus lain, tetapi sebenarnya relatif dapat dibedakan secara klinis dengan demam akibat bakteri. Demam berdarah sendiri sebenarnya terdiri dari 4 stadium. Stadium 1 tidak didapatkan gejala perdarahan spontan, pada stadium 2 mulai terdapat perdarahan spontan dapat berupa bintik2 perdarahan di kulit (untuk membedakan dengan kemerahan biasa pada kulit caranya gampang, tekan dengan jari tangan kalau menghilang berarti bukan perdarahan), tetapi dapat juga terjadi perdarahan pada gusi, bahkan sampai muntah darah. Stadium 3 mulai terjadi gejala renjatan/syok, tekanan darah mulai menurun terlihat dari selisih antara tekanan darah sistole (atas) dengan diastole (bawah) yang memendek, dibawah 20 (misal tekanan darah 100/85). Stadium 4 adalah yang paling berbahaya karena sudah

timbul renjatan atau syok. c. Umur : I Gede Agus Wiguna (12 th) asal Banjar Tagtag, Sampelan Kelod, I Made Aditya Wijaya (9 th) asal Banjar Batur, Sampelan Kelod, Kadek Dwi Cahyadi (12 th ) asal Banjar Bokong, Sampalan kelod, Ni Made Griasih (27 th ) asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah (sudah sembuh), Kadek Dwi Puspa (6 th) tahun asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah dan I Ketut Alit Krisna Damara (12 th) asal Banjar Jabon. d. Jenis kalamin: Perempuan maupun laki-laki e. Daerah geografi : Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit apalagi DBD Sumber data Sistem surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di Puskesmas meliputi kegiatan pencatatan , pengolahan dan penyajian data penderita DBD untuk pemantauan mingguan , laporan mingguan wabah,laporan bulanan program P2DBD, penentuan desa atau kelurahan rawan , mengetahui distribusi kasus DBD/ kasus tersangka DBD per RW/ dusun, menentukan musim penularan dan mengetahui kecenderungan penyakit. Macam-macam sumber data dalam surveilans epidemiologi (Kepmenkes RI No.1116/Menkes/SK/VIII/2003) : 1. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat: Sementara itu menurut Kadis Kesehatan Klungkung dr. I Gusti

Agung Suastika mengakui kalau ada enam warga Sampelan Tengah dan Kelod yang suspect demam berdarah 2. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan kantor pemerintah dan masyarakat : (tidak ada) 3. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika : Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Seperti yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan,

Klungkung 4. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat (Tidak ada) 5. Data kondisi lingkungan 6. Laporan wabah : Natanews, Klungkung, Warga masyarakat diminta waspada. Pasalnya memasuki musim pancaroba ini berbagai wabah penyakit mudah berjangkit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Seperti yang terjadi di Desa Sampalen Kelod dan Sampelan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung. Ada enam warga yang diduga suspect demam berdarah. 7. Laporan penyelidikan wabah/KLB 8. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan : Perbekel Sampelan Tengah Wayan Mudiarta mengungkapkan, anak mantan Kades Sampelan Tengah Ketut Alit Krisna Damara (12) terserang DB dan sekarang ini masih dirawat di RS Klungkung 9. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya : Dalam masalah penyakit DBD, surveilans penyakit mencakup empat aspek yaitu (1)surveilans kasus, (2) vektor (termasuk ekologinya), (3) peran serta masyarakat dan (4) tindakan pengendalian. Program surveilans epidemiologi DBD meliputi surveilans penyakit yang dilakukan dengan cara meminta laporan kasus dari rumah sakit dan sarana kesehatan serta surveilans vektor yang dilakukan dengan melakukan penelitian epidemiologi di daerah yang terjangkit DBD. Pelaksanaan surveilans epidemiologi vektor DBD untuk deteksi dini biasanya dilakukan penelitian di tempat-tempat umum; sarana air bersih; pemukiman dan lingkungan perumahan; dan limbah industri, RS serta kegiatan lain. Kegiatan di atas dilakukan oleh petugas kesehatan, juru pemantau jentik dan tim pemberantasan nyamuk di sekolah dan masyarakat. Sebagai indikator keberhasilan program tersebut adalah Angka Bebas Jentik (ABJ). Surveilans epidemiologi penyakit DBD memegang peranan penting dalam upaya memutus mata rantai penyakit DBD. Namun, pada kenyataanya belum berjalan dengan baik disebabkan karena faktor eksternal dan internal, misalnya petugas puskesmas tidak menjalankan tugas dengan sebagaimana mestinya dalam melakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) 10. Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat (belum ada)

11. Laporan kondisi pangan

2) Menjelaskan mengapa perlu melakukan mekanisme sistem surveilans ? Jawab : Perlu untuk melakukan mekanisme sistem surveilans untuk deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola penyakit, identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat, identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya, deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis, mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya, memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa akan datang, membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan. Inti kegiatan surveilans pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke pemegang kebijakan guna ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia (HIMAPID, 2008).

3) Penyakit yang dipilih jelaskan : a. Aspek kuantitatif Pendekatan Kuantitatif (Besaran Masalah) dan Pendekatan Kualitatif (Kualitas) a. Frequency Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. b. Severity Departemen kesehatan telah mengupayakan manajemen program dalam mengatasi kasus DBD, pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang di taburkan ketempat penampungan air yang sulit di bersihkan. Manajemen program yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan telah menjadi protap bagi semua daerah dari tingkat

Provinsi sampai dengan Kabupaten/Kota namun sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Kasus tahun 2004 secara nasional adalah 79.482 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 957 penderita (case fatality rate sebesar 1,2 %) dan incidence rate sebesar 37,01 per 10.000 penduduk, maka jumlah kasus tahun ini lebih besar di bandingkan tahun 2003 yaitu 52.566 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 788 kasus, (case fatality rate sebesar 1,5 %) dan incidence rate sebesar 24,34 per 10.000 penduduk (Depkes RI, 2006). Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi tahun 2005 sebanyak 206 penderita (IR 23,5/100.000) dengan 7 kematian (CFR 3,29%), tahun 2006 sebanyak 302 penderita (IR 32,9/100.000) dengan 2 kematian (CFR 0,66%) , tahun 2007 sebanyak 236 penderita (IR 25,70/100.000) jumlah kematian 4 (CFR 2,1%), tahun 2008 sebanyak 129 penderita (IR 13,65/100.000) dengan kematian 2 penderita (CFR 1,55%), tahun 2009 sebanyak 93 penderita (IR 9,39/100.000) kematian 2 penderita (CFR 2,15%) (Provinsi tahun 2009). Sejak Kota menjadi menjadi Ibukota Provinsi pada tahun 2001 arus mobilisasi penduduk di Kota semakin meningkat, dan pada lima tahun terakhir ini Kota sering dilanda musibah banjir yang terjadi setiap tahun. Keadaan ini merupakan salah satu faktor pencetus meningkatnya kasus demam berdarah di Kota . c. Direct-Indirect Cost Diketahui bahwa proporsi anggaran Program Pemberantasan Penyakit Menular di tiap-tiap kabupaten/kota berbeda-beda, tergantung dari program prioritas yang dilaksanakan di wilayah tersebut, dimana jumlah dana untuk setiap tahun tidak tetap besarnya, namun terlihat adanya kecenderungan penurunan dana program ini pada tahun 2008. Pada komponen anggaran program terlihat pada kabupaten/kota yang baru terbentuk cenderung memiliki porsi belanja modal yang cukup besar, ini berhubungan dengan adanya pembangunan fasilitas fisik untuk pemenuhan kebutuhan kabupaten yang baru dibentuk. Porsi pembiayaan untuk program pemberantasan penyakit DBD merupakan yang paling banyak porsinya. Pembiayaan program ini tidak tergantung kepada tinggi rendahnya jumlah kejadian penyakit di tahun sebelumnya. Hal ini berakibat adanya penyakit yang tidak mendapatkan dukungan anggaran karena keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk Dinas Kesehatan yang ada di kabupaten tersebut. Juga karena kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah yang lebih memperioritaskan pada kegiatan Pengobatan Gratis yang lebih banyak memerlukan porsi anggaran. d. Preventability Pemberantasan vektor DBD

Pemberantasan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan hingga ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi. Kegiatan pemberantasan nyamuk aedes yang dilaksanakan sekarang ada dua cara yaitu: a. Dengan cara kimia Cara ini dapat dilakukan untuk nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk dewasa saat ini dilakukan dengan cara pengasapan (thermal fogging) atau pengagutan (colg Fogging = Ultra low volume). Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Ae.aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu dan pakaian yang tergantung. Untuk pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan yang disemprotkan kedalan kamar atau ruangan misalnya, golongan organophospat atau pyrethroid synthetic. Untuk pemberantasan larva dapat digunakan abate 1 % SG. Cara ini biasannya digunakan dengan menaburkan abate kedalam bejana tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya jentik selama 2-3 bulan. b. Pengelolaan lingkungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukkan. Cara ini dikenal sebagai Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) yangpada dasarnya ialah pemberantasan jentik atau mencegah agar nyanuk tidak dapat berkembang biak. PSN ini dapat dilakukan dengan : Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurangkurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk selama 7-10 hari. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan tempat air lain Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurangkurangnya seminggu sekali Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barng-barang bekas seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk. Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah Membersihkan air yang tergenang diatap rumah Memelihara ikan e. Communicability

Virus Dengue penyebab DBD tidak dapat menular melalui udara, cairan tubuh, makanan, maupun minuman. Hal ini karena virus Dengue tidak mampu bertahan hidup jika berada di luar sel atau jaringan yang hidup. Virus Dengue hidup dan menular dengan bantuan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, atau Aedes polynesiensis. Dari ketiga jenis nyamuk ini, Aedes aegypti merupakan host (tempat hidup) dan vektor utama virus Dengue. Nyamuk ini berasal dari Brazil dan Ethiophia. Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif menyerang manusia pada pagi dan siang hari. Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk melalui darah yang diisap oleh nyamuk tersebut dari seorang penderita DBD. Di dalam tubuh nyamuk, virus Dengue akan masuk ke usus halus (intestinum) dan berkembang biak di sana. Setelah itu, virus akan berpindah tempat menuju kelenjar air liur dan siap ditularkan lagi. Fase ini disebut masa inkubasi yang memakan waktu 7-14 hari. Daya hidup nyamuk Aedes aegypti dan virus Dengue sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan udara. Keduanya dapat hidup dengan baik pada suhu yang relatif rendah dengan kelembapan udara yang tinggi. Karena faktor inilah, penularan DBD saat musim penghujan jauh lebih tinggi dibandingkan musim kemarau. f. Public Interest Misi Indonesia Sehat 2010, di antaranya mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, hal tersebut mengandung maksud bahwa apapun yang dilakukan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, maka akan sedikit yang akan dapat dicapai.3 Demikian juga, dalam misi Program DBD di antaranya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk terbebas penyakit DBD,2 sehingga, diharapkan masyarakat mampu berperilaku sehat dengan lingkungan yang sehat dan terbebas dari penyakit DBD. g. Emerging Issues Kementerian Kesehatan menyebutkan Indonesia masih menjadi sarang kasus demam berdarah. Hingga pertengahan tahun ini, kasus demam berdarah terjadi di 31 provinsi dengan penderita 48.905 orang, 376 di antaranya meninggal dunia. Indonesia sudah endemi. Demam berdarah bisa jadi penyakit yang terjadi sepanjang tahun, kata Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Andi Muhadir di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jumat, 26 Juli 2013. Jumlah penderita demam berdarah pada semester pertama tahun ini menunjukkan kenaikan dibanding tahun lalu. Sepanjang 2012, Kemenkes mencatat 90.245 penderita.

Kemajuan teknologi penanganan kasus demam berdarah, menurut Andi, bisa menekan angka kematian. Sepanjang tahun lalu, angka kematian mencapai 816 orang. h. Criteria Based On Consensus Proccess Other Programmatic Considerations a. Impact Dampak dari program eliminasi DBD yang dilakukan pemerintah adalah : 1. pengurangan kesakitan,kematian dan penderitaan individu dan keluarganya. 2. Secara makro pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue mengurangi kerugian sosial 3. meningkatkan produktivitas masyarakat serta berbagai "multiplier effect" lainnya. 4. Dalam arti yang luas, pemberantasan penyakit demam berdarah dengue akan meningkatkan mutu kehidupan. b. Effectiveness Dengan pemberian DEC (Diethyl Carbamazine Citrate) dapat melumpuhkan otot micro filaria sehingga tidak dapat bertahan di tempat hidupnya, mengubah komposisi dinding micro filaria menjadi lebih mudah dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh sehingga dalam beberapa jam micro filaria di sirkulasi darah akan mati. Selain itu, DEC juga menyebabkan sebagian cacing dewasa mati dan cacing dewasa yang masih hidup dihambat untuk memproduksi micro filaria selama 9-12 bulan. c. Political Program di IndonesiaAdanya program pengendalian vektor yang diatur dalam KepmenkesNo. 581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk(PSN) dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir olehRT/RW dalam bentuk PSN dengan pesan inti 3M plus.Kegiatan PSN telah dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1992 danpada tahun 2002 dikembangkan menjadi 3M Plus, dengan caramenggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah

gigitannyamuk.Keberhasilan kegiatan PSN antara lain

dapat diukur dengan

AngkaBebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Tetapiselama tiga tahun terakhir pada tahun 2007 sampai tahun 2009 angkaBebas Jentik belum berhasil mencapai target (>95%).

Mengembangkan teknik komunikasiperubahan perilaku masyarakat secara spesifik yaituKomunikasi Perubahan Perilaku (KPP)/Communicationfor Behavioral Impact (COMBI) yang dapat menjadi salahsatu upaya pengendalian DBD di Indonesia. Penerapanmetode tersebut dimulai dengan pengadaan sumberdaya manusia yang memiliki ketrampilan yang memadai melalui pelatihan disetiap jenjang administrasi. Program di Morelos, Mexico Pengendalian vektor (penyuluhan, implementasi, dan monitoring), bangunan publik yang bebas perindukan nyamuk (inspeksi danpemberian sanksi), kampanye kesehatan (brosur untuk sekolah, poster, radio, televisi), kerja bakti pada hari senin di sekolah tingkat SD dan SMPTetapi untuk pelaksanaan di tingkat SMA dan universitas kurangberhasil karena kurangnya antusiasme dari murid.Semakin tinggi institusi pendidikan tersebut maka semakin rendahmasalah tempat perindukan nyamuk sejalan dengan banyaknyasarana dan prasarana yang memadai untuk kebersihan dan perbaikandaripada sekolah tingkat SD dan SMP. Pengawasan Kualitas Lingkungan Pengawasan kualitas lingkungan (PKL) adalah caram pemberantasan vektor DBD melalui pengawasan kebersihan lingkungan oleh masyarakat. Cara ini bertujuan untuk menghilangkan tempat perindukkan nyamuk Ae.aegypti dari daerah pemukiman penduduk. Kegiatan pokok yang dilaksanakan PKL adalah (1) pengawasan kebersihan Lingkungan disetiap rumah termasuk sekolah, tempat-tempat umum(TTU) dan tempattempat industri (TTI) oleh masyarakat seminggu sekali;(2) penyuluhan kebersihan lingkungan dan penggerakan masyarakat dalam kebersihan lingkungan dan masyarakat dalam kebersihan lingkungan melalui gotong royong secara berkala;(3) pemantauan kualitas menggunakan indikator kebersihan dan indeks vektor DBD. 3 Evaluate Control/Prevention Measures

Pertama, melakukan tata laksana kasus, yang meliputi penemuan kasus, pengobatan penderita, dan sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi dengan baik. Kedua, melakukan penyelidikan epidemiologi, terutama terhadap daerah yang terdapat kasus penderita DBD. Penyelidikan ini tentu sangat berguna untuk melakukan penanggulangan fokus terhadap kasus DBD. Ketiga, adanya penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat, melakukan pemantauan jentik secara berkala, melakukan pemetaan penyebaran kasus, dan melakukan pertemuan kelompok kerja DBD secara lintas sektor dan program.

Keempat, melakukan gerakan bulan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) yang dilaksanakan sebelum bulan-bulan musim penularan penyakit DBD (data ini dapat kita peroleh dari data tahun sebelumnya). Artinya, bulan musim penularan penyakit DBD dapat diketahui, bila pencatatan dan pendataan dilakukan secara benar terhadap terjadinya kasus DBD di suatu daerah. Kelima, dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan seputar penyakit DBD, mulai dari gejala penyakit DBD, cara pengobatan penderita yang terkena DBD, cara pencegahan penyakit DBD, dan lainnya. Jadi, tidaklah berlebihan kalau orang mengatakan bahwa strategi utama penanggulangan DBD itu terletak pada sejauh mana keberhasilan pemerintah mampu melakukan upayaupaya pemberdayaan terhadap potensi yang ada di masyarakat. Dalam kasus penanggulangan DBD ini, salah satu contohnya adalah pemberdayaan kelompok ibu rumah tangga. Sebab kelompok ibu rumah tangga ini sangat besar perannya dalam kegiatan PSN dan menjaga kebersihan lingkungan rumahnya

4) Jelaskan confirmed, suspect dan porable dari penyakit tersebut ! Jawab : a. Confirmed : terdapatnya tanda dan gejala klinis dengan penyakit,terdapatnya bukti epidemiologi, dan bukti laboratorium yang mengarah tapi belum pasti yang telah mengarah pada infeksi penyakit b. Suspect : suspect adalah terdapatnya gejala klinis penyebab penyakit yang telah terbukti secara epidemiologi, tetapi belum ada bukti secara laboratorium yang mengarah kepada penyakit Contoh : Adapun mereka yang diduga suspect DB adalah I Gede Agus Wiguna (12) asal Banjar Tagtag, Sampelan Kelod, I Made Aditya Wijaya (9) asal Banjar Batur, Sampelan Kelod, Kadek Dwi Cahyadi (12) asal Banjar Bokong, Sampalan kelod, Ni Made Griasih (27) asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah (sudah sembuh), Kadek Dwi Puspa (6) tahun asal Banjar Jabon, Sampelan Tengah dan I Ketut Alit Krisna Damara (12) asal Banjar Jabon. c. Possible : terdapatnya tanda klinis pada penyakit tapi belum ada nukti secara epidemiologi dan bukti dari laboratorium yang mengidentifikasi adanya infeksi penyakit

You might also like