You are on page 1of 55

LAPORAN PENDAHULUAN NIFAS NORMAL, MANAJEMEN LAKTASI, BAYI BARU LAHIR, DAN RAWAT GABUNG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Maternitas di Ruang 10 RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang

OLEH: Prisca Triviana Yanuar NIM. 120070300011100

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

RAWAT GABUNG

A. DEFINISI Rawat gabung atau rooming in merupakan suatu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Ada dua jenis rawat gabung: 1. Rawat gabung continue Bayi tetap berada di samping ibu selama 24 jam 2. Rawat gabung parsial Ibu dan bayi bersama-sama hanya dalam beberapa jam seharinya Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, misalnya hanya siang hari saja sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi. B. TUJUAN RAWAT GABUNG Tujuan rawat gabung adalah: 1. Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada bayi 2. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja dibutuhkan 3. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas 4. Ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumahs akit 5. Ibu memperoleh bekal ketrampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang dari rumah sakit 6. Mencegah terjadinya infeksi silang 7. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

C. MANFAAT RAWAT GABUNG Dalam rawat gabung suami dan keluarga dapat membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu akan mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya. Rooming in akan membantu memperlancar pemberian ASI. Karena dalam tubuh ibu menyusui ada hormon oksitosin. Hormon ini sangat berpengaruh pada keadaan emosi ibu. Jika ibu tenang dan bahagia karena dapat mendekap bayinya, maka hormon ini akan meningkat dan ASI pun cepat keluars ehingga bayi lebih puas mendapatkan

ASI. Manfaat rooming in bagi bayi akan lebih cepat menyesuaikan dengan waktu tidur dan bangun dengan ibu. Selain itu jika bayi menangis akan langsung di dekap ibu sehingga bayi akan tenang mendengrakan detak jantung ibu. Adanya rawat gabung sangat menguntungkan bagi ibu karena dapat menurunkan angka kesakitan pada bayi seperti ibu dapat memberi ASI eksklusif kepada bayinya yang dapat memberikan system kekebalan tubuh pada bayi. Rooming in juga akan membantu menurunkan angka kematian ibu, dengan dilakukannya rooming in akan menurunkan terjadinya perdarahan post partum yaitu dengan cara ibu memberikan ASI eksklusif. Dalam sumber lain juga disebutkan manfaat rawat gabung baik bagi ibu, bayi, keluarga dan petugas, yaitu: 1. Bagi ibu a. Aspek psikologi Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu memenuhi kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI. b. Aspek fisik Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang baik Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi 2. Bagi bayi a. Aspek psikologi Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap

perkembangan pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak b. Aspek fisik Bayi segera mendapatkan ASI yang dapat memberikan kekebalan/antibodi Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang

Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi Alergi terhadap susu buatan berkurang 3. Bagi keluarga a. Aspek psikologi Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi b. Aspek ekonomi Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit. 4. Bagi petugas 1. Aspek psikologi Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat melakukan pekerjaan lainnya. 2. Aspek fisik Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN 1. Keuntungan Menggalakkan penggunaan ASI Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat Ibu segera dapat melaporkan masalah-masalh yang timbul pada bayi Ibu dapat belajar merawat bayi Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan dan perawat Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi Berkurangnya infeksi silang Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan 2. Kerugian Ibu kurang istirahat Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena pengaruh orang lain Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung E. RAWAT GABUNG YANG IDEAL 1. Bayi Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm 2. Ibu

Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm Tinggi 90 cm 3. Ruang Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan) 4. Sarana Lemari pakaian Tempat mandi bayi dan perlengkapannya Tempat cuci tangan ibu Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri Ada sarana penghubung Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana Perlengkapan perawatan bayi 5. Petugas Rasio petugas dengan pasien 1 : 6 Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan RG 6. Model pengaturan rawat gabung Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya 4-5 orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yg lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya Beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yg kedap udara Model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama Bayi di tempat tidur yang letaknya di samping ibu

F.

SYARAT RAWAT GABUNG 1. Bayi lahir dengan spontan, baik presentasi kepala atau bokong 2. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi 3. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, rawat gabung dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk) misalnya 4-6 jam setelah operasi. 4. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7) 5. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih 6. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih 7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum 8. Bayi dan ibu sehat

G. KONTRAINDIKASI RAWAT GABUNG Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan : 1. Ibu Penyakit jantung derajat III Pasca eklamsi Penyakit infeksi akut, TBC Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek Karsinoma payudara 2. Bayi Bayi kejang Sakit berat pada jantung Bayi yang memerlukan pengawasan intensif Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu

H. MODEL RAWAT GABUNG 1. Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya 2. Empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya 3. Model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama 4. Bayi di tempat tidur yang letaknya di samping ibu

BAYI BARU LAHIR NORMAL

A. Pengertian Menurut Saifuddin (2002), bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Menurut Donna L. Wong (2003), bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 42 minggu. Menurut Dep. Kes. RI (2005), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh Kosim (2007), bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. B. Tahapan Periode Transisi Periode transisi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah periode pertama reaktivitas dimulai pada saat bayi baru lahir dan berlangsung selama 30 menit. Tahap kedua periode tidur berlangsung sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 jam. Tahap ketiga periode kedua reaktivitas dari usia sekitar 2 jam sampai 6 jam. a. Periode pertama reaktivitas Periode yang berakhir kira-kira 30 menit setelah bayi lahir. Karakteristik bayi sebagai berikut: 1) Tanda-tanda vital: frekuensi nadi apikal yang cepat dengan irama yang tidak teratur, frekuensi pernapasan mencapai 80x/menit, irama tidak teratur, ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi. 2) Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising usus belum ada atau pergerakan usus, bayi belum berkemih. 3) Bayi masih dengan sedikit mukus, menangis kuat, reflek menghisap yang kuat. 4) Mata bayi terbuka lebih lama daripada hari selanjutnya. Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periode interaksi antara ibu dan bayi. b. Periode tidur Setelah periode pertama dan berakhir 2-4 jam. Karakteristik bayi sebagai berikut: 1) Bayi dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernafasan menurun. 2) Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis. 3) Bising usus bisa didengar.

c. Periode kedua reaktivitas Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4-6 jam. Karakteristik: 1) Bayi mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120 sampai 160x/menit dan dapat bervariasi mulai <120x/menit hingga takikardi >160x/menit. Frekuensi pernafasannya berkisar dari 30-60x/menit, dengan periode pernafasan yang lebih cepat, tetapi pernafasan tetap stabil (tidak ada pernafasan cuping hidung ataupun retraksi). 2) Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak. 3) Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekoneum selama periode ini. 4) Peningkatan sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi. 5) Reflek menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif. C. Adaptasi Fisiologis Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi: 1. Sistem pernapasan Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli. Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 60 x / menit. 2. Jantung dan sirkulasi darah Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis, demikian seterusnya. Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah

mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan tali pusat. 3. Saluran pencernaan Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam pertama. 4. Hepar Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. 5. Metabolisme Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml. 6. Produksi panas Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran Brown Fat (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energ i daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin. Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin dengan kontak secara langsung. 7. Kelenjar endokrin

Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir. 8. Keseimbangan cairan dan ginjal Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. 9. Susunan saraf Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan. Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya. 10. Imunologi Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI. 11. Sistem integumen Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak sebagai tutup pelindung dan warna kulit bayi berwarna merah muda. 12. Sistem hematopoesis Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 22,5 gr/dl, Ht 44 72%, SDM 5 7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20.

13.

Sistem skelet Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase. Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan.

D. Refleks Bayi Baru Lahir 1. Reflek Rooting Reflek ini ditunjukkan pada saat kelahiran dan akan membantu proses menyusui. Reflek ini akan mulai terhambat pada usia sekitar empat bulan dan berangsur-angsur akan terbawa di bawah sadar. Seorang bayi baru lahir akan menggerakkan kepalanya menuju sesuatu yang menyentuh pipi atau mulutnya, dan mencari obyek tersebut dengan menggerakkan kepalanya terus-menerus hingga ia berhasil menemukan obyek tersebut. Setelah merespon rangsang ini (jika menyusui, kira-kira selama tiga minggu setelah kelahiran) bayi akan langsung menggerakkan kepalanya lebih cepat dan tepat untuk menemukan obyek tanpa harus mencari-cari. 2. Reflek Sucking Reflek ini secara umum ada pada semua jenis mamalia dan dimulai sejak lahir. Reflek ini berhubungan dengan rreflek rooting dan menyusui, dan menyebabkan bayi untuk secara langsung mengisap apapun yang disentuhkan di mulutnya. Ada dua tahapan dari reflek ini, yaitu : a. Tahap expression : dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir bayi dan disentuhkan di permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara langsung menekan (mengenyot) puting dengan menggunakan lidah dan langit-langitnya untuk mengeluarkan air susunya. b. Tahap milking : saat lidah bergerak dari areola menuju puting, mendorong air susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi. 3. Reflek Babinsky

Reflek babinsky muncul sejak lahir dan berlangsung hingga kira-kira satu tahun. Reflek ini ditunjukkan pada saat bagian samping telapak kaki digosok, dan menyebabkan jari-jari kaki menyebar dan jempol kaki ekstensi. Reflek disebabkan oleh kurangnya myelinasi traktus corticospinal pada bayi. Reflek

babinsky juga merupakan tanda abnormalitas saraf seperti lesi neuromotorik atas pada orang dewasa.
4. Reflek Moro

Reflek ini ditemukan oleh seorang pediatri bernama Ernst Moro. Reflek ini muncul sejak lahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai mengjilang pada usia dua bulan. Reflek ini terjadi jika kepala bayi tiba-tiba terangkat, suhu tubuh bayi berubah secara drastis atau pada saat bayi dikagetkan oleh suara yang keras. Kaki dan tangan akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas dengan telapak tangan ke atas dan ibu jarinya bergerak fleksi. Siingkatnya, kedua lengan akan terangkat dan tangan seperti ingin mencengkeram atau memeluk tubuh dan bayi menangis sangat keras. Reflek ini normalnya akan menghilang pada usia tiga sampai empat bulan, meskipun terkadang akan menetap hingga usia enam bulan. Tidak adanya reflek ini pada kedua sisi tubuh atau bilateral (kanan dan kiri) menandakan adanya kerusakan pada sistem saraf pusat bayi, sementara tidak adanya reflek moro unilateral (pada satu sisi saja) dapat menandakan adanya trauma persalinan seperti fraktur klavikula atau perlukaan pada pleksus brakhialis. Erbs palsy atau beberapa jenis paralysis kadang juga timbul pada beberapa kasus. Sebuah cara untuk memeriksa keadaan reflek adalah dengan melatakkan bayi secara horizontal dan meluruskan

punggungnya dan biarkan kepala bayi turun secara pelan-pelan atau kagetkan bayi dengan suara yang keras dan tiba-tiba. Reflek moro ini akan membantu bayi untuk memeluk ibunya saat ibu menggendong bayinya sepanjang hari. Jika bayi kehilangan keseimbangan, reflek ini akan menyebabkan bayi memeluk ibunya dan bergantung pada tubuh ibunya.
E. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Berat badan 2500 4000 gram Panjang badan 48 52 cm Lingkar dada 30 38 cm Lingkar kepala 33 35 cm Frekuensi jantung 120 160 kali/menit Pernafasan 60 40 kali/menit Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna Kuku agak panjang dan lemas

10.

Genitalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora Laki laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. 12. 13. 14.

Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik Reflek graps atau menggenggan sudah baik Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan

F. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Tanda tanda yang harus diwaspadai pada BBL: 1. Pernafasan sulit/lebih dari 60 kali/menit. 2. Suhu terlalu panas (38 C / terlalu dingi < 36 C) 3. Kulit berwarna kuning terutama 24 jam pertama, biru atau pucat. 4. Pemberian makanan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah. 5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk, sulit bernafas. 6. Tidak berkemih/defekasi dalam waktu 24 jam, tinja lembek, hitam/berdarah. 7. Menggigil, tidak menangis, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, tegang, tidak tenang, menangis terus-menerus. (Saefudin, 2002:26)

G. APGAR Score

TANDA 1. Appearance/ warna kulit

0 Seluruh tubuh biru atau putih

1 Badan merah, tangan dan kaki biru

2 Seluruh tubuh kemerahan

2. Pulse/ bunyi jantung

Tidak ada

< 100

> 100

3. Grimace/ Reflek

Tidak ada

Perubahan mimik

Bersin, batuk, menangis kuat

4. Activity/ aktivitas

Tidak ada

Ekstremitas sedikit flexi

Gerakan aktif, ekstremitas flexi

5. Respiratory/ pernapasan

Tidak ada

Lambat, tidak teratur

Menangis keras atau kuat

NIFAS FISIOLOGIS

A. Definisi Masa nifas (puerperium) adalah masa sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, et al.,, 2005). Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu (Mochtarr, 1998): 1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan 2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital 3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.

B. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas 1. Perubahan Sistem Reproduksi a) Involusi Uterus Involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir kala tiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 jari di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sacralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama dengan besarnya pada usia kehamilan 16 minggu dengan berat sekitar 1000 gram. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilicus. Beberapa hari kemudian, involusi berlangsung lebih cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 post partum, fundus akan berada pada pertengahan umbilicus dan simfisis pubis. Uterus tidak dapat dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 post partum. Pada 1 minggu post partum, berat uterus yaitu sekitar 500 gram, kemudian berkurang menjadi 350 gram pada 2 minggu post partum, dan menjadi 50-60 gram pada minggu ke-6 post partum (Bobak, et al., 2005). Perubahan-perubahan normal pada uterus selama masa post partum dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Lusa, 2009).

Involusi Uteri Plasenta lahir Satu minggu Dua minggu Enam minggu

TFU Setinggi pusat Pertengahan pusat dan simpisis Tidak teraba Normal

Berat Uterus 1000 gram 500 gram 350 gram 60 gram

Diameter Uterus 12,5 cm 7,5 cm 5 cm 2,5 cm

b) Kontraksi Uterus

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Hal ini diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauteri. Kontraksi uterus mempunyai peran untuk keseimbangan oleh penekanan intra mural pembuluh-pembuluh darah Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan tidak teratur. Suntikan oksitosin (Pitosin) secara intravena atau intramuscular biasa diberikan segera setelah plasenta lahir untuk mempertahankan kontraksi uterus. c) Afterpains Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan dapat menimbulkan nyeri yang bertahan selama masa awal puerperium. Menyusui dan pemberian oksitosin biasanya meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus (Bobak, et al., 2005). d) Tempat Plasenta Segera setelah placenta dan membran-membran dikeluarkan, konstriksi vascular dan thrombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dengan nodul yang irregular. Pelepasan jaringan-jaringan nekrotik diikuti dengan pertumbuhan endrometrium untuk mencegah pembentukan scar. Proses ini memungkinkan endrometrium untuk segera memulai siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan berikutnya. Regenerasi endometrium sempurna pada akhir minggu ketiga post partum kecuali pada tempat pelepasan placenta. Regenerasi tempat pelepasan placenta sering kali tidak sempurna hingga 6 minggu setelah persalinan. e) Lochea Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Terdapat beberapa jenis lochea, yaitu (Lusa, 2009):
Lochea Waktu Warna Ciri Terdiri dari sel desidua, Rubra 1-3 hari Merah kehitaman verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur merah Sisa darah bercampur lendir Lebih sedikit darah dan lebih Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan yang mati

Lochea disekresikan dalam jumlah banyak pada awal jam postpartum yang selanjutnya akan berkurang. Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas ketika berbaring dan kemudian akan mengalir keluar jika berdiri. Total jumlah rata-rata pembuangan lochea sekitar 240 ml-270 ml. gangguan pada pengeluaran lochea disebut dengan lochiastasis. Jika lochea tetap berwana merah setelah 2 minggu, mungkin terdapat sisa plasenta yang tertinggal atau karena involsi yang kurang sempurna. Lochea yang berbau busuk dan seperti nanah disebut lochea purulenta. f) Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam post partum, serviks memendek dan konsistensinya lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan terdapat sedikit laserasi. Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm pada saat melahirkan, menutup secara bertahap. Muara serviks eksterna akan terlihat memanjang seperti suatu celah dan tidak dapat berbentuk lingkaran seperti pada saat sebelum melahirkan. g) Vagina dan Perineum Segera setelah persalinan, vagina masih dalam keadaan meregang disertai oedem dan memar pada area episiotomy (Sari, 2006). Dalam satu atau dua hari oedem vagina akan berkurang. Dinding vagina akan kembali halus dengan ukuran yang lebih luas dari biasanya. Ukurannya akan mengecil dengan terbentuknya kembali ruggae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) pada 3 minggu setelah persalinan. Vagina akan berukuran sedikit lebih besar dari ukuran vagina sebelum melahirkan pertama kali. Latihan untuk mengencangkan otot perineum akan memulihkan tonus vagina. Selaput dara yang robek akan sembuh dengan terbentuknya parut dan meninggalkan beberapa jaringan bekas ujung yang dinamakan myrtiform caruncles (carun culae myrtiform). Abrasi dan lacerasi vulva dan perineum dapat sembuh dengan mudah termasuk laserasilaserasi yang memerlukan jahitan (Sari, 2006). h) Payudara Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ organ pelvis, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas, kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mulamula

lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi. 2. Sistem Gastrointestinal a) Nafsu makan Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan karena banyaknya energi yang telah dikeluarkan oleh ibu selama proses persalinan. Selain itu, ibu juga akan merasa haus dan ingin minum banyak, akibat banyaknya cairan yang keluar selama proses persalinan, baik berupa darah, keringat, maupun kemih dan pernafasan. b) Motilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot-otot pada traktus gastrointestinal menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Pemberian analgesic dan anastesi yang berlebih dapat memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. c) Defekasi Defekasi dapat tertunda selama 2 atau 3 hari setelah ibu melahirkan. Hal ini terjadi karena tonus otot usus menurun selama masa persalinan dan pada awal masa postpartum, penurunan tekanan intra abdominal, nyeri akibat luka perineum, serta hemoroid. 3. Sistem Kardiovaskular a) Volume darah Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, seperti banyaknya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis). Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai volume sebelum hamil. b) Tanda-tanda vital Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat menjadi 380C disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi. Bila suhu lebih dari 380C setelah 24 jam pertama sampai dengan hari ke-10, kemungkinan terjadi infeksi. c) Bradikardi, dengan frekuensi 50 70 kali/menit normal untuk 610 jam pertama, hal ini mungkin disebabkan Karena penurunan aliran darah dari jantung. d) Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena perdarahan persalinan lama atau sulit. 4. Sistem Endokrin Beberapa perubahan terjadi pada sistem endokrin selama masa puerperium, seperti penurunan hormon estrogen dan progesterone, peningkatan prolaktin. Hormone prolaktin mengalami peningkatan sehingga merangsang pengeluaran air susu. Bila ibu tidak menyusui, maka akan lebih cepat mengalami menstruasi, yaitu

kurang lebih 12 minggu post partum, hormon estrogen akan meningkat dan akan terjadi ovulasi. Bila ibu menyusui bayinya, menstruasi akan terjadi lebih lama, yaitu kurang lebih 36 minggu post partum dan tidak terjadi ovulasi. 5. Sistem Hematologi Pada akhir periode post partum, darah harus sudah mulai kembali pada keadaan semula. Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3. ( Bobak, 2001). Haemoglobin dan nilai eritrosit bervaraiasi selama masa nifas dini, tetapi harus kembali normal dalam 2-6 minggu post partum. 6. Sistem Muskuloskeletal Menurut Lusa (2009), perubahan sistem musculoskeletal pada masa nifas antara lain : a) Dinding perut dan peritoneum Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit. b) Kulit dan abdomen Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal. c) Striae Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal. d) Perubahan ligament Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. 7. Sistem Neurologis Perubahan pada sistem neurologi selama masa nifas sebagai akibat dari adaptasi menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya trauma setelah proses melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.

8. Sistem Integumen Kloasma akibat kehamilan biasanya akan hilang sampai masa kehamilan berlalu. Terjadinya hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin akan hilang setelah melahirkan. Namun pada beberapa wanita ada yang menetap pada daerah daerah tersebut. Perubahan daerah vaskuler yang abnormal akan menimbulkan nyeri, kemerahan dan epulis, yang merupakan respon dari penurunan estrogen setelah selesai melahirkan. Namun tanda nyeri pada wanita ada yang menetap dan ada yang hilang. 9. Sistem Imun Ig A merupakan antibodi yang terdapat pada colostrums dan air susu yang berfungsi imunitas mukosa. 10. Sistem Urinaria Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan akan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak, sedikit terbendung dan hipotonik dimana hal ini dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa urin yang berlebihan kecuali bila dilakukan kateterisasi. Efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan ureter akan menghilang dalam 24 jam pertama setelah melahirkan (Sari, 2006). Setelah proses persalian akan terasa pedih saat buang air kecil, kemungkinan disebabkan iritasi pada uretra sebagai akibat dari persalinan, sehingga ibu dapat merasa takut buang air kecil. Diuresis yang normal terjadi segera setelah persalinan sampai hari kelima setelah persalinan. Jumlah urin yang keluar dapat melebihi 3000 ml per harinya. Hal ini merupakan salah satu cara tubuh untuk menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler (cairan interstisial) yang merupakan bagian normal dari kehamilan. Selain itu, juga didapati adanya keringat yang hanya pada beberapa hari pertama setelah persalinan (Sari, 2006).

C. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas Menurut Rubin (1997), perubahan psikologis pada masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Fase Ketergantungan (Taking in) a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya b. Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan c. Memilih dibantu perawat untuk aktivitas dan membuat keputusan daripada dilakukan sendiri. Ketergantungan ini terjadi karena ketidaknyamanan fisik yang

dirasakan ibu karena jahitan pada perineum, afterpain, haemorroid, kelelahan setelah persalinan d. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur e. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal. f. Dalam fase ini yang diperlukan oleh ibu adalah informasi tentang bayinya bukan cara merawat bayi 2. Fase Ketergantungan dan Ketidaktergantungan (Taking hold) a. Berlangsung mulai hari ketiga sampai minggu keempat atau kelima. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi b. Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh c. Bisa menerima demonstrasi perawatan bayi dan perawatan diri d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut sehingga cenderung menerima nasehat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. 3. Fase Saling Ketergantungan (Letting go) a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. b. Bisa mendefinisikan perannya yang baru c. Berhenti dari fantasinya tentang anak dan menerima kenyataan d. Berhenti dari peran tanpa anak/ibu beberapa anak sebelumnya e. Fase ini berlanjut sampai anak berusia beberapa tahun f. Ibu yang bisa melewati fase ini akan baik dalam menjalani perannya

g. Perkembangan parental yang positif Selama hamil ibu biasanya khawatir tentang kemampuannya menjadi ibu yang baik dan kekhawatiran ini tidak dengan segera hilang setelah melahirkan karena parental love hanya sebagian yang merupakan instinct. Porsi terbanyak berkembang melalui atau dalam beberapa tahap yaitu : merencanakan kehamilan, mendengar konfirmasi kehamilan, merasakan gerakan janin, melahirkan, melihat bayinya, menyentuh bayi dan merawat anak. D. Penatalaksanaan 1. Tujuan Perawatan Masa Nifas a. Memulihkan kesehatan umum penderita 1) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan

2) Mengatasi anemia 3) Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi 4) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk

memperlancar peredaran darah b. Mempertahankan kesehatan psikologis c. Mencegah infeksi dan komplikasi d. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI) e. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal

2. Perawatan Pasca Melahirkan a. Perawatan Vulva atau Perineum Perineum ibu yang baru melahirkan umumnya mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Efek fisiologis yang dapat ditimbulkan dapat terasa ringan, bisa juga tidak. Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika perineum robek atau disayat dengan pisau bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomy atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh selama 7-10 hari. Rasa nyeri saja selama masa ini tidak menunjukkan adanya infeksi, kecuali jika nyeri sangat parah. Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak nyaman di daerah perineum dapat diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama sesudah melahirkan. Kompres hangat, duduk di dalam air hangat, atau menggunakan lampu pemanas selama 20 menit sebanyak 3x sehari juga dapat digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di area perineum dengan berbaring miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang lama juga membantu mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan latihan kegel sesudah melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah perineum,

mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot. Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum atau vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Setelah ibu selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas area perineum dengan air hangat atau cairan antiseptic, kemudian mengeringkannya dengan kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk tetap dari arah depan ke belakang. b. Mobilisasi

Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau penyembuhan luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal. Hal ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). Mobilisasi harus dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk di tepi tempat tidur kemudian ibu bisa turun dari ranjang. c. Diet Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat hamil. Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4 kelompok makanan dasar yaitu makanan harian, daging dan makanan yang mengandung protein, buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk

mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi. Saat menyusui kebutuhan nutrisi meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3x dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui yaitu sebanyak 500 kkal tiap hari. d. Miksi Kebanyakan wanita mengalami kesulitan BAK selama 24 jam pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim sinyal agar mengosongkan isinya. Nyeri pada perineum bisa menyebabkan ketegangan pada uretra sehingga BAK menjadi sulit. Edema perineum juga bisa mengganggu BAK. Memperbanyak minum, bangun dari tempat tidur, dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu mengosongkan kandung kemih. Sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya wanita sering BAK dalam jumlah banyak karena cairan tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan. Hal ini dapat diatasi dengan latihan kegel yang dapat membantu mengembalikan kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih. e. Defekasi Menurut Mochtar (1998), pola defekasi atau BAB harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang

menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltik usus.

Fungsi defekasi dapat diatasi dengan makan makanan yang dapat merangsang gerakan usus besar seperti buah dan sayuran. Gerakan usus juga akan aktif dengan melakukan mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalanjalan. f. Perawatan Payudara Pada 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan

mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan susu pertama untuk bayi. Air susu yang lebih matang akan muncul antara hari ke-2 sampai ke-5. Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri) yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang sering akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu meredakannya. Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting susu merupakan hal yang sangat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini dilakukan untuk membersihkan kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting susu maupun ke mulut bayi.

3. Penatalaksanaan Medis a. Analgetik Digunakan jika klien merasa pusing dan nyeri yang dapat diakibatkan oleh episitomi. b. Antipiretik. Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai awal dari tanda-tanda infeksi. c. Antibiotik Digunakan bila ada inflamasi dan infeksi. d. Pengobatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita, infus dan transfusi darah diperlukan sesuai dengan komplikasi yang dijumpai. Pemeriksaan yang lain dilakukan pada masa nifas atau post partum, yaitu hemoglobin dan hemotrokit. Selain itu, dilakukan juga pemerikasaan urin pada ibu post partum yang mengalami infeksi pada saluran kemih. e. Obat uterotonik Obat ini digunakan pada penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran, atonia (tidak adanya tegangan atau kekuatan otot)/perdarahan rahim, perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi

(mengecilnya kembali rahim sesudah persalinan hampir seperti bentuk asal), lokiometra (pembendungan getah nifas di dalam rongga rahim).

E. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas 1. Gizi Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin , pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Di samping itu harus mengandung : a. Sumber tenaga (energi) Untuk pembakaran tubuh, pembakaran jaringan baru, penghematan energi. Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi b. Sumber pembangun (protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diambil c. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air) Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjuran ibu untuk minum setiap kali habis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasanya diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar. Jenis-jenis mineral penting: a. Zat kapur Untuk pembentukan tulang, sumbernya: susu, keju, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau. b. Fosfor Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak, sumbernya : susu, keju, dan daging. c. Zat besi Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah (Hb) sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara

lain: kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan dan sayuran hijau. d. Yodium Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan kekerdilan fisik yang serius, sumbernya: minyak ikan, ikan laut dan garap beryodium. e. Kalsium Ibu menyusui membutuhan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak, sumbernya: susu dan keju. Jenis-jenis vitamin: a. Vitamin A Digunakan untuk pertumbuhan sel , jaringan, gigi, dan tulang, perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber: kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna kuning (wortel, tomat, dan nangka). Selain itu ibu menyusui juga mendapat tambahan berupa kapsul vitamin A (200.000 IU) b. Vitamin B1 (Thiamin) Dibutuhkan agar kerja saraf dan jantung normal, membantu metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumbernya: hati, kuning telur, susu, kacang-kacangan, tomat, jeruk, nanas, dan kentang bakar. c. Vitamin B2 (Riboflavin) Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan,

pencernaan, system urat syaraf, jaringan kilit dan mata. Sumber : hati, kuning telur, susu, keju, kacang-kacangan,dan sayuran berwarna hijau. d. Vitamin B3 (Niacin) Disebut juga Nitocine Acid, dibutuhkan dalam proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan syaraf dan pertumbuhan. Sumber : susu, kuning telur, daging, kaldu daging, hati, daging ayam, kacang-kacangan beras merah, jamur dan tomat. e. Vitamin B6 (Pyridoksin) Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan gusi. Sumber: gandum jagung, hati dan daging. f. Vitamin B12 (Cyanocobalamin) Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf. Sumber: telur, daging, hati, keju, ikan laut, dan kerang laut. g. Folic Acid

Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan pembentukan sel darah merah dan produksi inti sel. Sumber: hati,daging, jeroan, dan sayuran hijau. h. Vitamin C Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat ( untuk penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi serta memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumber: jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu, mangga, pepaya, dan sayuran. i. Vitamin D Dibutuhkan untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi, serta penyerapan kalsium dan fosfor. Sumber: minyak ikan, susu, margarin, dan penyinaran kulit dengan sinar matahari sebelum pukul 09 00. j. Vitamin K Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah normal. Sumber vitamin kuning telur, hati, brokoli, asparagus, dan bayam. Kebutuhan energi ibu nifas / menyusui pada 6 bulan pertama kira-kira 700 kkal/hari dan 6 bulan kedua 500kkal/hari sedangkan ibu menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata-rata sebesar 400kkal/ hari. Tabel perbandingan angka kecukupan energi dan zat gizi wanita dewasa dan tambahannya untuk ibu hamil dan menyusui :

No.

Zat Gizi

Wanita Dewas

Ibu Hamil

Ibu Menyusui 0-6 bulan 7-12 bulan 500 12 300 5 2 6,5 0,3 0,3 3 40 0,5 0,3 10 400 200

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Vitamin D (mg) Vitamin E (mg) Vitamin K (mg) Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Asam Folat (mg) Piidoksin (mg) Vitamin B12 (mg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg)

2200 48 500 5 8 6,5 1,0 1,2 9 150 1,6 1,0 60 500 450

285 12 200 5 2 6,5 0,2 0,2 0,1 150 0,6 0,3 10 400 200

700 16 350 5 4 6,5 0,3 0,4 3 50 0,5 0,3 25 400 300

16. 17. 18. 19.

Besi (mg) Seng (mg) Yodium (mg) Selenium (mg)

26 15 150 55

20 5 25 15

2 10 50 25

2 10 50 20

Petunjuk untuk mengolah makanan sehat : a. Pilih sayur sayuran, buah-buahan, daging dan ikan yang segar b. Cuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan c. Cuci bahan makanan sampai bersih lalu potong-potong d. Masak sayuran sampai layu e. Olah makanan sampai matang f. Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet ( vetsin)

g. Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali dipakai h. Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi makanan . jika dikemas dalam kaleng, jangan memilih kaleng yang telah penyok atau karatan. i. j. 2. Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman Jangan biarkan binatang berkeliaran di dapur.

Ambulasi Dini Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Keuntungan early ambulation adalah: a. Klien merasa lebih baik, lebih kuat dan lebih sehat. b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengejari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dll selama ibu masih dalam perawatan. 3. Eliminasi a. Miksi Miksi disebut normal apabila dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindalkan: 1). Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien. 2). Mengkompres air hangan di atas simpisis Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka dilakukan kateterisasi. Karena prosedur kateterisasi membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saliran kencing tinggi untuk itu kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam post partum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam. b. Defekasi

Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olah raga. 4. Kebersihan Diri Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mamae dilanjutkan perawatan perineum. a. Perawatan perineum Apabila setelah buang air besar atau buanga air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas, juga merasa sakit sehingga pineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun atau sejenisnya sebaiknya di pakai setelah buang air kecil atau buang air besar. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberi tahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan samapai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberi tahu tentang jumlah, warna, dan bau locea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah memebersihkan daerah kelaminnya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. b. Perawatan payudara 1). Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama ptting susu dengan menggunakan BH yng menyokong payudara. 2). Apabila puting susu lecet oleskan kolosterum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet. 3). Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selam 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok. 4). Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol satu tablet setiap 4-6 jam. 5. Istirahat Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang ibu baru akan cemas apakan ia akan mampu merawat anaknya atau tidak. Hal ini

mengakibatkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Anjurkan ibu supaya istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara berlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selama bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. 6. Seksual Apabila perdarahan telah berhentidan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasmepun akan menurun ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah masa nifas berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses penyembuhan luka post partum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan 1 atau 2 jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri. 7. Latihan Senam Nifas Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk semula. a. Pengertian senam nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah : 1) Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena dapat mengurangi sakit punggung 2) Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap, misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan. 3) Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu. b. Tujuan senam nifas

Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah: 1) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu 2) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan 3) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut dan pirenium terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan 4) Memperlancar pengeluaran lochea 5) Membantu mengurangi rasa sakiit pada otot-otot setelah melahirkan 6) Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan 7) Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli, trombosia dan lain-lain. c. Manfaat senam nifas Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen, memperbaiki juga memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih relaks dan segar pasca melahirkan. d. Kapan harus dilakukan senam nifas? Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas. Ibu yang keadaan umumnya tidak baik merupakan kontraindikasi dilakukannya senam nifas misalnya hipertensi, pasca kejang, demam. Untuk itu bila senam nifas didampingi oleh bidan/tenaga kesehatan sebelumnya dilakukan senam nifas sebaiknya perikasa dulu tanda-tanda vitalnya dan memastikan bahwa kondisi ibu baik dan bisa melakukan geraakan-gerakan senam nifas. Akan tetapi tidak menutup kemumgkinan ibu melakukan sendiri gerakan senam nifas di rumah setelah kondisi ibu pulih. Senam nifas sebaiknya dilakukan di antara waktu makan. Melakukan senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan disaat lapar, ibu tidak mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari. Ada berbagaai versi gerakan senam nifas. Meskipun demikian tujuan dan manfaatnya sama. Perkembangan dunia oleh tubuh sudah menciptakan berbagai pilihan bagi ibu untuk berolahraga seperti pilates, yoga, body language. e. Persiapan senam nifas Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu sebagaiberikut.

1) Sebaiknya mengenakan baju yang nyaman untuk berolahraga. 2) Persiapkan minum, sebaiknya air putih. 3) Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur. 4) Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek denyut nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya denyut nadi kemudian hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah 60-90 kali per menit. 5) Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan jika menginginkan. 6) Petunjuk untuk bidan/tenaga kesehatan yang mendapingi ibu untuk melakukan senam nifas : perhatikan keadaan umum ibu dan keluhankeluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontraindiksi dan periksa tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnya kondisi ibu yaitu tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi. Hal tersebut dilakukan sebelum dan sesudah senam nifas. Perhatikan pula kondisi ibu selama senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan. f. Latihan senam nifas 1) Hari pertama : Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melalui hidung, kembungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5 kemudian keluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut sambil mengkontrasikan otot perut ulangi sebanyak 8 kali. 2) Hari kedua : Sikap tubuh terlentang kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua tangan lurus keatas sampai kedua telapak tangan bertemu kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar hingga sejajar dengan bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi sebanyak 8 kali. 3) Hari ketiga : Berbaring relaks dengan posisi tangan di samping badan dan lutut ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian diturunkan kembali. Ingat jangan menghentak ketika menurunkan pantat. Gerakan dilakukan 8 kali. 4) Hari keempat : Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping badan, tangan kanan diatas perut dan lutut di tekuk. Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada sambil mengerut otot sekitar anus dan mengkontrasikan otot perut. Kepala turun pelan-pelan keposisi semula

sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut. Jangan lupa untuk mengatur pernafasan.Ulangi gerakan sebanyak 8 kali. 5) Hari kelima : Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Kerutkan otot sekitar anus dan kontraksikan perut ketika mengangkatkepala. Lakukan perlahan dan atur pernafasan saat melakukan gerakan. Lakukan gerakansebanyak 8 kali. 6) Hari keenam : Posisi tidur terlentang, kaki lurus dan kedua tangan disamping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90 secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Janganmenghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perrlahan tapi bertenaga.Lakukan gerakansebanyak 8 kali. 7) Hari ketujuh : Tidur terlentang kaki lurus kedua tangan di samping badan. Angkat kedua kaki secara bersama dalam keadaan lurus sambil mengkontrasikan perut kemudian turunkanperlahan. Atur pernafasan, lakukan sesuai kemampuan, tidak usah memaksakandiri. Gerakan dapat diulang 8 kali. 8) Hari kedelapan : Posisi nungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan tahan 5-10detik. Saat anus dikerutkan ambil nafas kemudian keluarkan nafas pelan-pelan sambil mengendurkan anus. Lakukan sebanyak 8 kali. 9) Hari kesembilan : Posisi berbaring kaki lurus kedua tangan di samping badan, angkat kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90 kemudian turunkan kembali pelan-pelan.Jangan menghentak ketika menurunkan kaki. Atur nafas saat mengangkat dan menurunkan kaki. Gerakan dapat diulang sebanyak 8 kali. 10) Hari kesepuluh : Tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakan di belakang kepala kemudian bangun sampai posisi duduk kemudian perlahan-lahan posisi tidur kembali (sit up). Lakukan gerakan sebanyak 8 kali. Ingat, kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang ditekuk di belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan memaksakan.

F.

Kunjungan Nifas Menurut Eni Ambarwati, (2008) 1. Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan) a. Mencagah perdarahan masa nifas karena antonia uteri b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pada perdarahan, rujuk bila perdarahan c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaiman mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri d. Pemberian ASI awal e. Melakukan hubungan ibu dan bayi (bounding Attachement) f. 2. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi

Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) a. Memastikan involusi uteri berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

3.

Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) a. Memastikan involusi berjalan normal : uterus berkontraksi fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

4.

Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) a. Menanyakan kepada ibu mengenai penyulit-penyulit ibu dalam merawat bayi b. Memberikan konseling KB secara dini.

G. Tanda Bahaya Masa Nifas 1. Demam Suhu tubuh ibu yang baru saja melahirkan biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suhu normal, khususnya jika cuaca sangat panas, namun jika suhu ibu

lebih dari 380C dalam 2 hari lebih itu kemungkinan terjadi infeksi. Penanganan awal yaitu (Prawirohardjo, 2002) : a. Istirahat, berbaring b. Perbanyak minum c. Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu d. Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat. 2. Perdarahan Aktif Setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk mengalami perdarahan yang sama banyaknya seperti ketika menstruasi. Darah yang keluar seharusnya tampak seperti darah menstruasi, berwarna tua dan gelap. Darah merembes sedikit-sedikit saat rahim berkontraksi atau ketika ibu batuk, bergerak atau berdiri. Perdarahan setelah persalinan dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut : a. Perdarahan primer, yaitu terjadinya dalam 24 jam pertama pasca persalinan b. Perdarahan sekunder, yaitu terjadinya setelah 24 jam pertama pasca persalinan Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba merupakan suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke fasilitas kesehatan. 3. Keluar banyak bekuan darah Jika ibu mengalami perdarahan lebih dari gumpalan dalam satu jam, ibu bisa mengalami perdarahan yang hebat. Ingatkan ibu untuk menggosok rahimnya untuk membantu berkontraksi dan segera bawa ibu ke rumah sakit. 4. Bau busuk dari vagina Bau busuk dari vagina dapat disebabkan karena infeksi vagina. Tandatanda awal adalah : a. Ibu akan merasa sakit di daerah vagina, b. Keluar nanah dan bau tidak sedap, c. Kulit vagina yang membengkak dan memerah. d. Keluarnya cairan dari vagina e. Disertai dengan demam hingga 380 C Penanganan awalnya yaitu jagalah selalu kebersihan vagina dengan baik, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. 5. 6. Pusing yang terus-menerus Lemas luar biasa

Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, di mana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah. Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI. Penanganan awalnya yaitu : a. Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. b. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. 7. Keadaan Abnormal Pada Payudara Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah: a. Bendungan ASI Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat. b. Mastitis dan Abses Mamae Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna kulit mamae. 8. 9. Nyeri panggul atau perut yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa. Keadaan Abnormal Pada Psikologis a. Psikologi Pada Masa Nifas Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan. Pada 0-3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan sulit tidur di malam hari. Pada 3-10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul biasanya disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah suatu kondisi di mana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya. Pada 1-12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.

b. Depresi Pada Masa Nifas Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab yang kompleks lainnya. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan

menunjukan faktor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya karir ibu karena harus melahirkan, kurangnya perhatian orang orang terdekat terutama suami dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara.

MANAJEMEN LAKTASI A. Pengertian 1. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsure kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004). 2. Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007).

B.

Komposisi ASI ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi yang

mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula. a. Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hamper dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008) b. Protein Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi., sedangkan susu formula lebih banyakmengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30% dibanding susu formula yang mengandung protein ini dalam jumlah yang tinggi (80%) (Badriul, 2008). c. Lemak Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat. Jumlahnya. lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan

berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan bayi (Hubertin, 2004). Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk meilinasi. Asam linoleat ada di dalam ASI dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi (Hubertin, 2004). d. Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diit ibu. Garam organik yang terdapat di dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup (Soetjiningsih, 1997). e. Vitamin 1) Vitamin K Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K di dalam ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk mengalami perdarahan, walaupun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan (Badriul, 2008). 2) Vitamin D Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin K (Badriul, 2008). 3) Vitamin E Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal (Badriul, 2008).

4) Vitamin A Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI

mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A, tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten (Badriul, 2008). 5) Vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folatmungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

C.

Macam-Macam ASI Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling baik dan tepat untuk

pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi (Soetjiningsih, 1997). Menurut waktu pengeluarannya, ASI pada masa laktasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu kolostrum, Air Susu Peralihan dan Air Susu Matur: a. ASI Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat (Purwanti, 2004). Cairan sifatnya kental dan berwarna kekuningan karena mengandung beta karoten dan dibutuhkan oleh bayi baru lahir (Bobak, 2000). Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI (Bobak, 2000). Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama sering defekasi dan feces berwarna hitam. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein globulin membuat konsistensi Kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum. Kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah dibanding ASI matur. Ini disebabkan oleh aktivitas bayi pada tiga hari pertama masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori. Total kalori dalam kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum. Mineral terutama natrium, kalium, dan klorida dalam kolostrum lebih tinggi dibanding susu matur. Vitamin yang larut di air lebih sedikit. Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolestrol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih

mengolah kolestrol. Kolestrol ini di dalam tubuh bayi membangun enzim yang mencerna kolestrol. Karena adanya tripsin inhibitor, hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini sangat menguntungkan karena dapt melindungi bayi. Bila ada protein asing yang masuk akan terhambat sehingga tidak menimbulkan alergi. Kekebalan bayi bertambah dengan volume kolostrum yang meningkat, akibat isapan bayi baru lahir secara terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir diberikan kepada ibunya untuk ditempelkan ke payudara, agar bayi dapat sesering mungkin menyusui. b. ASI Peralihan ASI peralihan diproduksi pada hari keempat sampai hari kesepuluh. Komposisi ASI Peralihan memiliki protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktvitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu. c. ASI Matur Air susu matur disekresi dari hari kesepuluh sampai seterusnya. Air Susu Matur merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Air Susu Matur merupakan cairan yang berwarna kekuning-kuningan yang diakibatkan warna garam dan kalsium caseinat, riboflavin dan karoten. Air Susu Matur ini mengandung antibodi, enzim, hormon dan memiliki sifat biokimia yang khas yaitu kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus. D. Fisiologi Laktasi Laktasi atau menyusui adalah suatu proses produksi/pembentukan ASI (refleks prolaktin) dan pengeluaran ASI (refleks let down) (Suradi dan Kristina, 2004). Pembentukan ASI (refleks prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Pada masa kehamilan terjadi perubahanperubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan oleh plasenta yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen dan progesteron (Maryuni, 2009). Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi (Suradi dan Kristina, 2004). Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap

prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang selsel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu (Maryuni, 2009). Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi yang selalu menyusui. Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah dihisap, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk minum yang sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada. Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak produksi ASI atau dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin banyak ASI diproduksi (IDAI, 2008). Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Proses pelepasan ASI atau refleks letdown dikendalikan oleh neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel mioepitel akan memeras air susu yang telah dibuat dan keluar dari alveoli, masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus dan masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryuni, 2009). Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks letdown yaitu pada saat ibu melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sementara faktor-faktor yang menghambat refleks letdown adalah kondisi ibu yang stress, keadaan bingung (psikis kacau), takut, cemas, lelah, malu dan merasakan nyeri (Maryuni, 2009). Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Tidak jarang, perut ibu akan terasa sangat mulas pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryuni, 2009 ; Suradi dan Krsitina, 2004). E. Manfaat Menyusui a. Manfaat ASI bagi bayi 1) 2) Komposisi sesuai kebutuhan Mudah dicerna dan diserap, mengandung enzim pencernaan (maka sering merasa lapar) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Mengandung zat penangkal penyakit Selalu berada dalam suhu yang tepat Tidak menyebabkan alergi Mencegah maloklusi / kerusakan gigi Mengoptimalkan perkembangan Meningkatkan hubungan ibu dan bayi Menjadi orang yang percaya diri

10) Mengurangi kemungkinan berbagai penyakit kronik di kemudian hari (DM, jantung, penyakit keganasan) b. Manfaat ASI bagi ibu
1) Mencegah perdarahan pasca persalinan 2) Mempercepat involusi uterus 3) Mengurangi anemia 4) Mengurangi resiko Ca Ovarium & payudara 5) Memberikan rasa dibutuhkan 6) Mempercepat kembali ke berat semula 7) Sebagai metode KB sementara

Syarat : a) Bayi berusia belum 6 bulan dan b) Ibu belum haid kembali dan c) Bayi diberi ASI eksklusif c. Manfaat ASI bagi Keluarga
1) Menghemat biaya 2) Anak sehat, jarang sakit 3) Mudah pemberiannya

d. Manfaat ASI bagi Negara


1) Mengurangi devisa dalam pemberian susu formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Dengan memberikan ASI maka dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar/ tahun yang seharusnya dipakai membeli susu formula.
2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Rawat gabung akan memperpendek lama perawatan ibu dan bayi di rumah sakit sehingga mengurangi subsidi/biaya rumah sakit. Selain itu, mengurangi infeksi nosokomial, mengurangi komplikasi persalinan dan mengurangi biaya perawatan anak sakit di rumah sakit.
3) Mengurangi morbiditas & mortalitas anak

Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan nutrien di dalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi, menjamin status gizi bayi menjadi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.
4) Menghasilkan SDM yang bermutu

Anak yang mendapatkan ASI, tumbuh kembang secara optimal sehingga akan menjamin kualitas generasi penerus bangsa.

F.

Cara Menyusui yang Benar a. Cucilah tangan dengan air bersih yang mengalir agar terhindar dari kuman dan bakteri. b. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya. Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu. c. Ibu duduk dengan santai dan kaki tidak boleh menggantung. d. Posisikan bayi dengan benar: 1) Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. 2) Perut bayi menempel ke tubuh ibu 3) Mulut bayi berada di depan puting ibu 4) Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu 5) Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus e. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi. f. Cek apakah perlekatan sudah benar: 1) Dagu menempel ke payudara ibu 2) Mulut terbuka lebar 3) Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi 4) Bibir bayi terlipat keluar 5) Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI) 6) Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan. 7) Ibu tidak kesakitan 8) Bayi tenang 9) Apabila posisi dan perlekatan sudah benar, maka diharapkan produksi ASI tetap banyak g. Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu ke sebelah kanan sampai bayi merasa kenyang. h. Cara melepaskan puting susu dari mulut bayi, dengan menekan dagu bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari ibu antara mulut bayi dan payudara ibu. i. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat. j. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, keluarkan dengan alat pompa susu.

Gambar Posisi Menyusui yang Benar

G.

Masalah yang Dihadapi Ibu Menyusui

Adapun masalah yang sering terjadi pada saat menyusui adalah sebagai berikut : a. Puting Susu Datar/ Terbenam Pada awalnya bayi akan mengalami kesulitan, tetapi setelah beberapa minggu dengan usaha yang ekstra, putting susu yang datar akan menonjol keluar sehingga bayi dapat menyusu dengan mudah. Usaha untuk mengeluarkan puting susu yang terbenam ini dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi segera setelah lahir. Menyusui bayi sesering mungkin (misal 2-2 jam) akan menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu. Mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat membantu bila kandungan payudara dan puting susu tertarik ke dalam. Pompa ASI yang efektif (bukan yang berbentuk terompet atau bentuk squeeze dan bulb) dapat dipakai untuk mengeluarkan putting susu pada waktu menyusui (Depkes RI, 2001). b. Puting Susu Nyeri Pada umumnya ibu akan mengalami sakit pada waktu awal menyusui. Rasa nyeri ini akan berkurang setelah ASI keluar dan bila posisi mulut bayi pada saat menyusui benar, perasaan nyeri ini akan menghilang. Cara menanganinya adalah dengan memastikan posisi menyusui sudah benar dan memulai menyusui pada puting susu yang tidak sakit untuk membantu mengurangi rasa sakit pada puting susu yang sedang sakit. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu kering dan jangan membersihkan puting susu dengan sabun. Hindarkan puting susu menjadi lembab (Depkes RI, 2001). c. Puting Susu Lecet Puting susu yang nyeri, bila tidak segera ditangani dengan benar akan menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan dan dapat mengeluarkan darah. Puting

susu yang lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidiasis) atau dermatitis. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengobati puting susu yang lecet dan memperhatikan posisi menyusui. Apabila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya sembuh dan keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI serta berikan ASI perah dengan sendok atau gelas tetapi jangan dengan dot. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali dan mula-mula dengan waktu yang lebih singkat. Apabila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas (Depkes RI, 2001). d. Payudara Bengkak Pada hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI yang mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab payudara bengkak adalahposisi mulut bayi dan puting susu ibu yang salah, poduksi ASI berlebih, terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang, dan waktu menyusui yang terbatas. Cara mengatasinya adalah dengan menyusui bayi sesering mungkin tanpa terjadwal tanpa batas waktu. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan/ pompa ASI yang efektif sebelum menyusui. Sebelum menyusui dapat dilakukan dengan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit dan setelah menyusui dikompres dengan air dingin untuk mengurangi oedema (Depkes RI, 2001).

Pathway

Post partum

Perubahan Fisiologis Sistem GI Sistem Reproduksi Sistem Kardiovaskular Sistem Endokrin Sistem Integumen Tonus otot usus Sistem muskuloskeletal Ketegangan postural akibat posisi persalinan Striae gravidarum Nyeri Sistem urinaria Isapan bayi tidak adekuat Perubahan body image Penekanan uretra oleh bag terbawah janin saat persalinan Edema uretra

Perubahan Psikologis Taking in Ibu pasif & tergantung Taking hold Adaptasi perubahan peran

Letting go

Involusi dan kontraksi uterus

Penurunan volume darah

Estrogen

Peregangan kulit akibat kehamilan

Mampu menjadi orang tua Perubahan menjadi orang tua

Produksi prolaktin Pelepasan jaringan endometrium Perubahan perfusi jaringan Produksi ASI Kurang pengetahuan ttg manajemen laktasi Isapan bayi adekuat

Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi Ansietas

Pelepasan lochea

Volume cairan menurun

Oksitosin Afterpain Nyeri Kontraksi duktus& alveoli Risiko infeksi

Pembendungan ASI

ASI tidak keluar

Retensi urine

Luka laserasi

Payudara bengkak

Port de entry bakteri

Risiko ketidakadekuat an proses laktasi

ASI keluar

Gangguan rasa nyaman, Nyeri

H. Asuhan Keperawatan Nifas 1. Pengkajian Keperawatan a. Pengkajian data dasar pasien Setelah menyelesaikan periode pemulihan awal sekitar satu sampai dua jam setelah bayi dilahirkan, ibu biasanya ditransfer ke unit nifas. Hal penting yang harus diperoleh saat ibu diterima di unit post partum adalah laporan yang komprehensif tentang peristiwa yang terjadi selama periode intrapartum. Identitas: Identitas klien meliputi: Nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya, tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah. Identitas suami meliputi : Nama suami, usia, pekerjaan, agama, pendidikan, suku. b. Riwayat Kesehatan Data yang perlu dikaji antara lain: Keluhan utama saat masuk rumah sakit, faktor faktor yang mungkin mempengaruhi. Sedangkan data yang berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah peningkatan tekanan darah, eliminasi, mual dan muntah, penambahan berat badan, edema, pusing, sakit kepala, diplopia, nyeri episgastrik. c. Riwayat kehamilan dan persalinan Untuk mengetahui riwayat kehamilan, informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang direncanakan, masalah saat hamil atau antenatal care (ANC) dan imunisasi yang diberikan selama ibu hamil. Sedangkan untuk mengetahui riwayat persalinan, data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan jahitan perineum dan perdarahan. d. Pengalaman menyusui e. Riwayat ginekologi (masalah ginekologi, riwayat KB) f. Pemeriksaan Fisik Rambut. Kaji kekuatan rambut klien klien dengan diet yang baik selama masa hamil mempunyai rambut yang kuat dan segar. Wajah Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol. Mata

Kaji warna konjungtiva bila berwarana merah dan basah berarati normal, sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan jika konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi. Payudara Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan kaji kondisi putting, kebersihan putting, adanya Asi. Uterus Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut. Palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus. Lochea Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yang keluar dari baunya. Sistem perkemihan Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen bagian bawah. Perineum Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi sinus inspeksi adanya tanda-tanda REEDA (Rednes atau kemerahan, echymosis atau perdarahan bawah kulit, edeme atau bengkak, discharge atau perubahan lochea, approximation atau pertautan jaringan). Ektremitas bawah Ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukan oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik. Tanda-tanda vital Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum. g. Pemeriksaan Penunjang Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hemotrokit (Hb/Ht): mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan evaluasi efek dari kehilangan darah pada pembedahan. Urinalis : Kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut. b. Gangguan rasa nyaman c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus d. Perubahan menjadi orang tua. e. Risiko infeksi f. Perubahan eliminasi urine g. Kurang pengetahuan tentang manajemen laktasi

3. Intervensi Keperawatan Diagnosa 1: Nyeri akut Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang dirasakan pasien berkurang Kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 88x/mnt, RR 20 x/mnt, Suhu 360C. klien melaporkan nyeri berkurang klien mengatakan mampu mengontrol nyeri klien mampu mengenali nyeri INTERVENSI Lakukan pengkajian nyeri RASIONAL secara Memudahkan menentukan intervensi

komprehensif termasuk lokasi nyeri, selanjutnya durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari Mengidentifikasi adanya nyeri pada klien Perubahan tekanan darah dapat

ketidaknyamanan Kontrol tekanan darah klien

mengindikasikan adanya reaksi dari pemberian obat-obatan Kontrol lingkungan nyeri yang seperti dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri suhu dan

mempengaruhi ruangan, kebisingan

pencahayaan,

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Apabila faktor pencetus berkurang maka intensitas nyeri akan berkurang

Bantu

klien

dan

keluarga

untuk Dukungan

dari

keluarga

dapat

mencari dan menemukan dukungan

membantu klien mengatasi nyeri

Ajarkan

tentang

teknik

non Teknik non farmakologi yang benar membuat klien rileks dan

farmakologi: napas dada, relaksasi, akan distraksi, kompres hangat/dingin

nyaman sehingga dapat mengurangi nyeri

Tingkatkan istirahat

Istirahat akan membuat klien merasa nyaman, berkurang sehingga nyeri dapat

Kolaborasi:

Penggunaan

agens-agens

Berikan analgetik untuk mengurangi farmakologi untuk mengurangi atau nyeri, seperti menghilangkan nyeri

Diagnosa 2: Perubahan menjadi orang tua Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan klien menunjukkan perilaku ketahanan keterikatan perasaan antara orangtua dan bayi Kriteria Hasil : Secara verbal mengungkapkan perasaan positif terhadap bayi Sentuhan, usapan, tepukan, ciumanm dan senyuman pada bayi Berbicara pada bayi Posisi berhadapan dan melakukan kontak mata INTERVENSI Pantau terhadap reaksi bayi, orangtua observasi baru Kekecewaan untuk mengurangi RASIONAL yang muncul dapat jawab

rasa tanggung

perasaan jijik, takut atau kecewa orangtua dalam memelohara bayi dalam masalah jenis kelamin Tentukan pengetahuan orangtua Pengetahuan yang dimiliki orangtua menentukan perawatan yang

terhadap kebutuhan perawatan dasar kan bayi/anak dan berikan

informasi diberikan orangtua kepada anak

perawatan anak yang tepat, sesuai indikasi Menunjukkan cara menyentuh bayi Orangtua yang dilahirkan dan diisolasi baru biasanya masih

memiliki rasa takut dan khawatir ketika akan menyentuh bayinya

Letakkan bayi pada tubuh ibu segera setelah kelahiran

Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat meningkatkan kelekatan antara ibu dan bayi

Berikan kesempatan kepada ayah Meningkatkan pelekatan antara ayah untuk memegang anak di area dan bayi

pelahiran Berikan penghilang nyeri untuk ibu Nyeri yang dirasakan ibu dapat

mengganggu proses pelekatan antara ibu dan bayi Berikan privasi keluarga selama Privasi yang diberikan dapat

melakukan interaksi dengan bayi baru lahir Dukung orangtua untuk menyentuh dan bicara kepada bayi baru lahir

membuat keluarga merasa nyaman berinteraksi dengan BBL Pemberian rangsangan membuat stimulasi dan bayi sentuhan tumbuh berupa akan dan

berkembang dengan baik

Diagnosa 3: Risiko infeksi Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi tidak menjadi actual Kriteria hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal Klien menunjukkan perilaku hidup sehat Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal INTERVENSI Pantau tanda/gejala RASIONAL infeksi Mengetahui tanda infeksi secara dini

(missal.suhu tubuh, denyut jantung, memungkinkan pencegahan terhadap pembuangan, penampilan luka, infeksi dan mengurangi keparahan

sekresi, penampilan urin, suhu kulit, infeksi yg mungkin sudah terjadi lesi kulit, keletihan, malaise) Kaji faktor yg meningkatkan serangan infeksi (missal.usia lanjut, tanggap imun rendah, dan malnutrisi) Pantau hasil laboratorium Faktor pemberat dapat

mengakibatkan infeksi berkembang leboh cepat

(DPL, Perubahan

hasil

laboratorium

hitung granulosit absolut, hasil-hasil mengidentifikasikan adanya infeksi yg berbeda, protein serum, dan

albumin)

Ajarkan pasien teknik mencuci tangan Cuci tangan dengan benar dapat yg benar Ajarkan kepada pasien mencegah transmisi organism dan Perubahan hasil laboratorium dapat

keluarganya tanda/gejala infeksi dan mengindikasikan adanya infeksi kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatan Berikan diperlukan terapi antibiotic bila Mencegah infeksi

Diagnosa 4: Konstipasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan konstipasi tidak terjadi. Kriteria hasil : Klien defekasi biasa atau optimal satu hari sekali. Keluhan saat BAB tidak ada. Rencana tindakan: 1) Auskultasi bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal. 2) Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal. 3) Anjurkan peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi sesuai toleransi. 4) Kaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan 5) kolaborasi pemberian laktasif, pelunak feses, suppositoria atau enema.

Diagnosa 5: Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek efek hormonal, trauma mekanik dan edema jaringan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi perubahan eliminasi urine Kriteria hasil: Berkemih tidak dibantu dalam waktu 68 jam setelah melahirkan. Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih. Rencana tindakan: 1) Kaji masukan cairan dan keluar urine terakhir. 2) Palpasi kandung kemih, pantau fundus dan likasi serta julah aliran lochea. 3) Perhatikan adanya edema atau laserasi episiotomy dan jenis anastesi yang digunakan. 4) Anjurkan berkemih dalam 6 8 jam pasca persalinan dan setiap 4 jam setelahnya, bila kondisi memungkinkan biarkan klien berjalan kekamar mandi. 5) Anjurkan klien untuk minum 6 sampai 8 gelas cairan setiap hari.

6) Kateterisasi sesuai indikasi.

Diagnosa 6: Kurang pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan bayi berhubungan dengan kurangnya informasi Tujuan: Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan mengenai

manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah dilakukan tindakan perawatan dengan kriteria hasil pasien mampu menjelaskan kembali mengenai informasi yang telah diberikan. Intervensi keperawatan : 1) Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan kesalahan informasi. 2) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu perawatan tali pusat dan perawatan payudara. 3) Jelaskan mengenai gizi waktu menyusui. 4) Kaji respon klien dalam menerima pendidikan kesehatan. 5) Minta klien untuk menjelaskan kembali informasi yang telah diberikan

4. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah pelaksannaan strategia dan kegiatan sesuai dengan rencana keperwatan. Dalam melaksanankan implementasi seorang perawat harus mempunyai kemampuan kognitif. Proses implementasi mencakup

pengkajian ualang kondisi klien. Memvalidasi rencana keperawatan yang telah disusun, menentukan kebutuhan yang tepat untuk memberikan bantuan, melaksanankan strategi keperawatan dan mengkomunikasikan kegiatan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Di dalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya pada klien post partum dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mampu berkerja sama dengan klien, keluarga serta anggota tim kesehatan yang terkait, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat optimal dan komprehensif.

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang tela dilakukan. Evaluasi pada ibu post partum meliputi : Dimulainya ikatan keluarga, berkurangnya nyeri, terpenuhinya kebutuhan psikologi, mengekspresikan

harapan diri yang positif, komplikasi tercegah / teratasi, bebas dari infeksi, pola

eliminasi optimal, mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi, dipahamin kebutuhan pasca partum (Doenges, 2005).

Daftar Pustaka

Ambarwati EW, Dyah. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005. Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal. http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistemmuskuloskeletal/ Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 1). http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-reproduksipart-1/ NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014. Jakarta. EGC. Sari, Puspita Sari. 2006. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Malang: Universitas Tribuana Tunggadewi Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal. YBPSP.Jakarta

You might also like