You are on page 1of 39

{t

PERMASALAHAI\ DALAM PEMBUATAI\ KETERANGAN HAK MEWARIS

SEHT]BUNGAN DENGAN BERLAKUNYA

TINDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006

TENTANG ADMINISTRASI KEPENDT'DUKAN

OIeh:

Milly Karmila Sareal, SH.

Disampaikan Dalam Kongres XX lkatan Notaris Indonesia

Tgl.29 Januari 2009rJ.W. Marriot Hotel Surabaya


PERMASALAHAN DALAM PEMBUATAN KETERANGAN HAK MEWARIS
SEHUBUNGAN DENGAN BERLAKUNYA
UNDANG.UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAI\
[Oleh : Milly Karmila Sareal, SH.]

Penghapusan Diskriminasi dengan Undane-Undans Nomor 23 / 2006

Dasar-dasar pertimbangan dibentuknya Undang-undang Nomor 23


Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang berlaku pada tanggal 29
Desember 2006 adalah untuk menghapuskan diskriminasi dalam pengadministrasian

kependudukan.
"Dalam pemenuhan hak penduduk, terutama di bidang Pencatatan Sipil,
masih ditemukan penggolongan Penduduk yong didasarkon pada perlakuan
dislcriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan dsn agama
sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk kolonial Belanda.
Penggolongan Penduduk dan pelayanan dislviminatif yang demikian itu tidak
sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut mengabaikan pengadministrasian
kependudukan mengalami kendala yang mendasar sebab sumber Data
Kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya
cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem Administasi
kependuduknn yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administrasi seperti yang dikemukokan di atas tidak
memiliki sistem database kependudukan yang menunjang pelayanan
Administasi Kependudukan." (Penjelasan tJmum (l(l No. 23/2006)

Tujuan diundangkannya Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 juga sejalan


dengan Perundang-undangan yang telah berlaku sebelumnya yaitu :

- dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan


Indonesia.
- dengan Undang-undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Konvensi
Internasional Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi Rasial.
- dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita

- dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

- dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan


- dengan Undang'undang Nomor 23 tahun2}}2tentang Perlindungan Anak

Tujuan tersebut merupakan langkah-langkah realisasi menuju pada persamaan hak


semua warganegara, dalam pencatatan kependudukan yang nantinya dengan harapan
demi tercapainya perlindungan hak semua penduduk warga negara dan bukan
warganegara sehingga selanjutnya yang ada hanyalah pembedaan Warga Negara
Indonesia dan Warga Negara Asing. Salah satu pasal yang secara tegas mau
merealisasikan tujuan tersebut tercantum pada Pasal 106, yaitu menghapus dan
mencabut peraturan-peraturan pencatatan sipil yang dimuat dalam :

o Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (Burgerlijk Wetback voor Indonesie, Staatsblad 1847:23)
o Peraturan Pencatatan Spil untuk Golongan Eropa (Reglement op het Holden

der Registers van den Burgerlijken Stand voor Europeenen, Staatsblad


I 849 : 2 5, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1946: I 3 6)

o Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan China (Bepalingen voor Geheel


Indonesie Betrffinde het Burgerlijken Handelsrecht van de Chinezean,
Staatsblad 1917:129 jo. Staatsblad 1939:288 sebagaimana diubah terakhir
dengan Staatsblad I 946 : I 36)

o Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Indonesia (Reglement op het


Holden van de Registers van den Burgerlijken Stancl voor Eenigle Groepen
v.d. nit tot de Onderhoringer van een ZelJbestuur, behoorende Ind. Bevol king

vanJava en Madura, Staatsblad 1920:751 Jo. Staatsblad 1927:564)


r Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Kristen lndonesia
(Huwelijksordonantie voor Christenen Indonesiers Java, Minahasa en
Amboiena, Staatsblad 1933:74 Jo. Staatsblad 1936:607 sebagaimana diubah
terakhir dengan Staatsblad I 93 9 : 2 88)
o Undang-undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan
Nama Keluarga (Lembaran Negara Tahun 196l Nomor 15, Tambahan
Lembaran negara Nomor 21 54).

Mengamati hal-hal yang dimuat dalam UU No. 2312A06, segera kita sadari
bahwa persamuuln yang dicapai hanya dalam akte-akte pencatatan sipil yang tidak lagi
menyebut golongan-golongan penduduk dan memuat tentang data-data penduduk
dengan membedakan hanya kelompok Warga Negara Indonesia dan Warga Negara
Asing serta mutasi perubahan-perubahannya. Masih banyak yang perlu dirumuskan
dalam Undang-undang tentang hak-hak sipil warga negara yang belum diatur dalam
UU No. 23/2006. Yang baru diatur adalah terrtang administasi kependudukan dalam
hal terjadi peristiwa-peristiwa lahir, kawin, cerai, kematian, pengangkatan anak,
pengakuan anak dan pengesahan anak, perubahan kewarganegaraan. Untuk
menunjang pencatatan yang akurat dan pelayanan kependudukan yang profesional
disusunlah dengan UU tersebut suatu sistem administrasi kependudukan yang sejalan

dengan kemajuan teknologi informasi komunikasi (Sistem Informasi Administrasi


Kependudukan: SIAK) yang bertujuan untuk :

l. terselenggaranya Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang


terpadu dan tertib;
2. terselenggaranya Administasi Kependudukan yang bersifat universal,
pernanen, wajib dan berkelanjutan;
3. terpenuhinya hak penduduk di bidang Administasi Kependudukan dengan
pelayanan yang profesional, dan

4. tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai Pendaftaran


Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat,
lengkap, mutakhir dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan

kebijakan dan pembangunan pada umumnya.

Secara umum tiap peristiwa kependudukan wajib dilaporkan oleh penduduk


dalam waktu 60 (enampuluh) hari sejak terjadinya peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting (lahir, kawin, cerai, perubahan warganegara) dan dalam waktu 30
(tigapuluh) hari (mati, pengangkatan anak, pengakuan anak, pengesahan anak,
perubahan nama) kepada instansi pelaksana yang melaksanakan umsan Administasi

Kependudukan.

Pemerintah Kabupaten I Kota berkewajiban melaksanakan Administrasi


Kependudukan sampai pada instansi Pelaksana Pencatatan Sipil pada tingkat
Kecamatan yang diberi wewenang menerbitkan akte pencatatan sipil (Unit Pelaksana
Teknis Dinas Instansi Pelaksana : UPTD Instansi Pelaksana), juga dengan melibatkan
khusus bagi pencatat nikah. talak- cerai dan rujuk bagi penduduk yang beragama
Islam pada tingkat kecamatan oleh pegauai pencatat pada Kantor Urusan Agama di
kecamatan setempat. Sebagai peraturan pelal:sana UU tersebut, terdapat Peraturan
Presiden dan Peraturan Pemerintah tentang syarat-syarat dan tatacara pencatatan
kelahiran, perkawinan, kematian, pengesahan, pengakuan anak, yaifu peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2A07 kntang Pelaksanaan Undang-

undang Nomor 23 tahun 2006tentang Administrasi Kependudukan.

Ilubunsan Undang-undang Nomor 2312006 dengan Pembuatan


Keterangan Hak Waris

Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 telah mengatur pencatatan bagi mereka


yang lahir, kawin, cerai, mati, pengangkatan, pengakuan dan pengesahan anak serta
perubahan kewarganegataan, dengan ketentuan-ketentuan di dalamnya yang
menggantikan peraturan pencatatan sipil sebelumnya, setelah berlakunya Undang-
undang ini tidak lagi dicantumkan dasar hukum berupa Staatsblad tentang
penggolongan penduduk dalam akte-akte catatan sipil.

Mengikuti semangat menuju pada perundang-undangan yang menjamin


persamaan hukum dan hak sebagai warganegar4 UU No. 12 tahun 2006 tentang

Kew'arganegaruan Republik Indonesia dalam Pasal 2 menyebutkan bahwa Warga


Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain
yang disahkan dengan Undang-undang sebagai Warga Negara. Hal
tersebut membawa
dampak bahwa warga dari etnis Tionghoa, Arab, India dan lainnya (sesungguhnya
sudah menjadi Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak menerima
kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri) kini masuk menjadi kelompok
bangsa Indonesia asli. Dalam kaitan di atas selama ini dasar pengaturan
sistem
Pencatatan Sipil Indonesia adalah menggunakan Golongan Penduduk
sebagaimana
dimaksud oleh berbagai Reglement Pencatatan Sipil yang tertuang dalam
berbagai
Staatsblad pada Kepala Akte Catatan Sipilr, yaitu :

staatsblad tahun 1920 nomor 751 yaitu Reglement pencatatan Sipil untuk
golongan penduduk Indonesia asli bukan Nasrani

b. Staatsblad tahun 1933 nomor 75 yaitu Reglement pencatatan Sipil untuk


golongan Indonesia asli beragama Nasrani

t P. Heru Tumbelaka. SH: Undang-undang Kev,arganegaraan No l2 Tahun 2006 dan


Beberapa Permasalahannya. Horel Grand Mahakam, Jakarta, 20 SJptembe r 2006.
Staatsblad tahun 1917 nomor 130 yaitu Reglement Pencatatan Sipil untuk
golongan Tionghoa

d. Staatsblad tahun 1849 nomor 25 yaitu Reglement Pencatatan Sipil untuk


golongan Eropa.

Dahulu sebelum berlakunya UU nomor 2312006 Pencatatan Staatsblad-


staatsblad tersebut menjadi petunjuk bagi praktisi hukum dalam masyarakat bahwa
seseorang tunduk pada hukum perdata tertentu (KUH Perdata (BW) / bukan). Akibat
daripada tidak dicantumkannya dasar-dasar hukum yang mengakibatkan perbedaan
hukum Perdata mana yang berlaku bagi subyek tertentu yang mewakili akte catatan
sipil tersebut, memang bagi azas persamaan hak dapat mendukung hapusnya
diskriminasi dan rasialisme dalam pelayanan Administasi Kependudukan maupun
dalam pelayanan publik lainnya, namun justru dalam membuat Keterangan Hak
Mewaris jelas menimbulkan permasalahan yaitu tidak dapat dengan serta merta hanya
melihat akta Pencatatan Sipil dapat diketahui subyek,yang bersangkutan yang berlaku
baginya tunduk pada Hukum perdata yang mana.

Karena pencabutan peraturan-peraturan tentang Pencatatan Sipil yang dimuat


dalam pasal 106 UU No. 23 I 2006 BELUM BERARTI terhadap penduduk Warga
Negara Indonesia yang kini seragam pencatatan sipilnya berdasarkan UU No.
2312006, mempunyai pula Hukum perdata yang sama. Hukum Perdata yang berlaku

bagi Penduduk Warga Negara Indonesia di negara kita tercinta masih dibeda-bedakan
berdasarkan peraturan-peraturan yang lama yang mungkin perlahan-lahan harus juga
diperbaharui untuk menunjang maksud dan cita-cita pembuat UU dalam zaman
reformasi ini, yaitu hukum yang memberikan kesamaan hak bagi semua warga
Negara Indonesia.

Pembedaan Hukum Perdata yang berlaku bagi golongan-golongan penduduk


tersebut belum terhapuskan. Dalam Hukum Perdata tersebut termasuk bagian yang
amat penting dalam pembuatan Keterangan Hak waris yaitu Hukum waris.

Pluralisme hukum vang ditimbulkan oleh pembagian golongan-golongan


penduduk, timbul sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Penggolongan penduduk
di Indonesia dibagi dalam tiga golongan penduduk yang tunduk pada hukum perdata
yang berbeda-beda sebagaimana diatur dalam Pasal 131 juncto Pasal 16l Indische
Staatsregeling (IS). Penggolongan penduduk dan sistem hukum yang diberlakukan

ialah sebagai berikut :

l. Golongan Eropa
Bagi golongan Eropa diberlakukan htrkum yang berlaku di negeri Belanda
secara konkordansi. Jadi Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijke
Wetboek), Kitab Undang Undang Hukum Dagang (Wetboekvan Koophandel),

hukum'pidana, Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana yang berlaku
di negeri Belanda berdasarkan asas konkordansi diberlakukan bagi golongan
Eropa di negeri-negeri jajahannya termasuk di Indonesia.

2. a. Golongan Timur Asing Tionghoa


(1) Bagi golongan Timur Asing Tionghoa, Kitab undang undang
Hukum Perdata dan Kitab undang Undang Hukum Dagang
diberlakukan bagi
mereka;

(2) Pada mulanya dengan peraturan yang termuat di dalam Staatsblad


1855 Nomor 79 Hukum perdata Eropa (Kitab undang Undang
Hukum perdata dan Kitab undang undang Hukum Dagang)
diberlakukan bagi golongan Timur Asing, tanpa adanya pembedaan

antara golongan Timur Asing Tionghoa dan golongan Timur asing

lainnya- Dalam perkembangannya, bagi gorongan Timur Asing


Tionghoa, hukum Eropa yang berlaku bagi mereka diperluas;
(3) Sejak tahun 1917, dengan dikeluarkannya peraturan yang diletakkan
dalam Staatsblad 1917 Nomor 729, diberlakukan untuk seluruh
wilayah Hindia Belanda (Indonesia);
(4) sejak tahun 1925 ditenhrkan bahwa bagi golongan Timur Asing
Tionghoa berlaku seluruh hukum privat yang berlaku bagi
golongan Eropa, kecuali perafuran-peraturan yang mengenai
catatan sipil (Burgerlijke stand), upacara-upacara sebelum
berlangsungnya perkawinan (Bagian 2 dan 3 dari Bab 4 Buku I
Kitab Undang Undang Hukum perdata). dan bagi golongan Timur

6
i;:;,,:;;"#,i::'i*I1,'#,"';;::';_:X1"il:
dibuat peraturan tersendiri tentang pengangkatan anak (adoptie)
yaitu dalam Bagian III Staatsblad tahun 1917 Nomor 129;
b. Golongan Timur Asing Lainnya
Bagi golongan Timur Asing yang lain (Arab, India dan lain lain)
diberlakukan sebagian dari Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan
Kitab undang-undang Hukum Dagang, yaitu pada pokoknya bagian-
bagian yang mengenai bidang hukum harta kekayaan;

3. Golongan Indonesia Asli


Bagi golongan Indonesia asli, berlaku hukum adat, yang bersifat harta benda
perkawinan dan harta waris bhineka pula, yaitu berbeda-beda dari daerah yang

satu dengan daerah yang lainnya.

Dengan demikian untuk golongan penduduk yang tunduk pada Hukum


Perdata pengaturan harta benda perkawinan dan harta waris terdapat dalam Kitab
Undang Undang Hukum Perdata Buku I tentang Orang dan Buku II tentang Hukum
Waris. Termasuk di dalam Buku I diatur perkawinan dan akibat-akibat hukumnya,
serta kedudukan anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan maupun yang
dilahirkan di luar perkawinan. Buku II mengatur dengan lengkap mengenai
hak-hak
waris dari para keluarga sedarah yang sah maupun anak-anak luar kawin.

Pluralisme Dalam Hukum Waris

Hukum waris yang bersifat nasional masih menjadi cita-cita. terobosan-


terobosan dibuat untuk mengatasi hal ini, misalnya keberadaan
UU No. lllg74
tentang Perkawinan tidak dapat menggantikan secara keseluruhan
masalah hukum
keluarga, perkawinan dan pewarisan yang ada dalam KUH perdata,
menimbulkan
bermacam-macam tafsiran. Bagi mereka yang tunduk pada hukum perdata, yaitu
orang-orang Eropa dan golongan timur asing, berlaku Hukum waris
dalam KUH
Perdata dengan aturan-aturan yang sudah j elas.
Bagi orang-orang yang tidak tunduk pada hukum Perdata, misalnya penduduk
pribumi yang tidak beragama Islam tunduk pada hukum adat, sedangkan bagi mereka
yang beragama Islam berlaku hukum waris Islam. Pembedaan dalam hukum waris
juga melahirkan pembedaan instansi pembuat keterangan Hak Waris. Untuk orang-
orang Eropa dan Tingho4 diterima berlaku umum pembuatan surat keterangan hak
waris oleh notaris sebagai yang berwenang; untuk golongan timur asing non
Tionghoa, surat keterangan waris dibuat oleh Balai Hartapeninggalan.

Hukum waris manakah yang berlaku bagi seseorang? pendapat umum


mengatakan hukum waris yang berlaku adalah hukum si almarhum/pewaris.
Sekalipun telah ada uu yang menghapus golongan-golongan penduduk, yaitu :

- undang-undang No. I 2 I 2006 tentang Kewargane garaan Republik Indonesia


- undang-undang No.23 D0a6 tentang Administrasi Kependudukan

narnun pada prakteknya penggolongan pencatatan menurut Staatsblad bagi kalangan


notaris justru menguntungkan, karena memberi informasi kepada notaris, pada
hukum
waris yang mana seorang pewaris tunduk. Bila dihilangkan penyebutan Staatsblad-
staatsblad penggolongan penduduk maka akan ditemui kesulitan untuk membuat
akte-
akte pewarisan bagi yang meninggal karena tak dapat diketahui lagi masuk golongan
penduduk yang tunduk pada hukum waris yang mana. Di satu
sisi, penulis
mendukung penghapusan golongan-golongan penduduk, di sisi lain,
kami masih
belum puas karena aturan-aturan tersebut masih belum lengkap menyentuh
aspek-
aspek hukum keluarga, belum ada pengaturan Hukum Waris yang
berlaku nasional
terutama pewarisan, maka pluralisme dalam hal hukum waris
masih berlangsung
terus' Sehingga pembuatan keterangan hak waris masih mengikuti
hukum waris yang
berlaku bagi rupa-rupa golongan penduduk, yaitu sebagai berikut
:

- untuk warga keturunan Tionghoa berlaku KUH perdata Buku II Bab


12 dst
- bagi penduduk Warga Negara Indonesia pribumi non Islam, berlaku
hukum adat
masing-masing, yang sangat heterogen dan tidak ada kodifikasi.

Pada masa ini, di tengah era komunikasi sosial yang makin memperdekat umat
manusia dan dalam era globalisasi, Hukum Waris untuk mereka yang tunduk ada
hukum adat (Nasrani/non muslim), cenderung makin lama makin ditinggalkan,
terutama oleh mereka yang hidup di kota-kota besar yang telah hidup modern. Bagi
mereka yang sudah tidak lagi mempunyai hubungan batin dengan daerah asalnya
dan
telah berpendidikan cukup tinggi dan berpikir maju, berkembang tendensi
meninggalkan hukum adat masing-masing yang tidak jelas. LebihJebih bagi pasangan

suami isteri, yang meniti jenjang kair lusaha masing-masing, mengharapkan semua
hasil jerih payatnya dapat diwariskan kepada anak-anak dan pasangan yang
dikasihinya, merasa dirugikan bila harta I mata pencaharian yang dicarinya dengan
susah payah harus diwariskannya kepada kaum keluarga lainnya yang bukan anak-

anaknya sendiri / pasangannya. Suamilisteri dan anak-anak adalah keluarga terdekat


yang diharapkan menjadi ahliwaris. Mungkinkah terdapat atau dibentuk hukum waris

yang bersifat Nasional ?

Bagi mereka yang tunduk pada Hukum Adat, Hukum Islam maupun Hukum perdata
Barat, terbuka pula kesempatan untuk memberlakukan hukum waris yang diinginkan

daripada yang diatur oleh hukum masing-masing golongan, yaitu dapat memilih
baginya suatu hukum waris yang dimuat dalam Surat Wasiat I Testamen, penetapan /
pengangkatan ahli waris menurut wasiat/testamen. Dalam hal ini, penulis
SANGAT
menganjurkan, bagi mereka yang tunduk pada hukum adat, terutama yang
tidak
tunduk pada hukum Islam, SEBAIKNYA memilih pengaturan warisan mereka
secara
tegas dalam SURAT WASIAT yang kuat dalam sebuah akte
otentik di depan notaris.
Mereka berhak membuat surat wasiat, dan dengan memilih membuat
surat wasiat
dengan mengatur di dalamnya orang-orang yang diangkat sebagai
ahliwaris, ataupun
memberikan benda-benda tertentu kepada orang-orang tertentu (hibah
wasiat), lebih
menjamin kepastian hukum dan hak-hak para ahliwaris berdasarkan
testamen tersebut
setelah yang bersangkutan meninggal dunia. Demikian pula
bagi mereka yang tunduk
pada hukum Islam, jika menginginkan warisannya dibagi tidak menurut hukum Islam,
dapat pula memakai caraini. Agar dengan demikian dapat
menentukan proporsi yang
adil bagi orang-orang yang dikasihinya, pasangan suami/istri serta
anak-anaknya, baik
laki-laki maupun perempuan. Dalam hal para ahliwaris tunduk pada hukum yang
berbeda, terdapat pendapat sebagaimana diungkapkan oleh rekan
notaris Herlien,
dalam makalahnya: Menuju Keterangan Hak waris yang uniform2
:

Dengan meninggalnya seseorang, maka hqrus ditentukan siapa ahli warisnya,


penentuan mqno harus dilakuknn dengan memperhatikan hukum waris yang
berlaku bagi pewaris. Apabila bagi peworis yang beragama Islam namun

' Dr. Herlien Budiono, SH.: Menuiu Keterangan Hak Waris yang (Jniform (lilacana
"seminar
pembuktian sebagai ahliwaris dengan akte notaris) *ukutuh disampaikan
, f,ada yang
diselenggarakan Pengda INI Surabayi pada tanggal l6Juni 2007.
paro ahliwaris terdiri dari mereks yang tunduk pada hulntm yang berbeda-
beda, maka dalam hal demikian dapat digunakan Surst Edaran tentqng
Petuniuk Pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 tahun 1990, dimana pqro
ahli waris boleh memilih hukum mena yang akan berlaku bagi pembigian
warisnya.

Masih diperlukan penentuan peraturan mengenai dimungkinkannya seseorang


pewaris yang tidak tunduk pada salah satu hukum perdata yang tertulis (KUH Perdata
atau Hukum Waris Islam) untuk memilih hukum perdata mana dan hukum waris
mana yang dikehendakinya. Dalam hal ini perlu pengaturan perundangan lebih lanjut
yang memungkinkannya. Selama peraturan tersebut belum ada, subyek-subyek
hukum yang bersangkutan mempunyai hak untuk memilih, misalnya dengan membuat
surat wasiat. Apa jaminan agar suatu surat wasiat mencapai sasaran yang
dikehendaki
pembuatnya? Jika seseorang sudah membuat akte wasiat, maka pembuatan
wasiat
tersebut harus didaftarkan di Seksi Daftar Wasiat di Departemen Hukum
dan HAM
Republik Indonesia. Selanjutnya untuk dapat lebih menjamin surat wasiat dapat
dilaksanakan, maka setiap instansi yang berruenang membuat keterangan
hak waris
harus diwajibkan meminta keterangan dari Seksi Daftar Wasiat di Departemen
Hukum dan HAM Republik Indonesia, yang akan menjawab setiap permintaan
anggota masyarakat yang menanyakan adakah almarhum tertentu pernah
membuat
wasiat' Pejabat / instansi yang berwenang membuat Surat keterangan
Hak Mewaris
hendaknya diharuskan untuk menanyakan lebih dahulu ada
tidaknya wasiat atas nama
/
almarhum sebelum membuat memutuskan surat keterangan
hak mewaris dari
almarhum.

Seksi Daftar wasiat di Departemen Hukum dan HAM, hendaknya juga


mendaftarkan wasiat-wasiat yang dibuat di bawah tangan menurut hukum adat,
wasiat-wasiat yang dibuat menurut hukum adat agarjuga dapat
didaftarkan di Seksi
Daftar Wasiat di Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Untuk itu
Departemen Hukum dan HAM sebaiknya juga meningkatkan
kemampuannya untuk
menampung dan melayani masyarakat dengan cepat dan tepat
bila mendaftarkan
wasiat baik notariil dan maupun menurut hukum adat. Pendaftaran
cukup mencatat :
nama pembuat, tempat dan tanggal lahir, tempat wasiat dibuat dan disimpan.
Bila
dibuat di bawah tangan: nama dan pejabat dan tempat kedudukanyang
membuat.

10
Perlu dipikirkan dalam hal penduduk yang tinggal di daerah terpencil dimungkinkan
untuk membuat wasiat di hadapan pejabat pemerintahan daerah setempat yang juga
harus didaftarkan di Departemen Hukum dan HAM Republik lndonesia. Perlu
menjadi pemikiran bersama jug4 dan mudah-mudahan menjadi bola salju yang terus
menggelinding, adanya pemikiran menuju Hukum Waris yang bersifat nasional yang
diatur dalam sebuah Undang-undang sebagai pedoman dan pegangan bagi seluruh
komponen bangsa tentang hukum keluarga dan pewarisan. Masih menjadi
keprihatinan penulis bahwa sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang belum
tahu dan tidak mengerti hukum keluarga dan waris mana yang berlaku baginya.
Tetapi menurut pengamatan penulis, beberapa kalangan yang dinilai terpelajar dan
sudah berpikir modern, mereka lebih cenderung berpendapat bahwa kepastian hukum

Iebih didapat, bila tunduk pada KUH perdata.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam perkemban gar-tnyajuga telah


tidak berlaku seutuhnya karena telah dicabut dengan beberapa undang-undang, antara
lain Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar pokok-pokok
Agraria yang telah mencabut sebagian ketentuan Buku II Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mengatur sepanjang mengenai bumi, air serta kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya. Sedangkan pasal-pasal Buku II Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang tidak turut dicabut adalah yang mengenai hipotik yang masih
berlaku pada tanggal 24 September 1964 sampai saat dikeluarkannya Undang-undang

Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Dengan dicabutnya Buku II Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan diterapkannya hukum adat menjadi
dasar hukum
tanah yang baru (konsideran/berpendapat serta Pasal 5 UUPA), maka
diakhirilah
dualisme dalam hukum tanah di Indonesia, dengan demikian tercapailah
cita-cita
unifikasi atau kesatuan hukum tanirh di Indonesia, yang sesuai dengan cita-cita
persatuan bangsa.

Sebagian dari peraturan tentang Hukum Keluarga yaitu khususnya tentang


perkawinan dicabut dengan undang Undang Nomor I tahun lg74 tentang
Perkawinan. Pasal 66 Undang Undang Nomor I tahun 1974 tentang perkawinan
menentukan bahwa : unhrk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan

l1
perkawinan, berdasarkan atas Undang Undang ini, maka dengan berlakunya Undang
Undang ini ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijke Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwetijl<s

Ordonantie Christen Indonesiers ,S. 1933 Nomor 74), Peraturan Perkawinan


Campuran Indonesia (Regeling op de Gemengde Huwelijken S. 1898 no. 158) dan
peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur
Undang-undan g ini, dinyatakan tidak berlaku.3

Tujuan pencabutan Buku I Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak jauh


berbeda dengan pencabutan Buku II, yakni dilakukan untuk menciptakan unifikasi
hukum di bidang perkawinan di Indonesia. Untuk itu, Pembentuk Undang-undang
menetapkan berlakunya undang-undang tentang perkawinan yang berlaku bagi semua

warga negara.a

Dengan dinyatakan berlakunya Undang Undang Nomor I tahun 1974 tentang


Perkawinan dan kemudian dikeluarkan Peraturan Pelaksanaan dengan peraturan
Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983,
maka perkawinan di Indonesia didasarkan pada perlangsungan pemikahan menurut
kesamaan agama dengan akibat muncul macam-macam kesulitan bagi pasangan
pasangan yang ingin menikah namun berbeda agama hingga hal-hal tersebut
menambah peluang kesulitan pernikahan sah sebagaimana telah diuraikan di atas
dan
jelas menambah populasi anak-anak luar nikah.

Penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui berapa banyak mereka yang tak
dapat melaksanakan pernikahan resmi dan sah di hadapan pejabat-pejabat yang
bersangkutan, dan berapa banyak anak-anak luar nikah yang mempunyai
hak waris
yang dibedakan dengan hak waris saudara-saudaranya yang adalah anak-anak sah.
Lebih membingungkan lagi dalam Undang Undang Nomor I tahun 1974 tentang
Perkawinan tersebut terdapat ketentuan yang bermaksud meniadakan situasi yang
tidak nyaman bagi anak-anak yang tidak mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya sendiri bila ia tidak diakui sah. Langkah yang diambil oleh pembentuk

3 Bandingkan: Satrio, J. S.H.: Hukum l4taris tentang Pemisahan Boeclel, cet.l ,


(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, I 998), hal. 1 4- I 5.
o Wahyono Darmabrata, Hukum Perdata, Pembahasan Mengenai Azas Azas Hukum
perdata, cet. I, (Setio Acness, Jakarta: 2001), hal. 6g-69

12
Undang-und*g, Undang-undang Nomor I tahun 1974 mengatur hal tersebut dalam
Pasal43 yang mengatakan bahwa:
"f. Anak yang dilahirkon di luar perka,vinan hanya mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
2. Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur
dalam Peraturan pemerinteh. "

Ayat 2 Pasal 43 tersebut menyatakan tentang kedudukan anak yang dilahirkan di luar
perkawinan selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, akan tetapi sampai
sekarang walaupun Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksana undang undang

tersebut telah ada yakni Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, belum ada
ketentuan yang mengatur lebih lanjut status anak tersebut.s Namun yang diatur
baru
sebagian saja tanpa pengaturan lebih lanjut antara lain bagaimana hak-hak dan
kedudukan anak luar kawin dalam hukum keluarga antara anak dengan ibunya dan
keluarga ibunya.

Belum adanya pengaturan yang tegas tentang kedudukan hukum anak luar
kawin juga
menimbulkan macam-macam tafsiran. Sebagian berpendapat dengan
ketentuan pasal
43 tersebut jelas: Undang-undang memberi kedudukan sama terhadap
tiap anak yang
dilahirkan ibu yang sama baik anak sah maupun anak luar kawin. Benarkah
demikian
?

Ada pula yang berpendapat, berhubung undang-undang Nomor lllg74 tidak


mengatur lebih lanjut hak-hak waris bagi anggota keluarga
maupun bagi anak luar
kawin maka mengenai hak-hak waris kembali kepada peraturan yang
lama, yaitu
dalam KUH Perdata, dengan pengertian ketentuan Pasal 43
memberikan kepada anak
luar kawin kedudukan sama dengan anak luar kawin diakui
sah karena bila dalam
KUH Perdata untuk dapat mempunyai hubungan hukum dengan ibunya perlu ada
pengakuan sah (Pasal 280, 281). Dengan adanya ketentuan
Pasal 43 Undang-undang
Nomor lll974, hubungan hukum antaraanak luar kawin dengan ibunya
berdasarkan
ketentuan Undang-undang sudah tercipta tar:pa diperlukan pengakuan,
Berhubung
tidak ada pengaturan lebih lanjut mengenai hak warisnya maka berlaku ketentuan

Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum perkawinan dan Kelyarga di
Indonesiq, cet. -I, (Jakarta: Rizkita, 2002),ha]..96.

l1
pewarisan dalam hal ada anak luar nikah yang diakui sah (Pasal 863 KUH Perdata dst,

yang secara rinci akan diuraikan dalam sub judul di bawah).

Menurut Hukum dalam KUH Perdata seorang anak luar kawin yang tidak
diakui sah tidak mempunyai hubungan hukum dengan siapapun, kecuali diakui sah ia
hanya mempunyai hubungan hukum dengan orang yang mengakui sah (ayahiibunya).

Dalam hal seorang wanita yang adalah anak luar kawin dan tidak diakui oleh ibu
maupun ayal'nya, tidak menikah, meninggal dunia dan mempunyai anak luar kawin
yang lahir setelah tgl. 1 Oktober 1975 (UU No. 111975 telah berlaku, dengan
memperhatikan PP No.9/1975), maka yang berhak adalah yang mempunyai hubungan
hukum dengan wanita tersebut yaitu anak-anak luar nikahnya berdasarkan pasal 43
UU No. lll914 tentang Perkawinan. Dalam hal demikian dapatlah dimungkinkan
penafsiran bahwa anak luar kawin yang lahir setelah tgl. 1 Oktober 1975 menjadi
satu-satunya ahliwaris dari wanita anak luar i<awin yang tidak diakui sah dan tidak
menikah.

Sehubungan dengan berlakunya Undang-undang No.l tahun 1974 tentang


Perkawinan, bagi mereka yang menikah setelah berlakunya UU tersebut patut
diteliti
harta apa yang menjadi boedel warisannya. Ketentuan mengenai boedel harus
memperhatikan ketentuan pasal 35 dan pasal 36 UU perkawinan yaitu hanya
terdiri
dari harta bawaannya ditambah harta yang diperoleh sebagai warisan dari kaum
keluarganya atau hadiah dan separuh dari harta bersama yang diperoleh
sepanjang
perkawinan' tidak termasuk : harta bawaan pasangan, harta yang
diperoleh sebagai
warisan/pemberian hadiah oleh pasangannya dan setengah dari harta
bersama yang
menjadi hak pasangannya.

Dalam bukunya berjudul Hukum Perkawinan dan Keluarga cli Indonesia,


Prof' Wahyono6 menyatakan bahwa Undang-undang tidak mengatur dan tidak
menyinggung persoalan harta bersama dalam hal perkawinan putus karena
kematian
salah satu pihak (suami/isteri). Oleh karena Undang-undang perkawinan tidak
mengaturnya, maka berdasarkan Pasal 66 Undang-undang Perkawinan diberlakukan
ketenhran yang ada dan berlaku bagi mereka. Dengan demikian bahwa bagi mereka
yang tunduk kepada KUH Perdata mengenai akibat hukum karena kematian ini
diatur

Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarifi Op.Cit. hal.j0-12

14
mennrut KUH Perdata dan demikian juga bagi mereka yang tunduk kepada Hukum
Islam, akan diatur menurut hukum Islam.

Bila seorang suami menikah kedua kali dengan seorang isteri sesudah
berlakunya UU Perkawinan, isteri baru pun mengalami masalah, karena UU
Perkawinan tidak mengatur bagaimana pembagian harta dalam hal perkawinannya
putus karena perceraian maupun karena kematian. Menurut hemat kami, karena pasal
66 UU perkawinan menyebutkan mencabut UU lama sejauh telah diatur dalam UU
Perkawinan, maka masih berlaku hukum masing-masing yang lama untuk hal hal
yang belum diatur. Dalam hal ini khusus bagi merekayang tunduk pada hukum
perdata, terhadap isteri/suami kedua ada pembatasan dalam pasal 181, pasal t52a,
Pasal 902- Baik karena percampuran harta (pasal 181) maupun karena pembagian
warisan menurut UU (pasal 852a) dan juga karena surat wasiat (pasal 902), seorang
pasangan dari orang yang menikah untuk kedua kali atau lebih, tidak boleh mendapat
manfaaVkeuntungan lebih besar daripada bagian terkecil seorang anak dari
perkawinan pertama / perkawinan sebelumnya dengan maksimum seluruhnya l/4
bagian hingga berdasarkan pasal 181 harta campur I hartatidak dibagi dua.

(Tinjauan Perbandingan menurut KIJH perdata)

Dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata (Burgerlijke l|retboek)


tersebut
diatur tentang seorang anak yang tidak lahir dari perkawinan sah, yaitu
anak luar
nikah (natuurliike kinderen) atau anak-anak yang lahir atau dibenihkan
di luar
pernikahan. Mereka dibagi dalam dua golonganT :

a' anak-anak luar nikah dalam arti kata luas, yaitu semua anak yang
lahir tanpa
pernikahan orang tuanya;

b. dan anak-anak luar nikah dalam arti kata sempit, yaitu anak-anak luar
nikah
dalam arti kata luas, kecuali anak-anak zina (overspelig) dan sumbang
(bloedschennig).

' Tan Thong Kie: Studi Notariat dan Serba-serbi Praktek Notaris, Buku I, Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta, 2000, Buku I. hal. 20.

l5
Menurut Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatakan
bahwa: "dengan pengakuan yang dilakukan terhadap anak luar kawin, timbulah
hubungan perdata antara anak dan bapak atau ibunya" 8 Pasal 283 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata menentukan bahwa: 'osekalian anak yang dibenihkan dalam
zinah ataupun dalam sumbang, sekali-kali tak boleh diakui, kecuali terhadap yang
terakhir ini, apa yang ditentukan dalam Pasal 273"e, menimbulkan hal-hal yang
janggal bahwa seorang wanita yangpada faktanya telah melahirkan seorang anak di
luar perkawinan yang sah, dan dalam masyarakat pasti disebut anak ibunya, yaitu
wanita yang telah melahirkan anak tersebut, namun tanpa adanya pengakuan yang sah
yang dilakukan dengan cara-cara yang disebut dalam pasal 281:
"Pengakuan terhadap seorang anak luar kowin, apabila yang demikian itu tidak
telah dilakukan, dolam aha kelahiran si anak atau pada waktu perkawinan
berlangsung, dapat dilakukan dengan tiapliap aha otentik.
Pengakuan yang demikian dapat juga dilakukan dengan akta yang dibuat oleh
pegawai catatan sipil dan dibukukan dalam register kelahiran menurut hari
penanggalannya. Pengakuan ini harw dicatat dalam jihat aha kelahiron.
Jika pengakuan itu dilakukan dengan akta otentik lain maka masing-masing yang
berkepentingan berhak menuntut pencatatan pengakuan itu dalim jihat akta
kelahiran anak.
Namun bagaimana tak bolehlah sesuatu kelalaian mencatatkan pengakuan itu
dipersalahkan kepada anak yang diakui, untuk mempertengkarkan ieduiukan yang
diperolehnya. "

Bagaimana kedudukan seorang ibu yang melahirkan anak tidak mempunyai hubungan

hukum dengan anaknya sendiri dan karenanya juga menurut hukum waris yang diatur
dalam Buku II tentang kebendaan, Bab XII tentang pewarisan karena kematian, juga
menjadi tidak mempunyai hak saling mewaris anak dari ibu biologisnya sendiri / ibu
terhadap anaknya.

Hal ini juga banyak dikecam oleh para ahli yang mengatakan dalam bahasa
Belanda: "een moeder maakt geen bastard',l0 (seorang ibu tak mungkin
membuat/melahirkan yang bukan anaknya), sehingga akhimya di dalam tahun 1947,
ketentuan tersebut di negeri Belanda mengalami perubahan, diganti dengan ketentuan

8 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, diterjemahkan oleh R Subekti dan R.


'ljitrosudibio, cet.25, (Jakarta: pradnya paramita,
1992), pasal 2g0.

e tbid., pasal 2g3.


r0 Komar Andasasmita, Notaris III, Hukum Harta Perkawinan dan 'Waris, Menurut
K-itab. Ilndang-Undang Hukum Perdata (Teori dan Praktek), Bandung: Ikatan Notaris Indonesia
Komisariat Daerah Jawa Barat, l9B7,hal.2lL.

r6
bahwa sejak kelahiran anak timbullah hubungan hukum keperdataan antara seorang
anak luar kawin dengan ibunya (Pasal 336 ayat I Burgerlijke Wetboek Nederland).
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di Indonesia tidak mengambil alih perubahan
tersebut, karena Indonesia pada waktu itu sudah merdeka (asas konkordansi tidak
berlangsung setelah Indonesia lepas dari penjajahan Belanda) dan Indonesia tidak
mengikuti perubahan Burgerlijke l|/etboek Nederland yang diadakan tahun 1947
I
tersebut.l

Kedudukan hukum anak luar nikah berkaitan erat dengan hak mewarisi harta
peninggalan dari orang tuanya. Bilamana menurut hukum tersebut hubungan hukum
keperdataan hanya timbul dengan adanya pengakuan sah maka bagi anak-anak luar

nikah yang tidak diakui, tidak ada peluang untuk dapat mewarisi harta orang tuanya,
kecuali melalui surat wasiat. Sedangkan bagi anak luar nikah yang diakui sah, selain
timbul hubungan keperdataan dengan orang tua yang mengakuinya, ia pun
mempunyai hak mewaris sesuai dengan ketentuan Pasal 862-873 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, hanya saja bagian warisan anak luar nikah sebagaimana
diatur dalam Pasal 863 sangat berbeda dengan bagian warisan anak-anak sah.12

Ketentuan tentang warisan ini perlu kiranya mendapat peninjauan kembali


apakah masih sesuai dengan harapan masyarakat jaman sekarang mengingat begitu

banyak orang yang dalam hidup sehari-hari berada dalam keadaan tidak jelas status
pernikahannya yang disebabkan oleh macam-macam harnbatanlalasan,
hingga tidak
mempunyai akte nikah sah hingga terlahir begitu banyak anak-anak luar nikah.
Hal ini
juga membutuhkan penyuluhan dan penelitian agar
kedudukan seorang anak manusia
bersamaan hak dengan anak manusia yang lain seperti didambakan
oleh hak-hak asasi
manusia karena sesuai prinsip-prinsip termuat dalam "Declaration
of Independence,,
: "All men ore created equal", semua orang mempunyai hak yang sama.

Anak-anak luar nikah dalam arti sempit, yaitu yang dilahirkan bukan karena
zinah ataupun sumbang, masih mempunyai peluang besar untuk ditingkatkan
ll

''volmar, H.F.A, pengantar studi Hukum perdatq, jilid I, terjemahan: LS.


Adiwimarta (Jakarta: CV. Rajawali, 19g5), hal.122.

t2 Kitab Undang-tlndang Hukum perdara.op. cit pasal g63.

t7
kedudukan hukumnya, dari tidak mewaris menjadi mewaris dari ayah-ibunya dengan
pengakuan sah (erkennen),bah*an lebih lanjut ditingkatkan lagi menjadi anak-anak
sah melalui tindakan yang disebut pengesahan (wettiging). Dalam masyarakat
Indonesia banyak yang melangsungkan "pemikahan" tapi tidak mendaftarkan
pemikahannya di Pencatatan Sipil. Seumur hidup hanya mempunyai satu pasangan
yang sama, hidup nyata-nyata dan dikenal masyarakat sebagai suami isteri dengan
anak-anak sah. Namun sering bila diminta memperlihatkan akte nikah, tidak ada, dan
akte lahir anak-anaknya tercatat sebagai anak luar kawin dari ibunya. Keadaan ini
memprihatinkan karena kedudukan anak luar nikah yang jelas-jelas menurut Undang-
undang tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya dan juga tidak -
sebelum
Undang-undang Nomor 1 I 1974 berlaku - dengan ibunya, sehingga ketika
sang ayah
meninggal dengan terkejut dan menyesal istcri dan anak-anaknya baru mengetahui
bahwa harta almarhum menurut Hukum Waris tidak menjadi bagian mereka
melainkan bagian keluarga (bapak, ibu dan saudara-saudara) almarhum.
Dalam
praktek notaris perlu sekali melakukan penyuluhan hukum pada
masyarakat i klien
yang datang agar diinformasikan posisi yang tak menguntungkan
bagi kawan hidup
dan anak-anak mereka dengan menempuh cara menurut Pasal
2T2KIJHperdata.

Menurut Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dengan pengakuan


yang dilakukan terhadap seorang anak luar kawin,
timbullah hubungan perdata arrtara
si anak dan bapak atau ibunya. Dalam istilah timbullah hubungan hukum
berarti
hanya karena ada tindakan pengakuan, maka hubungan
hukum tersebut terbentuk.
Dengan istilah hubungan hukum, tercakup hak dan kewajiban
timbal balik antara
yang mengakui dan yang diakui dan diantarmtyaadalah
hak waris dari orang tua yang
mengakuinya, baik dari ayah maupun ibu yang mengakui
sah.

Siapa yang dapat diakui? Hanyalah anak-anak luar nikah


dalam arti sempit,
yaitu yang bukan dilahirkan karena zinah maupun sumbang,
yang diakui sah oleh
ibunya maupun ayahnya. Bila tidak diakui oleh orang tuanya
tidak terdapat hubungan
hukuml3. Sedangkan hak waris dari anak luar nikah dalam
arti sempit (bukan anak
zinah maupun anak sumbang) diatur dalam hukum waris dalam
Buku II Kitab

Kitab Undang-Undang Hakum perdata. op. cit.., pasal 2g0 :

18
Undang-Undang Hukum Perdata khusus untuk anak-anak luar nikah yang lebih
sempit lagi, yaitu yang diakui sah oleh orang tuanya (ibu dan bapaknya).

Pengakuan sah menurut Pasal 281 dilakukan terhadap anak luar nikah dengan

cara mencatatkan pada akte kelahiran si anak pada saat pernikahan kedua orang
tuanya di Kantor Catatan Sipil atau setiap rvaktu oleh bapak atau ibunya dengan
dengan tiap{iap akte otentik yang diikuti oleh pencatatan di Kantor Catatan Sipil.
Pengakuan dengan akte notaris dilakukan dengan akte khusus tentang pengakuan anak

ataupun dalam tiaptiap akte otentik, misalnya akte wasiat notariil. Syarat bagi
seorang laki-laki untuk dapat mengakui seorang anak, harus berusia 19 tahun dan
mendapat persetujuan dari ibu biologis anak tersebut, sedangkan bagi perempuan,
tidak ada batasan usia untuk dapat mengakui anak, asal saja anak tersebut telah
dilahirkan dari rahimnya sendiri. Mengakui sah seorang yang bukan anaknya baik
oleh seorang laki laki ("bapak") maupun oleh seorang wanita ("ibu"), dapat dikenakan

hukuman pidana 3 tahun karena kejahatan melakukan tindak pidana menggelapkan


kedudukan t"s"otatg.ta Anak-anak yang dibenihkan dalam zinah ataupun
dalam
sumbang tidak dapat diakui, kecuali bila dengan ijin Presiden kedua
orang tua anak
tersebut menikah satu sama lain dan sekaligus anak anak tersebut
disahkan.

Pengakuan anak harus dilakukan dengan akte otentik; segala


akte otentik
memenuhi syarat tersebut.ls Dengan demikian pengakuan anak tidak
harus dilakukan
dalam suatu akte khusus seperti akte notaris dan akte pegawai
Kantor Catatan Sipil.
Pengakuan juga dapat dilakukan dalam suatu akte wasiat, asal saja
wasiat ifu
bukanlah wasiat olografis.16 Pada umunmya pengakuan anak dilakukan
oleh
masyarakat dengan akte yang dibuat di Kantor Catatan Sipil yang
didaftarkan dalam
register kelahiran di kantor tersebut dan dari pengakuan
itu dibuat catatan pinggir
pada surat asli akte kelahiran yang berada di kantor
tersebut. Catatan pinggir ini

D
Pasal 277-278 Kitab Undang-Undang Hukum Pidan4 terdapat dalam Engelbrecht
(Leiden: A.W. Sijthofls Uitgeversmrj N.V. 1956J, hal. iPtZS_lqZt.

tt Kitab ltndang-Undang Hukum perdata.op. cit., pasal 2gl.


16 Suatu wasiat yang ditulis dan ditandatangani oleh pembuat wasiat sendiri sesuai
dengan pasal 932 Kitab Undang-Undang Hukum perdata.

19
dibuat juga atas permintaanyangberkepentingan jika pengakuan anak telah dilakukan

dengan akte otentik lain yang tidak dibuat oleh pegawai Kantor Catatan Sipil.

Agar status pasangan dan kedudukan hukum anak luar nikah menjadi lebih
baik, jalan/carayangpaling tepat,tak cukup hanyadengan pengakuan sah (erkenning)
menurut pasal 280 KUH Perdata, tetapi dlam hal kedua pasangan tidak terhalang satu
sama lain untuk menikah, adalah dengan pernikahan kedua orang tuanya dan
sekaligus mengakui dan mengesahkan (wettiging) anak-anak yang telah dilahirkan
oleh pasangan tersebut menurut Pasal 272. Dengan demikian suamiiisteri saling
mempunyai kedudukan sebagai pasangan nikah yang sah dan mempunyai hak untuk
saling mewaris, sekaligus anak-anaknya disahkan juga sehingga mempunyai status
sebagai anak sah dengan hak-hak waris menurut Undang-undattg. Pasal 272, pasal
274 dan Pasal 275 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur kemungkinan-
kemungkinan bagi pengesahan anak-anak luar kawin menjadi anak sah.

Tentang pewarisan dalam hal ada anak-anak luar nikah diatur dalam Bagian
Ketiga Bab Keduabelas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu pasal
863. pasal
863 membagi hak waris anak luar nikah menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu
:

1' anak luar nikah yang diakui sah yang mewaris bersama dengan anak-anak
sah atau pasangan suami/isteri yang meninggal. Besar warisan untuk
golongan ini adalah 113 bagian dari seandainya ia atau mereka anak-anak
s&,
2' anak luar nikah yang diakui sah yang mewaris bersama dengan keluarga
sedarah garis ke atas atau saudara laki-laki/perempuan dan
keturunannya dari
si meninggal- Dalam hal ini, bagian waris seluruh anak luar nikah
adalah ll2
dari seluruh warisan,
3' bila anak luar nikah yang diakui sah mewaris bersama sanak keluarga dan
saudara dari derajat yang lebih jauh dari yang disebutkan di kelompok
2,
maka seluruh anak luar nikah mendapat bagian warisan sebanyak 3l4bagian

dari seluruh warisan.


Ternyata makin banyak ahli waris dalam golongan pertama yang ikut mewaris,
makin
kecil bagian seorang anak luar kawin yang diakui sah. Pada kelompok kedua. terjadi
bilamana seorang anak luar nikah yang diakui sah menjadi ahlirvaris dari seorang
yang tidak menikah dan tidak mempunyai anak sah, tetapi mempunyai
orang rua dan

20
saudara. Dalam hal ini anak luar nikah yang diakui sah tersebut mewaris bersama
keluarga sedarah garis ke atas. Bagian warisan seluruh anak luar nikah yang diakui
sah adalah 1/2 (setengah) bagian dan sisa 1i2 (setengah) bagian lagi untuk para
saudara dan orangfua pewaris.

Bilamana tidak ada kaum keluarga sedarah dari pewaris sampai dengan derajat

keenam, barulah anak luar nikah diakui sah mendapat seluruh warisanlT. Ketentuan-
ketentuan bagian warisan anak luar kawin tidak berlaku bagi anak yang dibenihkan

dalam zinah atau dalam sumbang.ls Anak-anak yang dibenihkan dalam zinah dan
sumbang tak dapat diakuire, dengan kekecualian yang disebutkan dalam Pasal273.

Menjawab pertanyaan apakah anak luar nikah harus diakui sah terlebih dahulu
baru mewaris, menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 280, jelas
disebutkan bahwa seorang anak luar kawin harus diakui sah oleh ayah dengan
persetujuan ibunya, dan juga oleh ibu yang melahirkannya, baru dapat menjadi ahli
waris. Pengakuan sah tersebut harus dilakukan pada saat yang mengakui dalam
keadaan tidak menikah sah. Dalam keadaan demikian barulah anak yang diakui sah
dapat memperoleh hak bagian warisan. Pengakuan sah yang dilakukan sepanjang
perkawinan, membawa akibat anak yang diakui tersebut tidak dapat memperoleh
bagian warisan apapunt0. Jadi sekian banyak anak luar nikah yang diakui, harus
diteliti kapan pengakuan itu dilakukan dan kapan anak yang diakui itu dilahirkan dan
dibenihkan.

Manakala ia dilahirkan atau dibenihkan sepanjang orang yang mengakuinya


masih menikah sah dengan orang lain, maka anak tersebut termasuk anak zinah, yang
tidak diperkenankan untuk diakui oleh Undang-undang. Bilamana anak tersebut
dilahirkan dan dibenihkan semasa orang tuanya tidak dalam pernikahan sah, ia dapat

17 Kitab Undang-Undang Hukum perdata.op. cit., pasal g65 :


"Jika si meninggal tak meninggalkan ahliwaris yang sah, maka sekalian anak luar kawin
mendapat seluruh warisan."

18 Kinb Undang-Undang Hukum perdata.op. cit., pasal g67

re Kilab Undong-Undang Hukum perdata.op. cit, pasal 283


20 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.op. cit, pasal 285 ayat I

21
diakui. tetapi hendaknl'a pengakuan sah dilakukan selagi orang tuanya tidak terikat
dalam suatu perkawinan sah dengan siapapun. Pasal 285 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata menentukan dalam hal pengakuan sah dilakukan sepanjang
pemikahan, pengakuan sah itu tak dapat merugikan pasangan nikah dan anak anak sah

,vang dilahirkan dari pernikahan tersebut; sehingga bagian anak luar nikah yang
diakui sah menjadi nihil, karena tidak boleh pengakuannya berakibat mendatangkan
kerugian terhadap anak-anak sah yang telah ada dan pasangan (suami/isteri)dari yang
mengakui.

Uraian mengenai warisan tersebut di atas adalah menurut ketentuan Undang-


undang (ab intestato). Bagaimana dengan warisan yang dapat diperoleh seseorang
berdasarkan wasiat (testamen)? Terhadap anak-anak luar nikah yang diakui sah, untuk

mendapatkan keuntungan warisan melalui testamen lebih dari yang telah ditetapkan

oleh undang-undang, tidak dimungkinkan, karena ketentuan bagian warisan yang


ditetapkan bagi anak-anak luar kawin yang diakui sah yang diatur dalam pasal 863
merupakan maksimum yang dapat dinikmati oleh anak-anak luar nikah.2r Oleh karena

itu dalam pembahasan tentang warisan dimana terdapat anak-anak luar kawin yang

diakui sah, bagian anak luar kawin tersebut dikeluarkan terlebih dahulu.

Seorang anak luar nikah yang diakui sah mendapat perlindungan dalam
warisan orang tua yang mengakuinya berupa hak atas legitime portie (bagian mutlak)
yang diatur dalam Pasal 916 Kitab Undang-undang Hukum perdata:
"Bagian mutlak seorang anak luar km,in yang telah diakui
sah adalah setengah dari
ycmg menurut (Jndang-undang sedianya harus diwarisinya dalam piwariscm
lagian
karena kematian"

Adalah lebih baik bagi seorang anak luar nikah bila ia tidak diakui oleh orang tuanya
tetapi mendapat warisan melalui testamen. Dalam hal pemberian testamen kepada
seseorang yang bukan anak luar nikah yang diakui, ia dianggap sebagai seorang pihak

ketiga, sehingga dimungkinkan baginya untuk menerima bagian lebih besar melalui
wasiat (testamen), yaitu maksimum yang diperbolehkan bagi orang luar /orang yang
bukan keluarga / pihak ketiga.

o
Kitab Undang-lJndang Hukum Perdata.op. cit., pasal 908

2?
Pembuatan Surat Keterangan Waris oleh Notaris

Ada hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat keterangan


waris, terutama yang tersebut dalam Pasal 14 lhet op de Grootboeken der Nationale
Schuld harus dicantumkan dalam keterangan waris, yaitu22:

- nanna, nama kecil, serta tempat tinggal terakhir pewaris

- nama, nama kecil, tempat tinggal dan jika masih di bawah umur, tanggal dan

tahun kelahiran mereka yang mendapat hak dengan menyebutkan bagian


mereka menurut undang-und*g, dan surat wasiat atau surat pemisahan dan
pembagian (b o e de I s che i ding)

- sedapat mungkin nama, nama kecil dan tempat tinggal wakil anak-anak di

bawah umur (yaitu wali, pemegang kekuasaan orang tua), termasuk para
pengurus khusus (bewindvoerder)

- suatu perincian tepat surat wasiat, atau dalam hal pewarisan menurut undang-

undang, hubungan antara pewaris dan para ahli waris, yang menjadi dasar
diperolehnya hak itu.

- semua pembatasan yang ditentukan oleh pewaris terhadap hak untuk


memindahtangankan apa yangdiperoleh, dengan menyebut nama, nama kecil,

dan sedapat mungkin tempat tinggal mereka yang terkenakan pembatasan


itu,
serta menyebut orang-orang yang boleh menerimanya dan mereka yang
harus
membantunya apabila pemindahtanganan harus dilakukan

- serta pernyataan pejabat yang membuat keterangan waris bahwa


dia telah
meyakinkan diri atas kebenaran dalJr apayang ditulisnya.
Ini bukan sekedar untuk memenuhi peruntlang-undangan Indonesia, tetapi agar
keterangan ini diberikan selengkap mungkin.

Prakteknya notaris harus lebih meneliti dokumen-dokumen yang dilampirkan


yang nantinya menjadi dasar penentuan bagian hak waris" termasuk
meneliti tanggal-
tanggal peristiwa-peristiwa hukum yang tercatat dalam dokumen-dokumen
asli / akte-
akte catatan sipil, misalnya apakah tanggal dilahirkannya seseorang terjadi sebelum /
setelah perkawinan sah. Dapat terjadi tanggal-tanggal telah salah dicatat, misalnya

22 Tan Thong Kie: Studi llotariat dan Serba-serbi Praktek Notaris. Buku l, Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta,2000, hal. 2gl-29g.
tanggal lahir pada akte kelahiran dibuat berdekatan sehingga terjadi 2 kelahiran dalam

waktu kurang dart T bulan dari seorang ibu yang sama. Dalam hal demikian notaris
harus hati-hati. Apakah hal tersebut sesuai dengan fakta yang ada. Bila dirasa ada
penggelapan datalkesalahan pencatatan / pemalsuan akte / isi akte tidak benar, notaris

sebaiknya menolak membuat keterangan hak mewaris, atau paling tidak


menganjurkan agar akte-akte 'bermasalah' tersebut dibereskan terlebih dahulu. Begitu
pula tentang kesalahan pencatatan kelahiran pada kantor catatan sipil.

Misal : pada tahun 1971, pasangan A dan B menikah sah, dalam surat nikah dicatat
turut disahkan seorang anak yang lahir 1969, menjadi anak sah menurut Pasal
272 KuHPerdata. Ternyata diserahkan pula akte lahir seorang anak yang lahir
pada tahun 1974 darj wanita B, disebut sebagai anak luar kawin. Dalam hal

demikian sebaiknya dipertanyakan: benarkah akta tersebut, karena di dalam


perkawinan seseorang tidak dapat melahirkan seorang anak luar kawin,
kecuali disangkal keabsahan oleh suaminya. Kemungkinan besar telah terjadi
kesalahan pencatatan pada akte lahir tersebut. Maka terlebih dahulu harus

dilakukan proses perbaikan akte kelahiran melalui Pengadilan Negeri.


Akte-akte pencatatan sipil harus diperlihatkan aslinya pada waktu menghadap
notaris.

Sekalipun ada yang berpendapat bahwa setelah tahun 1974 dengan UU


No'1/1974 pernikahan sah bila dilakukan menurut agama masing-masing,
namun bagi
ketelitian seorang notaris dalam membuat keterangan hak waris, tetap diperlukan
bukti-bukti dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil.
Akte
nikah yang dibuat/dikeluarkan oleh Pejabat Agama belum tentu dapat diterima
sebagai bukti yang benar.

Misal : Penulis pernah menerima klien yang menyerahkan akte kematian suami,
Surat
Bukti Warga Negara Indonesia, Surat Pernyataan Ganti Nama dan akte
pemikahannya dengan almarhum dari catatan sipil, yang menyebutkan
pemikahannya telah dilakukan menurut agama di hadapan pendeta .x,.
Setelah meneliti surat-surat Pernyataan Ganti Nama dan WNI almarhum,
tercatat bahwa almarhum mempunyai isteri lain (isteri pertama?). Oleh karena

mendapat nama isteri pertama, maka notaris menanyakan apakah ada akte
perceraian atau akte kematian isteri pertama. sehingga almarhum
dimungkinkan untuk menikah sah dengan u.anita tersebut. Temyata dijawab.
bahwa sang suami tidak tega menceraikan isteri pertama dan sampai saat ini-

24
isteri pertama masih hidup. Penulis sebagai Notaris tentu saja terkejut dan
langsung berkesimpulan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh wanita
tersebut bukanlah pemikahan yang sah, karena tidak mungkin seseorangyffiig

tunduk pada KUH Perdata yang masih terikat perkawinan sah dapat menikah
lagi dengan pasangan lain (bigami). Maka walaupun wanita tersebut memiliki
akte nikah dari Kantor Pencatatan Sipil, maka akte tersebut tidak dapat
dipergunakan untuk membuat keterangan hak waris, karena tidak
dimungkinkan seorang yang tunduk pada hukum perdata memiliki 2 isteri
yang sah dalam masa perkawinan yang silma.
Dalam hal-hal demikian, maka notaris dianjurkan untuk tidak membuat keterangan
hak waris.dengan mendasarkanpadaakte Pencatatan Sipil yang 'sepertinya' sah tetapi

nantinya pasti menimbulkan masalah. Hal ini harus terlebih dahulu dibereskan
melalui pengadilan. Dari contoh-contoh tersebut, ternyata tetap dibutuhkan akte-akte
Pencatatan Sipil untuk memastikan sebuah peristiwa hukum yang terjadi dan dialami

sebagai dasar pembuatan Keterangan Hak Waris. Maka untuk membuat akte
Keterangan Hak Waris penulis menganggap tidak cukup, hanya mengandalkan surat
yang dikeluarkan oleh pejabat agama yang bersangkutan, tetapi tetap diperlukan akte-

akte catatan sipil. Bahkan walaupun telah ada akte-akte catatan sipil tetap harus
diperiksa dengan teliti akte-akte tersebut.
Dalam rangka pembuatan keterangan hak waris. biasanya penulis :

a. meminta kepada klien akte-akte catatan sipil :

- Akte Kelahiran,

- Akte perkawinan

- Akte WNI dan Ganti Nama,

- Akte Perceraian (bila ada).

- Akte Kematian,

- Akte lahir anak-anak dan Akte kematian anak-anak (bila ada),

- Testamen yang pernah dibuat di hadapan notaris. Untuk memastikan


apakah wasiat itu berlaku atau tidak dengan terlebih dahulu mengecek
pada seksi Daftar Wasiat pada Deparetemen Hukum dan HAM.
b. Hadirkan bukan saja semua ahli waris yang menerangkan semua di bawah
sumpah, juga saksi van vai hubun terdekat den

25
almarhum atau yang mengenal betul almarhum sejak lama bahkan sebelum
menikah, yang dapat memberikan kesaksian kebenaran bahwa almarhum
mempunyai berapa orang isteri dan berapa orang anak, atau tidak mempunyai
ahliwaris golongan satu tetapi mempunyai saudara-saudaru kandung, dan
seterusnya yang membuat akte Keterangan dalam bentuk notariil.

Dari keterangan di bawah sumpah oleh 2 orang saksi tersebut diperoleh


informasi data-data bagi pembuatan surat keterangan hak mewaris dibuat dalam
bentuk di bawah tangan, tetapi mempunyai kckuatan sebagai akte resmi dari notaris
yang berdasarkan pengetahuannya dalam hukum waris telah dapat menguraikan siapa

saja ahli waris dan berapa bagian-bagiannya. Akte keterangan hak waris dibuat
mengikuti model akte di bawah tangan karena tidak mungkin dapat dterima seorang
notaris menjadi penghadap dalam akte yang dibuatnya sendiri dan menguatkan
keterangannya dalam suatu relaas akte tentang hal hal yang
diterangkan/dinyatakannya sendiri.

26
Upava Menuiu pada Hukum Waris yang ielas.
Contoh-contoh / sikap notaris / formulasi :

l. Dalam menghadapi klien yang ingin membuat surat wasiat dan baginya tidak
berlaku Hukum Waris dalam KUH Perdata tetapi yang bersangkutan ingin agar
kelak orang-orang yang menjadi ahliwarisnyaadalahorang-orang yang disebutkan
menurut ketentuan Hukum Perdata, maka notaris sebaiknya lebih dahulu
menjelaskan menurut status yang bersangkutan sebagai Warga Negara Indonesia
yang menikah sah atau tidak. Bila menikah sah maka ahliwarisnya adalah ahli
waris golongan I (suami/isteri dan anak-anak) dengan bagian yang sama yang
berasal dari Harta Warisan dengan memperhatikan hak pasangan hidup atas ll2
bagian dari harta bersama.

Misalnya : tuan A, Warga Negara Indonesia, beragama Kristen bukan Tionghoa /


Eropa, menikah tahun 1930 (UU No. l/1974 tentang Perkawinan sudah berlaku
baginya) tanpa membuat perjanjian kawin. Ada harta bersama. Mereka
mempunyai 3 orang anak sah (2 laki-laki [c & D] dan 1 perempuan [E]). Tuan A
mau membuat surat wasiat agar isteri dan ketiga anaknya mendapat bagian yang
sama besar dari harta peninggalannya. Maka dalam surat wasiat Tuan A,
disiapkan oleh notaris antara lain berisi susunan kata-katasebagai berikut :

"Saya tarik kembali dan hapuskan semua testamen dan semua akte dengan kekuatan
testamen yang dibuat oleh saya sebelum testamen ini, tidak ada yang dikecualikan. -

Saya menghendaki agar harta warisan saya dibagi menurut ketentuan Hukum
Perdata (Kitab Undang-undang Hukum Perdata eab XII dan Bab XIII khususnya
bagi
keluarga saya sebagaimana diatur dalam pasal 852.

saya angkat sebagai para ahli waris saya : isteri saya: Nyonya B, dan anak-anak
saya: tuan c, tuan D dan nona E, masing-masing untuk rl4 bagian yang sama atas
harta warisan saya.

Saya angkat sebagai pelaksana testamen saya, isteri saya: Nyonya B tersebut,
dengan diberi hak yang dapat diberikan kepada seorang peiaksana testamenj
terutama hak untuk mengambil dan memegang (in bezit nemen en houden), seluruh
harta peninggalan saya, menurut penetapan dalam Undang-Undang.,, ------------------

27
2. Dalam hal sebagaimana tersebut di atas, maka sebagai notaris yang kemudian
diminta membuat Keterangan Hak Mewaris untuk seorang sebagaimana tersebut
di nomor I atas, maka dapat dibuat akte Keterangan dan kemudian surat
Keterangan Hak Mewaris dengan contoh sebagai berikut :

KETERANGAN
Nonpr : ,-
Pada hari ini,
jam Waktu Lndonesia Bag-ian Barat, -
hadir-di hadapan saya, MILLY KARMILA SAREAL Saljana Hukum, ---
notaris di lakarta, berkantor di jalan Mangga Besar VI Utara -
nomor 7A, Jakarta Barat, dengan dihadiri oleh saksi saksi yang
akan disebut pada akhir akte ini I
1. nyonya janda B
dilahi rkan di .. .. pada tanggal
Warga Negara Indonesia, partikelir, bertempat t.inggai di --
pemegang Kartu Tanda penduduk
Nomor Induk Kependudukan
2. tuan C

- s.d.a. -
4. nona E ....
- s.d.a. -
Para penghadap menerangkan dengan sesungguhnya dan dengan ____
berani disumpah : --------
- bahwa. suami penghadap nyonya janda B ....
dan ayah para penghadap tuan- C, tuan D dan nona E
yaitu almarhum tuin A, dilahirftan oi
pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
telah meninggal dunia di pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
semaia hidupnya 6"rt"*put tinggal d;' :::
- bahwa semasa hidupnya, almalfium tuan A:::::: : :: :: ::: :::: :::'
tersebut pernah
menikah, pernikahannya yang pertama dan terakhi" tunpu membuat
Perjanj'ian Kawin (huwelijki voorwaarden) OenSan p"ngfiuOap ____
1yolyl janda B pada tanggal
(setelah IJII No. 7/1974 ientang perkawinan berTaku)-iebaga;mana
ternyata dari
:-?il.i-13111, nerkawinan tersebut tetah dii;hi;k;;'i'c.igu) __
orang anak sah, yalg sampai sekarang masih hidup, yiltu
1. tuan C, dilahi rkan d"i : ____
. . piAa tungjui-. : .::: .
sebagaimana ternyata dari .. , . . .
_ tuan
2. D, dilahirkan di .. pada tanggat ::::::...
_ sebagaimana ternyata dari .. . ,. .
3. nona E, dilahirkan di .. pada tunggui ::::::...
. sebagaimana ternyata dari
;,lilill,'i;5lT"i:,::ff:?': ?:iiil1 i:::1 T:pe:i1i1______
- bahwa semasa hidupnya, armarhum tuan A tersebut tidak pernah
mengadopsi_maupun mengakui sah (erkennen) seorang
uniilprn; ___
- bahwa selain para penghadap nyonya jania e oan"a;i[
yang bernama tuan c, tuan D dan-nona E, tidak ada ahlianak ---
lain dari almarhum tuan A; -------- waris -
Sekarang hadir d'i hadapan saya, notaris, dengan dihad-iri oreh-
saksi saksi: ------
1. tuan X, dilahirkan di pada tanggal
Warga Negara Indonesia, bertempat tinqgal di
pemegang Kartu Tanda penduduk
2. nyonya y, dilahirkan di da tanooal

28
Indonesia, bertempat tinggal di
Warga Negara
Kartu Tanda penduduk
pemegang
Para penghadap tuan X dan nyonya y menerangkan dengan
sesungguhnya dan dengan berani disumpah, --------------------
- bahwa apa yang diterangkan oleh para penghadap nyonya ------
janda B dan anak anaknya yang bernama tuan C, tuan- D ian -----
nona E sebagaimana tersebut di atas benar adanya;
- bahwa para penghadap tuan A dan nyonya B dapit memberikan --
keterangan tersebut berhubung mereka adalah adik kandung dan -
adik ipar dari almarhum tuan A tersebut.
Masing masing penghadap dikenalkan kepada saya, notaris, -----
oleh para penghadap 1a-innya.
Dari segaia sesuatu yang tersebut di atas ini
di buatl ah,
---AKTE INI

KETERANGAN WARISAN
Nomor : . -
Yang bertanda tangan di bawah ini : ---
MILLY KARMILA SAREAL, Sarjana Hukum,

notaris di Jakarta,
menerangkan,

- bahwa dari akte akte/dokumen dokumen yang diper'lihatkan kepada dan


-dari keterangan yang didapat berdasartin itte' saya,-notaris, tanggal
(..... ....) nomor
ternyata : --------
- bahwa tuan A. ...., Warga Negara Indonesia, dilahirkan
di
, pada tanggal
sebagaimana ternyata dari

i:::: i::i::::: i:::;,!i";;;;:;;;,t:ll i*r",


- bahwa semasa hidupnya, almarhum tuan
A....
juga "peninggal waris", pernah.. -----
tersebut, selanjutnya akan disebut
menikah, pernikahannya yang pertana dan terakhir, dengan
nyonya B..... , Warga Negara fndonesia, pada tanggal _____

(setelah urJ No. 1-/L974 tentang perkawinan bertaku) -


:".'.
sebaga'imana ternyata dar-i Kutipan
membuat.perjanjian kawin (huwelijks
Illpu
Karenanya menikah dengan harta bersama
voorwaarden), oleh
diitur dalam
sebaga-imana
Vrr undang -undang nomor 1 tahun 1974 (seriSu sembiranrarus Bab
tujuhpu'luh empat) ----tentang perkawinan.
- bahwa dalam pernikahan tersebut telah dilahirkan 3 (tiga) orang
anak
sah yaitu :

29
1. tuan C..... , dilahirkan di , pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
yang sampai sekarang masih hidup;
_
2. tuan D..... , dilahirkan di , pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
yang sampai sekarang masih hidup;

;. nona E dilahirkan di , pada tanggal


sebagaimana ternyata dari
yang sampai
sekarang masih hidup;
_
- bahwa pernikahan tersebut berakhir dengan meninggalnya "peninggal -
-waris"; --------
- bahwa semasa hidupnya, "peninggal waris" tidak pernah mengadopsi --
- maupun mengakui sah (erkennen) seorang anakpun; --------
- bahwa menurut surat keterangan Direktur perdata Direktorat
lenderal -
Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia tanggal .... nomor
::..... dalam buku register Seksi Daftar Wasiat Sub
Dlrektorat Harta --*-_. --- pen-inggalan Direktorat perdata, ..peninggal
waris" telah meninggalkan -
surat was'iatnya yang terakhir ya.itu akte Wasiat tertanggal
.. . . nomor . . . yang dibuat di hadapan MILLY KARMILA __
:.
SAREAL, Sarjana Hukum, notaris di lakarta yang bunyinya sebagai
berikut : --------
"Saya tarik kembati dan hapuskan semta testamen dan semua
akte dengan kekuatt
testamen yang dibuat oleh saya sebelum testamen ini, tidak ada yang iikecuatikan.

Saya menghendaki agar harta warisan saya dibagi menurut ketentuan Hukum
(Kitab undang-undang Hukum Perdata sab itt dan Bab nII khususnya bagt
keluarga saya sebagaimana diatur dalam pasal 852.

saya angkat sebagai para ahli waris saya : isteri saya: Nyonya g
dan anak-
saya: tuan ctuan D dan nona E, masing-masing untuk I/4 bigian yang sama

slra anokat sebagai pelaksana testamen saya, isteri saya: Nyonya B tersebut,
dengan diberi hak yang dapat diberikan kepada teorig pelakmna testamei,
terutama hak untuk mengambil dan memegang (in bezit neien en houden), seturuh
hafta peninggalan saya, menurut penetapan datam Undang-undang.. -----:------------

- bahwa oleh karena "peninggal waris" menikah setelah berlakunya ----


-undang undang Perkawinan nomor r- tahun 1974 (seribu sembilanritus --
--tujuhpuluh empat) tanpa membuat perjanjian perkawinan, maka harta
yang diperoleh sepanjang pernikahan aoalltr harta bersama sedangkan
yang ---dibawa sebelum pernikahan dan yang diperoleh karena
hibah/warisan oleh masing-masing pasangan-adalah hak masing-masing,
yanq disebut sebaoai-

30
harta bawaan/prfve; ------
- bahwa harta peninggalan "peninggal waris" terdiri dari :

a. L/2 (setengah) bag'ian dari harta bersama antara "peningga-l


wari s"
dan nyonya janda 8... .. . .. tersebut, ---------
_
sedangkan 1/2 (setengah) bagian lainnya dari harta bersama
_
_
tersebut, berdasarkan hukum harta perkawinan adalah miiiknya ---
nyonya janda 8..... .... tersebut; -----
_
b, bila ada, harta bawaan/prfve "peninggal waris"
_
Maka berhubung dengan segala sesuatu yang tersebut diatas, orang ----
orang yang tersendiri berhak atas harta peninggalan "pen-inggal
waris"-
sesuai dengan Surat Wasiat tanggal nomor . ....
tersebut-
adalah : --------
A. dari harta bawaan "peninggal waris" adalah : --------
-
1. nyonya janda 8....... . .tersebut untuk 1-l4 (seperempat)
bagi an;
2. tuan C..... tersebut untuk L/4 (seperempat)
bagi an ;
3. tuan D..... ... ...tersebut untuk 1/4 (seperempat)
bagi an ;
4. nona E..... tersebut untuk 1/4 (seperempat)
bagi an;
B. dari 1/2 (setengah) bagian harta bersama yang menjadi hak
_
_
"peninggal waris" adalah : --------
1. B......... tersebut; -----
nyonya janda

. tuan C..... tersebut; --------


. tuan D..... tersebut;
nona E. .... tersebut; _____
masing masing untuk 114 (seperempat) bagian dari harta
_
peninggalan "peninggal waris" atau 1/g (satu per empat) bag'ian -
_
dari harta bersama seluruhnya; --------
sehingga yang berhak atas seluruh harta bersama almarhum
tuan A. dengan nyonya janda 8..... .. adalah : ----
a. nyonya janda B. . .. . .. . tersebut untuk 1/2 (setenSah) -___
_
_
bagian ditambah L/s (satu per delapan) bagian atau sama dengan
5/8 (lima per delapan) bagian; --------
b. tuan C..... tersebut untuk 1/8 (satu per delapan)
i an;

3l
b. tuan D. ... . tersebut untuk 1/8 (satu per delapan)
bagi an;
b. nona E. ..,. tersebut untuk L/8 (satu per delapan)
bagi an;
dan merekalah yang tersendiri berhak untuk menuntut dan menerima ----
-segala barang dan uang yang termasuk harta peninggalan tersebut dan
--memberi kwitansi atau tanda pelunasan untuk segala penerimaan." ---

3. Contoh dalam hal adaklien yang untuk pada Hukum BW :

Menghadap kepada Notaris: tuan duda B, ketunrnan Tionghoa, yang ingin


membuat surat Keterangan Hak Mewaris dari almarhum isterinya, yang juga
golongan Tionghoa, yang menikah setelah berlakunya UU No. lll974 tentang
Perkawinan, tanpa membuat perjanjian kawin (tahun 1986), tanpa ada wasiat,
memiliki 2 orang anak sah (nona C - lahir 1988 dan tuan D - lahir 1990) serta
seorang anak luar kawin (nona E lahir 1984), maka notaris dapat membuat
keterangan waris dengan memperhatikan hak anak luar nikah yang mewaris
bersama Golongan I dengan contoh sebagai berikut :

KETERANGAN WARISAN
Norcr :
Yang bertanda tangan dibawah ini :

MILLY KARMILA SAREAL, Sarjana Hukum,

notaris di lakarta. ----


berkantor d'i jalan Mangga Besar Vr Utara nomor 7A, Jakarta
Barat,
menerangkan,

- bahwa dari akte akte/dokumen dokumen yang d.iper'lihatkan kepada dan


-dar"i keterangan yang didapat berdasart<in it<te'saya, notaris, tanggal

_..,.. .... nomor .., ternyata: _____

- bahwa almarhumah nyonya A, dilahirkan d.i


pada tanggal

sebagaimana ternyata dari


telah meningga'l dunia di lakarta pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
- bahwa semasa hidupnya, almarhumah nyonya A, selanjutnya akan
disebut juga "peninggal waris", pernah menikah, pernika-hannya yang
pertama dan terakhi r dengan tuan B pada tanggai

sebaga-imana ternyata dari


tanpa membuat perjanjian kawin (huwel'ijks voorwaarden), oleh
karenanya

32
menikah dengan harta bersama sebagaimana diatur dalam Bab VII Undang

Undang nomor 1 tahun 7974 (seribu sembilanratus tujuhpuluh empat) ---


tentang Perkawinan.
- bahwa dalam pernikahan tersebut telah dilahirkan 2 (dua) orang ----
anak sah:
,. nonu C, dilahirkan di pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
2. tuan D, di'lahirkan di pada tanggal
sebagaimana ternyata dar-i
yang semuanya sampai sekarang masih h"idupi ---_____

- bahwa pernikahan tersebut berakhir dengan meningga'lnya ,'peningga'l -


waris"; --------
- bahwa semasa hidupnya, "peninggal waris" tidak pernah mengadopsi --
maupun mengaku'i sah (erkennen) seorang anakpun; ________

- bahwa "peninggal waris" mempunyai 1 (satu) anak luar nikah yang ---
masih hidup yaitu : --------
di pada tanssal
llli.l:.dilahirkan
dan tidak pernah diakui sah oleh siapapun;
- luar nikah dari "peningga'l waris" yang bernama E -------
bahwa anak

tersebut tidak membutuhkan pengakuan sah oleh ibunya karena ia ------


dilahirkan setelah berlakunya undang undang perkawinan nomor 1 tahun
1974 (seribu sembilanratus tujuhpuluh empat), maka berdasarkan
--*---
ketentuan Bab rX pasal 43 ayat 1 undang undang perkaw-inan nomor 1 ---
ta!!! 1974 (seribu sembilanratus tujuhpuiuh empat) anak yang
- dilahirkan diluar perkawinan hanyi mempunyai'nu6unfan perdata
dengan -
ibunya dan keluarga ibunya.
- bahwa peraturan pemerintah yang mengatur tentang kedudukan anak
I uar
kaw'in sampai hari ini belum ada sehingga mengena.i bag-ian warisan
anak-
luar kawin berlaku ketentuan dalam pasal g63 kal-imat kesatu Kitab ---
undang undang Hukum perdata yang menetapkan besarnya bagian warisan
-
anak luar kawin yang mewaris bersama ahli waris golongan kesatu
-_(keturunan yang sah atau seorang suami atau isti-i) adarah 1/3 (satu
per tiga) dari bagian yang mereka sedianya harus mendapatnya
andai kata

't)
mereka anak anak yang sah, sedangkan sisanya sesuai pasal 852 juncto
pasal 852a Kitab Undang Undang Hukum Perdata untuk para ahli waris --
gotongun kesatu;

- bahwa menurut surat keterangan Direktur Perdata Di rektorat


lenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Repubiik Indones'ia tanggal

nomor ... dalam buku register Seksi Daftar Wasiat Sub ---
Direktorat Harta Peninggalan Direktorat perdata, tidak terdaftar
akta-
wasiat atas nama "peninggal waris"; --------
- bahwa oleh karena "peninggal waris" menikah seterah berrakunya----
unuung undang Perkawinan nomor 1 tahun L974 (seribu sembilanratus ---
-tujuhpuluh empat) tanpa membuat perjanjian perkawinan, maka

harta yang d'iperoleh sepanjang pernikahan adalah harta bersama


-_sedangkan yang d'ibawa sebelum pernikahan dan yang diperoleh -*-----

karena hibah/warisan oleh masing-masing pasangan adalah -------


hak masing-masing, yang disebut sebagai harta bawaan/prive; --____---
- bahwa harta peninggalan "peninggal waris" terdiri dari : ---_______
a. 1/2 (setengah) bagian dari harta bersama antara
_
"peninggal waris" dan tuan duda B tersebut, sedangkan LIZ
_
(setengah) bagfan 'lainnya dari harta bersama tersebut,
_
berdasarkan hukum harta perkawinan adalah mi1-iknya tuan duda B -
_
tersebut; -----
_
b. bila ada, harta bawaan/prive ',peninggal waris,,. ______
_
Maka berhubung dengan segala sesuatu yang tersebut diatas, orang ----
orang yang tersendiri berhak atas harta penfnggalan ,,peninggal
wari s"-
adalah : --------
A. dari 1/2 (setengah) bagian harta bersama yang menjadi hak
-
"peninggal waris", yang berhak adalah : --------
nona E tersebut: mendapat 1/3 (satu per tiga) dikali 1/4 __-
(satu per empat ) dikali L/Z (setengah) atau sama dengan
L/24-
(satu per duapu-luh empat) bagian dari harta peninggalan ---_-
_
"peninggal waris" atau 1/48 (satu per empatpuluh delapan) ---
_
bagian dari harta bersama seluruhnya; --------

2,4
2. tuan duda B tersebut;
,, nona C tersebut;
_
. tuan D tersebut;
masing masing mendapat 1/3 (satu per tiga) dikali Ij-/24
(sebel as-
per duapuluh empat) atau sama dengan Ll/72 (sebelas per --------
_
tujuhpuluh dua) bag'ian dari harta peninggalan "peninggal waris"
_
atau LL/I44 (sebelas per seratus empatpuluh empat) bagian dari -
_
harta bersama seluruhnya; ---------
-
sehingga yang berhak atas seluruh harta bersama almarhumah
nyonya A dengan tuan duda B adalah

a. nona E tersebut untuk L/24 (satu per duapuluh empat) atau


3/72
(tiga per tujuhpuluh dua) bag-ian; --------
_
b- tuan duda B tersebut untuk 1/2 (setengah) bagian ditambah ---
_
11/72 (sebelas per tujuhpuluh dua) bagian atau sama dengan --
_
47/72 (enpatpu"luh tujuh per tujuhpuluh dua) bagian; _________
_
. nona C tersebut untuk Il/72 (sebelas per tujuhpuluh dua) ____

_ bagian; ----
. tuan D tersebut untuk 71/72 (sebelas per tujuhpuluh dua) ____
gian; ----
B. dan bilamana ada harta bawaan/prive ,,peninggal waris", yang ____

_
berhak adalah : --------
1. nona E tersebut untuk 1/3 (satu per tiga) dikali 1/4 (satu
per
pat) atau sama dengan r/12 (satu per duaberas) atau sama --
ngan 3/36 (tiga per tigapuluh enam) bag-ian; ________
. tuan duda B tersebut untuk 1/3 (satu per tisa) dikali L]^/12 _

(sebelas per duabelas) atau sama dengan 11/36 (seberas per --


_
_ tigapuluh enam) bagian; ------
. nona C tersebut untuk 1/3 (satu per t-iga) dikali Il/I2
(sebelas per duabelas) atau sama dengan II/36 (sebelas per __
_
gapuluh enam) bagian; ---*--
. tuan D tersebut untuk 1/3 (satu per tiga) dika]ri 7I/LZ
(sebelas per duabeias) atau sama dengan L7/36 (sebelas per --

35
_
tigapuluh enam) bagian; ------
dan merekalah yang tersendiri berhak untuk menuntut dan menerima ----
segala barang dan uang yang termasuk harta peninggalan tersebut dan -
memberi kwitansi atau tanda pelunasan untuk segala penerimaan

Contoh tersebutdi atas disebabkan karena berdasarkan Pasal 43 UU No.


lll974, anak bernama E (anak luar nikah tidak diakui sah) mempunyai
hubungan hukum dengan ibunya tetapi karena UU No. 111974 tentang
Perkawinan tidak mengatur besarnya warisan maka berdasarkan ketenfuan
Pasal 66 UU Perkawinan tersebut pengaturannya kembali kepada Hukum
Waris yang diatur dalam KUH Perdata (Pasal 863 kalimat I).

36
Kesimpulan dan Saran

l. Undang-undang Nomor 23 I 2006 mempunyai tujuan yang sangat baik dan


modern dalam arti sesuai dengan tuntutan zafinn yaitu adanya persamaan hak
anlara semua Warga Negara Indonesia, perlindungan terhadap data-data
kependudukan serta perlindungan terhadap hak anak. Masih perlu ketertiban
pencatatan data yang berasal dari informasi penduduk yang walaupun dengan

sanksi pidana pada Pasal 93 s.d Pasal 98 yaitu yang disebut tindak pidana
kependudukan maupun penduduk yang dikenai sanksi administratif dalam
Pasal 90 (terhadap penduduk yang terlambat melaporkan peristiwa penting),

demikian juga pada Pasal 92 (instansi memperlambat pengurusan). belum


dapat dipastikan apakah masyarakat dan instasi Pelaksana dapat sungguh-
sungguh mematuhi ketentuan UU ini yang berakibat pendataan SIAK belum
memadai / menjamin kebenaran yang otentik. Untuk itu masih perlu sosialisasi
UU ini dan perlu peningkatan pengetahuan perundang-undangan, disiplin dan
integritas yang tinggi dari para pelaksana, menyadari bahwa merekalah ujung
tombak pelayanan masyarakat/publik yang teramat penting untuk kepastian
hukum dalam hal data kependudukan.
2. Terhadap para notaris yang berhubungan langsung dengan masyarakat untuk

menerbitkan Keterangan Hak Mewaris, dibutuhkan ketelitian yang lebih


daripada sebelum UU No. 2312006 ini berlaku antara lain untuk meneliti lebih
jauh subyek hukum yang jadi pewaris tersebut tunduk pada Hukum perdata
yang mana yang tak begitu saja kelihatan dari akte lahir, nikah dan matinya,
tetapi perlu meneliti : akte lahir, kawin, mati dari orang tuanya terutama dari
ayah/ibu, bahkan bila perlu sampai lebih dari 3 generasi masih perlu juga akte-
akte kakek dan nenek mereka Ini selama Hukum perdata (Hukum waris)
yang nasional belum terbentuk untuk memperhatikan tunduk pada Hukum
Perdata yang manakah pewaris dengan meneliti akte-akte catatan sipil
menyebutkan Staatsblad yang mana orangtua/kakek nenek mereka.
Penelusuran dalam hal ini perlu dibedakan antara anak-anak yang sah dari akte

lahir ayahnya sedangkan anak-anak luar kawin (yang tidak diakui) dari ibunya
dan lebihiauh bagi orang tua mereka.
a
-). Tentang Pembuatan Keterangan Hak Mewaris yang lebih menjamin kepastian
hukum, membutuhkan juga selain ketelitian notaris dan kerjasama dari para

37
ahliwaris membuktikan dari akte-akte pencatatan sipil mereka juga partisipasi
pemerintah yang menyelenggarakan :

- data-datayang akurat I dapat dipercaya kebenarannyayang dimuat dalam

akte-akte catatan sipil


- data-data yang akurat dan tertib dari Departemen Hukum dan HAM
Republik Indonesia tentang Pendaftaran Wasiat yang dikelola secara up to
date dan nasional (seluruh Indonesia) bekerjasama dengan para notaris se-

Indonesia yang berdasarkan Pasal 15 ayat I huruf h dan i undang-undang


No. 30/2004 tentang Jabatan Notaris wajib membuat dan mengirimkan
daftar akte wasiat selambatlambatnyatanggal 5 tiap bulan.
- mengharuskan kepada semua instansi yang berwenang membuat
Keterangan Hak waris (notaris. Balai Harta peninggalan, camat,
Pengadilan Negeri, dll) untuk terlebih dahulu meminta informasi tentang

ada tidaknya surat wasiat terakhir dari almarhum yang hendak dibuatkan
Keterangan hak Mewaris / Penetapan ahli warisnya kepada Departemen
Hukum dan HAM Republik Indonesia Bagian pendaftaran surat wasiat.
- Demi kepastian hukum waris yang berlaku bagi merekayangtunduk pada
Hukum Adat, yang merasa hukum waris yang berlaku baginya kurang
menjamin kepentingan para ahliwarisnya, pemerintah semestinya
mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan bagi
seseorang yang terhadapnya belum berlaku Ketentuan Hukum waris

dalam uu (misalnya dalam KUH perdata atau menurut Hukum Islam),


memilih hukum waris mana yang akan berlaku bilamana ia meninggal
dunia, terhadap harta warisannya dan juga berlaku terhadap parc
ahliwarisnya

(Dari pengalaman penulis sebagai pengajar Hukum waris di


universitas
Indonesia sebagian besar mahasiswa bertanya-tanya bagi mereka yang
bukan tunduk pada Hukum waris perdata dalam KUH perdata
mungkinkah untuk memilih hukum waris bagi mereka kelak?!.)

-----oo0oo-----

38

You might also like