You are on page 1of 9

BAB II PEMERIKSAAN GRADASI AGEREGAT HALUS 2.

1 TEORI DASAR

Pasir merupakan agregat halus untuk campuran beton sebagai hasil dari disintegrasi alami dari batuan. Menurut ASTM C=33, batas bawah ukuran pasir sebesar 0.0075 mm (saringan no. 200), sedangkan batas atasnya adalah 4.75 mm (ukuran saringan no.4). Sebagai bahan campuran beton, pasir harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Berdasarkan ASTM C 35-37, modulus kehalusan (fines modulus) antara 2.3 3.1 2. Berdasarkan SK SNI T-15 1990-03, agregat halus masuk dalam zona 2 (pasir agak kasar). Gradasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu menerus (continuous grade), seragam (uniform grade), dan sela (gap grade). Masalah gradasi pasir sangat penting dalam pengerjaan beton, sehingga sedapat mungkin gradasinya harus tetap, sebab jika tidak konstan akan berpengaruh pada pengerjaan dan mutu beton yang dihasilkannya. Gradasi pasir, kerikil dan semen berpengaruh pada sifat pengerjaan dan mutu beton yang dihasilkan.

BAB III PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT KASAR 3.1 TEORI DASAR

Pada dasarnya kerikil, seperti halnya pasir terbentuk dari hasil proses disintegrasi alami batuan alam, kerikil merupakan salah satu jenis dari agregat kasar yang berupa natural sand. Jenis lain dari agregat kasar adalah batu pecah atau batu kericak yang merupakan hasil dari mesin pemecah batu atau coarse stone. Sebagai bahan untuk campuran beton, kerikil harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: Berdasarkan ASTM C 35-37, modulus kehalusan butir antara 7,49-9,55. Berdasarkan SK SNI T-15 1990-03, agregat kasar masuk dalam zona 3 Modulus halus butir (finnes modulus) atau MHB ialah suatu indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir butir agregat (Abrams,1918). Mempertahankan gradasi kerikil agar tetap konstan adalah sangat penting, karena berpengaruh pada mutu beton. Maksudnya agar kerikil dan pasir (diameter 0,14 5mm) dapat membentuk susunan agregat yang padat (beton padat) sehingga kekuatan beton akan besar. Namun apabila situasi tidak memungkinkan untuk memperoleh hasil yang disyaratkan, maka dapt diambil suatu pendekatan antara persyaratan teknis dan ekonomisnya dalam batasbatas tertentu.

BAB IV PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT 4.1 TEORI DASAR

Ada 2 bentuk kandungan air pada agregat yaitu kandungan air serapan dan kandungan air permukaan. Kandungan air serapan adalah kandungan air yang diserap oleh rongga-rongga di dalam partikel agregat dan biasanya tidak terlihat. Sedangkan kandungan air adalah kendungan air yang menempel pada permukaan agregat. Besarnya kandungan air pada agregat yang akan digunakan perlu diketahui untuk mengontrol besarnya jumlah air di dalam suatu campuran beton. Semakin tinggi nilai berat jenis agregat, maka semakin kecil nilai daya serap air agregat tersebut. Yang dimaksud dengan kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat kering agregat yang dinyatakan dalam prosentase. Kadar air agregat sangat menentukan mutu beton yang akan dihasilkan. Kondisi agregat berdasarkan kandungan airnya dibagi atas: Kering oven, yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam campuran beton secara maksimal. Kering udara, yaitu kondisi agregat yang kering permukaan namun sedikit air di rongga-rongganya. Agregat jenis ini juga dapat menyerap air di dalam campuran walaupun tidak dengan kapasitas penuh. Jenuh dengan permukaan kering (SSD) , yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering, namun semua rongga-rongganya terisi air. Di dalam campuran beton, agregat dalam kondisi initidak akan menyerap ataupun menyumbangkan air ke dalam campuran. Basah, yaitu kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan pada permukaannya. Agregat dengan kondisi ini akan menyumbangkan air ke dalam campuran.

BAB V BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS 5.1 TEORI DASAR

Berat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara kering udara dengan berat air yang berat volumenya sama dengan volume sample pada suhu atau temperatur yang sama. Untuk mendapatkan Specific Gravity pasir adalah dengan cara memasukkan pasir dalam kondisi SSD ( Saturated Surface Dry) seberat 500 gram ke dalam pienometer. Untuk mengetahui pasir dalam kondisi SSD, dapat dilakukan percobaan dengan memasukkan pasir ke dalam cetakan khusus atau saturated dry sand conical mould yang ditumbuk dengan tongkat sebanyak 25 kali pukulan. Jika cetakan diangkat, bentuk pasir berubah dan ketinggian pasir menurun sepertiganya, maka pasir tersebut dalam kondisi SSD. Kemudian pienometer dikocok hingga isinya tercampur rata dan rongga udara hilang. Ukur volume pasir setelah ditambah air hingga 500 cc lagi, kemudian pasir dikeringkan dan setelah itu ditimbang berat pienometer dan pasirnya. Absorpsi pasir adalah perbandingan berat pasir kering udara dan pasir kering oven. Untuk standart absorpsi pasir < 3, 1%. Dalam merencanakan campuran beton (mix design), data yang kita perlukan di antaranya berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat kasar. 1. Berat jenis curah, yaitu perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C. 2. Berat jenis kering permukaan jenuh, yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh, dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C. 3. Berat jenis semu, yaitu perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan kering pada suhu 25C. 4. Penyerapan, yaitu perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering (%). Untuk bisa membuat campuran beton yang baik, maka ada dua standar yang digunakan: AM. Neville "PROPERTIES OF CONCRETE" Bulk Specific Gravity (berat jenis kering permukaan jenuh) berkisar antara 2,3 - 3,00. SK SNI T-15 1990-03 Pada Bab IV Pengerjaan Perencanaan Campuran Beton

Penyerapan air agregat halus untuk: Pasir (halus tidak pecah) < 3.10 % Pasir (halus tidak pecah) < 4.20 %

BAB VI BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR 6.1 DASAR TEORI

Yang dimaksud dengan specific gravity agregat kasar (kerikil) adalah perbandingan antara bfrat agregat kasar dengan berat air suling yang mempunyai volume sama. Specific gravity kerikil diperoleh dengan jalan membandingkan antara berat kering dengan selisih antara berat kering dengan berat kerikil dalam air. Standar specific gravity untuk kerikil adalah 2,5. Sedangkan penyerapan atau absorpsi kerikil adalah banyaknya air yang dikandung dalam kerikil tersebut. Untuk standar penyerapan kerikil adalah lebih kecil dari 1,5 %. Dalam merencanakan campuran beton (mix design), data yang kita perlukan di antaranya berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan peoyerapan air pada agregat kasar. (seperti pada BAB V). Dari ketiga berat jenis tersebut di atas, jika dibandingkan nilainya, maka akan diketahui sifat penyerapan air agregat kasar. Jika perbedaannya relatif kecil, maka sifat penyerapan air agregat kasar tersebut kecil. Begitu pula sebaliknya, jika perbedaanya besar, maka sifat penyerapan air agregat kasar relatif besar. Penyerapan air ini berfungsi untuk menentukan besarnya kandungan air dan agregat dalam pembuatan Mix Design sehingga diperoleh campuran beton yang ideal. Menurut A.M. Neville "PROPERTIES OF CONCRETE" disebutkan bahwa Bulk Specific Gravity (berat jenis kering permukaan jenuh) berkisar antara 2,5 - 3,00. Sedangkan penyerapan air berdasarkan SK SNI T-15 1990-03, pada Bab IV Pengerjaan Perencanaan Campuran Beton disebutkan bahwa penyerapan air agregat kasar (kerikil) adalah < 1, 63 %.

BAB VII PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT 7.1 DASAR TEORI

Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan volume alat ukur. Standar unit weight dari pasir adalah lebih dari 1,5 gr/cc. Unit Weight diperoleh dengan memasuklan agregat dalam keadaan SSD ke dalam alat pengukur yang telah eiketahui volumenya, sehingga berat agregat dapat diketahui. Jika agregat yang dimasukkan ke dalam ember dipadatkan sebanyak 25 kali dengan tongkat tusuk, maka dinamakan Rodding. Dan jika agregat dimasukkan langsung dalam ember tanpa efek pemadatan, maka metode ini dinamakan Shovellng. Agregat beton berasal dari alam, hasil pemecahan batu alam atau dari bahan buatan, semuanya mempunyai bfrat isi padat (Unit Weight) tidak kurang dari 1,30 kg/dm3 (SKBI-1.4.53.1989-UDC:693-Sekolah Dasar) atau 1,2 kg-dm3 (SKBI1.4.53.1989-UDC:693-S). Berat satuan maksimum untuk agregat pada keadaan kering dan tampak dimampatkan menurut ASTM-C330-80 adalah: Agregat halus Agregat kasar Agregat halus + agregat kasar =1120 kg/m3 = 880 kg/m3 = 1040 kg/m3

Perbedaan berat satuan antara agregat yang dipasarkan dan agregat yang diambil sebagai contoh benda uji untuk memenuhi persyaratan tidak boleh lebih dari 10 %. Dalam pemeriksaan berat isi agregat, metode yang digunakan adalah: 1. Metode Rodding Metode ini dilakukan dengan mengisi alat ukur 1/3 bagian dengan agregat lalu ditumbuk dengan tongkat sebanyak 25 kali. Proses ini dilakukan juga pada bagian kedua dan ketiga sampai akhirnya penuh lalu diratakan permukaannya dengan tangan atau mistar. 2. Metode Shovelling Metode ini dilakukan dengan memasukkan agregat ke dalam alat ukur dengan cara biasa (dituangkan) hingga penuh dan kemudian diratakan dengan tangan atau mistar.

BAB IX UJI KUAT TEKAN BETON 9.1 TEORI DASAR

Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Berlainan dengan baja yang kuat terhadap tarik, beton mempunyai daya tahan terhadap tekan yang sangat besar.beton disusun dari bahan-bahan utama, yaitu: semen Portland, pasir, kerikil, air, dan bahan tambahan untuk sifat yang menguntungkan dalam perencanan konstruksi. Hal ini berhubungan dengan segi kekuatan dan keekonomisan beton. Pembuatan beton sebagai bahan pendukung bangunan sangat bergantung pada banyak faktor, tidak hanya pada pemilihan bahan dan perbandingan yang tepat dari bahan-bahan penyusun saja, tapi juga cara pelaksanaanya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kekuatan beton antara lain: Faktor Air Semen (FAS) Mix Desain dan perbandingan campuran. Proses dan quality control Perawatan

Jadi hendaknya, untuk mencapai mutu beton yang baik. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan. Pada percobaan kali ini tentang uji tekan, diharapkan agar dapat diketahui cara penentuan kuat tekan beton, yaitu kuat tekan beton benda uji minimum 30 benda uji (dalam praktikum ini hanya 10 benda uji, karena terbatasnya waktu praktikum dan peralatan yang tersedia di laboratorium). Syarat lain adalah memenuhi standar yang telah ditentukan, ini bias dilihat dalam pedoman SK SNI T-15 1990-03. Apabila jumlah yang dipilih lain, maka hasil pemeriksaan benda uji harus dievaluasikan menurut data statistic yang ada. Dari uraian di atas, maka rumusan kuat tekan beton karakteristik yang dipakai adalah: bk = bm,n k.S Di mana: bk : tegangan karakteristik beton yang didapat tegangan rata-rata beton dari n benda uji standar deviasi

bm,n : S :

konstanta yang tergantung dari n benda uji = 0,65

You might also like