You are on page 1of 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAWATAN PASIEN STROKE

Pokok Bahasan

: Penyakit Neurologi dan Kebersihan Lingkungan

Sub Pokok Bahasan : Perawatan Pasien Stroke Tempat Sasaran Waktu Pertemuan Hari / Tanggal Pukul Media Metode : Jumat / 6 September 2013 : 09.00 09.30 WIB : Leaflet, LCD : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi : Ruang 28 RSSA Malang : Keluarga Pasien Rawat Inap Ruang 28

1. Tujuan Instruksional 1.1.Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien mampu memahami tentang perawatan stroke. 1.2.Tujuan Khusus Menyebutkan tentang pengertian stroke Menyebutkan tentang penyebab stroke Menyebutkan tentang factor resiko terjadinya stroke Menyebutkan tentang tanda dan gejala stroke Menyebutkan tentang penatalaksanaan stroke Menyebutkan cara perawatan pasien stroke Menyebutkan tentang pencegahan stroke Menyebutkan tentang rehabilitasi pasca stroke

2. Sub Pokok Bahasan Menyebutkan tentang pengertian stroke Menyebutkan tentang penyebab stroke Menyebutkan factor resiko terjadinya stroke Menyebutkan tentang tanda dan gejala stroke

Menyebutkan tentang penatalaksanaan stroke Menyebutkan cara perawatan pasien stroke Menyebutkan tentang pencegahan stroke Menyebutkan tentang rehabilitasi pasca stroke

3. Kegiatan Penyuluhan Tahap kegiatan Pembukaan (5 menit) Penutup (10 menit) Membuka kegiatan dengan mengucap salam Memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan dan manfaat dari penyuluhan Menyebutkan diberikan Penyajian (15 menit ) Menyebutkan tentang pengertian stroke Menyebutkan tentang penyebab stroke Menyebutkan tentang factor resiko Memperhatikan dan mendengarkan Memberi pertanyaan tentang hal-hal yang belum Ceramah dan Powerpoint materi yang akan Menjawab salam Mendengarkan Memperhatikan Ceramah Kegiatan perawat Kegiatan audience Media

terjadinya stroke Menyebutkan tentang tanda dan gejala stroke Menyebutkan tentang penatalaksanaan stroke Menyebutkan cara perawatan pasien stroke Menyebutkan tentang pencegahan stroke Menyebutkan tentang rehabilitasi pasca stroke

dimengerti yang berhubungan dengan yang disampaikan materi

Menanyakan pada audience tentang materi yang telah diberikan dan

Menjawab pertanyaan

Tanya Jawab Leaflet &

reinforcement kepada audience yang

telah menjawab pertanyaan Memberi kesimpulan, terimakasih atas peran serta audience Mengucapkan salam Penutup

4. Evaluasi a. Evaluasi Struktur 1. 2. Pengajar mempersiapkan metode, media yang akan dipakai Peserta dan pemateri datang tepat waktu dan pada tempat yang telah ditentukan 3. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu

b. Evaluasi Proses 1. 2. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir Peserta didik mampu menjelaskan kembali: 3. Pengertian stroke Penyebab stroke Factor resiko stroke Tanda dan gejala stroke Penatalaksanaan stroke Cara perawatan pasien stroke Pencegahan stroke Rehabilitasi pasca stroke

Peserta mengajukan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan benar

4.

Peserta mengikuti acara dengan antusias.

c. Evaluasi Hasil Penyuluhan dikatakan berhasil jika: Lebih dari 75% peserta didik mampu menjawab pertanyaan dari penyuluh 5. Materi (terlampir)

6. Daftar Pustaka Henger, Barbara R. (2003). Asuhan Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. EGC:Jakarta Hudak, C.M. Gallo, B.M. (1996). Keperawatan Kritis. Pendekatan holistic Edisi VI volume II. EGC:Jakarta Mansjoer, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media

Aesculapius Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. salemba medika: jakarta.

MATERI PENYULUHAN 1. Pengertian CVA (Cerebro Vascular Accident) atau sering disebut stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008:234).

2.

Penyebab a. Perdarahan Intraserebral Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak, hal ini terjadi karena aterosklerosis, aneurisma, dan hipertensi. Keadaan ini pada umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun akibat pecahnya pembuluh darah arteri otak. b. Trombosis serebri Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena adanya: Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan

elastisitas dinding pembuluh darah Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan

menyebabkan viskositas/ hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah cerebral Arteritis: radang pada arteri

c. Emboli Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari

thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli: Penyakit jantung reumatik Infark miokardium Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalangumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endocardium

3.

Faktor resiko Faktor Resiko yang Dapat dimodifikasi Tekanan darah tinggi Merokok Diabetes Mellitus Aterosklerosis Atrial fibrilasi Penyakit jantung lain Transient ischemic attack Anemia bulan sabit Kolesterol tinggi Obesitas Intake alkohol yang tinggi Penggunaan obat-obatan ilegal Faktor Resiko yang Tidak Dapat dimodifikasi Usia tua Jenis kelamin (banyak terjadi pada laki-laki) Herediter/genetik Riwayat stroke atau serangan jantung sebelumnya

4. Tanda dan Gejala Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatn Kritis (1996: 258-260), yaitu: 1. Lobus Frontal a. Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu menghitung, memberi alasan atau berpikir abstrak.

b. Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan). c. Deficit aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional, kehilangan kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi. 2. Lobus Parietal a. Dominan : 1) Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh). 2) Defisit bahasa/komunikasi Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang dapat dipahami) Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan) Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat) Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan) Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan). b. Non Dominan Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain: 1) Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas yang mengalami paralise) 2) Disorientasi (waktu, tempat dan orang) 3) Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak dengan tepat) 4) Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra) 5) Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan

6) Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat 7) Disorientasi kanan kiri 3. Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan, diplopia (penglihatan ganda), buta. 4. Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh.

5. Penatalaksanaan Ada beberapa penatalaksanaan pada pasien dengan stroke : 1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan : a. Mempertahankan saluran nafas yang paten b. Kontrol tekanan darah c. Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter d. Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif. 2. Terapi Konservatif a. Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral b. Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. c. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler d. Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan: 1) Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg 2) Osmoterapi antara lain : Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari. Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari 3) Posisi kepala head of bed elevation (15-30) 4) Menghindari mengejan pada BAB 5) Hindari batuk 6) Meminimalkan lingkungan yang panas

6 Cara Perawatan pada Pasien Stroke Penatalaksanaan perawatan pasien stroke ada 2, yaitu :

1. PENATALAKSANAAN AWAL SELAMA FASE AKUT Fase akut dimulai dari periode pasien masuk sampai dengan stabil ( 24 jam sampai 48 jam bisa menjadi lebih lama pada situasi tertentu). Poin utama dari aktifitas keperawatan adalah mempertahankan kepatenan jalan nafas ,monitoring TTV, monitoring status neurologis.. Kwalitas penatalaksanaan keperawatan saat awal akan sangat mempengaruhi komplikasi dan kecacatan permanen Intervensi keperawatan Mempertahankan kepatenan jalan nafas, memberikan oksigen sesuai program, atur posisi pasien pada salah satu sisi Mengeluarkan sekresi dari jalan nafas, perhatikan dan hindari suction yang terlalu lama Monitor fungsi nafas Observasi TTV sesering mungkin Observasi tanda-tanda neurologis Monitor fungsi perkemehan Evaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit Review pemeriksaan yang lain (EKG, AGD, glukosa) observasi kejang bila ada Penuhi kebutuhan nutrisi Jika klien tidak sadar berikan intervensi sesuai strandart KIE keluarga Koloborasi pemberian terapi

2. FASE POST AKUT Mempertahankan fungsi tubuh (menurunkan kerusakan sistemik,

mengendalikan hipertensi dan peningkatan tekanan intra kranial, terapi farmakologi) dan menghindari komplikasi yang kemungkinan besar terjadi Intervensi keperawatan Memberikan perawatan kesehatan rutin Monitor rutin TTV dan neurologis Memberikan ROM pasif Mengatur posisi dan ganti posisi

Tinggikan kepala 30 derajad Mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekresi Mulai untuk program BAB Mempertahankan input dan output Lakukan perawatan kateter, infus, NGT Jika klien sadar evaluasi reflek menelan Evaluasi sistem komonikasi Memberikan orientasi Mengevaluasi gangguan penglihatan Memberikan perawatan mata Meningkatkan peningkatan body image Memberikan kebutuhan nutrisi Observasi klien untuk mencegah komplikasi Observasi hasil-hasil lab Sertakan keluarga dalam perawatan klien

Pencegahan Stroke a. b. c. d. e. Kontrol tekanan darah secara teratur Menghentikan merokok Mengurangi konsumsi kolesterol Mempertahankan kadar gula normal Latihan fisik (senam) secara teratur

8 Rehabilitasi Pasca Stroke Rehabilitasi sebenarnya dimulai di rumah sakit sesegera mungkin setelah stroke. Pada pasien yang stabil, rehabilitasi dapat dimulai dalam waktu dua hari setelah stroke telah terjadi, dan harus dilanjutkan sebagai diperlukan setelah keluar dari rumah sakit. Lamanya rehabilitasi stroke tergantung pada tingkat keparahan dan komplikasi stroke. Sementara beberapa penderita stroke dapat cepat sembuh, sedangkan ada beberapa penderita stroke yang membutuhkan waktu jangka panjang untuk rehabilitasi stroke, mungkin berbulan-bulan atau

bertahun-tahun, setelah mendapat serangan stroke. Rehabilitasi penderita stroke adalah:

Menurut WHO, tujuan

Memperbaiki fungsi motorik, wicara, kognitif dan fungsi lain yang terganggu.

Readaptasi sosial dan mental untuk memulihkan hubungan interpesonal dan aktivitas sosial.

Dapat melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Pemilihan jenis terapi yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi pasien dan apa yang dibutuhkan supaya pasien dapat mandiri. Rehabilitasi tidak dapat menyembuhkan efek-efek yang ditimbulkan akibat serangan stroke, namun dapat membantu penderita untuk mengoptimalkan fungsi tubuhnya. Tim rehabilitasi medis, yang terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medis, perawat, fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, dokter spesialis gizi dan psikiater, akan melakukan pengkajian dan menentukan perencanaan terapi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasien. Terapi dimulai secara bertahap, yaitu berlatih mulai dari duduk, berdiri, dan berjalan sendiri. Pasien juga dilatih melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, makan, buang air, berpakaian dan berdandan. Beberapa latihan yang dapat diberikan kepada pasien stroke sebagai berikut: 1. Program latihan di tempat tidur 2. Program latihan duduk 3. Program latihan berdiri dan berjalan 4. Program latihan keseimbangan dan berdiri 5. Terapi Wicara Perawatan bersama dengan Tim Rehabilitasi sejak awal bertujuan sebagai berikut:

Pada fase awal (akut) terutama adalah pencegahan komplikasi yang ditimbulkan akibat tirah baring (bedrest ) lama, seperti :
o

Mencegah ulkus dekubitus (luka daerah yang punggung/pantat yang selalu mendapat tekanan saat tidur)

Mencegah penumpukan sputum (dahak) untuk mencegah infeksi saluran pernapasan

o o o

Mencegah kekakuan sendi Mencegah atrofi otot (pengecilan massa otot) Mencegah hipotensi ortostatik, osteoporosis dll.

Pada fase lanjut (rehabilitasi)


o o

Meminimalkan gejala sisa (sequelae) dan kecacatan akibat stroke Memaksimalkan kemandirian dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari

Kembali ke pekerjaan (back to work) sehingga diharapkan dapat berperan aktif dalam kehidupan seperti sedia kala

You might also like