You are on page 1of 11

A. Konsep Dasar Cedera Kepala 1.

Definisi Cedera Kepala Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008). Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (Smeltzer, 2000 : 2210). 2. Epidimiologi Cedera kepala atau Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan masalah besar di dunia karena mortalitas dan morbiditas yang diakibatkannya. Secara umum cedera kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas seperti tabrakan kendaraan, tertabraknya pejalan kaki, dan terjatuh dari kendaraan. Di Amerika data statistik menunjukkan setiap tahun cedera kepala terjadi pada 600.000 orang dengan porsi 2:1 dimana pria lebih sering mengalami cedera kepala dibandingkan wanita. Data di Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan cedera dan luka berada di urutan 6 dari total kasus yang masuk rumah sakit di seluruh Indonesia dengan jumlah mencapai 340.000 kasus, namun belum ada data pasti mengenai porsi cedera kepala. 3. Penyebab
a) Trauma tumpul - Kecepatan tinggi : tabrakan motor dan mobil - Kecepatan rendah : terjatuh atau dipukul

b) Trauma tembus Luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya c) Jatuh dari ketinggian d) Cedera akibat kekerasan e) Cedera otak primer Adanya kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma. Dapat terjadi memar otak dan laserasi. f) Cedera otak sekunder Kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia metabolisme, fisiologi yang timbul setelah trauma.

4. Patofiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypicalmyocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.

Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

5. Klasifikasi Bila dilihat dari beratnya cedera, maka berikut: a) Cedera kepala ringan ( CKR ) Jika GCS 13 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang dari 30 menit
atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio cerebral maupun hematoma

cedera kepala dapat diklasifikasikan sebagai

b) Cedera kepala kepala sedang ( CKS ) Jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan ( bingung ). c) Cedera kepala berat ( CKB ) Jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau edema selain itu ada istilah-istilah lain untuk jenis cedera kepala sebagai berikut : o Cedera kepala terbuka kulit mengalami laserasi sampai pada merusak tulang tengkorak. o Cedera kepala tertutup dapat disamakan gagar otak ringan dengan disertai edema cerebra.

Skala Koma Glasgow No 1 RESPON Membuka Mata : -Spontan 4 NILAI

-Terhadap rangsangan suara -Terhadap nyeri -Tidak ada 2 Verbal : -Orientasi baik -Orientasi terganggu -Kata-kata tidak jelas -Suara tidak jelas -Tidak ada respon 3 Motorik : - Mampu bergerak -Melokalisasi nyeri -Fleksi menarik -Fleksi abnormal -Ekstensi -Tidak ada respon Total

3 2 1

5 4 3 2 1

6 5 4 3 2 1 3-15

6. Gejala Klinis a. Nyeri yang menetap atau setempat. b. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial. c. Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva,memar diatas mastoid (tanda battle),otorea serebro spiral (

cairan cerebros piral keluar dari telinga ), minorea serebrospiral (les keluar dari hidung). d. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah. e. Penurunan kesadaran. f. Pusing / berkunang-kunang. g. Absorbsi cepat les dan penurunan volume intravaskuler. h. Peningkatan TIK i. j. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralysis edkstremitas Peningkatan TD, penurunan frek. nadi, peningkatan pernafasan

7. Pemeriksaan Fisik
a) Breathing Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas. b) Blood: Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia,

takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia). c) Brain Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi : Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori). Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian

lapang Terjadi

pandang, penurunan daya pendengaran,

foto keseimbangan

fobia. tubuh.

Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata. Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus menyebabkan kompresi spasmodik diafragma. Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan. d) Blader Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri, ketidakmampuan menahan miksi. e) Bowel Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan terganggunya proses eliminasi alvi. f) Bone Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.

8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a) CT-Scan (dengan/ tanpa kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,

pergeseran jaringan otak. b) Aniografi Cerebral Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma c) X-Ray

Mengidentifikasi atau mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/ edema) d) AGD (Analisa Gas Darah) Mendeteksi ventilasi atau masalah pernapsan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan intrakranial e) Elektrolit Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebgai akibat peningkatan tekanan intrakranial

9. Therapy/ Tindakan Penanganan


1) Tindakan terhadap peningkatan TIK a. Pemantauan TIK dengan ketat. b. Oksigenasi adekuat c. Pemberian manitol d. Penggunaan steroid e. Peninggatan tempat tidur pada bagian kepala f. Bedah neuro

2) indakan pendukung lain a. Dukung ventilasi b. Pencegahan kejang c. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi. d. Terapi antikonvulsan e. CPZ untuk menenangkan pasien f. NGT

10. Komplikasi Jangka pendek : a. Hematom Epidural b. Hematom subdural

c. Perdarahan Intraserebral d. Oedema serebri Jangka Panjang : a. Gangguan neurologis b. Sindrom pasca trauma c. Vertigo

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian 1) Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jeniskelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat,

golongandarah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab. 2) Pemeriksaan Fisik a) Sistem Pernafasan Perubahan pola nafas (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi). Nafas berbunyi stridor, tersedak, Ronkhi positif kemungkinan karena aspirasi. Adanya liquor dari hidung dan mulut. b) Sistem Neurologis Perubahan kesadaran bisa sampai koma.perubahan status

mental (orientasi, kewaspadaan, konsentrasi, pengaruhe m o s i / tingkah laku danmemori). Perubahan pupil, deviasi pada mata. Kehilangan penginderaan seperti pengecapan,

penciuman, dan pendengaran. c) Sistem kardiovaskuler Perubahan tekanan darah (hipertensi). Perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi) yang diselingi bradikardi, disritmia. d) Sistem Musculoskeletal Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang. Kekuatan secara umum mengalami paralisis. e) Sistem Pencernaan

Gangguan menelan (batuk, air liur keluar. Disfagia). Muntah (mungkin proyektil). Mual dan mengalami perubahan selera. Usus mengalami gangguan fungsi. f) Sistem Perkemihan Inkontinensia kandung kemih 3) Pemeriksaan Penunjang a) CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. b) MRI : Digunakan sama seperti CT -Scan dengan atau tanpakontras radioaktif. c) Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral,seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma. d) Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis. e) X-Ray : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/ edema), fragmen tulang. f) BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil.

g) PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak. h) CSF,Lmbal Punksi : Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid. i) ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial. j) Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolitsebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial. k) Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.

2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan melaporkan rasa nyeri b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri ditandai dengan penggunaan otot bant pernafasan, mengeluh sesak

c. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan nyeri ditandai dengan ketikdakmampuan mengakses kamar mandi d.

Rencana Keperawatan No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

You might also like