You are on page 1of 42

status NEUROLOGIS

Tgl. Pemeriksaan

5 September 2012

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama Pekerjaan Status Tgl. Masuk Dirawat yang ke : : : : : : : : : Ny.N 48 tahun Perempuan Bandar Lampung Islam Menikah 2 September 2012 1

RIWAYAT PENYAKIT Anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis) Keluhan utama : sakit kepala bicara pelo, tangan kanan dan tungkai kanan lemas.

Keluhan tambahan :

Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke RSUAM dengan keluhan sakit kepala hebat. Sakit kepala yang dirasakan sudah lebih kurang selama 10 tahun ini. Sakit kepala sering hilang dan timbul dalam waktu yang tidak menentu. Lama serangan sakit kepala tidak menentu terkadang bisa sebentar dan terkadang bisa seharian. Menurut keluarga pasien, saat sakit kepala pasien juga kejang selama lebih kurang satu menit. Menurut keluarga kejang yang terjadi tidak sering, hanya kira kira 1 kali dalam sebulan. Menurut keluarga pasien, pasien sering mengeluhkan sakit kepala, namun tidak pernah sehebat ini. Menurut keluarga pasien, pasien mengeluhakn sakit kepala seperti tertekan. Terkadang sering diikuti dengan muntah. Tapi pasien tidak pernah sampai pingsan atau tidak sadarkan diri. Menurut keluarga pasien, pasien sering mengeluhkan tangan kanan sering lemes tak bertenaga selama 2 bulan ini begitu juga dengan kaki kanan pasien. Awalnya, pasien mengaku tangannya seperti kesemutan. Lama kelamaan, tangan kanan lemes dan jari pun tidak bisa digerakkan lagi. Menurut keluarga pasien, saat tangan dan kaki kanan lemes, juga diikuti dengan bicara pelo. Menurut keluarga saat itu, pasien juga susah diajak bicara dan sulit saat berkomunikasi dengan pasien. Menurut keluarga pasien, sebelum sakit kepala hebat ini, pasien sudah sering dibawa berobat ke dokter saraf dan menurut dokter saraf pasien harus segera di scanning. Keluarga pasien tidak mengetahui pasti pasien punya darah tinggi atau tidak dan dan saat ini pasien susah diajak berkomunikasi dengan keluarga karena pasien sulit untuk bicara tetapi keluarga yakin pasien mengerti apa yang dibicarakan.

Riwayat Penyakit Dahulu Sakit Kepala Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi Pasien ibu rumah tangga III. Status Present Keadaan umum Kesadaran GCS Vital sign Tekanan darah Nadi RR Suhu Gizi : : : : : 110/80 mmHg 80 x/menit 24 x/menit 36,6o C cukup : : : Tampak sakit sedang Somnolen E4 V5 M6 = 15 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis Kepala Rambut Mata : : Hitam, keriting dan tidak mudah dicabut. Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+ Telinga : Liang telinga lapang, membran timpani intak, tidak ada pendarahan. Hidung : Septum tidak deviasi, konka tidak hipertrofi, tidak ada 3

pendarahan. Mulut kotor. Leher Pembesaran KGB Trakea Pembesaran tiroid JVP Toraks Cor Inspeksi Palpasi : : Iktus cordis tidak terlihat. Iktus cordis teraba pada sela iga V garis midclavicula sinistra. : : : : (-) tidak ada deviasi (-) Tidak terlihat : Bibir kanan tertinggal daripada bibir kiri, lidah tidak

Perkusi

Batas jantung kanan Batas jantung kiri

: :

Sela iga IV garis parasternal dextra. Sela iga V garis midclavicula sinistra.

Auskultasi : Pulmo Inspeksi Palpasi : :

Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-).

Pergerakan nafas kanan-kiri simetris, retraksi sela iga (-). Fremitus taktil paru simetris kanan-kiri.

Perkusi

Sonor pada kedua lapang paru. Batas paru hepar sela iga VI garis midclavicula kanan.

Auskultasi : Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi : : :

Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-).

Simetris, datar Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-). Timpani Bising usus (+) normal.

Auskultasi : Extremitas Superior Inferior : :

Oedem (-/-) Oedem (-/-)

IV.

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Saraf Cranialis (Kanan/kiri) N.Olfactorius ( N.I ) Daya penciuman hidung N.Opticus ( N.II ) Tajam penglihatan Lapang penglihatan Tes warna : : : OD > 3/60 , OS > 3/60 OD normal, OS normal Normal : Normosmia

Fundus oculi

Tidak dilakukan

N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abdusen (N.III N.IV N.VI) Kelopak Mata Ptosis Endophtalmus Exopthalmus Pupil Diameter Bentuk Isokor / anisokor Posisi Refleks cahaya langsung Refleks cahaya tidak langsung : : : : : : (3 mm / 3 mm) (Bulat / Bulat) (Isokor / Isokor) (Sentral / Sentral) (+/+) (+/+) : : : (-/-) (-/-) (-/-)

Gerakan Bola Mata Medial Lateral Superior Inferior Obliqus, superior Obliqus, inferior : normal/ normal : normal/ normal : normal/ normal : normal/ normal : normal/ normal : normal/ normal 6 (+/+) (+/+) (+/+) (+/+) (+/+)

Refleks pupil akomodasi Refleks pupil konvergensi

: normal : normal

N. Trigeminus (N.V) Sensibilitas Ramus oftalmikus Ramus maksilaris Ramus mandibularis : : : (Normal / Normal) (Normal / Normal) (Normal / Normal)

Motorik M. masseter M. temporalis M. pterygoideus normal) Refleks Refleks kornea Refleks bersin : : Normal Normal : : : (Normal / Normal) (Normal / Normal) ( m. pterygoideus lateralis kanan tertinggal /

N. Fascialis (N.VII) Inspeksi Wajah Sewaktu Diam Tertawa Meringis : : : asimetris asimetris asimetris 7

Bersiul Menutup mata

: :

asimetris simetris

Pasien Disuruh Untuk Mengerutkan dahi Menutup mata kuat-kuat Mengembungkan pipi : : : simetris simetris asimetris, kanan lebih lemah

Sensoris Pengecapan 2/3 depan lidah : Normal

N. Vestibulo-coclearis (N.VIII) N. Cochlearis Ketajaman pendengaran Tinitus : : (+/+) (- / -)

N. Vestibularis Test vertigo Nistagmus : : (-/-)

N. Glossopharingeus dan N. Vagus (N.IX dan N.X) Suara bindeng / nasal Posisi uvula Palatum mole : : : (-) Ditengah Tidak ada kelainan 8

Arcus palatoglossus

Istirahat Bersuara

: : : :

Simetris, di tengah terangkat Simetris, di tengah terangkat

Arcus pharingeus

Istirahat Bersuara

Refleks batuk Refleks muntah Peristaltik usus Bradikardi Takikardi

: : : : :

(tidak dilakukan) (tidak dilakukan) Bising usus (+) normal, 10 x / menit (-) (-)

N. Accesorius (N. XI) M. Sternocleidomastoideus : M. Trapezius : (+/+) (+/+)

N. Hipoglossus (N. XII) Atropi Fasikulasi Deviasi : : : (-) (-) (+) sinistra

Tanda Perangsangan Selaput Otak Kaku kuduk Kernig test Lasseque test Brudzinsky I Brudzinsky II : : : : : (-) (-) (-) (-) (-) Superior ka / ki - / aktif 3/5 Normal / Normal normal / normal Normal / Normal Bicep (+ / +) Tricep (+ / +) Hoffman trommer (- / -) Inferior ka / ki aktif / aktif 5/ 5 Normal / Normal normal/ normal Normal / Normal Pattela (+ / +) Achiles (+ / +) Babinsky (- / -) Chaddock (- / -) Oppenheim (- / -) Schaefer (- / -) Gordon (- / -) Gonda (-/-) Sensibilitas Eksteroseptif / Rasa Permukaan (Superior / Inferior) Rasa raba Rasa nyeri Rasa suhu panas Rasa suhu dingin : : : Baik / Baik Baik / Baik

Status Motorik Gerak Kekuatan otot Tonus Klonus Trophi Reflek fisiologis Reflek patologi

Baik / Baik : Baik / Baik

10

Proprioseptif / Rasa Dalam Rasa sikap Rasa getar Rasa nyeri dalam : : : (+) (+ ) (+)

Fungsi Kortikal Untuk Sensibilitas Astereognosis Agnosa taktil : : (-) ( +)

Koordinasi Tes tunjuk hidung : kanan mengalami ketidakmampuan, kiri

normal Tes pronasi supinasi : (- /+ )

Susunan Saraf Otonom Miksi Defekasi Salivasi : : : (+) (+) (+)

Fungsi Luhur Fungsi bahasa Fungsi orientasi Fungsi memori Fungsi emosi : : : : Tidak Baik normal normal Stabil

11

RESUME

ANAMNESIS Pasien perempuan, Ny N, umur 48 tahun, datang dengan keluhan sakit kepala hebat. Sakit kepala juga diikuti dengan kelemahan pada tangan kanan dan pasien bicara pelo. Sakit kepala yang dirasakan sudah dialami selama 10 tahun belakang ini, namu tidak pernah sehebat ini. Sakit kepala yang datang terkadang diiukuti dengan kejang, dengan lama kejang selama lebih kurang 1 menit. PEMERIKSAAN FISIK Status Present Keadaan umum Kesadaran GCS Vital sign Tekanan Darah Nadi RR Suhu DIAGNOSIS Klinis Topis Etiologi = = = cephalgia , hemiparese dextra hemisfer sinsitra SOL ( tumor ) : : : : 110/80 mmHg 80 x/menit 24 x/menit 36,6 C : : : Tampak sakit sedang Somnolen E4 M6 V5 = 15

12

DIAGNOSIS BANDING Cephalgia e.c abses otak Cephalgia e.c hematom kronik PENATALAKSANAAN Umum Tirah baring IVFD RL gtt XV/menit Dexamethason 3 x 1 amp Ranitidin 2 x 1 amp Paracetamol 3 x 1 tab

PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium rutin Hb Leukosit LED BT CT : 12,8 gr/ dl : 10.200/ mm3 : 10 mm/jam : 3 menit : 5 menit

Ro thorax : cor dan pulmo dalam batas normal

CT Scan ( ptongan axial kepala tanpa kontras ) CT scan : (potongan axial kepala tanpa kontras)

13

Tampak lesi campuran hipodens/hiperdens batas kurang tegas, kesan cukup besar dengan klasifikasi (+) prominen di temporoparietal kiri ventrikel lateralis kiri menyempit Sulci, gyri normal Kesan : massa solid kistik di temporoparietal kiri, susp. Astrocytoma

PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad Fungsionam Quo ad Sanationam = = = Dubia ad malam Dubia ad malam Dubia ad malam

SOL (Space Occupying Lesion)


14

Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses. Cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas. Pada pasien ini lesi desak ruang berupa tumor telah menimbulkan peningkatan tekanan intracranial.. Posisi tumor dalam otak menimbulkan tanda dan gejala, misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisir lesi, mendeteksi terjadinya gangguan dalam otak, serta derajat kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnosis. Pada pasien yang kami teliti gangguan utama hanya sakit kepala hebat dan tidak ditemukan adanya gejala lain.

Patofisiologi Peningkatan Tekanan Intrakranial

15

Kranium merupakan kerangka kaku yang berisi tiga komponen: otak, cairan serebrospinal (CSS) dan darah. Kranium hanya mempunyai sebuah lubang keluar utama yaitu foramen magnum, memiliki tentorium yang kaku yang memisahkan hemisfer serebral dari serebelum. Otak tengah terletak pada hiatus dari tentorium. Gambaran Klinik (Triad Klasik) Triad nyeri kepala, edema papil dan muntah secara umum dianggap sebagai karakteristik peninggian TIK. Namun demikian, dua pertiga pasien dengan lesi desak ruang memiliki semua gambaran tersebut, sedang kebanyakan sisanya umumnya dua. Walau demikian, tidak satupun dari ketiganya khas untuk peninggian tekanan, kecuali edema papil, banyak penyebab lain yang menyebabkan masing-masing berdiri sendiri dan bila mereka timbul bersama akan memperkuat dugaan adanya peninggian TIK. Pada pasien ini tidak terdapat gejala muntah namun belum dapat diketahui adanya edema papil. Simtomatologi peninggian TIK tergantung lebih banyak pada penyebab daripada tingkat tekanan yang terjadi. Tak ada korelasi yang konsisten antara tinggi tekanan dengan beratnya gejala. LESI DESAK RUANG (SOL) BERDASARKAN LOKASI Berdasarkan lokasinya lesi desak ruang (SOL) dap0at dibedakan menjadi SOL yang terletak di Supratentorium dan SOL yang terletak di Infratentorium. TUMOR OTAK A. Definisi Tumor otak merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel-sel otak atau dari struktur di sekelilingnya. Sama seperti tumor lainnya tumor otak dapat dibagi menjadi tumor otak jinak (benigna) dan ganas (maligna).

16

Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas. Tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. B. Lokasi Tumor Otak Pada dewasa, 80-85 persen terjadi supratentorial. Tumor terbanyak adalah glioma, metastase dan meningioma. Pada anak-anak 60 persen terjadi infratentorial. Medulloblastoma dan astrositoma serebelar adalah predominan. Pada pasien ini lokasi tumor otak terjadi pada daerah dengan frekuensi paling sering pada orang dewasa yaitu supratentorial. C. Patologi Tumor Otak Tumor intrakranial sering diuraikan sebagai 'jinak' dan 'ganas', namun istilah ini tidak dapat langsung dibandingkan dengan tumor yang terjadi ekstrakranial. Tumor intrakranial jinak mempunyai efek merusak karena ia berkembang di dalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Astrositoma jinak bisa menginfiltrasi jaringan otak secara luas hingga mencegah untuk pengangkatan total, atau mengisi daerah neurologis yang kritis yang bahkan mencegah pengangkatan parsial sekalipun.Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis, nekrosis dan proliferasi vaskuler. Namun metastasis kedaerah ekstrakranial jarang terjadi.

Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak pada usia pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 15-20% dari semua tumor primer 17

di regio ini. Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis, dan frekuensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumor lain yang tumbuh di regio ini. Di rongga kepala, meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria Ependimoma banyak ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda D. Etiologi dan Patofisiologi Tumor Otak 1 Etiologi Tumor Otak Penyebab dari kebanyakan tumor otak tetap tidak diketahui, namun beberapa tumor, faktor predisposisinya diketahui: a. Iradiasi Kranial: Pengamatan jangka panjang setelah radiasi kepala menyeluruh (antaranya untuk tinea kapitis) memperlihatkan peninggian insiden tumor jinak maupun ganas; astrositoma, meningioma. b. Substansi-substansi karsinogenik.Bahan-bahan kimia seperti vinyl-chloride Immunosupressif: Meninggikan insiden limfoma dan tumor limforetikuler. d. Neurofibromatosis: Berkaitan dengan peninggian insidens glioma saraf optik serta meningioma. e. Sklerosis Tuberosa: berhubungan dengan pembentukan astrositoma subependimal. f. Kelainan genetik : mutasi and delesi genetic tumor suppressor genes seperti mutasi gen TP53 (sindrom Li-Fraumeni), P16 (sindrom melanoma-glioma), dan MMAC1 (termutasi pada kanker lanjut). Von Hippel-Lindau syndrome, Turcot's syndrome. g. h. Pasien dengan riwayat melanoma, kanker paru, mammae, colon, atau kanker ginjal beresiko besar terhadap tumor otak sekunder. c. Terapi

18

2. Patofisiologi Tumor Otak Tumor secara langsung dapat memusnahkan sel-sel otak dan secara tidak langsung memusnahkan sel-sel apabila terjadi peradangan, penyumbatan akibat pertumbuhan tumor, pembengkakan dan peningkatan tekanan dalam otak (tekanan intrakranium). Tumor ini dapat menyerang baik serebrum serebelum ataupun pangkal otak. Pada pencitraan ct scan pada pasien ini tumor telah menyerang cerebrum dan terdapat peningkatan tekanan intrakranial. Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gejala gejalanya terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan penderita. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron, misalnya glioblastoma multiforme. Pada pasien ini telah terjadi gangguan neurologic yang disebabkan oleh gangguan fokal oleh tumor yang kemungkinan dapat glioblastoma. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskular primer.Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. berupa

19

nadi) dan gangguan pernapasan. Klasifikasi Tumor otak dapat diklasifikasikan menurut lokasi, asal sel dan WHO. A. berdasarkan lokasi Tumor Suprate ntorial Sella turcica tumor Cerebral lobe and deepGliomas (astrocytoma & glioblastoma) Meningioma Metastase Pitutary adenoma Craniopharyngioma Acoustic schwannoma Brainstem glioma Metastases Hemangioblastoma Meningioma Tumor lobus cerebellum Medulloblastoma Ependymoma Astrocytoma

hemispheric tumor

Tumor Infraten torial

dewasa

Cerebellopontine angle tumor Bagian otak lain

anak-anak

Midline tumor

20

Tabel 2. Prediksi dan topografi tumor otak

Neuroepitelial 1. Astrosit Astrositoma adalah tumor otak primer yang paling sering terjadi. Gambaran histologis memungkinkan pemisahan ke dalam empat tingkat tergantung tingkat keganasan. Penderajatan ini ketepatannya terbatas dan hanya menunjukkan gambaran contoh biopsi dan tidak selalu mewakili tumor keseluruhan. Jenis paling ganas, astrositoma anaplastik (derajat IV), terjadi paling sering dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas. Astrositoma derajat rendah yang lebih jarang terjadi, antaranya jenis pilositik (juvenil) dan fibriler, protoplasmik dan gemistositik. 2. Oligodendrosit Oligodendroglioma: Biasanya tumbuh lambat, tumor berbatas tegas. Variannya antara lain bentuk anaplastik (ganas) dan 'campuran' astrositoma oligodendroglioma. 3. Sel ependimal dan pleksus khoroid Ependimoma: Terjadi dimana saja sepanjang sistem ventrikuler dan kanal spinal, namun terutama terjadi pada ventrikel keempat dan kauda ekuina. Ia menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan mungkin menyebar melalui jalur CSS. Variannya antara lain jenis anaplastik dan subependimoma yang berasal dari astrosit subependimal.

21

Papiloma pleksus khoroid: Tumor yang jarang dan namun terkadang dalam bentuk ganas 4. Sel saraf

terkadang sebagai

penyebab hidrosefalus akibat produksi CSS berlebihan. Biasanya jinak

Ganglioglioma/Gangliositoma/Neuroblastoma: Tumor jarang berisi ganglion dan neuron abnormal. Terjadi dalam berbagai tingkat keganasan. 5. Sel pineal Pineositoma/Pineoblastoma: yang lebih ganas. 6. Sel berdiferensiasi buruk dan sel embrionik Tumor yang sangat

sel

jarang. Yang disebut

terakhir kurang berdiferensiasi dengan baik dan memperlihatkan pertumbuhan

Glioblastoma multiforme: Tumor sangat ganas. Dengan tidak adanya diferensiasi sel, mencegah identifikasi jaringan asal. Medulloblastoma: Tumor ganas anak-anak berasal dari vermis serebellar. Kelompok kecil sel yang terkumpul padat membentuk roset sekeliling akson yang rusak. Mungkin menyebar melalui jalur cerebrospinal. 7. Meningen Meningioma: Berasal dari granulasi arakhnoid, biasanya sangat dekat dengan sinus venosa namun juga ditemukan di atas konveksitas hemisferik. Tumor lebih bersifat menekan daripada menginvasi otak sekitarnya. Ia juga terjadi pada orbita dan tulang belakang. Kebanyakan menginvasi tulang berdekatan) jinak (walau cenderung namun beberapa mengalami perubahan

sarkomatosa. Secara histologis memperlihatkan whorls jaringan fibrosa serta sel kumparan. Tampak badan psammoma dan kalsifikasi. Histologis terdiri

22

jenis sinsitial, transisional, fibroblastik, dan angioblastik. Sarkoma meningeal dan Melanoma meningeal primer: Tumor yang sangat jarang. 8. Sel Selubung Saraf Tumor intrakranial sel selubung saraf yang biasanya mengenai saraf akustik, dan terkadang saraf trigeminal. Neurinoma (sin. shwannoma, neurilemmoma): Tumor tumbuh lambat, non invasif, terletak erat pada sisi saraf asalnya. Histologis terdiri dari Antoni jenis A; kelompok padat sel yang dangkal atau berbentuk lingkaran 'whorl'), berkelompok atau membentuk pallisade, dan Antoni jenis B; jaringan kelompok sel stelata yang berhubungan secara renggang. Neurofibroma: Tumor difusa, meluas keseluruh saraf, melalui mana serabut saraf lewat. Tumor ini berhubungan dengan sindroma von Recklinghausen dan mempunyai kecenderungan yang besar menjadi ganas dibanding neurinoma. 9. Pembuluh Darah Hemangioblastoma: Terjadi di dalam parenkhima spinal. 1926, Lindau serebellar atau cord menguraikan sindroma yang berkaitan dengan

hemangioblastoma serebeler dan atau spinal dengan tumor serupa pada retina (penyakit von Hippel) serta lesi sistik dipankreas dan ginjal. 10. Sel Germinal Germinoma: tumor sel sferoid primitif sejenis seminoma testis. Teratoma: Tumor mengandung campuran jaringan berdiferensiasi baik;

dermis,otot,tulang. Keduanya adalah tumor jarang pada regio pineal (yang tidak berasal dari sel pineal). 23

11. Tumor Karena Gangguan Perkembangan Kraniofaringioma: Asal dari sisa sel epitel bukal dan terletak dalam hubungan yang erat dengan tangkai pituitari. Biasanya non-noduler dengan daerah kistik berisi cairan kehijauan serta material kholesteatomatosa. Kista epidermoid/dermoid: Tumor kistik jarang, berasal dari sisa sel yang akan membentuk epidermis/dermis. Kista koloid: Tumor sistik berasal dari sisa embriologis pada atap ventrikel ketiga. 12. Kelenjar Pituitari Anterior Adenoma pituitari: Tumor jinak, biasanya mengsekresikan jumlah berlebihan dari hormon prolaktin, pertumbuhan dan adrenokortikotropik. Adenokarsinoma: Tumor ganas yang terkadang terjadi pada pituitari. 13. Ekstensi Lokal Dari Tumor Berdekatan Khordoma: Tumor jarang, berasal dari sisa sel notokhord. Mungkin terjadi di mana saja dari sfenoid hingga koksiks, namun tersering di daerah basioksipital dan sakrokoksigeal, menginvasi dan menghancurkan tulang sekitarnya. Tumor glomus jugulare (sin. khemodektoma): Tumor vaskuler berasal dari jaringan glomus jugulare yang terletak baik pada bulbus vena jugular internal atau pada mukosa telinga tengah. Tumor menginvasi tulang petrosa dan bisa meluas kefossa posteior atau leher. Tumor lokal lainnya: Antara lain khondroma, khondrosarkoma, dan silindroma. yang

24

Limfoma Maligna Primer (sin. mikrogliomatosis): Terbentuk sekitar pembuluh darah parenkhimal. Bisa soliter atau multifokal. Sebagian pasien kelainannya mengenai ekstrakranial; yang mana yang merupakan fokus primer (intra atau ekstrakranial) tetap belum diketahui. 14. Tumor metastatik: Bisa berasal dari semua fokus primer, namun paling sering berasal dari brokhus atau mammae.

H. Gejala Klinis Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini, karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan meragukan tapi umumnya berjalan progresif. Baik pada tumor jinak maupun ganas, gejalanya timbul jika jaringan otak mengalami kerusakan atau otak mendapat penekanan. Pada pasien ini telah terjadi kerusakan atau penekanan pada otak yang ditandai dengan sakit kepala hebat dan gangguan berbicara disrtai hemiparese. Jika tumor otak merupakan penyebaran dari tumor lain, maka akan timbul gejala yang berhubungan dengan kanker asalnya. Misalnya batu berlendir dan berdarah terjadi pada kanker paru-paru, benjolan di payudara bisa terjadi pada kanker payudara.pada pasien ini tidak terdapat tumor lain dari daerah selain otak. Gejala dari tumor otak tergantung kepada ukuran, kecepatan pertumbuhan dan lokasinya.Tumor di beberapa bagian otak bisa tumbuh sampai mencapai ukuran yang cukup besar sebelum timbulnya gejala; sedangkan pada bagian otak lainnya, tumor yang berukuran kecilpun bisa menimbulkan efek yang fatal. Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa: 1. Gejala serebral umum, nyeri kepala, kejang

25

2. Gejala tekanan tinggi intrakranial 3. Gejala tumor otak yang spesifik 1 Gejala serebral umum Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus. Pada pasien ini terdapat Gejala-gejala tersebut termasuk jg perubahan mental yang ringan. a. Nyeri Kepala Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu bangun tidur, karena selama tidur PCO2 arteri serebral meningkat, sehingga mengakibatkan peningkatan dari serebral blood flow dan dengan demikian mempertinggi lagi tekanan intrakranium. Juga lonjakan tekanan intrakranium sejenak karena batuk, bersin, coitus dan mengejan akan memperberat nyeri kepala. Pada pasien nyeri kepala merupakan keluhan utama yang paling menonjol yang tidak tentu timbulnya. Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Adanya nyeri kepala dengan psicomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak. Nyeri kepala pada tumor otak, terutama ditemukan pada orang dewasa dan kurang sering pada anak-anak. Pada anak kurang dari 10-12 tahun, nyeri kepala dapat hilang sementara dan biasanya nyeri kepala terasa di daerah bifrontal serta jarang didaerah 26

yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada tumor di daerah fossa posterior, nyeri kepala terasa dibagian belakang dan leher.Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis. b. Muntah Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak dan biasanya disertai dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di fossa posterior. Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau tidak dan sering tidak disertai dengan perasaan mual serta dapat hilang untuk sementara waktu. Pasien ini tidak mengeluhkan muntah. c. Kejang Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Tidak terdapat kejang pada pasien ini. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila: - Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun - Mengalami post iktal paralisis - Mengalami status epilepsi - Resisten terhadap obat-obat epilepsi - Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain

27

Frekwensi kejang akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan tumor. Pada tumor di fossa posterior kejang hanya terlihat pada stadium yang lebih lanjut. Schmidt dan Wilder (1968) mengemukakan bahwa gejala kejang lebih sering pada tumor yang letaknya dekat korteks serebri dan jarang ditemukan bila tumor terletak dibagian yang lebih dalam dari himisfer, batang otak dan difossa posterior. Bangkitan kejang ditemukan pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma. 2. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK anpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma. Papil edema Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputusputus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus interim. Pada pasien ini tidka dilakukan funduskopi sehingga belum dapat diketahui ada atau tidaknya papil edema.

28

3. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi: a. Lobus frontal - Menimbulkan gejala perubahan kepribadian apatis dan masa bodoh euphoria, tetapi lebih sering ditemukan adalah gabungan dari kedua tipe tersebut. - Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontralateral, kejang fokal - Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia - Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom fosterkennedy - Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia motorik dan disartria. b. Lobus parietal - Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonymus - Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada gyrus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns. Bangkitan kejang dapat umum atau fokal, hemianopsia homonim, apraksia. Bila tumor terletak pada lobus yang dominan dapat menyebabkan afasia

29

sensorik atau afasia sensorik motorik, agrafia dan finger agnosia. Pada pasien ini tidak menunjukkan defisit neurologi yang signifikan. c. Lobus temporal - Akan menimbulkan gejala hemianopsia kontralateral, bangkitan psikomotor atau kejang yang didahului dengan aura atau halusinasi (auraolfaktorius) - Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia sensorik motorik atau disfasia serta hemiparese. - Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis, parkinsonism. Pada pasien terdapat gangguan dalam fungsi bahasa yang dapay disebabkan pendesakan tumor pada lobus temporalis. d. Lobus oksipital - Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan (aura berupa kilatan sinar yang tidak berbentuk) dimana makula masih baik. - Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia. e. Tumor di ventrikel ke III

30

- Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasien tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran f. Tumor di cerebello pontin angie - Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma - Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran - Gejala lain timbul bila tumor membesar dan keluar dari daerah pontin angel g. Tumor Hipotalamus - Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan

perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan

h. Tumor di cerebelum - Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi disertai dengan papil udem - Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal Gangguan Fungsi: Supratentorial 31

Lobus Frontal: - Kelemahan muka, lengan, tungkai kontralateral - Disfasia ekspresif (hemisfer dominan) - Perubahan personalitas: tabiat antisosial, kehilangan inhibisi, kehilangan inisiatif, gangguan intelektual, ditemukan demensia terutama bila korpus kalosum terkena (terkenanya jalur fronto-ponto-serebeler mungkin menyerupai penyakit serebeler) Lobus Temporal: - Disfasia reseptif (hemisfer dominan) - Defek lapang pandang, kuadrantanopia homonim atas Lobus Oksipital: - Defek lapang pandang, hemianopia homonim Korpus Kalosum: - Sindroma diskoneksi, Apraksia, Buta kata-kata Lobus Parietal: - Gangguan sensasi: lokalisasi sentuh, diskriminasi dua titik, gerak pasif, astereognosis, inatensi sensori - Gangguan lapang pandang, kuadrantanopia homonim bawah Hemisfer dominan: disfasia reseptif, konfusi kiri/kanan, agnosia jari, akalkulia, agrafia Hemisfer nondominan: apraksia, agnosia Hipotalamus/Pituitari: - Disfungsi endokrin

32

Tumor supratentorial mungkin langsung merusak saraf kranial I dan II. Penekanan atau invasi pada sinus kavernosus mungkin mengenai saraf kranial III-VI. Infratentorial Otak Tengah/Batang Otak: - Lesi saraf kranial III-XII Tanda traktus panjang, motor dan sensori, Perburukan tingkat kesadaran, Tremor (nukleus merah), Gangguan gerak mata, Abnormalitas pupilMuntah, tersedu (medulla) Serebelum: Langkah ataksik, Tremor intensi, Inkoordinasi, Disartri, Nistagmus Tumor batang otak intrinsik berlawanan dengan yang ekstrinsik, lebih sering menimbulkan tanda traktus panjang penyakit. Gejala Astrositoma & Oligodendroglioma Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhannya lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang. Jika lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik) bisa menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa dan langkah yang goyah. Astrositoma yang paling ganas adalah glioblastoma multiformis, yang tumbuh sangat cepat sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan menyebabkan sakit kepala, berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan koma. Progresifitas yang lambat pada tumor tanpa gejala tambahan uang berat dapat dididuga pasien menderita astrocitoma. Gejala Meningioma 33 (motor dan sensori) pada awal perjalanan

Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak ( meningen) bisa menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi pertumbuhannya. Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman, penonjolan mata dan gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan dalam berfikir, mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer. bisa berupa sakit kepala dan hilangnya lapang pandang luar pada kedua mata. I. Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Rontgen tulang tengkorak dan otak hanya memberikan sedikit gambaran mengenai tumor otak. Semua jenis tumor otak biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI, yang juga bisa menentukan ukuran dan letaknya yang pasti. Tumor hipofisa biasanya ditemukan jika telah menekan saraf penglihatan. Pemeriksaan darah menunjukkan kadar hormon hipofisa yang abnormal dan tumor biasanya bisa didiagnosis dengan CT scan atau MRI. Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak). Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker. Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi. Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.

34

J. Pemeriksaan Penunjang Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor. - Elektroensefalografi (EEG) - Foto polos kepala - Arteriografi - Computerized Tomografi (CT Scan) - Magnetic Resonance Imaging (MRI) Foto toraks dan LED: Tingginya insidens tumor metastatik menyebabkan

pemeriksaan ini diwajibkan pada pasien yang diduga dengan tumor intrakranial. Foto tengkorak: Kalsifikasi Oligodendroglioma, meningioma (cari juga hiperostosis tulang sekitarnya), kraniofaringioma Penanda Tumor Usaha untuk mencari substansi yang menunjukkan pertumbuhan tumor spesifik dari darah atau CSS terbatas pada hubungan antara peninggian alfa feto protein dan gonadotrofin khorionik manusia dengan germinoma ventrikel ketiga yang membantu diagnosis. Perkembangan antibodi monoklonal, dengan perbaikan pada sensitivitasnya mungkin memberikan pendekatan yang bermanfaat untuk lokalisasi tumor serta identifikasinya dimasa yang akan datang. K. Penatalaksanaan 35

Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Jika memungkinkan, maka tumor diangkat melalui pembedahan. Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting. Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan lainnya. Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena terus tumbuh di dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian. Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan. Setelah pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan selsel tumor yang tersisa. Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan. Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor sehingga tumor dapat dikendalikan. Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak. Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi. Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan manitol dan kortikosteroid untuk mengurangi tekanan dan mencegah herniasi.

36

Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya, sering dilakukan terapi penyinaran, jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa dilakukan pembedahan. Terapi Steroid Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Dosis pembebanan dekasametason 12 mg. iv, diikuti 4 mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan klinis yang progresif dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan risiko efek samping yang tak diharapkan. Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil dengan insufisiensi steroid. Pada pasien ini perlindungan steroid merupakan sarat mutlak tindakan anestetik atau operatif.

Tindakan Operatif Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan satu atau lebih pendekatan bedah-saraf. Contohnya antara lain sebagai berikut: Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan melipat. Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik. Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa pituitari. Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odontoid dan klivus memberikan jalan mencapai aspek anterior batang otak dan cord servikal atas. Jarang digunakan. Biasanya untuk tumor letak depan seperti neurofibroma, khordoma. Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang sekitarnya untuk memperluas bukaan, rutin digunakan untuk pendekatan pada fossa posterior.

37

Prosedur biopsi, pengangkatan tumor parsial/ dekompresi internal atau pengangkatan total tumor tergantung asal dan lokasi tumor. Tumor ganas primer yang infiltratif mencegah pengangkatan total dan sering operasi dilakukan terbatas untuk biopsi atau dekompresi tumor. Prospek pengangkatan total membaik pada tumor jinak seperti meningioma atau kraniofaringioma; bila banyak tumor yang terabaikan, atau bagian tumor mengenai struktur dalam, bisa berakibat rekurensi. Radioterapi Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial menggunakan salah satu dari cara berikut: sinar-x megavoltase sinar gama dari kobalt60 berkas elektron dari akselerator linear partikel yang dipercepat dari siklotron, seperti neutron, nuklei dari helium, proton Sebagai alternatif, tumor ditindak dari dalam (brakhiterapi) dengan

mengimplantasikan butir

radioaktif. Kontras

dengan metoda tua dengan 'terapi

sinar-x dalam', tehnik modern memberikan penetrasi jaringan lebih dalam dan mencegah kerusakan radiasi terhadap permukaan kulit. Efek radioterapi tergantung dosis total, biasanya hingga 6.000 rad, dan durasi pengobatan. Harus terdapat besar sensitivitasnya. Radioterapi terutama bernilai pada keseimbangan terhadap risiko pada struktur normal sekitar. Umumnya, makin cepat sel membelah, makin pengelolaan tumor ganas; astrositoma maligna, metastasis, medulloblastoma dan germinoma, namun juga berperan penting pada beberapa tumor jinak; adenoma pituitari, kraniofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui jalur CSS seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh aksis neural menekan risiko terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat.

38

Komplikasi radioterapi: Setelah tindakan, perburukan pasien bisa terjadi karena beberapa hal: selama tindakan: peningkatan edema, reversible setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversible (biasanya satu hingga dua tahun) Komplikasi serupa mungkin mengenai cord spinal setelah iradiasi tumor spinal. Sensitiser sel hipoksik: Saat radioterapi, bagian dari proses destruktif adalah

konversi oksigen ke ion hidroksil. Adanya area hipoksik didalam jaringan tumor menambah radioresistensi. Penggunaan sensitiser sel hipoksik seperti misonidazol, bertujuan meningkatkan sensitivitas didalam regio ini. Manfaat zat ini masih dalam pengamatan.

Khemoterapi Manfaatnya belum jelas. Yang biasanya digunakan adalah BCNU, CCNU, metil CCNU, prokarbazin, vinkristin dan metotreksat. Obat khemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tumor secara selektif; namun respon sel tumor berkaitan langsung dengan dosis. Tak dapat dihindarkan, dosis tinggi menyebabkan toksisitas 'bone marrow'. Dalam praktek, kegagalan menimbulkan tanda depresi 'marrow' (antara lain leukopenia) menunjukkan dosis yang tidak adekuat. Efek samping merintangi pemakaian khemoterapi pada tumor jinak atau 'derajat rendah'. Pada pasien dengan tumor ganas, beberapa penelitian menunjukkan terapi tunggal atau kombinasi menghasilkan beberapa remisi tumor, namun penelitian terkontrol acak memperlihatkan hasil yang tak sesuai. Pada astrositoma maligna, 39

BCNU mungkin bermanfaat sedang. Pada medulloblastoma, terapi kombinasi CCNU dan vinkristin mungkin memperlambat rekurensi. Antibodi Monoklonal Tehnik produksi antibodi monoklonal memberi harapan yang lebih baik dalam mengelola tumor ganas, walau pengangkutan dan lokalisasinya masih merupakan masalah. Antibodi monoklonal berperan sebagai karier, yang membawa obat sitotoksik, toksin atau radionuklida langsung kedaerah tumor. Komplikasi Penatalaksanaan 1. herniasi otak (sering fatal) 2. herniasi unkal 3. herniasi Foramen magnum 4. kerusakan neurologis permanen, progresif, dan amat besar 5. kehilangan kemampuan untuk berinteraksi atau berfungsi 6. efek samping medikasi, termasuk kemoterapi 7. efek samping penatalaksanan radiasi 8. rekurensi pertumbuhan tumor L. Prognosis Tergantung jenis tumor spesifik. Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. 40

Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada: - penderita yang berusia dibawah 45 tahun - penderita astrositoma anaplastik - penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.

41

42

You might also like