You are on page 1of 58

HISTAMIN

KIMIA :
HN N H CH2 CH2 N H

Histamin ialah beta-imidazoliletilamin atau 4 (2-aminoetil)-imidazol Histamin dan serotonin bersama dengan peptide endogen, prostaglandin dan leukotrien kadang-kadang disebut autakoid atau hormon lokal, yaitu zat aktif yang dibuat oleh tubuh sendiri . Histamin banyak terdapat pada berbagai tumbuhan dan hewan. Baru pada awal abad ke 19 histamin dapat diisolasi dari jaringan hati dan paruparu segar. Histamin juga ditemukanpada berbagai jaringan tubuh, oleh karena itu diberi nama histamin (Histos = jaringan) HISTAMIN dibentuk dari asam amino histidin oleh pengaruh enzim histidin dekarboksilase

FARMAKODINAMIK

Histamin menimbulkan efek biologisnya melalui ikatannya dengan reseptor spesifik yang berada di permukaan membran Tergantung dari kerja antagonis histamin. Reseptor histamin dibagi menjadi reseptor histamin 1 (RH1) dan reseptor histamin 2 ( RH2) , reseptor histamin 3 (RH3), reseptor histamin 4 ( RH4)

RESEPTOR HISTAMIN

Reseptor Histamin H1 Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endothelium, dan system saraf pusat.

Reseptor Histamin H2 Ditemukan di sel-sel parietal, otot jantung, sel mast, dan otak.

Reseptor Histamin H3 Ditemukan di presinaptik ( di otak, pleksus mienterikus dan saraf lainnya). Reseptor Histamin H4 Paling banyak terdapat di sel basofil dan sumsum tulang. Juga ditemukan di kelenjar timus, usus halus, limfa, dan usus besar. Perannya sampai saat ini belum banyak diketahui. 10

Sistem Organ Sistem Kardiovaskuler Otot polos - Lambung - Bronkhus - Uterus Glandula Eksokrin - Lambung Sistem Saraf Perifer Sistem Saraf Pusat Sistem Hematopoetik - Neutrophyl - T. Lymphocyt - B. Lymphocyt - Sel Mast H 1, H 2 H1 H 1, H 2 H2

Reseptor

H2 H 1, H 2 H1, H2, (H3) H2 H2 H2 H2

FARMAKODINAMIK
Pada Sistem Kardiovaskuler Terjadinya dilatasi kapiler sehingga terjadi kemerahan dan rasa panas di wajah (blushing area), pengaruh H1 lebih kuat & cepat dibanding H2 Permeabilitas Kapiler, histamine meningkatkan permeabilitas kapiler yang menjadi efek sekunder terhadap pembuluh darah kecil, akibatnya protein dan plasma keluar ke ruangan ekstrasel dan menimbulkan odem, efek ini jelas terjadi pada reseptor H1 Triple response, bila disuntikkan intradermal akan timbul tiga tanda khas yaitu : bercak merah setempat di sekeliling tempat suntikan, Flare yaitu bercak menyebar 1-3 cm dari bercak awal dengan warna lebih terang, odem setempat pada lokasi penyuntikan Pembuluh Darah Besar, histamin cenderung menyebabkan konstriksi pembuluh darah besar yang intensitasnya berbeda antara berbagai spesies, kadang menutupi efek dilatasi kapiler sehingga justru terjadi resistensi perifer Jantung, histamin mempengaruhi elektrisitas dan kontraktilitas jantung. Histamin mempengaruhi depolarisasi diastole di nodus SA sehingga frekwensi denyut meningkat, memperlambat konduksi AV dan meningkatkan otomatisitas sehingga rawan terjadi aritmia pada dosis besar. Umumnya reseptor yang bekerja adalah H1, kecuali konduksi AV bekerja dengan H2 Tekanan darah, efek vasodilatasi kapiler mengakibatkan penurunan tekanan darah secara sistemik sehingga diwaspadai terjadinya syok pada pemakaian histamin dosis besar.11

F A R M A K O D I N A M I K

Pada otot Polos non vaskular Histamin merangsang atau menghambat kontraksi otot polos, kontraksi terjadi karena aktivasi H1 sedangkan relaksasi terjadi akibat aktivasi H2, efek yang jelas terjadinya bronkokonstriksi pada penderita asma. 11

Pada Kelenjar eksokrin Histamin dalam dosis rendah akan lebih berpengaruh pada asam lambung daripada tekanan darah, blokade pada reseptor H2 tidak hanya menurunkan produksi asanm lambung tetapi juga mengurangi efek gastrin atau aktivitas vagal. 11 Pada Ujung syaraf sensoris Terjadinya nyeri dan gatal seperti efek flare sebagai akibat refleks akson, ini merupakan cara kerja H1 dengan merangsang ujung saraf sensoris. 11 Pada medula adrenal dan ganglia Histamin dalam dosis besar juga merangsang sel kromafin medula adrenal dan sel ganglion otonom. 11

HISTAMIN EKSOGEN

Histamin terdapat pada hewan antara lain pada bisa ular, zat beracun, bakteri dan tanaman. Hampir semua jaringan mamalia mengandung prekursor histamin. Kadar histamin paling tinggi di temukan pada kulit, mukosa usus dan paru-paru. Histamin eksogen bersumber dari daging bakteri dilumen usus atau kolon yang membentuk histamin dan histidin. sebagian diserap dan sebagian besar akan dihancurkan dalam hati, sebagian kecil masih ditemukan di arteri dalam jumlah terlalu rendah untuk merangsang sekresi asam lambung. Pada pasien sirosis hepatis, kadar histamin dalam darah arteri akan meningkat setelah makan daging, sehingga meningkatkan kemungkinanterjadinya tukak peptik.

HISTAMIN ENDOGEN

Histamin berperan penting dalam fenomena fisiologis dan patologis terutama pada anafilaksis, alergi, trauma dan syok.
SUMBER, DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN Histamine didapatkan pada sebagian besar jaringan, tetapi distribusinya tidak merata Sebagian besar histamine jaringan dipisahkan dan diikat pada granula di sel mast atau basofil, secara biologis tidak aktif (terikat dalam bentuk kompleks dengan sulfated polysaccharide, heparin, atau chondroitin sulfate, dan suatu protein asam) Dengan adanya stimulus, dapat memicu rilis histamine dari sel mast amine bebas terikat pada reseptor jaringan di sekitarnya. Pada jaringan yang mempunyai potensi terjadinya jejas khususnya kaya akan kandungan sel mast-hidung, mulut, dan kaki permukaan di dalam tubuh dan pembuluh darah, khususnya pada titik tekanan dan bifurkasio / percabangan.

Histamine yang bukan berasal dari sel mast ditemukan pada beberapa jaringan, termasuk otak, berfungsi sebagai neurotranmiter diduga memainkan peran pada berbagai fungsi otak seperti kontrol neuroendoktrin, regulasikardiovaskular, pengaturan suhu, dan pembangkitan gairah (arousal). Tempat penyimpanan dan rilis histamine nonneuronal lain yang penting adalah sel yang menyerupai - enterokromafin (enterochromaffin - like, ECL) pada fundus lambung. Sel tersebut merilis histamine, satu dari sekretagog asam utama, untuk mengaktifkan sel parietal yang menghasilkan asam pada mukosa lambung.

PERAN HISTAMIN ENDOGEN


(1) RILIS IMUNOLOGIS :

Mekanisme patofisiologis penting dari rilis histamine sel mast dan basofil adalah imunologis Reaksi anafilaksis dan alergi. Alergi (Lat. = berlaku berlainan) adalah kepekaan berbeda terhadap suatu intigen exogen atas dasar proses imunologi. Pada dasarnya, reaksi imun tersebut berfungsi melindungiorganisme terhadap zat-zat asing yang menyerang tubuh. Bila suatu protein asing (antigen) masuk berulangkali ke dalam aliran darah seorang yang berbakat hipersensitif, maka limfosit-B akan membentuk antibodies dari tipe IgE (disamping IgG dan IgM) IgE (reagin), mengikatkan diri pada membran mast-cells tanpa menimbulkan gejala.

Apabila kemudian antigen (alergen) yang sama atau yang mirip rumus bangunnya memasuki darah lagi,

maka IgE akan mengenali dan mengikat padanya. membran mast cells pecah (degranulasi).

sejumlah zat perantara (mediator) dilepaskan, yakni histamin bersama serotonin, bradikinin, dan asam arachidonat, yang kemudian diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien. Zat-zat itu menarik makrofag dan neutrofil ke tempat infeksi untuk memusnahkan antigen. Di samping itu juga timbul reaksi tubuh antara lain broncho konstriksi, vasodilatasi dan pembengkakan jaringan

Gejala Reaksi Alergi

Anafilaksis Dalam keadaan gawat dapat timbul suatu reaksi anafilaksasi ( Yun. Ana = tanpa, phylaxis = perlindungan). Pada shock anafilaktis, masuknya antigen pertama membuat tubuh tanpa perlindungan terhadap pemasukan antigen berikut. Kadar histamin dapat meningkat dengan drastis, seperti pada : - Peristiwa kecelakaan dengan banyak kehilangan darah - Cedera bakar hebat Reaksi anafilaksis hebat dapat timbul pada kelompok orang tertentu yang telah disensibilisasi, terhadap satu atau beberapa jenis alergen. Misalnya, alergen dalam makanan (kacang-kacangan, buah kiwi, arbai dan lain-lain) atau obat-obat seperti kelompok penisilin.

(2)

Rilis Mekanis dan Kimiawi : Banyak obat atau zat kimia bersifat antigenik sehingga akan melepaskan histamin dari mast cell dan basofil. Zat-zat tersebut ialah : a) Enzim : kimotripsin, fosfolipase dan tripsin. b) Beberapa surfaceactive agents : detergent, garam empedu dan lisolesitin. c) Racun dan endotoksin d) Polipeptida alkali dan ekstrak jaringan. e) Zat dengan berat molekul tinggi : zimosan, ovomukoid, serum kuda, ekspander plasma dan polivinilpirolidon. f) Zat bersifat basa misalnya morfin, kodein, antibiotik, meperidin, stilbamidin, propamidin, dimetlltubokurarin, d-tubikurarin, dan g) Media kontras

Senyawa 48/80, sebuah polymer diamine eksperimental, secara spesifik merilis histamine dari jaringan sel mast dengan proses degranulasi eksositosis yang membutuhkan energi dan kalsium. Proses fisik sepertimekanik, termal atau radiasi cukup untuk merusak sel mast cell melepaskan histamin. terjadi pada cholinergic urticaria, solar urticaria dan cold urticaria. (3) Penglepasan Histamin oleh sebab lain. pertumbuhan dan Perbaikan Jaringan. Histamin banyak dibentuk di jaringan yang sedang bertumbuh cepat atau sedang dalam proses perbaikan (jaringan embrio, regenerasi hati, sumsum tulang, luka, jaringan granulasi dan perkembangan keganasan) disebut nascent histamine, (tidak ditimbun tetapi berdifusi bebas). di duga juga berperan dalam proses anabolik.

Antihistaminika
Obat yang mempunyai efek melawan efek histamin dengan cara memblok reseptor H1. Efek histamin endogen dapat dihambat melalui 3 cara: 1. Penghambatan secara fisiologis, misal oleh adrenalin 2. Penghambatan pelepasan/degranulasi histamin yg timbul. Hambatan pelepasan histamin pada proses degranulasi histamin dapat terjadi pada pemberian kromolin & stimulan adrenoseptor 2 3. Blokade reseptor histamin H1 dengan obat antihistamin. Blokade reseptor histamin H1 secara kompetitif dapat menghambat efek histamin.

Sejarah antihistamin dimulai 1937 disintesa 2-isoprofil-5metilfenoksi-etildieltilamin. (Masih sangat toksik). 1950 mulai dipakai dalam klinik yang bekerja terhadap reseptor histamin (H1). Obat-obat yang berperan pada mekanisme alergi dan anafilaksi (Douglas, 1958). Obat-obatan antihistamin (H1-blocking agents) secara luas diterima digunakan sampai saat ini dalam praktek kedokteran, untuk keadaan-keadaan alergik. Obat-obat ini tidak dapat mengeblok semua efek histamin. Hanya bekerja / bisa diblok lewat 1 macam reseptor. (Reseptor-H1). Dimana obat-obat ini tidak mampu mengeblok pengaruh histamin terhadap sekresi asam lambung. Adanya populasi reseptor histamin lain yang disebut Reseptor-H2.

1972 Black dkk, memperkenalkan anti histamin baru yang secara selektif menghambat pengaruh efek histamin terhadap sekresi asam lambung. (H2-bloking agents). Antihistamin yang bekerja pada Reseptor-H1, tidak hanya selektif pada H1, tetapi juga mempengaruhi reseptor-reseptor yang lain. Pengaruhnya ini disebut sebagai Efek samping. Antihistamin baru yang makin selektif terhadap reseptor H1 adalah antihistamin generasi kedua. Ini lebih disukai karena long-acting dan tidak bekerja sedatif dan beredar dipasaran, yakni : citerizin, loratadin, astemizol, dan terfenadin. Mediator alergi bukan hanya histamin tetapi Serotonin, SRS-A punya andil dalam gejala alergi, maka antihistamin yang tidak selektif sering kali diinginkan, diperlukan juga kehadirannya, mempunyai khasiat sebagai anti serotonin, anti SRS-A, misal Antihistamin Oksatomid (Oxatomide).

ANTIHISTAMIN

ANTAGONIS RESEPTOR H1 ( AH1 ) ANTAGONIS RESEPTOR H2 ( AH2 ) ANTAGONIS RESEPTOR H3 ( AH3 )

ANTAGONIS RESEPTOR H1 ( AH1

ANTIHISTAMIN1 (AH1)
HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS Semua antihistamin mempunyai struktur dasar rantai etilamin : -C-C-N< Rantai etilamin ini juga dimiliki Biogenicamine seperti : Histamine, Serotonin, Asetilkolin, Adrenalin. Oleh karena itu, suatu amin dapat mempunyai juga khasiat menghambat amin yang lain. Hal ini tercermin antara lain: hampir semua antihistamin 1(AH1) mempunyai khasiat sebagai anti asetilkolin (anti kolinergik), beberapa sebagai anti serotonin, sebagai anti adrenalin (alfa blocker) walaupun lemah. Sebaliknya obat-obat primer sebagai antikolinergik atau alfa blocker, tidak mustahil juga mempunyai khasiat antihistamin.

ABSORPSI, DISTRIBUSI, METABOLISME EKSKRESI


AH 1 pada umumnya mudah diserap dari saluran cerna efek per oral, sudah tampak dalam 30 menit. Kadar puncak tercapai dalam 1 2 jam dan efek berlangsung selama 3 6 jam. Beberapa AH 1 ada yang lama kerjanya lebih panjang. Distribusi AH 1 pada umumnya luas, termasuk susunan saraf pusat, kecuali beberapa yang tidak dapat menembus sawar darah otak, (Astemizol, Terfenadin, dll). Metabolisme terutama di liver (sistem mikrosom) secara hidroksilasi. Ekskresi lewat urine dalam bentuk metabolit dan hanya sedikit sekali dalam bentuk utuh.

KHASIAT FARMAKOLOGIK
Cara kerja dibedakan menjadi dua : - Blokade reseptor histamin (H1) - Tanpa melalui blokade reseptor histamin Maka pada dasarnya AH1 lebih bersifat preventif dari pada kuratif. Dapat mencegah pengaruh histamin pada otot polos (pembuluh darah, permeabilitas kapiler, bronkus, dll). Khasiat lain pada dasarnya kerjanya tidak memblok reseptor H1 dan kadang menunjukkan kekhasan dari satu kelompok. AH1 memblok pengaruh histamin melalui antagonisme kompetitif yang revensibel pada reseptor H1 dan tidak berpengaruh pada reseptor H2.

AH1 efektif kalau diberikan sebelum histamin dari mast cell dilepaskan. Kalau histamin sudah berikatan dengan reseptor (H1) dan menimbulkan efek, pemberian AH1 tidak akan efektif lagi. Untuk menetralisasi efek misalnya pada kejadian alergi berat atau syokanafilaksi, paling efektif berikan antagonis fisiologik (adrenalin). Bronkokontriksi pada keadaan alergik sekalipun, tidak dapat diatasi secara efektif dengan AH1 karena adanya mediator-mediator lain selain histamin juga berperan pada terjadinya serangan asthma. Efek farmakologik AH1, lain tanpa melalui blokade reseptor H1. Rasa kantuk menyerupai efek obat-obat antimuskarinik. Antimual dan muntah, untuk mabuk perjalanan. Anti Parkinson efek antikolonergik menekan gejala kekakuan dan tremor pada sindroma Parkinson. Antiadrenergik walaupun lemah efek hipotensi ortostatik pada orang tertentu . (terutama dari gol. Fenotiazin)

Antikolinergik seperti efek atropin pada reseptor muskarinik perifer mungkin efektif untuk rinorea non alergik sebaliknya justru dapat menyebabkan retensi urine dan gangguan visual oleh karena midriasis. Antiserotonin Blokade reseptor serotonin siproheptadin. Anestesi Lokal menghambat pompa natrium pada membran seperti halnya efek prokain dan lidokain, (prometasin dan difenhiramin). Merangsang nafsu makan. Ini mungkin karena pengaruhnya pada reseptor serotonin di hipotalamus siproheptadin.

PEMILIHAN ANTIHISTAMIN H1
Umumnya lebih efektif untuk mencegah efek yang belum terjadi melalui mediator histamin. Pemberian oral lebih dianjurkan dibandingkan suntikan. Umumnya digunakan mencegah efek vasodilitasi, peningkatan permeabilitas kapiler, oedem dan gatal pada urtikaria dan angioedema, mungkin juga efektif mencegah rinorea pada kondisi-kondisi alergi di saluran pernafasan atas. Sebagai antialergi, AH1 mempunyai kemanjuran berbeda pada berbagai individu. Pilih yang paling cocok dengan efek samping yang paling kecil. Efektivitas satu kelompok AH1 mungkin berkurang / hillang dengan diteruskannya pengobatan di coba ganti dengan anggota kelompok lain.

Obat / efek sedative ANTIHISTAMIN GENERASI PERTAMA Ethanolamin / + +++ Carbinoxamin (listin) Dymenhydrinate (garam) Diphenydramine (dramamine) Diphenhydramine (benadryl,dll) Doxylamine Ethylamineddiamine / + ++ Pyrilamine (Neo-Antergen) Pyrilamine (PB2,dll) Obat / efek sedative Derivat piperazine / + +++ Hydroxyzine (Atarak,dll) Cyclizine (marezine) Meclizine (bonine,dll) Alkylamine / + ++ Bropheniramine (dimetane,dll) Chlorpheniramine (chlortrimeton,dll) Derivat phenothiazine / +++ Promethazine (phenergen,dll) Lain-lain Cyproheptadine (periactin,dll) ANTIHISTAMIN GENERASI KEDUA Piperidine Fexofenadine (allegra) Lain-lain Loratadine (claritin) Catirizine (Zyrtec)

Dosis reguler orangdewasa (mg)

Masa kerja (jam) Aktivitas antikolinergik Keterangan

4-8 50 25-50 1,25-25

3-4 4-6 4-6

+++ +++ +++

Sedasi ringan-menengah Sedasi lanjut; aktivitas anti motion sickness Sedasi lanjut; aktivitas anti motion sickness Sedasi lanjut; tersedia dalam bentuk obat pembantu tidur

25-525-50 Dosis reguler orangdewasa (mg) 15-100 25-50 25-50

Sedasi menengah; komponen obat pembantu tidur + Sedasi menengah Masa kerja (jam) Aktivitas antikolinergik Keterangan

6-24 12-24 -

Sedasi lanjut Sedasi ringan; aktivitas anti motion sickness Sedasi ringan; aktivitas anti motion sickness Sedasi ringan Sedasi ringan; tersedia dalam komponen perawatan flu

4-8 4-8

4-6 4-6

+ +++

10-25
4

4-6

+++
+

Sedasi lanjut; antiemetic


Sedasi menengah; juga mengandung aktivitas antiserotonin

60 10 5-10 12

Resiko rendah dari aritmia Aksi yang lebih lanjut

Indikasi Generasi Pertama yang Diakui FDA Drug Name Azatadine Azelastine Brompheniramine Chlorpheniramine Clemastine Cyproheptadine Hydroxyzine Batas Usia > 12 tahun > 3 tahun > 6 tahun > 2 tahun > 6 tahun > 2 tahun Bisa diberikan < 6 tahun > 2 years old > 1 bulan Indikasi PAR, SAR, CU PAR, SAR, VR, AC AR, HR Type 1 AR PAR, SAR, CU PAR, SAR, CU PAR, SAR, CU Kategori Kehamilan B C C B B B B

Dexchlorpheniramine > 2 tahun

Promethazine
Tripelennamine

Pruritus, sedasi, analgesia, C anti-emetik HR Type 1, Sedation, Motion C sickness, Analgesia PAR, SAR, CU B

*PAR = perennial allergic rhinitis, SAR = seasonal allergic rhinitis, CU = chronic urticaria, HR Type 1 = hypersensitivity reaction type 1, AR = allergic rhinitis, VMR = vasomotor rhinitis, AC = allergic conjunctivitis Table 2. Indikasi Antihistamin Generasi II & III yang diakui FDA Nama Obat Batas Usia Indikasi Kategori Kehamilan

Cetirizine
Fexofenadine Loratadine Desloratadine

> 2 tahun
> 6 tahun > 2 tahun > 12 tahun

PAR, SAR, CIU


SAR, CIU SAR, CIU PAR, SAR, CIU

B
C B C

*PAR = perennial allergic rhinitis, SAR = seasonal allergic rhinitis, CIU = chronic idiopathic urticaria

PENGGOLONGAN
R1 RXCCN BESERTA DOSIS R1 1. Derivat Etanolamin (X = O) Zat-zat ini memiliki daya kerja antikolinergis dan sedatif yang agak kuat. Difenhidramin oral 4 dd 25 50 mg, i.v 10-50 mg Bersifat
spasmolitis, anti-emetis dan vertigo (anti pusing). Digunakan sebagai obat tambahan pada terapi penyakit Parkinson. Ofernadrin oral 3 dd 50 mg. Obat tambahan pada pengobatan Parkinson dan terhadap gejala ekstrapiramidal pada terapi dengan neuroleptika.

Dimenhidrinat oral 4 dd 50-100 mg, i.m. 50 mg Yang khusus digunakan terhadap mabuk jalan dan muntah karena kehamilan Klorfenoksamin oral 2-3 dd 20-40 mg (klorida) dalam krem 1,5% Sebagai obat tambahan pada terapi penyakit Parkinson. Karbinoksamin dosis oral 3-4 dd 4 mg (maleat dan bentuk-dl). hay fever Klemastin oral 2 dd 1 mg a.c (fumarat), i.m. 2 dd 2 mg. Pruritus allergica (gatal-gatal).

2. Derivat etilandiamin (X=N) Obat-obat dari kelompok ini pada umumnya memiliki daya kerja sedatif yang lebih ringan. Antazolin : oral 24 dd 50 100 mg (mullat) (selesma) - Tripelennamin krem 2% pada gatal-gatal - Mepirin hay fever - Klemizol salep/suppositoria anti wasir 3. Derivat Propilamin (X=C) Obat-obat dari kelompok ini memiliki daya kerja antihistamin yang kuat.

Feniramin : Oral 3 dd 12,5 25 mg (maleat) atau Efek meredakan batuk 1 dd 50 tablet retard i.v. 1-2 dd 50 krem 1,25%. - Klorfeniramin - Deksklorfeniramin - Triprolidin : Oral 1 dd 10 mg (klorida) 4. Derivat piperazin (inti piperazin) Pada umumnya bersifat long-acting (lebih dari 10 jam) 1 Siklizin : Mabuk jalan 1 jam sebelum berangkat 50 mg, bila perlu 3x sehari, pada mual dan muntah 3-4 dd 50 mg, anak-anak 6-13 tahun 3 dd 25 mg. antiemetis dan pencegah mabuk jalan.

mg ;

- Homoklorsiklizin : Oral 1-3 dd 10 mg Anti serotonin dan digunakan alergica (gatal-gatal) Antipusing dan antiemetis, obat tinnitus, mabuk jalan vertigo dan sebagai obat pencegah migrain. 2 - Flunarizin:sbg pencegah migrain - Oksatomida : Oral 2 dd 30 mg p.c, untuk asma 120 mg sehari. Obat pencegah pengobatan asma hay fever. 3 Hidroksizin : 1-2 dd 50 mg. Untuk anxiolyse 1-4 dd 50-100 mg. Menstimulasi nafsu makan. Sedatif dan antixiolitis, spasmolitis, anti-emetis serta anti-kolinergis. Sangat efektif pada urticaria dan gatal-gatal. - Cetirizin 1x dd 100 mg malam hari.

Tidak sedatif, juga tidak antikolonergis. Sangat efektif pada urticaria dan rhinitis/con-junctivitas. 5. Derivat fenotiazin Senyawa trisiklis sebagai antihistamin antikolinergis khasiat neuroleptis. Efek sedatif dan meredakan batuk. a.Prometazin : Oral 3 dd 25-50 mg dan sebaiknya dimulai pada malam; i.m 50 mg Pada reaksi energi terhadap tumbuhan dan akibat gigitan serangga, juga sebagai anti emetikum vertigo batuk dan sukar tidur, terutama untuk anak-anak. - Oksomemazin : Oral 2-3 dd 10 mg. Dalam obat batuk - Fonazin : Oral 3-4 ddi 10 mg

Efek anti-serotonim kuat dan dianjurkan pada terapi interval migrain. b.Isotipendil : Oral 3-4 dd 4-8 mg, i.m/ i.v.10mg Derivat-azofenotiazin ini bekerjanya lebih singkat dari prometazin dengan efek sedatif yang lebih ringan. - Mequitazin : Oral 2 dd 5 mg. Efek sedatifnya relatif ringan dibandingkan obat-obat lain. Derivat Prometazin Digunakan pada hay fever, urticaria dan reaksi alergi lainnya.
6. Derivat trisiklis lainnya memiliki daya kerja antiserotonim kuat dengan menstimulasi nafsu makan, urticaria juga sebagai obat interval pada migrain.

a.Siproheptadin : oral 3 dd 4 mg (klorida) Azatadin : oral 2 dd 1 mg (maleat) hay fever dan pada urticaria b. Pizotifen : oral semula 1 dd 0,5 mg (maleat), berangsur-angsur dinaikkan sampai 3 dd 0,5 mg Ketotifen : oral 2 dd 1-2 mg (fumarat) Adalah derivat keto Long-acting tanpa efek entiserotonin. Berdasarkan sifat menstabilisasinya terhadap mastcells, obat ini digunakan sebagai obat pencegah serangan asma. Loratadin 1 dd 10 mg Digunakan pada rhinitis dan conjunctivitis alergis, juga pada urticaria kronis.

ANTAGONIS RESEPTOR H2 ( AH 2)

SIMETIDIN RANITIDIN FAMOTIDIN NIZATIDIN

Antagonis H2
INDIKASI 1. Ulkus lambung dan duodenal Kemampuan menurunkan asam lambung yg terbaik yaitu Famotidin dan nizatidin diikuti oleh ranitidin dan simetidin dosis harian atau dosis harian dibagi 2 Ulkus duodenal responnya 4-8 minggu Ulkus lambung: responnya 8 minggu 50-75% penderita membaik

Indikasi
2. Syndrome Zollinger Ellison: dibutuhkan dosis besar untuk menekan sekresi asam yang disebabkan oleh gastrin 3. Penyakit Refluks Esofagal: dibutuhkan 2 X dosis harian 4. Stress Ulcers: syndrome short bowel, hipersekresi oleh karena mastositosis, leukimia basofilik dan pre-anestetik

DOSIS
Obat Simetidin Ranitidin Dosis 4 x 300 mg 2 x 150 mg/hari

Famotidin
Nizatidin

1 x 40 mg/hari ( u/ tukak lambung atau tukak duodenum aktif)


1 x 300 mg/hari

Antagonis H2
EFEK SAMPING ESO Simetidin: pusing/sakit kepala, lesu, nyeri otot, gangguan seksual, ginekomastia, diare sedangkan somnolens dan bingung banyak terjadi pada lansia. Gangguan seksual, penurunan libido dan ginekomastia terjadi krn obat ini meningkatkan prolaktin dan mengikat reseptor androgen. Obat ini juga menghambat sitokrom P-450 dan menimbulkan gangguan darah

ESO
ESO Ranitidin: kejadian bingung, ginekomastia, gangguan seksual dan darah lebih rendah dari simetidin ESO Famotidin dan nizatidin: sakit kepala, konstipasi dan diare ESO Roksatidin:sakit kepala, mual-muntah, gangguan tidur KONTRAINDIKASI 1. Hati-hati penggunaan simetidin pada lansia dan gangguan hati 2. Hati-hati penggunaan ranitidin, famotidin, nizatidin & roksatidin pada wanita hamil 3. Roksatidin: anak < 14 tahun

Antagonis H2
INTERAKSI OBAT 1. Karena menghambat sitokrom P-450, simetidin dapat menghambat metabolisme fenitoin, teofilin, siklosporin, metopranolol, Ca antagonis, warfarin, antidepresan trisiklik dan imipramin 2. Simetidin juga menghambat sekresi tubular prokainamid, dan meningkatkan metabolisme etanol 3. Ranitidin menurunkan absorpsi diazepam dan juga berinteraksi dengan teofilin dan metoprolol 4. Nizatidin menghambat dehidrogenase dengan alkohol 5. Roksatidin: belum diketahui

ANTAGONIS RESEPTOR H3 ( AH 3)

THIOPERAMIDE IODOPHENPROPIT CLOBENPROPIT

DAFTAR PUSTAKA Udin Sjamsudin, Hedi RD : Histamin dan Antihistamin dalam Farmakologi Dan Terapi ,edisi 4, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta, 1995, p. 252-260. Rengganis Iris : Alergi Merupakan Penyakit Sistemik : Cermin Dunia Kedokteran 2004; 142: 42-45. Del Rosso Q. James : Antihistamines dalam Systemic Drugs For Skin Disease, W.B. Saunders Company, United States of America, 1991, p.285-316. Andra : Optimalisasi terapi Antihistamin dalam Majalah Farmacia, Volume 6, Jakarta, 2006, p.64. Sjabana Dripa : Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta, 2005, p. 467-487. http:// www.galenium.com diterbitkan 2006.a Staf Bagian Farmakologi UI : Histamin dan Antihistamin dalam Farmakologi Dan Terapi ,edisi 5, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta, 2007, p. 273-287. Ediningsih, Endang : Antihistamin. Lab. Farmakologi FK UNS, 2006. Ediningsih, Endang : Autokoid. Lab. Farmakologi FK UNS, 2006. MUDr. Pavel CHA. Histaminova intolerance. 2007 http://www.celostnimedicina.cz/histaminova-intolerance-hit.htm Arif, dkk : Histamin dan Antihistamin. Tugas Farmakologi.Stikes Pemkab Jombang prodi S-1 ( ANJANG ) Keperawatan, 2009. Judarwanto, Widodo. 2010. Penggunaan Antihistamin Pada Penyakit Alergi Anak. http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/09/01/penggunaan-antihistamin-padapenyakit-alergi-anak/.

Histamin adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam tanggapan imun lokal, selain itu senyawa ini juga berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan sebagai neurotransmitter.

You might also like