You are on page 1of 15

SITUASI UPAYA KESEHATAN

BAB

alam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya

kesehatan khususnya pada tahun 2008.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagaian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi. Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. a. Pelayanan Antenatal. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif.

28

29

Hasil pelayan antenatal dapat dilihatkan cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebutkan akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan srandar serta paling sedikit empat kali kunjungn, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dus dan dus kali pada trimester ke tiga. Angka ini dapat dimanfatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Gambaran persentase cakupan pelayanan K1 Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2008 sebesar 9.947 (80.07 %) dan K4 sebesar 8.864 (71.35%) dari seluruh ibu hamil sebanyak 12.423 orang . b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Masa Nifas Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (professional). Cakupan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (NAKES) sebesar 7.225 orang dari 11.858 sasaran ibu hamil (60.93%) dan ini belum mencapai target standar pelayanan minimal (SPM) kesehatan yaitu 90%. Sedangkan cakupan pelayanan ibu nifas di Kabupaten Kubu Raya tahun 2008 sebesar 7.630 orang (64.35%) dari 11.858 sasaran ibu hamil. c. Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan kesehatan bayi merupakan cakupan bayi (1-13 bulan) termasuk neonatus (1-28 hari) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar kesehatan oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 4 kali (bayi) dan 1 kali (neonatus) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan pelayanan neonatus di Kabupaten Kubu Raya tahun 2008 sebesar 6.727 neonatus (87.88%) dari 7.655 neonatus. Sedangkan pelayanan bayi sebesar 68.12% dari 11.293 sasaran.

30

2.

Pelayanan Keluarga Berencana. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) menurut hasil pengumpulan data pada tahun

2008 sebesar 88.253, 53.57% merupakan peserta KB aktif sedang Peserta KB Aktif Baru 24.23%. 3. Pelayanan Imunisasi. Pencapaian universal child immunization pada dasarnya merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkatan kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. Pencegahan/perlindungan terhadap penyakit infeksi dihubungkan dengan suatu kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Kekebalan aktif adalah perlindungan yang dihasilkan oleh sistem kekebalan seseorang sendiri. Jenis kekebalan ini biasanya menetap seumur hidup. Kekebalan pasif adalah perlindungan yang diberikan oleh zat-zat yang dihasilkan oleh hewan atau manusia yang diberikan kepada orang lain, biasanya melalui suntikan. Kekebalan pasif sering memberikan perlindungan yang efektif, tetapi perlindungan ini akan menurun setelah beberapa minggu atau bulan. Dari penyakit menular yang telah ditemukan, sampai saat ini di Indonesia baru 7 (tujuh) macam yang diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi yang selanjutnya kita sebut Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), yaitu TB, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak & Hepatitis B. Sejak dimulainya program imunisasi di Indonesia pada tahun 1956, saat ini telah dikembangkan 7 (tujuh) jenis vaksinasi yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, DT, TT, Hepatitis B, saat ini vaksin DPT dan HB telah digabung menjadi DPT-HB. Untuk mencapai tujuan pelayanan imunisasi dengan baik, karakteristik vaksin harus kita ketahui

31

secara benar meliputi komposisi, kemasan, penyimpanan, indikasi, kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang mungkin bisa terjadi. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI/adverse event following immunization) adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa reaksi vaksin ataupun efek simpang, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis; atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (artritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan sampai 6 bulan (infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio). Sasaran yang hendak dicapai melalui program ini adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada seluruh lapisan masyarakat dengan prioritas pada bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur (termasuk ibu hamil) serta kelompok resiko lainnya. a. Kegiatan: 1) Standarisasi dan pelaksanaan imunisasi rutin seperti : Polio, Campak, Dipteri, Pertusis, Tetanus, BCG dan Hepatitis B. 2) Pelaksanaan BIAS pada seluruh anak Sekolah dasar dan sederajat antara lain : BIAS Campak untuk anak kelas 1 pada setiap bulan Agustus dan BIAS DT/TT pada setiap bulan November, BIAS DT untuk kelas satu, BIAS TT untuk kelas 2 dan 3 baik laki-laki maupun perempuan. 3) Pemantauan rantai dingin pada setiap jenjang administrasi 4) Pengamatan dan penanggulangan terhadap Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). 5) Pemantauan dan evaluasi program dan hasil program imunisasi.

32

b. Strategi: 1) Sweeping dengan bekerjasama dngan PKK dan kepala desa 2) Untuk daerah yang akses sudah tinggi (DPT1-HB>80%) maka dilakukan DOFU (drop out follow up) 3) Melakukan Back log fighting (BLF) dengan sasaran anak kurang tiga tahun dan dilaksanakan pada daerah selama tiga tahun berturut-turut tidak UCI. 4) Meningkatkan peran serta Unit Pelayanan Kesehatan Swasta (UPKS) sebagai Urban Strategy. 5) Kerjasama dg CSO (civil society organization) termasuk organisasi profesi dan LSM untuk penggerakan masyarakat. 6) Kerjasama dengan Lintas sektor dan lintas program misalnya dengan program malaria, KIA dan gizi. 7) Penguatan system melalui HSS (Health system strengthening 8) SOS (sustainable out-reach service) utk daerah sulit secara geografis/sosial 9) Komunikasi intensif tentang Imunisasi (LIL) dan kegiatan advokasi . c. Hasil Kegiatan Imunisasi: Cakupan Imunisasi, baik BCG, DPT-HB 1, Polio-IV maupun Campak pada tahun 2008 telah mencapai target yaitu 83 %. Angka DO DPT1 Campak tahun 2008 7,54 %. Pelaksanaan program Imunisasi di Kabupaten Kubu raya dan Kecamatan belum semuanya mencapai UCI. tahun 2008 telah dari 17 mencapai UCI untuk tingkat kabupaten. Sedangkan untuk tingkat Desa, Puskesmas Untuk tahun 2008 Puskesmas, yang mencapai UCI hanya 8 Puskesmas (47%) dan 9 Puskesmas tidak mencapai UCI (53%). Sedangkan untuk desa dari 106 desa/kelurahan yang ada 50 desa/kelurahan (47,2%) telah mencapai UCI dan 56 desa/kelurahan (52,8%) tidak mencapai UCI. Dari 9 Kecamatan yang ada, 3 kecamatan (33,3%) telah mencapai UCI dan 6 kecamatan (66,7%) tidak mencapai UCI. Untuk kegiatan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah ) pada tahuin 2008 sudah berjalan sebagaimana mestinya.

33

Dampak dari Belum tercapainya UCI maka ada kecendrungan meningkatnya angka kesakitan dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi khususnya tetanus neonatorum , namun demikian sampai dengan tahun 2008 ada beberapa jenis penyakit yang erat kaitannya dengan pelaksanaan program imunisasi kasusnya mengalami penurunan. Gambaran pencapaian program Imunisasi di Kabupaten Kubu Raya tahun 2008 adalah secagai berikut : Gambar 4.1 Pencapaian Program Imunisasi Kabupaten Kubu Raya Tahun 2008

7.54%

7.54% 41.10%

82.50% 79.77%

Hb 0-7 hari BCG DPT-Hb1 Polio 4 84.17% Campak DO

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


Salah atu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan kesehatan perorangan (puskesmas, rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya). 1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Kubu Raya sebagai kabupaten baru yang belum memiliki Rumah Sakit Umum Daerah sehingga pelayanan kesehatan rujukan diberikan oleh Rumah Sakit milik swasta dan TNI. Selain itu, pelayanan keehatan rujukan diberikan pula oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso sebagai Rumah Sakit Propinsi.

34

2. Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Jumlah masyarakat miskin yang mendapat pelayanan kesehatan rawat jalan adalah sebesar 24.88% dari 220.900 jiwa masyarakat miskin di Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan untuk pelayanan bayi/balita masyarakat miskin ditujukan pada perbaikan status gizi pada balita yang termasuk gizi kurang melalui pemberian makan pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI diberikan kepada seluruh penderita gizi kurang dari keluarga miskin yaitu sebanyak 566 anak.

C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT


I. Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang ( P2B2 ) Pemberantasan penyakit bersumber binatang di Kabupaten Kubu Raya masih dititik beratkan pada pemberantasan vektor penyebab penyakit, adapun Penyakit bersumber binatang yang menjadi fokus perhatian adalah Malaria, Demam Berdarah Dengue dan Filariasis. Sedangkan Penyakit bersumber binatang lain yang termasuk dalam kelompok Zoonosis jumlah kasusnya sangat kecil demikian juga dengan Schistosomiasis a. Malaria Kegiatan P2 Malaria di Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2008 bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan masih dititik beratkan pada pemberantasan vektor melalui penyemprotan rumah dengan insektisida Deltamethrin. Sedangkan kegiatan yang rutin yaitu pencarian dan pengobatan penderita klinis Malaria di semua unit pelaksana tekhnis atau pelayanan kesehatan . Tahun 2008 penemuan kasus Klinis Malaria sebanyak 2.287 penderita dengan jumlah penduduk 491.165 jiwa dengan AMI (Annual Malaria Insiden) 4,65 per seribu penduduk, bila dibandingkan dengan tahun 2007 ada penurunan sebesar dua kali lipat dimana angka AMI 2007 sebesar 8,60 per seribu dengan kasus klinis 4.157. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya pemberantasan penyakit malaria antara lain melalui pemeriksaan laboratorium di puskesmas. Persentase pemeriksaan laboratorium di Puskesmas sangatlah kecil yang ditandai dengan Passive Case Detection

35

(PCD) sebesar 5,5 % dari jumlah kasus klinis yang ada, sedangkan angka AMI kabupaten mengalami penurunan dari 8,60 tahun 2007 menjadi 4,65 tahun 2008. Apabila dilihat dari data tersebut diatas maka Kabupaten Kubu Raya distratifikasikan sebagai daerah Low Insiden Area (AMI 3 - 10 ). Namun hal tersebut belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya, karena masih banyak puskesmas yang tidak melaporkan cakupan pengobatan penyakit malaria dalam format yang ada. Ini bisa dilihat laporan yang masuk dalam LB1 dan laporan ke P2M bila dibandingkan berbeda.

b. Demam Berdarah Dengue (Dbd) Kegiatan program pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue tahun 2008 dilaksanakan berdasarkan stratifikasi wilayah desa/kelurahan terhadap penyakit DBD, dengan melakukan kewaspadaan dan tindakan secara dini terhadap KLB-DBD, melakukan pemberantasan secara intensif di wilayah Kecamatan/Desa endemis dan mengadakan penyuluhan serta penggerakan

masyarakat untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kerja sama lintas program dan lintas sektoral yang terkait. Kegiatan Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dengan tujuan khusus yaitu : a. Mengurangi kecenderungan penyebaran wilayah terjangkit DBD atau membebaskan wilayah terjangkit DBD. b. Mengurangi kecendrungan peningkatan jumlah kasus c. Mengurangi jumlah kematian akibat DBD c. F i l a r i a s i s. Kegiatan Program filariasis di Kabupaten Kubu Raya bertujuan untuk mencegah penularan dan kecacatan anggota tubuh bagi penderita yang diserang serta menurunkan angka prevalensi semua daerah endemis dengan Mf rate dibawah 1 % melalui kegiatan penemuan penderita dan melaksanakan pengobatan massal.

36

Upaya pemberantasan Filariasis di Kabupaten Kubu Raya merupakan tindak lanjut program yang telah dilaksanakan oleh kabupaten Pontianak sejak tahun 1980 dengan cara pengobatan massal didaerah endemis, dimana pengobatan ini dimaksudkan untuk memberantas mikrofilaria dalam darah penderita sehingga tidak dapat ditularkan oleh nyamuk ke orang lain. Akan tetapi, hingga saat ini hasil pengobatan massal tersebut belum dievaluasi melalui survei darah jari di daerah yang telah selesai pengobatan massal filaria. Hasil kegiatan pemberantasan filariasis sejak tahun 1980 sampai 1994 tidak terdapat arsip datanya. Pada tahun 1997 / 1998 dilakukan survei evaluasi di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai kakap dengan hasil Mf rate sebesar 0 %. Tahun 1999 dilakukan survei evaluasi di Kecamatan Teluk Pakedai yang meliputi 3 desa, yang dilakukan oleh Subdit Filariasis dan Schistosomiasis bersama Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Pontianak, hasil yang didapat menunjukkan rata-rata Mf rate sebesar 3,92% dengan spesies Brugia malayi. Hasil Survei tersebut tidak disampaikan ke Dinas kesehatan Kabupaten Pontianak, sehingga tidak dilakukan tindak lanjut terhadap hasil survei tersebut. Pada tahun 2001 dilakukan survei darah jari di Desa Teluk Bayur Kecamatan Terentang hasil yang didapat menunjukkan Mf rate 1,97%. Hasil tersebut ditindaklanjuti dengan pengobatan massal selama 40 minggu dengan dosis rendah 100 mg setiap minggu. Cakupan pengobatan yaitu jumlah penduduk yang minum obat sampai 40 minggu adalah sebesar 78,7 %. Mulai tahun 2002 kabupaten pontianak mulai melaksanakan Eliminasi kaki Gajah (ELKAGA) sebagai daerah percontohan di Propinsi Kalimantan Barat. Sebagai Implentation Unit (IU) pada tahun 2002 adalah kecamatan Terentang yang meliputi dua Puskesmas, yaitu Puskesmas Terentang dan puskesmas Sungai Radak dengan dilaksanakannya pengobatan massal dosis tinggi setiap tahun sekali selama 5 tahun. Sebagai dasar pengobatan massal adalah hasil survei darah jari tahun 2002 di 6 desa di Kecamatan Terentang yang hasilnya menunjukkan rata-rata Mf rate 1,14%.

37

Upaya pengembangan ELKAGA yang akan dilakukan Kabupaten kubu Raya adalah melakukan survey darah jari untuk menentukan daerah endemis, survey evaluasi serta tindak lanjut pengobatan masal pada daerah-daerah sesuai dengan tahun tahap pengobatan. Program pemberantasan filariasis di Kabupaten Kubu Raya mengacu pada kebijakan Departemen Kesehatan RI dan WHO yaitu kesepakatan global untuk melakukan eliminasi sampai dengan tahun 2020 ( The Global of Elimination of Lymfhatic Filariasis as a Public Health Problem by The Year 2020). Program Eliminasi Kaki Gajah ( ELKAGA) ini akan dilaksanakan secara menyeluruh disemua kecamatan atau Puskesmas endemis filariasis dengan melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu: memutus kecacatan. 2. Pemberantasan Penyakit Menular Langsung Program Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML) sangat rantai penulaan dengan pengobatan missal dan penatalaksanaan kasus klinis secara dini untuk mencegah

mempengaruhi derajat kesehatan suatu wilayah, dan apa bila penyakit yang diderita oleh suatu wilayah banyak maka dapat diindikasikan bahwa lingkungan didaerah tersebut tidak baik. Adapun Program pemberantasan Penyakit Menular Langsung sbb : a. Diare Program ini diharapkan dapat mengantisipasi penyakit diare dan pelonjakan kasus di Kabupaten Kubu Raya. Dengan demikian dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Kegiatan ini tentunya tidak terlepas dari perencanaan yang terarah serta motivasi yang tinggi dari pengelola program baik yang ada di Puskesmas, Kabupaten maupun Propinsi, sehingga dari perencanaan yang baik akan dihasilkan pencapaian yang memuaskan. 1) Tujuan : a) Menekan kematian karena diare untuk semua golongan umur dan khususnya pada bayi dan balita.

38

b) Menemukan penderita secara dini dan melaksanakan penanggulangan kasus secara tepat dan cepat. c) Menurunkan angka kesakitan diare. 2) Kegiatan : a) Menemukan dan mengobati penderita diare baik secara aktif maupun pasif. b) Mengadakan pengamatan terhadap kasus diare. c) Melaporkan kegiatan secara teratur melalui Form W.2 dan SP2TP secara tepat waktu. b. ISPA Kegiatan Program Ispa di Kabupaten Kubu Raya bertujuan untuk mencegah meningkatnya angka kematian dan kesakitan akibat Penumonia terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2008 kegiatan P2 ISPA dititik beratkan pada kasus Penumonia dan Penumonia berat. P2 ISPA lebih dititik beratkan kepada BALITA / kelompok umur 0 5 tahun dan dikatagorikan kepada 3 katagori, yaitu Bukan Pneumonia, Pneumonia Ringan/Sedang dan Pemonia Berat. Dari Tabel 2.9 dapat dilihat 10 Puskesmas dengan kasus ISPA terbesar dari 17 puskesmas yang ada diwilayah kabupaten Kubu Raya dengan penemuan penderita pneumonia dan bukan penderita pneumonia. Khusus pada pneumonia berat, tidak ada penemuan kasus. Hal ini dimungkinkan karena program MTBS di Puskesmas sudah berjalan dengan baik, sehingga setiap balita sakit dapat di diagnosa dan ditangani dengan baik. c. Kusta Pemberantasan penyakit Kusta Kabupaten Kubu Raya merupakan kelanjutan dari program yang ada di Kabupaten Pontianak, di kabupaten pemekaran ini penyakit kusta justru paling banyak ditemukan dengan prevalensi 1,85/10.000 penduduk. Hal tersebut menjadi beban yang cukup berat untuk mencapai tujuan eliminasi kusta yaitu prevalensi penderita kusta < 1/10.000 penduduk pada tahun 2008.

39

Tabel 4.1 Hasil Kegiatan P2. Kusta Di Kabupaten Kubu Raya 2008
No 1 2 INDIKATOR JUMLAH PENDUDUK PENEMUAN PENDERITA A. Penderita Baru PB MB 34 7 27 79,4% 8,8 % 20,5% 100% 100% 1,85% 100 % 2008 491.165

B. Proporsi MB C. Proporsi Anak ( <14 Tahun) D. Proporsi Cacat Tk. II 3 PENGOBATAN 4 5 Proporsi PB dengan MDT Proporsi MB dengan MDT

Prevalensi per 10.000 penddk. RFT Rate

Pada Tabel di atas terlihat bahwa jumlah penderita Kusta Baru 34 penderita pada Tahun 2008; bila dilihat proporsi penderita MB lebih banyak, penderita anak dan proporsi cacat tingkat II jauh lebih tinggi dari sasaran. Angka kecacatan ini masih jauh diatas angka yang diperkenankan yaitu 5%. Sedangkan proporsi penderita anak masih jauh diatas angka yang diperkenankan yaitu 5%. Hal tersebut menandakan bahwa masih banyak penderita yang sudah terlambat dibawa ke Puskesmas dan tingkat penularan penyakit kusta di masyarakat masih cukup tinggi. Pemberantasan Frambusia di Kabupaten Kubu Raya merupakan kelanjutan dari program di kabupaten induk, dilaksanakan secara pasif, karena sejak tahun 1992 sudah tidak ditemukan lagi kasus frambusia dan ini dibuktikan. pada tahun 2004 telah dilakukan sero survey pada anak sekolah di Rasau Jaya, Jungkat dan Sui

40

Kakap dengan hasil Negatif. Dari laporan LB1 maupun W2 dan laporan khusus Frambusia pada tahun 2008 tidak ada puskesmas yang melaporkan kasus frambusia. d. TB PARU Kegiatan pemberantasan penyakit TB paru Kabupaten Kubu Raya dilaksanakan di 17 Puskesmas, dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian TB paru. Semua Puskesmas disediakan paket obat FDC-1, FDC-2, FDC-Anak dan FDC-Sisipan, dan diberikan secara cuma-cuma. Hasil kegiatan P2 TBC untuk Case Detection Rate (CDR) untuk tahun 2008 adalah 34,62%. Case Detection Rate yang dicapai Kabupaten Kubu Raya masih dibawah target dari Renstra Kesehatan Nasional, yaitu 70%. Sedangkan untuk angka Konversi (Convertion Rate) 96,36 % dan angka Kesembuhan (Cure Rate) 95,19% tahun 2007. Khusus untuk angka kesembuhan, baru bisa diketahui minimal 12 bulan kemudian sejak mulai pengobatan, jadi angka kesembuhan untuk tahun 2008 baru bisa diketahui pada awal tahun 2009. Angka kesalahan laboratorium (Error Rate) pada tahun 2008 adalah 4,9%. Hasil kegiatan P2 TB paru dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Hasil Kegiatan P2. TBC Paru Di Kabupaten Kubu Raya Triwulan I s/d IV Tahun 2008
INDIKATOR Jumlah Puskesmas PRM PS PPM Estimasi Suspek TB paru Suspek diperiksa sputum Proporsi Suspek Periksa Sputum Estimasi BTA positif Jumlah BTA positif baru BTA (+) baru diobati 100 TARGET (%) Triwulan I 17 2 2 15 9858 808 8,20 988 95 95 Triwulan II 17 Triwulan III 17 Triwulan IV 17

2 2
15 9858 898 9,11 988 107 107

2 2
15 9858 791 8,02 988 78 78

2 2
15 9858 789 8,00 988 62 62

41

BTA Neg. Ro (+) BTA(+) baru diobati dinyatakan sembuh Case Detection rate Conversion rate Error Rate Cure Rate BTA + Pengobatan Lengkap Defaulted (DO) Catatan : *)
C)

18 149 > 70 > 80 <5 > 85 <5 < 10 9.62 94,94 4,6 98,67 1,2 0

23 100 10.83 90,51 5,2 89,29 1,3 0

27 71 7.89 100 4,7 95,95 1,9 0

22 76 6,28 100 5,1


96,20 1,3 0

= Hasil Pengobatan penderita diobati 2008, baru bisa diketahui pada Awal 2009. = Estimasi BTA Positif dengan Prevalens = 1,3/1000 penduduk.

**) = Estimasi BTA Positif dengan Prevalens = 2,1/1000 penduduk.

E.

PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk menangani

permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium dan anemia gizi besi. a. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan penimbangan diposyandu secara rutin setiap bulan. Berdasarkan hasil penimbangan balita di Kabupaten Kubu Raya tahun 2008 yaitu sebesar 24.622 balita dari 53.236 balita yang ada (kelompok sasaran) di wilayah dengan hasil penimbangan jumlah balita yang badan naik sebanyak 85.43%. Sementara itu balita dengan bawah garis merah (BGM ) sebesar 4.70%. b. Pemberian Kapsul Vitamin A, Fe dan MP-ASI, serta Perawatan Gizi Buruk Cakupan pemberian kapsul vitamin A 2 kali pada balita pada tahun 2008,hasil dari kompilasi 17 Puskesmas Kabupaten Kubu Raya sebanyak 38.030 balita (71.44%) dari jumlah balita yang ada sebesar 53.236. Target pencapaian untuk 2010 adalah sebesar 90%.

42

Pada tahun 2008 jumlah ibu hamil yang ada sebesar 12.423 dan yang mendapatkan pemberian tablet besi (Fe 3) sebesar 8.085 (65.8%) bumil, adapun target pencapaian untuk tahun 2010 sebesar 90,00%. Untuk pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan, dari 1065 anak, 59.65% mendapatkan MP-ASI. Untuk balita gizi buruk, dari 68 balita yang menderita gizi buruk dilakukan perawatan 100%.

You might also like